Latar Belakang Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi

47 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai negara yang agraris, pertanian di Indonesia berperan sangat vital dan menentukan bagi kelangsungan hidup serta kesejahteraan bangsa dan negara. Peranan pertanian tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan saja dengan mencukupi kebutuhan pangan dan gizi bagi warganya, namun juga sangat penting terhadap aspek ekonomi, industri, lingkungan hidup, sosial, politik, dan keamanan. Soegianto, 2005 Peningkatan jumlah dan standar hidup penduduk akan meningkatkan kebutuhan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Demikian pula dengan meningkatnya penghasilan manusia, hal ini akan membuat manusia akan semakin banyak membeli, menggunakan dan membuang sumber daya alam.Soegianto, 2005 Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan akan perumahan menjadikan lahan-lahan pertanian semakin sempit diberbagai daerah. Lahan pertanian yang semakin sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan lahan industri. Perkembangan kehidupan telah membuat alih fungsi lahan pertanian sulit dihindarkan.Selain peningkatan jumlah penduduk, tuntutan peningkatan kualitas kehidupan, serta orientasi kebijakan yang diambil pemerintah juga mendorong terjadinya konversi lahan Ashari, 2003. Peminggiran sektor pertanian secara sistematis selama tiga dekade menempatkan petani sebagai pelaku di sektor pertanian dalam kondisi tidak menguntungkan. Petani tidak saja dihadapkan pada kenyataan kepemilikan lahan Universitas Sumatera Utara 48 yang kian sempit, mereka menghadapi kenyataan kian lemahnya akses terhadap input, biaya transaksi yang terus naik dan kelembagaan ekonomi yang tidak pernah berpihak pada petani. Khudori, 2006 Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat , sejak 10.000 12.000 tahun yang lalu, kegiatan pertanian mulai dikembangkan sejak 100 tahun yang lalu. Abad ini, dengan semakin banyaknya jumlah manusia di bumi, tidak mengherankan bila terjadi peningkatan pemanfaatan sumber daya alam : sawah, ladang, laut dan lainnya yang semuanya dipergunakan untuk mendukung kehidupan manusia Soegianto, 2005 Konversi lahan pertanian telah menjadi fenomena di Indonesia yang telah berubah ke arah industri, akan tetapi sejauh ini tidak ada satupun kekuatan yang mampu menangkalnya. Konversi akan terus berlangsung secara mulus hingga akhirnya berbalik kepada semua pihak terkait dengan penataan tata ruang yang tidak teratur, apalagi pada saat bersamaan harga lahan mengalami eskalasi secara signifikan, seperti penegasan Presiden Megawati Soekarno Putri tentang perlunya menghentikan konversi lahan pertanian juga bukanlah yang pertama kali muncul dan diyakini tidak merupakan solusi. Suwandi, 2002 Pertambahan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan menjadikan lahan-lahan pertanian menyusut di berbagai daerah. Lahan petani yang semakin sempit akibat kebutuhan perumahan dan lahan industri. Di sisi lain daya terik sektor pertanian yang terus menurun menjadikan petani cenderung melepas kepemilikan lahannya. Petani lebih memilih bekerja di sektor informal dibandingkan dengan bertahan di sektor pertanian. Pelepasan kepemilikan tanah tersebut cenderung diiukuti dengan alih fungsi lahan. Maryoto, 2004 Universitas Sumatera Utara 49 Jumlah petani di Indonesia walaupun secara persentase menurun tetapi secara absolut meningkat sementara itu luas lahan pertanian berkurang. Selama pembangunan jangka panjang tahap I, satu juta hektar daerah pertanian di pulau jawa telah berubah fungsi menjadi non-pertanian; menjadi real estate, industri, jalan, waduk dan lain-lain, dan setiap tahun 40.000 hektar lahan pertanian berubah fungsi. Diperkirakan pada awal abad 21 akan meningkat sekitar 45.000 hektar pertahun. Yudohusodo, 1999. Sulitnya melakukan peningkatan produksi pangan baru tidak seimbang dengan konversi lahan pertanian produktif yang berubah menjadi fungsi lain seperti pemukiman. Lahan irigasi Indonesia sebesar 10.794.221 hektar telah menyumbangkan produksi padi sebesar 48.201.136 ton dan 50 nya lebih disumbang dari pulau Jawa. Akan tetapi mengingat padatnya penduduk di pulau Jawa, keberadaan lahan tanaman pangan tersebut terus mengalami degradasi seiring meningkatnya kebutuhan pemukiman dan pilihan pada komoditi yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti hortikultura. Jika tidak ada upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas secara nyata dan membuka areal baru pertanian pangan sudah pasti produksi pangan dalam negeri tidak akan mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional. Kristianto, 2003 Pertambahan penduduk jelas memberi dorongan terhadap ruang dan tanah. Wajah Indonesia mengalami perubahan dengan lahirnya kampung, desa dan kota baru. Faktor pertambahan jumlah penduduk juga memberi tekanan akan perlunya peningkatan produksi pangan dan penyesuaian pola konsumsi pangan. Salim, 1986 Universitas Sumatera Utara 50 Lahan untuk pemukiman kian sulit dan mahal. Lahan untuk pertanian bakal semakin sempit dan menyusut karena terkonversi untuk kebutuhan non- pertanian. Banjir dan tanah longsor sering terjadi setiap saat dimana-mana karena pohon-pohon raksasa penahan banjir sudah kian menipis jumlahnya dan kurus- kurus pula. Ketersediaan pangan, kelestarian alam menjadi tantangan dan potensi bisnis yang luar biasa. Karena itu, pilihan terbaik paradigma pembangunan yang jelas dan terarah untuk kesejahteraan rakyat mutlak diambil sejak sekarang. Anonimous, 2006 Tanah sebagai tumpuan hidup petani kian berkurang , bukan karena petani kian berkurang, bukan karena penduduk bertambah, tetapi karena pemusatan kepemilikan tanah oleh pemodal besar yang hidup di perkotaan. Itu beberapa penyebab utama mengapa akses kepada tanah dan air serta sumber daya alam kian sulit bagi petani dan nelayan Tjondronegoro, 2006. Konversi lahan juga terjadi karena perbedaan nilai lahan. Nilai lahan yang kecil dari penggunaan pertanian mengakibatkan sulit dicegahnya para pemilik lahan mengkonversikan lahannya kepenggunaan yang lain. Selain itu konversi juga terjadi karena besarnya tingkay urbanisasi yang disebabkan oleh lambannya proses pembangunan di wilayah pedesaan. Peningkatan jumlah anggota kelompok berpendapatan menengah dan atas di wilayah perkotaan mengakibatkan permintaan terhadap sarana pemukiman semakin besar. Effendi, 2005 Rendahnya laju peningkatan produksi pangan dan terus menurunnya produksi di Indonesia antara lain disebabkan oleh: 1 Produktivitas tanaman pangan yang masih rendah dan terus menurun; Universitas Sumatera Utara 51 2 Peningkatan luas areal penanaman panen yang stagnan bahkan terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif. Kristianto, 2005 Dari uraian di atas lahan pertanian telah mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat adanya pertumbuhan populasi penduduk dan semakin meluasnya konversi yang terjadi pada lahan pertanian. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan land man ratio serta pengaruh-pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat.

1.2. Identifikasi Masalah