50
adalah bagian pinggang. Bagian tubuh yang paling banyak merasakan sangat sakit adalah bagian pantat.
4.2.7 Intensitas Getaran Seluruh Tubuh
Pengukuran intensitas getaran seluruh tubuh dilakukan pada 2 orang masinis yang memiliki masa kerja pada kategori yang berbeda, masinis pada
lokomotif 1 memiliki masa kerja 16 tahun yaitu termasuk pada kategori masa kerja 10 tahun sedangkan masinis pada lokomotif 2 memiliki masa kerja 2 tahun
yaitu termasuk pada masa kerja ≤ 10 tahun. Lokomotif yang digunakan dalam pengukuruan intensitas getaran seluruh
tubuh pada masinis adalah lokomotif yang digunakan secara bergantian oleh seluruh masinis pada lintasan Indarung
– Bukit Putus. Dua lokomotif tersebut adalah lokomotif penarik yang terdapat di depan gerbong. Hasil pengukuran
intensitas getaran seluruh tubuh pada 2 lokomotif di perlintasan Indarung – Bukit
Putus adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Intensitas Getaran Seluruh Tubuh No
Lokomotif Hasil ms
2
Keterangan
1 Lokomotif 1
0,0092 NAB
2 Lokomotif 2
0,0086 NAB
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa intensitas getaran pada kedua orang masinis di 2 lokomotif berada dibawah nilai ambang batas menurut Peratutan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 13 Men 2011 yaitu sebesar 0,5 ms
2
.
Universitas Sumatera Utara
51
4.3 Hubungan Karakteristik Individu Umur, Masa Kerja, Lama Kerja, Kebiasaan Merokok dan Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat Tahun 2016
Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui keterkaitan atau adanya hubungan antara variabel dependen yakni keluhan musculoskleletal disorders
dengan variabel independen yaitu umur, masa kerja, lama kerja, kebiasaan merokok dan indeks masa tubuh. Hasil analisis ini kemudian disajikan dalam
bentuk crosstab sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hubungan umur dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Divisi Regional II Sumatera Barat
Tahun 2016
Umur tahun
Musculoskeletal Disorders Total
Nilai P Rendah
Sedang Tinggi
≤ 35 10
1 11
0.032
35 6
8 3
17
Total 16
9 3
28
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masinis yang berumur ≤ 35
tahun yang mengalami MSDs kategori rendah sebanyak 10 orang dan yang mengalami MSDs kategori sedang sebanyak 1 orang, sedangkan masinis yang
berumur 35 tahun yang mengalami MSDs kategori rendah sebanyak 6 orang, yang mengalami MSDs kategori sedang sebanyak 8 orang dan yang mengalami
MSDs kategori tinggi sebanyak 3 orang. Analisis data dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat
karena nilai expected count yang kurang dari 5 lebih dari 20 yaitu 50.0, maka dilanjutkan dengan uji alternatife yaitu Kolmogorov-Smirnov Test dan
menunjukkan nilai p = 0,032 p 0,05 ini berarti bahwa H ditolak dan
H
a
Universitas Sumatera Utara
52
diterima. Dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara umur dengan keluhan Musculokeletal disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia
Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.
