Urgensi Keutamaan Penelitian PROSIDING KONFERENSI NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

keterbatasan pendengaran. Alasan digunakannya video menurut paper tersebut adalah karena video mampu merebut 94 saluran masuknya pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia melalui mata dan telinga serta mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50 dari apa yang mereka lihat dan dengar tayangan program. Pesan yang disampaikan melalui media video dapat mempengaruhi emosi yang kuat dan juga dapat mencapai hasil cepat yang tidak dimiliki oleh media lain. Produk yang dihasilkan oleh penelitain tersebut adalah : Presenter bahasa isyarat + visualisasi teks; Presenter bahasa isyarat + drama bahasa isyarat + teks; dan Presenter bahasa isyarat + animasi + teks. Penelitian lainnya adalah Penggunaan Media Ceritera Bergambar Berbasis Pendekatan Komunikasi Total untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu Kelas Rendah Di SLB Bagian B YPTB Malang, yang dilakukan oleh Efendi dan kawan-kawan [3]. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran ternyata mampu meningkatkan gairah belajar siswa, sebab melalui media yang digunakan perhatian siswa tergiring pada fakta yang ditampilkan dalam media tersebut. Siswa dapat mengembangkan pemehaman terhadap makna yang dikemas dalam media, dengan cara mengasosiasikan antar bagian yang ditampilkan dalam gambar dan paparan yang menyertainya. Dapaknya siswa tidak hanya sekedar mengerti dan memahami secara verbal apa yang dipelajari, akan tetapi mereka juga memiliki wawasan secara faktual setiap aspek dari materi yang dipelajari. Paper ini membahas hasil penelitian penggunaan aplikasi Text to Speech sebagai media ajar bagi siswa tuna wicara dalam melatih diri mampu mengucapkan kata-kata dengan jelas. Sistem Text To Speech TTS adalah sistem yang mengkonversi teks pada bahasa dialek tertentu ke bentuk suara pada bahasa dialek yang sama [8]. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan front-end dan bagian belakang back-end [2]. Bagian depan berguna untuk mengkonversi teks yang terdiri dari simbol seperti angka dan singkatan ke bentuk kata yang sama. Proses ini sering disebut normalisasi teks text normalization, pre–processing atau tokenizing. Kemudian front-end mengubah transkripsi phonetic ke penggalan huruf, membagi dan menandai teks ke dalam unit prosodic, seperti frase, klausa, dan kalimat. Proses ini disebut dengan text to phoneme atau grapheme to phoneme conversion. Transkripsi phonetic dan informasi prosody bersama – sama membuat representasi simbol bahasa yang merupakan keluaran dari front-end. Back-end sering diartikan sebagai synthesizer yang berfungsi mengkonversi representasi simbol bahasa ke dalam bentuk suara. Gambar di bawah ini menjelaskan proses yang terjadi antara front- end dan back-end. Gambar 1: Proses front-end dan back-end [2]. Linguistic analysis Utterence composed of Text Analysis Wave form Generatin Speech Utterence composed of Words Duration Intonation Phrasing Text Suara tiruan dapat dibuat oleh bagian-bagian dari rekaman yang tersimpan di dalam database. Sistem dibedakan ke dalam ukuran unit suara yang disimpan; sebuah sistem yang menyimpan phone atau diphone membentuk interval keluaran yang besar, tetapi dapat mengurangi kejernihan suara. Phone adalah kata – kata yang biasa, seperti aku, dia, atau, dan lain sebagainya. Sedangkan diphone adalah gabungan dari kata – kata yang memiliki lafal yang berbeda, misalkan kenapa, langka, mengapa, dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan ucapan yang lebih alami, ucapan yang dihasilkan harus memiliki intonasi prosody. Secara kuantisas, intonasi adalah perubahan nilai pitch frekuensi dasar selama pengucapan kalimat dilakukan atau pitch sebagai fungsi waktu. Pada prakteknya, informasi pembentuk intonasi berupa data pitch dan durasi pengucapan untuk setiap fonem yang dibangkitkan. Nilai-nilai yang dihasilkan diperoleh dari suatu model intonasi. Intonasi bersifat sangat spesifik untuk setiap bahasa, sehingga model yang diperlukan untuk membangkitkan data intonasi menjadi sangat spesifik juga untuk suatu bahasa. Konverter fonem ke ucapan harus memiliki pustaka setiap unit ucapan dari suatu bahasa. Pada sistem yang menggunakan teknik diphone concatenation, sistem harus didukung oleh suatu diphone database yang berisi rekaman segmen-segmen ucapan yang berupa diphone. Ucapan dalam suatu bahasa dibentuk dari satu set bunyi yang mungkin berbeda untuk setiap bahasa, oleh karena itu setiap bahasa harus dilengkapi dengan diphone database yang berbeda. Gambar 2.2. Menjelaskan tahapan lengkap dari proses TTS. Gambar 2: Urutan Proses Konversi dari Teks ke Ucapan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sistem yang dirancang Sistem yang dibangun ini terdiri dari dua bagian yaitu modul untuk latihan pengucapan dengan cara siswa mengetikkan sendiri kata-kata yang ingin diucapkan atau ditiru ucapannya, dan modul latihan ucapan sambil mengenal bagian tubuh, angka, serta hitung menghitung. Modul 1. Modul 2 Gambar 3. Diagram Blok Sistem

2. Hasil Perancangan

Tampilan dari modul 1 dapat dilihat pada gambar 4, dan tampilan dari modul 2 dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 4. Tampilan dari modul 1 Text Input Text Parsing Query Matching Oudio Video Output Pilih menu Tampilkan Image, Video, dan Audio Script Gambar 5. Tampilan dari modul 2 2. Implementasi Aplikasi ini diuji-cobakan di dua Sekolah Luar Biasa yang ada di Kota Salatiga, yaitu SLB Wantu Wirawan dan SLB Bina Putra. Karena siswanya hanya sedikit, maka siswa yang ada tidak dikelompokkan sesuai dengan tingkatan di sekolah normal. Dengan kondisi demikian maka, kurikulum SLB yang sudah ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Dasar Depdiknas tidak dapat dijalankan secara sempurna. Oleh karena itu materi ajar yang digunakan pada penelitian ini adalah materi ajar terendah yang digunakan di kedua sekolah tersebut, yaitu mengucapkan bilangan dari satu sampai dengan dua puluh, dan hitungan penjumlahan dan pengurangan tidak lebih dari dua puluh. Pada latihan yang dilakukan, tujuan yang ingin dicapai adalah memperjelas dan ucapan. Berikut ini adalah data kondisi awal sebelum diadakan latihan. Tabel 1 : Daftar Siswa Peserta Latihan Wicara Nama Siswa Usia Th Tingkat Ketulian SLB Bina Putra 1. Agil Latunda 15 90 2. Asih Setiyati Tia 13 70 + grahita 3. Ivan OktaSetyawan 14 30 4. Eko Ariyanto 19 90 + grahita SLB Wantu Wirawan 1. Sabilla Sukma Ayu 14 80 2. Bagas Aji S. 16 70 3. Haris Robiyanto 13 60 4. Raynaldi 12 60 5. Trifosa Ganke 12 60 Latihan dilakukan selama 8 kali pertemuan, masing-masing 2 jam, selama 8 minggu tiap minggu, 1 kali pertemuan. Suasana pertemuan di kelas dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini.