Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting, karena didalamnya terdapat nilai-nilai yang dapat mengatur kehidupan manusia dan yang menjadi panutan bagi tingkah laku manusia. Agama di dalam masyarakat mempunyai fungsi sosial. Menurut Emile Durkheim, agama melestarikan masyarakat, memberikan nilai bagi manusia, menanamkan dasar bagi manusia untuk bertingkah laku. Di dalam ritus pemujaan, masyarakat mengukuhkan kembali dirinya dalam perbuatan simbolin yang menapakkan sikapnya, yang dengan itu memperkuat sikap yang dianut bersama dan pada gilirannya memperkuat masyarakat itu sendiri. Menurutnya, ritus merupakan sarana bagi kelompok sosial secara periodik untuk mengukuhkan kembali dirinya. 1 Secara sosiologis agama menjadi penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan dan keahlian tidak berhasil memberikan memberikan sarana adaptasi atau mekanisasi penyesuaian yang dibutuhkan. Dari sudut pandangan teori fungsional, agama menjadi penting karena agama mempunyai fungsi menutupi unsur- unsur pengalaman manusia yang terbatas. 1 Hotman M. Siahaan. 1986. Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Universitas Sumatera Utara 2 Salah satu fungsi dari agama adalah memberikan nilai bagi masyarakat, dan nilai keagamaan tersebut memainkan peranan yang penting dalam masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa pengajaran agama merupakan bagian penting dalam pendidikan pada semua masyarakat dan bahwa pengajaran ini dilaksanakan pada saat nilai-nilai pribadi tersebut sedang dalam proses pembentukan seseorang, paling tidak menjamin adanya konsistensi antara nilai-nilai individu dengan nilai-nilai keagamaan. Penanaman nilai-nilai keagamaan itu dapat dilakukan di dalam institusi lembaga keagamaan. Setiap agama memiliki institusi untuk mengatur kehidupan umatnya. Agama Kristen Protestan memiliki sebuah lembaga institusi yang disebut dengan gereja. Gereja berasal dari bahasa Protugis igreja, yang berasal dari bahasa Yunani Ekklesia yang berarti dipanggil keluar ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil; kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia. 2 Dengan kata lain gereja adalah adalah kumpulan semua orang yang percaya yang dipanggil Allah keluar dari kegelapan untuk bersekutu dengan Dia dan sesamanya di dalam Yesus Kristus. Dalam arti yang terbatas gereja diartikan sebagai gedung atau tempat diadakannya kebaktian pada Hari Minggu. Hal pengaruh Gereja dalam politik adalah hal yang masih tabu untuk diakui institusi-institusi gereja pada masa lampau. Sejalan dengan perkembangan zaman itu, pengertian terhadap politik pun berubah. Telah lama gereja-gereja, termasuk gereja- 2 http:bellarisara08.blogspot.co.id201208pengertian-gereja.html diakses pada tanggal 8 April 2016 Pukul 11.32 WIB Universitas Sumatera Utara 3 gereja di Indonesia melihat politik sebagai bidang pelayanan yang tidak boleh diabaikan. Gereja harus terlibat di dalam pelayanan tersebut, sebab pertuanan Yesus mencakupi segala sesuatu, demikian keyakinan gereja. Tentu saja ini bukan pandangan baru sama sekali, sebab sudah di dalam Alkitab dan tulisan-tulisan bapa- bapa gereja belakangan kita menemukan ajakan untuk terlibat di dalam politik. Maka ketika gereja dan orang Kristen sekarang melibatkan diri di dalam politik, kita mesti berkata mengenai penemuan kembali tugas yang selama ini diabaikan. Barangkali bisa juga disebut penafsiran kembali terhadap amanat Kitab Suci yang selama ini dikaburkan oleh adanya sikap apriori terhadap politik itu. Namun demikian, tetaplah perlu untuk mengklarifikasi pengertian “politik” itu sendiri. Apa sesungguhnya yang dimaksud apabila di dalam Yeremia 29:7 misalnya ada ajakan untuk mengusahakan kesejahteraan kota ke mana Tuhan membuang umat-Nya, dan berdoa bagi kota itu, sebab kesejahteraannya adalah pula kesejahteraan umat Tuhan. Mengusahakan kesejahteraan dan berdoa bagi kota adalah tindakan politik yang memperlihatkan kemampuan umat untuk hidup bersama di dalam kota. Ingat bahwa istilah politik yang kita warisi sekarang adalah jabaran kata yang berasal dari bahasa YunaniLatin: polis. Atau ketika rasul Paulus mengajak umat Tuhan di kota Roma untuk taat kepada Pemerintah, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Universitas Sumatera Utara 4 Allah, dan ditetapkan Allah Roma 13, maka itulah sikap politik sebab Pemerintah di sini dianggap sebagai pengemban amanat untuk mengurus kota negara. 