Tabel 4.12 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Divisi Regional II
Sumatera Barat Tahun 2016
Masa Kerja Tahun
Musculoskeletal Disorders Total Nilai P
Renda h
Sedang Tinggi
≤10 10
1 11
0,032 10
6 8
3 17
Total 16
9 3
28
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahw a masinis dengan masa kerja ≤
10 tahun yang mengalami MSDs rendah sebanyak 10 orang dan yang mengalami MSDs kategori sedang sebanyak 1 orang, Sedangkan masinis dengan masa kerja
10 tahun yang mengalami MSDs kategori rendah sebanyak 6 orang, yang mengalami MSDs kategori sedang sebanyak 8 orang dan yang mengalami MSDs
tinggi sebanyak 3 orang. Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi
syarat karena nilai expected count yang kurang dari 5 lebih dari 20 yaitu 50.0, maka dilanjutkan dengan uji alternative yaitu Kolmogorov-Smirnov Test
dan menunjukkan nilai p = 0,032 p 0,05 ini berarti bahwa H ditolak dan
H
a
diterima. Dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan Musculokeletal disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia
Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 4.13 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Divisi Regional II
Sumatera Barat Tahun 2016
Lama kerja jam Musculoskeletal Disorders
Total Nilai P
Rendah Sedang Tinggi
≤ 8 4
3 7
1,000 8
12 6
3 21
Total 16
9 3
28
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masinis dengan lama kerja ≤ 8 jam yang mengalami MSDS kategori rendah sebanyak 4 orang dan yang
mengalami MSDs kategori sedang sebanyak 3 orang, sedangkan masinis dengan lama kerja 8 jam yang mengalami MSDs kategori rendah sebanyak 12 orang,
yang mengalami MSDs kategori sedang sebanyak 6 orang dan yang mengalami MSDs kategori tinggi sebanyak 3 orang.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat karena nilai expected count yang kurang dari 5 lebih dari 20 yaitu
66.7, maka dilanjutkan dengan uji alternative yaitu Kolmogorov-Smirnov Test dan menunjukkan nilai p = 1,000 p 0,05 ini berarti bahwa H
diterima dan H
a
ditolak. Dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculokeletal disorders pada masinis di PT. Kereta Api
Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel 4.14 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Divisi Regional II
Sumatera Barat Tahun 2016
Kebiasaan merokok Musculoskeletal Disorders
Total Nilai P
Rendah Sedang
Tinggi
Merokok 11
6 3
20 1.000
Tidak merokok 5
3 8
Total 16
9 3
28
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masinis yang merokok mengalami MSDS kategori rendah sebanyak 11 orang, yang mengalami MSDs
kategori sedang sebanyak 6 orang dan MSDs tinggi sebanyak 3 orang, sedangkan masinis yang tidak merokok mengalami MSDs kategori rendah sebanyak 5 orang
dan yang mengalami MSDs kategori sedang sebanyak 3 orang. Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi
syarat karena nilai expected count yang kurang dari 5 lebih dari 20 yaitu 66.7, maka dilanjutkan dengan uji alternative yaitu Kolmogorov-Smirnov Test
dan menunjukkan nilai p = 1.000 p 0,05 ini berarti bahwa H diterima dan
H
a
ditolak. Dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculokeletal disorders pada masinis di PT. Kereta Api
Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
55
Tabel 4.15 Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Divisi Regional II
Sumatera Barat Tahun 2016
Indeks Masa Tubuh IMT
Musculoskeletal Disorders Total
Nilai P Rendah Sedang
Tinggi
Normal 16
9 25
0,009
Tidak Normal 3
3
Total 16
9 3
28
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masinis dengan indeks masa tubuh normal yang mengalami MSDS kategori rendah sebanyak 16 orang dan
yang mengalami MSDs kategori sedang sebanyak 9 orang, sedangkan masinis dengan indeks masa tubuh tidak normal tidak ada yang mengalami MSDs kategori
rendah dan sedang dan yang mengalami MSDs kategori tinggi sebanyak 3 orang. Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi
syarat karena nilai expected count yang kurang dari 5 lebih dari 20 yaitu 66.7, maka dilanjutkan dengan uji alternatife yaitu Kolmogorov-Smirnov Test
dan menunjukkan nilai p = 0,009 p 0,05 ini berarti bahwa H ditolak dan
H
a
diterima. Dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan Musculokeletal disorders pada masinis di PT. Kereta Api
Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
56
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada Tahun 2016.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II di Sumatera Barat pada Tahun 2016 yang terdiri
dari 28 orang masinis didapatkan hasil bahwa sebanyak 16 orang 57.1 mengalami MSDs kategori rendah, 9 orang 32,1 mengalami MSDs kategori
sedang dan yang mengalami MSDs kategori tinggi sebanyak 3 orang 10,7. Sementara itu keluhan Musculoskeletal itu sendiri merupakan keluhan rasa
tidak nyaman pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Keluhan muncul
diakibatkan oleh otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada ligamen,
sendi dan tendon. Hasil ini didapatkan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Tarwaka
2015 yang menyatakan bahwa keluhan Musculoskeletal Disorders adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai
dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Metode Nordic Body Map meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang
dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot pada kaki. Setelah selesai melakukan wawancara dan pengisian
Nordic Body Map maka langkah berikutnya adalah menghitung total skor individu
dari seluruh
sistem Muskuloskeletal.
