rotasi pada kepala berlaku sehingga terjadi laserasi pada sistem vaskularisasi otak. Pembuluh darah yang paling sering terjadi kerusakan dalam trauma kepala adalah
arteri karotid interna dan arteri meningeal Allan, 2008. Trauma kepala juga bisa menyebabkan kerusakan pada saraf kranial.
Saraf yang sering terjadinya kerusakan adalah saraf olfaktorius, optikus, okulomotorik, troklearis, trigeminalis, fasialis, dan auditorius. Anosmia ataupun
hilangnya bau pada pasien menunjukkan ada kerusakan pada saraf olfaktorius pasien. Biasanya terjadi pada pasien yang mengalami trauma pada bagian
belakang kepala. Kerusakan yang terjadi pada saraf optikus akan menyebabkan penglihatan pasien kabur tergantung tingkat kerusakan saraf yang dialaminya
Allan, 2008. Apabila pasien tidak ditangani dengan tepat dan cepat, kecederaan yang
dialami pasien bisa berubah dari tipe primermenjadi tipe sekunder. Kecedaraan tipe sekunderbisa terjadi karenakomplikasi-komplikasi dari tipe primer yang tidak
ditatalaksana dengan baik. Antara komplikasi yang bisa muncul adalah peningkatan tekanan intrakranial. Sekiranya terjadi peningkatan tekanan
intrakranial, hernia pada otak bisa terjadi. Struktur vaskularisasi otak akan tertekan dan akan menyebabkan hipoksia terjadipada otak pasien. Iskemik yang
muncul akibat hipoksia pada otak menyebabkan trauma kepala yang dialami pasien menjadi lebih parah Tuong, 2006.
2.2.3 Diagnosis
Menurut Allan 2008, diagnosis trauma kepala bisa ditegakkan menggunakan pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan
radiologis. Pada pemeriksaan fisik, pasien yang menderita perdarahan subduraldan
perdarahan epidural, keduanya akan mengalami lucid interval dalam hitungan menit hingga berjam. Pupil dilatasi dan hemiparesis juga bisa
dijumpai.Padaperdarahan subdural,pemeriksaan fisik bisa ditemukan perubahan personaliti pada pasien, lambat berpikir, kejang, hemiparesis ringan dan juga sakit
kepala yang menghilang saat posisi kepala diubah Allan, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pada pemeriksaan neurologis, dilakukan beberapa pemeriksaan seperti: pemeriksaan tingkat kesadaran, pemeriksaan batang otak, pemeriksaan motorik,
pemeriksaan reflek, dan pemeriksaan sensorik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kerusakan yang mungkin terjadi pada sistem neurologis pasien Allan,
2008. Pemeriksaan radiologis sangat dibutuhkan dalam mendiagnosis trauma
kepala. Pemeriksaan tomografi komputer pada kepala pasien telah menjadi standardisasi dalam mendiagnosis trauma kepala karena pemeriksaan tomografi
komputer lebih cepat, memiliki akurasi yang tinggi dan juga lebih murah dibandingkan pemeriksaan gambaran magnetik resonansiAllan, 2008.
2.2.4 Tingkat Keparahan Trauma Kepala
Dalam menentukan tingkat keparahan trauma kepala, bisa digunakan beberapa metode seperti durasi hilangnya kesadaran, skala koma Glasgow,post-
traumatic amnesia. Metode yang menjadi standar adalah dengan menggunakan skala koma Glasgow yang
bisa dilihat
pada Tabel
2.1 The Brain Injury Guide And References, 2008.
Tabel2.1 Cara Pemeriksaan Tingkat Kesadaran Pasien The Brain Injury
Guide And References, 2008
Durasi Hilangnya Kesadaran
Skala Koma Glasgow Post-traumatic Amnesia
- Ringan = 20 menit.
- Sedang = 6 jam. - Berat = 6 jam.
- Ringan = skor 13-15. - Sedang = skor 9–12.
- Berat = skor 8. - Sangat ringan= 5 menit.
- Ringan = 5–60 menit. - Sedang = 1–24 jam.
- Berat = 1–7 hari. -Sangat berat =1-4minggu.
-Kronik =4 minggu.
2.2.5 Penatalaksanaan