3 Gereja Kristen Protestan tidak hanya terdiri dari satu gereja saja seperti gereja Katolik, tetapi terdiri dari banyak denominasi gereja. Gereja Kristen Protestan di kota Medan ini sangat banyak, seperti gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP, Gereja Batak Karo Protestan GBKP, Gereja Kristen Protestan Simalungun GKPS, Banua Niha Keriso Protestan BNKP, Gereja Methodist Indonesia GMI, Gereja Bethel Indonesia GBI, Gereja Pentakosta di Indonesia Gpdi, dan masih banyak yang lainnya. Dalam penelitian ini dengan keterbatasan penulis dalam meneliti pengaruh-pengaruh Gereja dalam bidang politik maka penulis memilih gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP di Kota Medan yang menjadi fokus penelitian. Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP tidak terlepas dari tokoh yang membawa agama Kristen Protestan pertama kali ke Tanah Batak yaitu, Ompu i Pdt Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Nommensen menjalani hidupnya di Tanah Batak sealama 56 tahun dan hanya 27 tahun di Eropa. Penganugerahan sebutan “Ompui” membuatnya sejajar dengan Raja Sisingamangaraja yang sangat dihormati secara 3 http:www.leimena.orgenpagev389politik-tidak-lagi-tabu-bagi-gereja diakses pada tanggal 10 April 2016 pada pukul 23.22 WIB Universitas Sumatera Utara 5 kulturak dan spiritual pada zamannya. 4 Awal berdiri gereja Huria Kristen Batak Protestan itu sendiri dibawa oleh 2 misionaris dari Jerman, yaitu Pdt. Heine, dan Pdt. Klemmer; serta 2 misionaris Belanda yaitu, Pdt. Betz dan Pdt. Asselt. Pada tanggal 7 Oktober 1861, mereka melakukan rapat penyerahan injil dan hari tersebut dianggap dengan lahirnya Gereja HKBP di Tanah Batak. Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP memiliki pemimpin Gereja yang di sebut dengan istilah Ephorus. Seperti halnya Katolik yang mempunyai pemimpin seorang Paus, HKBP menjadikan Ephorus adalah pemimpin dari gereja Huria Kristen Batak Protestan. Dengan adanya pemimpin dalam suatu institusi atau lembaga, maka jelas bahwa terdapat kekuasaan di dalamnya yang berhubungan dengan hal-hal politik. Dimana, kekuasaan adalah salah satu unsur dari ilmu politik. Hal ini berhubungan dengan pendektatan institusional pada konsep kekuasaan.Pendekatan institusional dalam ilmu politik mencakup gejala – gejala sosial yang ada pada organisasi keagamaan, organisasi kemahasiswaan, serikat buruh, atau kaum militer. 5 Struktur Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP di Indonesia dinamakan dengan wilayah Distrik. Di Indonesia HKBP memiliki 28 Distrik ditambah dengan 3 Gereja yang berada di Amerika Serikat. Di kota Medan wilayah Gereja HKBP meliputi Distrik Medan-Aceh dan perwilayah dibagi dengan sistem resort. Dimana 83 resort yang ada di Distrik Medan-Aceh. Di kota Medan memiliki 55 resort, 4 Patar Pasaribu. 2004. Dr. Ingwer Ludwig Nomensen Apostel di Tanah Batak. Medan: Universitas HKBP Nommensen. 5 Miriam Budiardjo.2010.Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Hal.18. Universitas Sumatera Utara 6 sedangkan sisanya tersebar di Kabupaten Deli Serdang dan juga Provinsi Aceh. Dalam 1 resort terdapat beberapa gereja, terdapat 146 gereja yang ada di Kota Medan. 6 Kesadaran politik dari perspektif Alkitab merupakan persoalan yang tidak ringan dalam Gereja HKBP. Salah satu indikasi mengenani adanya muatan teologis yang memandang pemerintah sebagai institusi yang sakral, yang harus ditakuti, dituruti tanpa ada sikap kritis. Hal itu tidak mengherankan, sebab pendidikan politik dalam kehidupan gereja masih merupakan barang langka. Seiring perkembangan zaman, Gereja HKBP menjadi salah satu institusi terbesar Kristen di Indonesia dengan jumlah jemaat lebih dari 6 juta jemaat yang tersebar di Indonesia maupun luar negeri. 7 Dalam pemilihan umum, kecenderungan pilihan politik jemaat Gereja HKBP pada pemilihan adalah melihat unsur Batak Toba di dalamnya. Terkecuali pada pemilihan kepala daerah di daerah Tapanuli yang lebih di pengaruhi unsur marga. Misalnya pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 dimana kecenderungan memilih suku Batak Toba yaitu Efendi Simbolon, kemudian pada pemiilihan Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2008, lebih condong memilih Benny Pasaribu yang menjadi calon wakil gubernur pada saat itu. Pada pemilihan Presiden tahun 2014, dengan tidak adanya masyarakat Batak Toba yang 6 Almanak HKBP 2015 7 http:www.in-christ.netblogyayasan_dan_gerejagereja_top_ten_hkbp_no_2 diakses pada tanggal 10 April 2016 pukul 23.32 WIB. Universitas Sumatera Utara 