Selanjutnya keluhan
Universitas Sumatera Utara
57
Musculoskeletal Disorders akan dikategorikan berdasarkan skor yang diperoleh pada masing-masing masinis, yaitu sebagai berikut:
0. Kategori rendah untuk skor 0-20
1. Kategori sedang untuk skor 21-41
2. Kategori tinggi untuk skor 42-62
3. Kategori sangat tinggi untuk skor 63-84
Setelah dilakukan penelitian pada masinis yang berjumlah 28 orang diperoleh hasil bahwa 3 orang mengalami MSDs kategori tinggi, 9 orang
mengalami MSDs kategori sedang dan 16 orang mengalami MSDs kategori rendah. Dilihat dari karakteristik individunya 3 orang masinis yang mengalami
MSDs kategori tinggi berumur ≥ 35 tahun yaitu 2 orang diantaranya berumur 44 tahun dan sisanya 52 tahun. Telah bekerja 10 tahun yaitu masing-masing 14
tahun, 19 tahun dan 27 tahun. Bekerja 8 jam dalam sehari yaitu 2 orang diantaranya bekerja selama 8 jam 35 menit dan sisanya bekerja selama 9 jam 10
menit. Tiga orang masinis yang mengalami MSDs kategori tinggi memiliki kebiasaan merokok dan memiliki indeks masa tubuh tidak normal yaitu masing-
masing 25.56, 25.36 dan 28.99. Sebaliknya masinis yang berumur 35 tahun, masa kerja ≤ 10 tahun, lama kerja ≤ 8 jam dalam sehari, tidak merokok dan
memiliki indeks masa tubuh normal juga ada mengalami keluhan Musculoskeletal Disorder tetapi hanya pada kategori rendah dan sedang, tidak ada yang
mengalami MSDs kategori tinggi. Masinis yang berumur ≥ 35 tahun mengalami keluhan MSDs lebih tinggi
dikarenakan pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai
Universitas Sumatera Utara
58
menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat dan terjadilah keluhan Musculoskeletal Disorders dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 3
orang. Masinis dengan masa kerja 10 tahun lama 3 orang diantaranya mengalami tingkat MSDs lebih tinggi karena semakin lama masa kerja
menunjukkan lamanya masinis terpapar getaran seluruh tubuh sehingga dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah yang lama kelamaan akan
mengakibatkan nyeri otot sehingga terjadi keluhan Musculoskeletal Disorders. Lama kerja juga menunjukkan lamanya masinis tersebut terpapar getaran seluruh
tubuh dalam satu hari, dari hasil penelitian 3 orang masinis yang mengalami MSDs kategori tinggi terjadi pada kelompok lama kerja 8 jam dalam sehari. Hal
tersebut juga terjadi pada kelompok masinis yang merokok, kebiasaan merokok akan mengakibatkan penurunan kapasitas paru-paru sehingga kemampuan untuk
mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga akan menurun maka masinis tersebut akan mudah lelah karena kandungan
oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadilah penumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot yang disebut dengan
Musculoskeletel Disorders. Semua masinis yang mengalami MSDs kategori tinggi memiliki indeks masa tubuh tidak normal yaitu melebihi 25 masing-masing 25.56,
25.36 dan 28.99, hal ini disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka didalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tembahan
lainnya. Karakteristik individu yang paling berperan dalam menyebabkan keluhan
Musculoskeletal Disorders pada masinis adalah indeks masa tubuh, hal ini
Universitas Sumatera Utara
59
dibuktikan oleh hasil uji statistik yang menujukkan nilai P paling kecil atau mendekati 0 yaitu 0.009, hal ini juga dibuktikan oleh hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa seluruh masinis dengan indeks masa tubuh tidak normal IMT 25 mengalami MSDs kategori tinggi. hal ini disebabkan oleh kondisi
badan yang terlampau gemuk akan semakin berisiko untuk mengalami keluhan Muskuloskeletal, karena masinis yang mengalami kelebihan berat badan akan
berusaha menyangga berat badan dengan mengontraksikan otot-otot. Faktor lingkungan fisik pada tempat kerja masinis adalah getaran, setiap
masinis bekerja mengemudi kereta api selalu terpapar getaran seluruh tubuh yang memapari masinis dari tempat duduk hingga ke seluruh tubuh. Getaran dapat
mengakibatkan keluhan Musculoskeleteal Disorders karena getaran akan menyebabkan kontraksi otot statis yang akan mengurangi aliran darah secara
kontinu selama kontraksi tersebut berlangsung. Masinis akan mengalami pengurangan aliran darah pada saat terpapar getaran seluruh tubuh sehingga
oksigen pada otot akan berkurang yang akan meningkatkan asam laktat dan akan mempercepat terjadinya kelelahan otot. Pengukuran intensitas getaran seluruh
tubuh pada masinis yang dilakukan pada 2 lokomotif masing-masing diperoleh hasil 0.0092 dan 0.0086, lokomotif 1 digunakan oleh 14 orang masinis dan
lokomotif 2 juga digunakan oleh 14 orang masinis, hasil pengukuran menunjukkan bahwa intensitas getaran seluruh tubuh memiliki nilai dibawah nilai
ambang batas, sedangkan diantara 28 orang masinis terdapat 3 orang mengalami MSDs kategori tinggi sehingga dapat ditarik kemungkinan bahwa meskipun nilai
intensitas getaran seluruh tubuh pada masinis dibawah nilai ambang batas tetapi
Universitas Sumatera Utara
60
terpapar dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan keluhan MSDs dengan kategori tinggi, sedang maupun rendah.
Berdasarkan hasil Nordic Body Map terdapat masinis yang mengeluh sangat sakit pada pantat, menurut keterangan masinis hal ini dikarenakan duduk
terlalu lama pada saat bekerja, getaran seluruh tubuh yang memapari melalui tempat duduk juga mendukung untuk terjadinya keluhan sangat sakit pada bagian
pantat. Selanjutnya yang paling banyak dikeluhkan sakit adalah bagian pinggang yaitu sebanyak 13 orang, yang paling banyak dikeluhkan agak sakit yaitu bagian
kaki kiri dan kaki kanan yaitu sebanyak 18 orang dan yang paling banyak tidak ada keluhan yaitu bagian siku kiri, siku kanan, lengan bawah kiri dan betis kiri
yaitu sebanyak 17 orang.
5.2 Hubungan Umur dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat
pada Tahun 2016 Hasil uji statistik menggunakan Kolmogorov Smirnov pada masinis di PT.
Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat diperoleh nilai P 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan
Musculoskeletal Disorders. Masinis yang berumur 35 tahun mengalami MSDs kategori rendah sebanyak 10 orang dan MSDs kategori sedang sebanyak 1 orang,
sedangkan m asinis yang berumur ≥35 tahun yang mengalami MSDs kategori
rendah sebanyak 6 orang, MSDs kategori sedang sebanyak 8 orang dan MSDs kategori tinggi sebanyak 3 orang.
Masinis yang berumur ≥35 tahun cenderung memiliki keluhan MSDs lebih tinggi dibandingkan dengan masinis yang berumur
35 tahun. Hal ini diperjelas dari pernyataan yang diberikan oleh beberapa orang
Universitas Sumatera Utara
61
masinis yang mengatakan bahwa semakin bertambahnya umur kekuatan otot atau kesehatan jasmani masinis semakin menurun sehingga keluhan selama bekerja
lebih sering dirasakan. Berdasarkan hasil diatas maka dapat digambarkan bahwa umur memiliki
hubungan dengan keluhan MSDs dan dianggap faktor yang penting dalam menyebabkan terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders. Hal ini sejalan
dengan Tarwaka 2015 yang menyatakan bahwa keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan
dengan bertambahnya umur. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cindyastira 2014 yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara umur dengan keluhan Musculoskleletal Disorders pada pekerja unit produksi paving block CV Sumber Galian Makasar pada tahun 2014.
Penelitian Nusa 2013 juga menunjukkan bahwa adanya hubungan antara umur dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada sopir bus trayek Manado
– Langowan di terminal karom basan pada tahun 2013.