7 menjadi calonnya; maka dengan begitu masyarakat jemaat HKBP melihat unsur kedekatan dari calon Presiden kepada Gereja HKBP serta kedekatan terhadap suku Batak Toba itu sendiri. Pada pemilihan Presiden Tahun 2014 terdapat beberapa tokoh HKBP yang ikut dalam tim pemenangan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Dengan melihat unsur-unsur tersebut maka pilihan politik jemaat cenderung dekat dengan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Kemenangan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla didukung dengan perolehan suara di daerah Tapanuli yang mayoritas jemaat dari Gereja HKBP. Provinsi Tapanuli Utara yang merupakan pusat Gereja HKBP memenangkan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla hingga 90 persen suara. Daerah lain seperti Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Samosir juga memenangkan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla hingga 90 persen dari total jumlah pemilihnya. Sementara di Kota Medan Pasangan Prabowo Hatta berhasil mengungguli pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla dengan selisih suara 50 ribu saja. Suara ini juga didukung oleh mayoritas jemaat Gereja HKBP yang memilih pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Namun, hal ini juga dibarengi dengan ikutnya Gereja HKBP secara kasat mata dalam hal-hal politik. Hal ini ditunjukkan dengan ikutnya salah satu tokoh HKBP yaitu Jenderal Luhut Panjaitan, serta beberapa tokoh HKBP lainnya yaitu Maruarar Sirait, Tri Medya Panjaitan dan Ruhut Sitompul. Jenderal Luhut Panjaitan sangat berperan aktif pada Pemilihan Presiden Tahun 2014, dimana Ia menjadi salah satu tim Universitas Sumatera Utara 8 pemenangan untuk pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Jenderal Luhut Panjaitan mempunyai jabatan Ketua Yayasan Pendidikan HKBP, serta menjadi Ketua Dewan Pengarah dalam Panitia peringatan 150 tahun HKBP. Sementara Tri Medya Panjaitan menjadi Wakil Ketua umum pada panitia peringatan 150 tahun HKBP, serta Maruarar Sirait menjadi Anggota Seksi dan Seminar dalam panitia peringatan 150 tahun HKBP. Aktivitas para tokoh HKBP dalam pemilihan Presiden Tahun 2014 secara tidak langsung mencerminkan dukungan Gereja HKBP kepada pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Hal ini juga didukung oleh Jendral Luhut Panjaitan yang melakukan deklarasi bahwa masyarakat Batak Toba mendukung penuh pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Pergerakan Jendral Luhut Panjaitan menjadi acuan masyarakat Batak Toba khususnya jemaat Gereja HKBP untuk memilih pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Dengan mayoritas pilihan politik jemaat HKBP terhadap pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla, jemaat HKBP sendiri menilai bahwa kemenangan Jokowi dan Jusuf Kalla tidak terlepas dari pilihan jemaat HKBP. Dengan total 6 juta jemaat HKBP, hal ini sangat strategis untuk pasangan calon yang ingin mendapat suara mayoritas dalam pemilihan Presiden. Berdasarkan Penelitian Skripsi oleh Edo Mangara Manurung pada Tahun 2010 mengenai “Perilaku Pemilih pada Pemilukada Medan Putaran II Studi Kasus: Jemaat HKBP Resort Cinta Damai di Kec Medan Helvetia ” disimpulkan bahwa menunujukkan bahwa Jemaat HKBP resort Cinta Damai merupakan jenis pemilih Universitas Sumatera Utara 9 yang Tradisional dimana jenis pemilih ini masih mengedepankan kedekatan sosial- budaya, nilai, adal-usul, paham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih pemimpin. Hal ini mendukung bahwa factor kedekatan jemaat HKBP juga menjadi faktor tertentu dalam memilih calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Berdasarkan hal tersebut cukup menarik untuk dikaji mengenai pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP dalam mempengaruhi pilihan politik jemaat khususnya Gereja HKBP di Kota Medan pada Pemilihan Presiden Tahun 2014. Hal tersebut dikarenakan data faktual yang mengarahkan bahwa mayoritas pilihan politik jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP yang mayoritas memilih pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla pada pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu dan hanya sedikit yang memilih pasangan Prabowo dan Hatta Rajasa, yang dikarenakan kedekatan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla mempunyai faktor kedekatan terhadap Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP. Penelitian ini akan melihat sejauh mana pengaruh Gereja yang ada.

1.2. Rumusan Masalah