5.3 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat
pada Tahun 2016 Hasil uji statistik menggunakan Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai P
0.05 yang berarti masa kerja berhubungan secara signifikan dengan keluhan MSDs pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera
Barat pada tahun 2016. Pada kelompok masa kerja ≤10 tahun terdapat 10 orang masinis yang mengalami MSDs kategori rendah dan 1 orang masinis mengalami
MSDs kategori sedang, sedangkan pada kelompok masa kerja 10 tahun terdapat
Universitas Sumatera Utara
62
6 orang yang mengalami MSDs kategori rendah, 8 orang mengalami MSDs
kategori sedang dan 3 orang mengalami MSDs kategori tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat penelitian, masinis bekerja terpapar getaran seluruh tubuh setiap hari, getaran merupakan salah satu penyebab
sekunder terjadinya Musculoskeletal Disorders, getaran ini memapari seluruh tubuh masinis sehingga dapat mengakibatkan efek fisiologis seperti
Musculoskeletal Disorders. Dilihat dari hasil pengukuran intensitas getaran yang dilakukan pada masinis dengan menggunakan Vibration Meter didapatkan hasil
bahwa nilai intensitas getaran di lokomotif kereta api dibawah nilai ambang batas yaitu 0.5 ms
2
. Meskipun nilai intensitas getaran dibawah nilai ambang batas namun masinis selalu terpapar getaran seluruh tubuh pada saat bekerja, hal ini
menyebabkan masa kerja memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia divisi
regional II Sumatera Barat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono 2009, yang
mengemukakan bahwa tekanan melalui fisik beban kerja pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga
berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan
– tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut
– larut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis.
Universitas Sumatera Utara
63
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diberikan penjelasan bahwa masa kerja memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan MSDs dan dianggap
faktor yang penting dalam terjadinya keluhan MSDs. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti 2009 yang mengatakan bahwa ada
hubungan antara masa kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada buruh angkut sayur di Pedamaran pasar Johar tahun 2009. Hal ini juga sejalan
dengan Ohlsson et.al. 1989 dalam Zulfiqor 2010 yang menyatakan bahwa penyakit MSDs ini merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama
untuk berkembang dan bermanifestasi, jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs ini maka semakin besar pula
risiko untuk mengalami MSDs.
5.4 Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat
pada Tahun 2016. Hasil uji statistik Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai P 0.05 yang
berarti tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta Api Indonesia divisi regional II Sumatera
Barat tahun 2016. Hal ini diperkuat oleh pernyataan masinis yang menyatakan bahwa keluhan yang dirasakan dapat hilang ketika setelah beristirahat sehingga
lama kerja tidak memiliki hubungan dengan keluhan MSDs terjadi karena masinis dapat menyesuaikan jam kerja dengan jam istirahat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nusa 2013 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan
Musculoskeletal Disorders. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
64
Cindyastira 2014 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada tenaga kerja unit produksi paving
block CV sumber galian Makasar tahun 2014.
5.5 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II
Sumatera Barat Tahun 2016. Hasil
uji statistik
dengan menggunakan
Kolmogorov Smirnov
menunjukkan nilai p 0,05 berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di PT. Kereta
Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat pada Tahun 2016. Asap rokok yang dihisap baik sebagai perokok aktif maupun pasif dapat
menurunkan kapasitas paru-paru sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun, dan apabila pekerja yang bersangkutan harus melakukan
pekerjaan yang menuntut pengerahan tenaga, akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi
penumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot Tarwaka, 2004. Bahaya rokok menimbulkan efek yang bersifat kronis sehingga kemungkinan
yang bisa diambil adalah pada saat penelitian dilakukan bahaya rokok belum tampak jelas bagi masinis di PT. Kereta Api Indonesia Sumatera Barat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bukhori 2010 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
dengan keluhan MSDs pada tukang angkut beban penambang emas di kecamatan Cilograng kabupaten Lebak tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
65
5.6 Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Masinis di PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II
Sumatera Barat Tahun 2016. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov
menunjukkan nilai P 0.05 yang mempunyai arti bahwa ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada masinis di
PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera barat tahun 2016. Seluruh masinis yang memiliki indeks masa tubuh tidak normal mengalami keluhan MSDs
kategori tinggi. Hal ini dikarenakan masinis yang memiliki IMT tidak normal terjadi ketidakseimbangan pada sistem rangkanya dalam menerima beban.
Hal ini sejalan dengan Tarwaka 2015, yang menyatakan bahwa walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan, dan masa tubuh merupakan
faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan sistem musculoskeletal, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi
keseimbangan struktur rangka didalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fuady 2013 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan
keluhan Musculoskeletal Disorders pada pengrajin sepatu di perkampungan industri kecil PIK penggilingan di kecamatan Cakung tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan