Pengaruh Lama Pada Berbagai Media Penyimpanan Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Ubi Jalar (Ipomea Batatas L)

(1)

PENGARUH LAMA PADA BERBAGAI MEDIA

PENYIMPANAN BAHAN SETEK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

UBI JALAR (Ipomea batatas L.)

SKRIPSI OLEH:

Hetty L.E Manurung 030301013 BDP/AGR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH LAMA PADA BERBAGAI MEDIA

PENYIMPANAN BAHAN SETEK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

UBI JALAR (Ipomea batatas L.)

SKRIPSI OLEH:

Hetty L.E Manurung 030301013 BDP/AGR

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Ujian Sarjana Di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Lama Pada Berbagai Media Penyimpanan Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)

Nama : Hetty L.E Manurung

Nim : 030301013

Departemen : Budidaya Pertanian Program Study : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi pembimbing

Ir. Asil Barus, MS Ir. Jasmani Ginting, MP Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Edison Purba, Ph.D Ketua Departemen


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di daerah sempakata kotamadya Medan yang bertujuan untuk menguji pengaruh lama dan tempat penyimpanan bahan setek terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar. Lama penyimpanan yang dilakukan ada 4 macam yaitu langsung tanam (B1), 4 hari (B2), 8 hari (B3), dan 12

hari (B4) sedangkan tempat penyimpadan pada 3 tempat yaitu dibawah pohon

(tidak terkena cahaya), dibawah pohon (tidak terkena cahaya) ditutup dengan daun pisang (T2) dan dibawah pohon (tidak terkena cahaya) ditutup dengan gedebok

pisang (T3). Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama

penyimpanan berpengaruh nyata pada tumbuhnya tunas, pertambahan panjang tanaman umur 2 - 8 MST, umur berbunga dan jumlah umbi pertanaman sampel dan berpengaruh tidak nyata pada jumlah cabang, berat umbi pertanaman sample, berat umbi perplot, diameter umbi dan panjang umbi. Perlakuan tempat penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Interaksi antara perlakuan lama penyimpanan dan tempat penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 januari 1985 di Narumambing, kabupaten Toba samosir, Sumatera Utara, anak ke-2 dari 6 bersaudara. Putri dari Ayahanda S. Manurung dan Ibunda T. Nainggolan.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah: 1. Pendidikan dasar di SD No.176373 dan lulus tahun 1997.

2. Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Negeri 2 Porsea dan lulus tahun 2000.

3. Pendidikan Menengah Atas di SMU negeri 1 Porsea dan lulus tahun 2003. 4. Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian universitas Sumatera

Utara, medan pada tahun 2003 melalui Panduan Minat Prestasi (PMP), di Departemen Budidaya Pertanian pada Program Studi Agronomi.

Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode juni sampai juli 2006 di PTPN II kebun Sawit Sebrang Kabupaten Langkat.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmadNya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Lama Pada Berbagai Media Penyimpanan Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar (Ipomea batatas L), yang merupkan salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Ir.Asil Barus,MS selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Jasmani Ginting, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberi arahan dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini selesai. Ungkapan terima kasih yang tulus kepada yang tercinta ayahanda S. Manurung dan ibunda T. Nainggolan, serta kakanda Diana Manurung dan adinda Antry D. Manurung, Alex Manurung, Chandra Manurung dan Budiman Manurung atas bantuan, dorongan, dan doanya yang tiada henti kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman Elsa , Winda , Apriin, Bang Septa,Kak Seriana, Bang Ramlan, KTB Sweet merpati (Bang Posma, Kak Vivi, Sapriani,Tetty), teman – teman di UKM KMK UP Pertanian serta teman teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut mendukung penulis dalam doa dan motivasi.


(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun formatnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan skripsil ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

Medan, November 2007


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT

... iii

ABSTRAK

... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Lata Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 6

Hipotesa Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 8

Syarat Tumbuh ... 10

Iklim ... 10

Tanah ... 10

Penyediaan Bibit ... 11

Penyimpanan Bahan Setek ... 13

Faktor-Fartor Pertumbuhan ... 14

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat ... 17

Metode Penelitian ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 20

Penyiapan Bibit ... 20

Penyimpanan Bahan Setek ... 20

Penyiapan Lahan dan Pengolahan ... 21

Penanaman ... 21

Pemeliharaan ... 22

Penyulaman ... 22

Penyiraman ... 22

Penyiangan dan Pembumbunan ... 22

Pengangkatan Batang ... 23

Pemupukan ... 23

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 23

Panen ... 23

Pengamatan Parameter ... 24

Pertambahan Panjang Tanaman (cm) ... 24

Tumbuhnya Tunas (hari) ... 24


(9)

Umur Berbunga (hari) ... 25

Jumlah Umbi Pertanaman Sampel (umbi) ... 25

Berat umbi Pertanaman sample (kg) ... 25

Berat Umbi Perplot (kg) ... 25

Diameter Umbi (mm) ... 26

Panjang Umbi (cm) ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 27

Pertambahan Panjang Tanaman (cm) ... 27

Tumbuhnya Tunas (hari) ... 28

Jumlah Cabang (cabang) ... 30

Umur Berbunga (hari) ... 31

Jumlah Umbi Pertanaman Sampel (buah) ... 33

Berat umbi Pertanaman sample (kg) ... 34

Berat Umbi Perplot (kg) ... 35

Diameter Umbi (mm) ... 36

Panjang Umbi (cm) ... 37

Pembahasan ... 39

Lama Penyimpanan Bahan Setek Beperengaruh Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi jalar ... 39

Penyimpanan Bahan Setek Ubi Jalar Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi jalar ... 43

Pengaruh Interaksi Lama dan Tempat Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi jalar ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Komposisi Zat Gizi Umbi Ubi Jalar 100 gram ……… 3 2. Rataan pertambahan panjang tanaman 5 MST pada perlakuan lama

penyimpanan dan tempat penyimpanan ……… 27 3. Rataan Tumbuhnya Tunas pada perlakuan lama penyimpanan

dan tempat penyimpanan ……….. 29 4. Rataan jumlah cabang pada perlakuan lama penyimpanan

dan tempat penyimpanan ………. 31 5. Rataan Umur Berbunga pada perlakuan lama penyimpanan

dan tempat penyimpanan ……….. 32 6. Rataan Jumlah Umbi pada perlakuan lama penyimpanan

dan tempat penyimpanan ……….. 33 7. Rataan Berat Umbi Pertanaman Sampel pada perlakuan lama

penyimpana dan empat penyimpanan ……….. 35 8. Rataan Berat Umbi perplot pada perlakuan lama

penyimpanan dan tempat penyimpanan ……… 36 9. Rataan Diameter Umbi pada perlakuan lama

penyimpanan dan tempat penyimpanan ……… 37 10.Rataan Panjang Umbi pada perlakuan lama

penyimpanan dan tempat penyimpanan ……… 38


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Hubungan antara Pertambahan Panjang Tanaman Umur 8 MST dengan Lama Penyimpanan……… 28 2. Hubungan antara Tumbuhnya Tunas dengan Lama Penyimpanan …… 30 3. Hubungan antara Umur Berbunga dengan Lama Penyimpanan …….. 32 4. Hubungan antara Jumlah Umbi Pertanaman Sampel dengan Lama

Penyimpanan ……….. 34


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Hal

1. Data Pengamatan Tumbuhnya Tunas ………….……… 47

2. Daftar Sidik Ragam Tumbuhnya Tunas ………. 47

3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) ……… 48

4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ……… 48

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ……… 49

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST………. ... 49

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) ……… 50

8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST………. 50

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm) ……… 51

10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST……… 51

11.Data Pengamatan Jumlah Cabang (cabang) ……… 52

12.. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang ………. 52

13.Data Pengamatan umur Berbunga (hari) ……….. 53

14.Daftar Sidik Ragam umur Berbunga (hari) ……….. … 53

15.Data Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman Sampel (Buah) ………… 54

16.Daftar Sidik Jumlah Umbi Pertanaman Sampe ………. 54

17.Data Pengamatan Berat Umbi Pertanaman Sampel (kg) ……… 55

18.Daftar Sidik Ragam Berat Umbi Pertanaman Sampel ……… 55

19.. Data Pengamatan Berat Umbi Perplot (kg) ………. 56

20.Daftar Sidik Ragam Berat Umbi Perplot ……….. 56

21.Data Pengamatan Diameter Umbi (cm) ………. 57


(13)

23.Data Pengamatan Panjang Umbi (cm) ………. 58

24.Daftar Sidik Ragam Panjang Umbi ……… 58

25.Rangkuman uji Beda Rataan Pengaruh Lama dan tempat penyimpanan bahan setek terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman Ubi Jalar……… 59

26.Bagan Lahan Penelitian ……….. 60

27.Jadwal Kegiatan Penelitian ………. 62


(14)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian Tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov adalah seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika bagian tengah. Ubi jalar menyebar keseluruh dunia diperkirakan pada abad ke-16. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas hampir di semua propinsi Indonesia (Rukmana, 1997).

Menurut Sarwono (2005) produksi ubi jalar di Indonesia belum memuaskan. Karena produksi cenderung stabil bahkan menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1985 data BPS mencatat luas areal panen tanaman ubi jalar adalah 265.000 Ha dengan produksi 2.16 juta ton, tahun 1886 turun menjadi 213.000 Ha dengan produksi 2.0 juta ton. Tahun 2001 luas panen semakin susut menjadi 181.026 Ha dengan produksi sebesar 1.749.070 ton.

Di Indonesia, status ubi jalar sebagai komoditas pangan belum sebanding dengan Padi atau Jagung. Penggunaan ubi jalar sebagai “Makanan Pokok” sepanjang tahun terbatas dikonsumsi oleh penduduk di Irian Jaya dan Maluku. Selama ini masyarakat menganggap bahwa ubi jalar merupakan bahan pangan dalam situasi darurat. Padahal potensi ekonomi dan sosial dari tanaman ubi jalar cukup tinggi, antara lain sebagai bahan pangan yang efisien pada masa mendatang dan bahan baku industri. Sentral-sentral produksi tanaman ubi jalar yang paling


(15)

luas adalah propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara Irian Jaya dan Nusa Tenggara Timur ( Rukmana, 1997).

Produktivitas tanaman ubi jalar masih dapat ditingkatkan tiga sampai empat kali lipat dari rata-rata produksi tahun 1992 (9.4 ton/ha). Menurut Balitkabi penyebab produktivitas tanaman ubi jalar yang rendah adalah;

1) Petani masih banyak menggunakan varietas local karena kesulitan dalam mendapat bibit varietas unggul.

2) Imput yang diberi ke dalam pertanaman masih rendah.

3) Petani umumnya menggunakan bibit perbanyakan secara setek dengan bahan tanam diambil dari pertanaman produksi sehingga hasilnya kurang bagus. 4) Adanya gangguan hama dan penyakit tertentu seperti hama boleng dan

penyakit kudis dan sebagainya.

5) Adanya hambatan non biologis seperti kekeringan dan naungan. (Sarwono, 2005).

Varietas tanaman ubi jalar berdasarkan warna daging dan rasanya terdiri atas dua jenis yakni dengan warna daging kuning-orange yang lembut, basah dan manis ketika dimasak dan varietas yang lain dengan warna daging putih mulai dari yang kering hingga basah dan sering disebut dengan nama “ Yams” (Decotau, 2000).

Umbi dari ubi jalar dapat diolah dalam berbagai bentuk , misalnya daun untuk sayuran dan pakan ternak, kulit umbi dan batang sebagai pakan ternak, umbi segar sebagai bahan makanan dan pati untuk pakan ternak (Anonimous, 2006).


(16)

Umbi dari tanaman ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi) yang cukup tinggi, dan menduduki peringkat keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu. Umbi juga merupakan sumber vitamin dan mineral yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan masyarakat. Keunggulan umbi tanamana ubi jalar dalam hal kandungan gizi terletak pada kandungan beta karoten yang cukup tinggi dibanding dengan jenis tanaman pangan lainnya (Juanda dan Cahyono, 2000).

Tabel 1. Kandungan gizi umbi tanaman ubi jalar setiap 100 g bahan yang dapat dimakan

Jenis Zat Jumlah Kandungan Air

Serat kasar Kalori Protein Fe (zat besi) Na (Natrium) Ca (zat Kalsium) P (fosfor) Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Niacin Vitamin C Abu Lemak Karbohidrat Gula Amilosa 70 g 0.3 g 113 kal 2.3 g 1.0mg 5 mg 46 mg 49 mg 7100 iu 0.08 mg 0.05 mg 0.9 mg 20 mg 1.2 g 0.7 g 27.9 g 2-6.7 g 9.8-26 g

Sumber : Tsou, dkk. (1989) dalam widowati (1994), dan direktorat Gizi (1967)

Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif yaitu melalui biji dan secara vegetatif melalui setek batang atau setek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada penelitian untuk menghasilkan varietas baru (Anonimous, 2007).


(17)

Perbanyakan tanman ubi jalar dimulai pada tahap awal dengan menanam turus-turus. Perbanyakan dengan menggunakan turus sudah banyak yang berhasil Turus harus mengandung paling sedikit satu buku, kemudian diletakkan pada medium yang lembab, yamg bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar (Goldsworthy and Fisher, 1984).

Menurut Juanda dan Cahyono (2005) menyatakan bahwa bahan setek untuk tanaman ubi jalar dilakukan penyimpanan selama 1-7 hari ditempat yang teduh atau terhindar dari sinar matahari langsung.

Penyimpanan bahan setek pada tempat yang lembab bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar, jika akar semakin cepat muncul akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman atau munculnya tunas. Akar dari tanaman ubi jalar berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil fotosintesis. Semakin cepat terbentuknya akar akan menentukan jumlah akar umbi. Menurut literature Goldsworthy and Fisher ( 1984) mengatakan bahwa jumlah akar umbi ditentukan pada 30 hari pertama setelah penanaman.

Dalam penyimpanan perlu diperhatikan temperatur dan kelembaban, temperatur yang tinggi pada saat penyimpanan akan mengakibatkan kerusakan pada bahan tanaman. Karena akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair. Umumnya temperatur penyimpanan dipengaruhi langsung oleh temperatur udara pada tempat penyimpanan. Temperatur dan kandungan air yang tinggi akan meningkatkan kegiatan respirasi benih dan menghasilkan panas serta CO2. Selain

terjadi akumulasi panas didalam tempat penyimpanan akibat hasil respirasi tersebut, terjadi pula kondensasi pada permukaan bahan tanaman sehingga titik-titik air akan diserab oleh bahan tanaman tersebut. Kandungan air yang tinggi


(18)

akan meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang mana akan mempercepat terjadinya respirasi, sehingga perombakan cadangan makanan makain besar (Sutopo, 1988).

Kehilangan air dari daun bisa mengurangi kandungan air setek sehingga akan mempersulit pertumbuhan dan perkembangan setek. Untuk mengurangi kehilangan air dari bahan setek dilakukan dengan memelihara keadaan lingkungan setek (Hardmann, Kester, Davies dan Geneve, 2002)

Dengan penyimpanan bahan setek dibungkus dengan daun pisang dan gedebok pisang bertujuan untuk mengurangi terjadinya transpirasi dan evapotrasnpi dari bahan setek tersbut.

Tanaman yang distresskan dengan penyimpanan akan dapat kembali normalkan saat dilakukan penanaman, karena stress ini memiliki sifat reversible dengan menyingkirkan stressnya, yang berarti tidak merusak. Tapi perlu diketahui jika stress berlangsung lama dapat berakibat pada kerusakan sampai kematian. karena disebabkan ketidakmampuan organisme tersebut untuk bersaing dengan tanaman yang lain (Harjadi dan Yahya, 1997).

Tanaman yang mengalami stress dapat memperpendek pertumbuhan vegetatif sehinnga mempercepat pertumbuhan generatif yaitu pemunculan bunga. Bahan setek ubi jalar yang disimpan akan merangsang cepatnya inisiasi akar, sehingga memacu pertumbuhan daun dan tunas-tunas baru. Semakin banyaknya daun akan mempengaruhi fotosintesis dan perkembangan umbi.

Pemindahan tanaman dari suatu tempat ketempat lain merupakan pola paling penting untuk mengembangkan pertanian di seluruh dunia. Keperluan akan


(19)

varietas unggul mendorong kita untuk mendatangkannya dari daerah lain. Untuk mendatangkan suatu tanaman ke daerah baru pastinya menempuh jarak dan waktu yang lama (Allard, 1960).

Ketahanan suatu tanaman akan menentukan kualitas dari tanaman tersebut, tanaman yang mengalami perjalanan jauh akan mempengaruhi fisik dari tanaman tersebut. Faktor-faktor fisik dipengaruhi oleh lingkungannya yaitu suhu, kelembaban relatif dan cahaya. Faktor lingkungan tersebut akan berinteraksi dengan genotif tanaman budidaya yang diintroduksi (Welsh, 1960).

Pada umumnya petani menggunakan bangian dari tanaman ubi jalar sebagai bahan perbanyakan olek karena itu petani tidak mengintroduksi biji tetapi batang dari tanaman tersebut. Perjalanan jauh dan waktu yang lama akan merusak bahan tanaman tersebut. Untuk itu perlu diketahui berapa lama bahan setek dari tanaman ubi jalar disimpan dan tempat penyimpanan yang baik tanpa mengurangi kualiatanya.

Dari hal diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh lama dan cara penyimpanan bahan setek terhadap tertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar (Ipomea batatas L).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama dan cara penyimpanan bahan setek terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar (Ipomea batatas L).


(20)

Hipotesa Penelitian

1. Lama penyimpanan bahan setek berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar.

2. Cara penyimpanan bahan setek ubi jalar berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar.

3. Interaksi antara lama penyimpanan dengan tempat penyimpanan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Para ahli taksonomi meggolongkan tanaman ubi jalar sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Family : Convolvulaceae Genus : Ipomea

Species : Ipomea batatas (L) Lam (Rukmana, 2001)

Tanaman ubi jalar adalah tanaman dikotil termasuk keluarga convolvulaceae yang memiliki dua tipe akar, yaitu akar penyerap hara disebut akar sejati dan akar penyimpan energi hasil fotosintesis yang disebut umbi. Akar serabut dapat tumbuh di kedua sisi tiap ruas pada bagian batang yang bersinggungan dengan tanah (Sarwono, 2005).

Ubi jalar berbatang lunak, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus, batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang ruas antara 1 - 3 cm dan setiap ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas atau cabang. Panjang batang utama beragam tergantung varietasnya, yakni berkisar 2 - 3 meter untuk varietas ubi jalar merambat dan 1 - 2 meter untuk varietas ubi jalar tidak merambat (Juanda dan Cahyono, 2000).


(22)

Daun ubi jalar berbentuk bulat, menyerupai jantung (hati) atau seperti jari tanga, tertopang tangkai yang tegak. Tipe daun bervariasi antara rata, berlekuk dangkal dan menjari, ujung daun runcing atau tumpul. Warna daun bervariasi dari hijau tua sampai hijau kekuningan, warna tangkai daun dan tulang daun antara hijau sampai ungu, sesuai warna batangnya (Sarwono, 2005).

Tanaman ubi jalar yang sudah berumur kira-kira 3 minggu setelah tanam biasanya sudah membentuk umbi. Bentuk umbi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Kulit umbi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan tergantung jenisnya. Struktur kulit umbi bervariasi antara tipis sampai dengan tebal, dan biasanya bergetah, daging umbi berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit ungu (Rukmana, 2001).

Buah pada tanaman ubi jalar berkotak tiga. Buah akan tumbuh setelah terjadi penyerbukan. Satu bulan setelah terjadi penyerbukan, buah ubi jalar sudah masak. Di dalam buah banyak berisi biji yang sangat ringan. Biji buah memiliki kulit yang keras. Biji-biji tersebut dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman

secara generatif untuk menghasilkan varietas ubi jalar yang baru (Juanda dan Cahyono, 2000).

Mahkota bunga menyatu berbentuk terompet, berdiameter 3 - 4 cm, berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu, menyerupai warna bunga ‘mekar pagi’. Biji terbentuk dalam kapsul, sebanyak 1-4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya membutuhkan pengausan (skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).


(23)

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman ubi jalar cocok dibudidayakan di daerah yang memiliki suhu yang tinggi pada siang maupun malam hari, umumnya intensitas cahaya tinggi

dan hari panjang yang mendukung pertumbuhan tajuk (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).

Daerah yang paling ideal untuk mengembangkan ubi jalar adalah daerah bersuhu antara 210 - 270 C, yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari, berkelembaban udara (RH) 50%-60%, dengan curah hujan 750 mm – 1500mm pertahun. Pertumbuhan dan produksi optimal untuk usaha ubi jalar pada musim kering (kemarau) (Rukmana, 2001).

Tanah

Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau berdrainase buruk akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yamg optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7. Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono, 2005).

Sifat fisik tanah yang baik mempengaruh peningkatan peredaran oksigen, oksigen yang tersedia di dalam tanah mendukung aktivitas mikroorganisme didalam tanah. Sifat fisika tanah yang gembur memudahkan perakaran tanaman berkembang dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman pun menjadi baik pula.


(24)

Tanaman ubi jalar yang tumbuh dengan baik akan menghasilkan umbi yang

banyak, bentuknya bagus dan permukaan umbi yang rata (Juanda dan Cahyono, 2000).

Ubi jalar menyukai tanah liat berpasir remah yang berdrainase baik, dengan aerase yang memadai. Pemadatan tanah berpengaruh buruk terhadap bentuk dan ukuran umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).

Penyediaan Bibit

Perkembangbiakan tanaman ubi jalar dapat dilakukan secara generatif (biji) dan secara vegetatif (batang, pucuk, dan umbi). Pembiakan ubi jalar secara generatif umumnya hanya dilakukan untuk pemuliaan tanaman dan pembiakan tanaman ubi jalar dengan setek batang, setek pucuk dan setek umbi dilakukan para petani (Juanda dan Cahyono, 2005).

Perbanyakan dengan menggunaan potongan umbi adalah yang paling umum dan merupakan satu-satunya yang dilakukan dalam produksi umbi komersial. Perbanyakan melalui potongan kuncup eram (bulbil) adalah sangat serupa dengan yang melalui umbi. Dua metode perbanyakan vegetatif ubi lainnya yang baru-baru ini meningkat peranannya adalah perbanyakan melalui turus batang dan budidaya jaringan (Goldsworthy dan Fisher, 1984).

Pada umumnya ubi jalar diperbanyak dengan setek yaitu bangian batangnya yang akan digunakan untuk bibit. Bibit yang diperoleh dari ujung

batang merupakan bibit tanaman yang paling bagus (Lingga, Djazuli, dan Dimiyati, 1989).


(25)

Bahan tanaman dari tunas-tunas umbi jauh sebelumnya harus dilakukan pemilihan umbi yang umumnya cukup tua, keadaan umbi sehat, dan berukuran minimal sebesar telur ayam. Umbi tersebut ditanam pada lahan khusus penunasan, setelah berumur 2 bulan dipindahkan dengan cara pemotongan bahan tanaman (Rukmana, 1997).

Didaerah iklim sedang umbi digunakan untuk menghasilkan bibit. Hal ini memerlukan jumlah umbi yang sangat besar, yang sebetulnya bisa dikonsumsi. Ubi kecil, yang tidak sesuai untuk dipasarkan kadang digunakan tanam langsung dilapang.(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Bahan tanaman (setek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan setek batang atau setek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3 - 5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan (Anonimous, 2006).

Bibit ubi jalar yang ditanam dikebun harus dipilih dari jenis bibit ubi jalar yang baik. Untuk mendapat bibit ubi jalar yang baik harus dilakukan penyeleksian yang ketat dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Bibit berasal dari ubi jalar varietas unggul

2. Bibit yang berasal dari setek batang atau setek pucuk harus sudah berumur minimal 2 bulan atau lebih, dan dari tanaman yang sehat, dan pertumbuhannya baik. Setek dapat diambila dari pertanaman dikebun atau persemaian khusus.


(26)

3. Panjang setek batang atau setek pucuk adalah 25 cm, yang ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya belum tumbuh akar.

4. Setek telah mengalami penyimpanan 1-7 hari.

5. Setek tidak berasal dari perbanyakan tanaman yang lebih dari tiga generasi karena hasilnya sudah menurun.

(Juanda dan Cahyono, 2000).

Penyimpanan Bahan Setek

Bahan setek disimpan dengan tujuan agar tanaman tersebut mengalami stress, sehingga daun akan mengalamai pelayuaan. Menurut Dwidjoseputro (1985) pada daun-daun yang mulai layu, kita ketahui adanya respirasi yang lebih giat disebabkan oleh bertambahnya gula yang terbentuk dan timbunan tepung, dan hal ini mempengaruhi aktivitas enzim.

Pada saat penyimpanan akan terjadi inisiasi akar. Inisiasi terjadi sesudah bagian batang atau cabang dipotongan, di daerah bekas potongan tersebut menjadi luka, yang mana akar adventif selalu terjadi pada bagian tanaman yang bersifat meristematik. Pada luka ini terjadi diferensiasi sel kembali (Ashari, 2006).

Jika suatu jaringan terluka tampaklah respirasi lebih giat sebagai

manifestasi aktivitas sel-sel parenkim yang berusaha menutupi luka tersebut (Goldsworthy and Fisher, 1984).


(27)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, ketersediaan air, cahaya, komposisi udara. Pada suhu yang tinggi maka laju transpirasi akan meningkat akibatnya jaringan tanaman mengalami hidrasi. Pertumbuhan tanaman sangat tergantung kepada jumlah air yang tersedia didalam tanah. Pertumbuhan akan dibatasi oleh kandungan air sangat rendah maupun kandungan air sangat tinggi. Air dibutuhkan tanaman untuk membuat karbohidrat didaun, untuk menjaga hidarasi protoplasma, dan sebagai pengangkutan dan mentranslokasi makanan-makanan dan unsure-unsur mineral. Tegangan air internal (di dalam sel) mengakibatkan reduksi pembelaan dan perpanjangan sel. Peningkatan suplai air kedalam tanah menghasilkan serapan hara cenderung meningkat oleh tanaman. Jika penyediaan air cukup didalam tanah, maka pupuk yang diberi terpakai secara optimal

(Nyakpa, Lubis, Pulung, Amrah, Munawar, Hong, dan Hakim , 1988).

Sistem perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh factor genetis dari tanaman yang bersangkutan, tetapi telah dibuktikan juga bahwa sistem perakaran tanaman tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah atau tempat tumbuh tanaman. Pertumbuhan system perakaran tanaman ini akan menyimpang dari kondisi idealnya, jika kondisi tanah tanah sebagai tempat tumbuhnya tidak pada kondisi optimal. Sebagai contoh jika lapisan tanahnya terdapat lapisan tumbuhan secara horizontal menyebar di atas tanah tersebut (Lakitan, 2000).

Akar-akar adventif berkempang pada pada tahap awal dari buku – buku dekat penempelan daun pertama yang berkembang sempurna. Jumlah akar yang


(28)

terbentuk mencapai suatu maksimum pada 10 - 15 hari setelah pertanaman. Kondisi lingkungan selama pertumbuhan awal mempengaruhi bangian akar yang terbentuk dalam masing-masing golongan. Suhu dingin (220 - 24o c) dan persediaan kalium yang cukup menyebabkan aktivitas yang cepat dalam pembentukan lignin akar sedikit (Goldsworthy and Fisher, 1992).

Pada tumbuhan berkayu meristem samping (kambium) menghasilkan xilem sekunder yang menyebabkan diameter batang dan akar membesar. Pembesaran ini diakibatkan dari pengambilan air oleh sel yang kemudian merenggangkannya. Sel menyerap air lalu membesar akibat aktivitas metabolic sel (turgor) menyebabkan terjadinya petumbuhan dengan cara mendorong dingding dan membran untuk melar (Salisbury and Ross, 1992).

Kemampuan tanaman untuk menggunakan air secara efisien dan menghindarkan pengaruh yang merusakkan dari stress air tergantung atas tahap perkembangan. Sebagai contoh dalam beberapa penelitian telah ditemukan bahwa tanmaman sangat sensitive terhadap stress air pada permulaan fase reproduktif tetapi relatif tidak sensitive selama pertumbuhan vegetatif (Fitter and Hay, 1991).

Cahaya mempengaruhi pembentukan akar umbi, intensitas cahaya rendah menurunkan baik aktivitas kambium maupun pembentukan lignin dan menunda perkembangan. Sitokinin nampaknya memegang peranan dalam perkembangan umbi melalui percepatan pembelahan dan pembesaran sel. Sementara akar berkembang kandungan sitokininnya meningkat sebanding dengan kenaikan umbi (Goldsworthy and Fisher, 1992).


(29)

Pertumbuhan umbi karena pembelahan dan pembesaran sel yang terus menerus. Pembentukan umbi akibat mobilitas karbohidrat kepangkal daun-daun muda. Menurut Beath dan Roldsworth (1984) disini terjadi penghambatan pertumbuhan meristem-meriatem apical dan akar, umumnya bersama-sama dengan penghentian pembelahan sel dan mulai penggelembungan kearah lateral dipangkal daun-daun muda (Thomson and Kelly, 1957).

Untuk pembentukan umbi dipengaruhi oleh masa pencahayaan hari pendek ( tanaman hari pendek). Pembentukan umbi dirangsang oleh hari yang panjang. Stimulus untuk pembentukan umbi maupun terbentuk didaun-daun dan diangkut kebangian yang bersangkutan. Aukxin merangsang pembentukan umbi.

Pembesaran umbi terjadi karena pembelahan sel (Heddy, Susanto dan Kurniaty , 1994).


(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di daerah Sempakata kotamadya Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan awal bulan Juni sampai awal bulan Oktober 2007.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan setek pucuk ubi jalar sebagai bahan tanaman, pupuk urea, TSP, KCL sebagai sumber hara bagi tanaman, gedebog pisang dan daun pisang sebagai tempat penyimpanan setek dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membersihkan dan megolah tanah, pisau untuk memotong bahan setek, gembor untuk menyiram tanaman, timbangan untuk menimbang berat umbi, meteran untuk mengukur pertambahan tinggi tanaman, pacak perlakuan untuk menandai perlakuan, alat tulis untuk mencatat data-data yang diamati dan alat yang mendukung dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) factorial dengan dua factor perlakuan yaitu:


(31)

I . Faktor lama penyimpanan bahan setek (B) yang terdiri dari empat taraf yaitu B1 = langsung tanam

B2 = 4 hari

B3 = 8 hari

B4 = 12 hari

II. Faktor Tempat penyimpanan bahan setek (T) yang terdiri dari tiga taraf yaitu T1 = Kontrol (tanpa dibungkus)

T2 = Dibungkus dengan daun pisang

T3 = Dibungkus dengan gedebok pisang

Sehingga diperoleh 12 perlakuan kombinasi B1T1 B2T1 B3T1 B4T1

B1T2 B2T2 B3T2 B4T2

B1T3 B2T3 B3T3 B4T3

Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah kombinasi = 12 kombinasi Ukuran plot = 300 cm X 280 cm Jarak antar plot = 40 cm

Jarak tanam = 100 cm x 40 cm

Jumlah plot = 30 plot

Jumlah tanaman per plot = 9 tanaman Jumlah tanaman sampel = 2 tanaman Jumlah total tanaman sampel = 60 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya = 270 tanaman


(32)

Adapun metode analisa penelitian yang digunakan adalah:

Y

ijk

=

μ

+

ρ

I

+

α

j

+

β

k

+ (

αβ

)

jk

+

ε

ijk

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blpk ke-I yang mendapat perlakuan waktu

penanaman bahan setek pada taraf ke-j dan cara penyimpanan

bahan setek-k

μ : Nilai tengah yang sebenarnya

ρI : Pengaruh ulangan pada taraf ke-j

αj : Pengaruh waktu penanaman bahan setek pada taraf ke-j βk : Tempat penyimpanan bahan setek pada taraf ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi perlakuan waktu penanaman bahn setek pada

taraf ke-j dan cara penyimpanan bahan setek pada taraf ke-k εijk :Galat

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan

dengan uji beda rataan uji jarak dunkan (DMRT) dengan taraf 5 % (Bangun, 1991).


(33)

Pelaksanaan Penelitian

Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:

Penyiapan Bibit

Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut:

¬ Di pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih yang keadaan pertumbuhannya sehat dan normal.

¬ Bahan setek terdiri dari empat buku, pengambilan bahan setek dilakukan pada pagi hari dipotong dengan menggunakan pisau yang tajam, dihindarkan setek dari batang yang telah keluar akar karena hasilnya kurang bagus.

¬ Setek ubi jalar dikumpulkan dan diikat sesuai dengan kebutuhan kemudian di simpan, lama penyimpanan disesuaikan dengan perlakuan.

Penyimpanan Bahan setek

Bahan setek disimpan pada tempat yang teduh dan terhindar dari sinar matahari langsung dengan suhu rata-rata 28.5 0 C. Peyimpanan bahan setek disesuaikan dengan perlakuan. Sebelum bahan setek tersebut dibungkus terlebih dahulu diikat dengan tali, diusahkan agar ikatannya tidak ketat atau longgar agar tidak rusak.


(34)

Penyiapan Lahan dan Pengolahannya

Penyiapan lahan dengan tanah diolah terlebih dahulu. Dibersihkan dari gulma, kemudian di cangkul hingga gembur. Kemudian dibuat bedengan, arah bedengan timur-barat agar cahaya matahari dapat menyebar secara merata. Bedengan berukuran lebar 60 cm, tinggi 30 cm, panjang 160 cm dan jarak antar bedengan 40 cm Selanjutnya dibuat saluran drainase pada pinggir lahan pada tempat yang paling rendah dengan lebar 80 cm dengan dalam lebih rendah dari lahan, kemudian dibiarkan selama satu minggu.

Penanaman

Pada bedengan yang telah dibuat selanjudnya dilakuakan pembuatan lubang tanam sepanjang puncak bedengan dengan cangkul sedalam 10 cm dengan jarak tanam atau antar lubang 40 cm. Penanaman bahan setek disesuaikan dengan perlakuan yaitu lama penyimpanan bahan setek dan tempat penyimpanan. Penanaman bibit setek ubi jalar dilakukan dengan posisi mendatar. Pangkal setek ditanam sedalam 10 cm (2/3 bagian terbenam) sehingga tinggal bagian pucuk setek (1/3 bagian) yang menyempul kepermukaan tanah. Selanjutnya tanah didekat pangkal setek dipadatkan. Kemudian dilakukan pemupukan pupuk fosfat (P) (Juanda dan Cahyono, 2000).


(35)

Pemeliharaan

Adapun pemeliharaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ; penyulaman, penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, pengangkatan batang, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen

a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu, jika ada bibit yang mati atau pertumbuhannya tidak bagus.

b. Penyiraman

Pada hakekatnya tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap air yang banyak, oleh karena itu penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan.

c. Penyiangan dan pembumbunan

Penyiangan dan pembumbunan bertujuan untuk memelihara kebersihan dari rerumputan (gulma) yang mengganggu tanaman ubi jalar dan memperbaiki struktur tanah agar tetap gembur. Penyiangan dilakukan pada saat gulma masih muda agar tidak menimbulkan kerusakan akar tanaman ubi jalar. Penyiangan dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan dicabut. Pembersihan rumput pada selokan dilakukan dengan menggunakan cangkul sekalian memperbaiki selokan.

Pembumbunan tanaman ubi jalar dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian pembumbunan diulang pada saat tanaman berumur 50-60 hari setelah tanam.


(36)

d. Pengangkatan batang

Pengangkatan batang bertujuan untuk mencengah terbentuknya umbi-umbi kecil pada ruas-ruas batang. Pengangkatan atau pembalikan batang dilakukan pada umur 60-70 hari setelah tanam atau dilakukan berdasarkan pengamatan adanya akar yang tumbuh pada ruas-ruas batang.

e. Pemupukan

Pemupukan pupuk phospat dilakuakn pada waktu tanam, sedangkan waktu pemupukan pupuk nitrogen dan kalium diberikan pada 7 hari setelah tanam yaitu 1/3 dosis dan 42 hari setelah tanam yaitu 2/3 dosis. Adapun pupuk yang dibutuhkan tanaman ubi jalar adalah : urea (422 kg), SP (165 kg) dan KCL (618 kg).

f. Pengendalian hama dan penyakit

Pada penelitian ini pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan, karena dari hasil pengamatan dilapangan tanaman ubi jalar tidak diserang hama dan penyakit.

Panen

Tanaman ubi jalar dipanen setelah berumur 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara menyabit dan memotong batang ubi jalar lalu menggali guludan dengan hati-hati jangan sampai umbinya rusak lalu dikumpulkan dan ditimbang.


(37)

Pengamatan Parameter

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertambahan panjang tanaman (cm), tumbuhnya tunas (hari), jumlah cabang (cabang), umur berbunga (hari), jumlah umbi pertanaman sample (umbi), berat umbi pertanaman sample (kg), berat umbi perplot (kg), diameter umbi (cm) dan panjang umbi (cm).

a. Pertambahan Panjang Tanaman (cm)

Pertambahan panjang tanaman diukur dengan menggunakan meteran. Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ke titik tumbuh tanaman. Pengukuran panjang tanaman dilakukan 2 minggu setelah tanam. Pengamatan dilakukan dengan interval 2 minggu sampai berakhirnya masa vegetatif ditandai dengan munculnya bunga.

b. Tumbuhnya Tunas (hari)

Tumbuhnya tunas dapat diamati pada hari keberapa tunas dari tanaman tersebut tumbuh. Pengamatan dilakukan apabila 75 % tanaman tersebut bertunas.

c. Jumlah Cabang

Jumlah cabang dihitung dengan cara mengamati berapa banyak cabang yang tumbuh dari batang tanaman. Cabang yang diamati adalah cabang yang tumbuh dari batang utama. Pengamatan dilakukan sekali yaitu pada waktu panen.


(38)

d. Umur Berbunga (hari)

Pengamatan dilakukan apabila tanaman yang berbunga 75 % dari jumlah keseluruhan.

e. Jumlah Umbi Pertanaman Sampel (buah)

Jumlah umbi dihitung dengan cara mengamati berapa banyak umbi yang terbentuk dari akar tanaman. Umbi yang diamati adalah umbi yang terbentuk pada akar batang utama (setiap akar yang sudah membentuk umbi) sedangkan umbi yang terbentuk pada batang yang menjalar tidak termasuk

f. Berat Umbi Pertanaman Sampel (kg)

Berat umbi pertanaman sample dihitung dengan cara menimbang berat umbi pertanaman. Umbi tanaman sebelum ditimbang dibersihkan terlebih dahulu dari tanah.

g. Berat Umbi Perplot (kg)

Berat umbi perplot dihitung dengan cara menimbang berat umbi perplot, . sebelum ditimbang umbi tanaman dibersihkan terlebih dahulu dari tanah.


(39)

h. Diameter Umbi (cm)

Diameter umbi diambil dari pengukuran diameter pangkal ditambah diameter bagian ujung lalu dirata-ratakan. Diameter umbi diukur dengan menggunakan jangka sorong.

i. Panjang Umbi (cm)

Panjang umbi diambil dari pengukuran pangkal umbi sampai ujung umbi diukur dengan menggunakan meteran.


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Setelah dilakukan pengamatan mulai dari 2 minggu setelah tanam (MST) hingga 16 MST, maka diperoleh hasil penelitian yang akan dijelaskan dibawah ini.

Pertambahan Panjang (cm)

Hasil analisis data (pada lampiran 2, 4, 6, 8) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh terhadap pertambahan panjang tanaman. Juga dapat dilihat bahwa media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang tanaman dan interaksi antara kedua perlakuan.

Pertambahan panjang tanaman ubi jalar pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pertambahan Panjang Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (cm).

Tempat Penyimpanan Lama

Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan

B1 72.55 72.55 72.55 72.55 a

B2 58.63 41.40 15.35 38.46 c

B3 49.55 44.50 56.97 50.34 bc

B4 70.45 50.18 65.60 62.08 ab

Rataan 62.80 a 52.16 a 52.62 a 55.86

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pertambahan panjang tanaman yang tertinggi pada perlakuan lama penyimpanan yaitu tanpa penyimpanan (B1) sebesar


(41)

72.55 berturut turut di ikuti penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 62.08 kemudian

penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 50.34 dan yang terrendah pada penyimpanan 4

hari (B2) sebesar 38.46. Selanjutnya pada media penyimpanan pertambahan

panjang tanaman yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 62.80

kemudian dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 52.62 dan yang

terrendah dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 52.16.

Kurva respon pertambahan panjang tanaman dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada gambar 1.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

0 4 8

Lama Penyimpanan (Hari)

Pertambahan Panjang Tanaman (c

12

m = 70.245 – 9.0812B + 0.7161B2

R2 = 0.8366

Y min = 41.45 pada B = 6.34

Gambar 1. Hubungan antara Pertambahan Panjang Tanaman dengan Lama Penyimpanan.

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan pertambahan panjang tanaman pada taraf perlakuan lama penyimpanan adalah kuadratik. Dimana pertambahan panjang tanaman ubi jalar tertinggi pada tanpa penyimpanan dan menurun pada penyimpanan selama 4 hari kemudian berturut-turut naik pada penyimpanan 8 dan 12 hari.


(42)

Tumbuhnya Tunas (hari)

Hasil analisis data (pada lampiran 10) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh terhadap tumbuhnya tunas. Juga dapat dilihat bahwa media penyimpanan tidak berpengaruh terhadap tumbuhnya tunas dan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tumbuhnya tunas

Tumbuhnya tunas tanaman ubi jalar pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Tumbuhnya Tunas Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (hari).

Tempat Penyimpanan Lama

Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan

B1 7.33 7.33 7.33 7.33 a

B2 6.33 4.67 4.67 5.22 b

B3 5.00 4.67 5.00 4.89 bc

B4 5.00 4.67 4.67 4.78 c

Rataan 5.92 a 5.33 a 5.42 a 5.56

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa tumbuhnya tunas tercepat pada penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 4.78 hari berturut – turut di ikuti penyimpanan

8 hari (B3) sebesar 4.89 hari kemudia penyimpanan 4 hari (B4) sebesar 5.22 hari

dan yang tertinggi pada taraf perlakuan tanpa penyimpanan (B1) sebesar 7.33

hari. Selanjutnya juga dapat dilihat pada media penyimpanan tumbuhnya tunas yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 5.92 hari kemudian

dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 5.42 hari dan yang terrendah pada

taraf perlakuan media penyimpanan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar


(43)

Kurva respon tumbuhnya tunas tanaman ubi jalar dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada gambar 2.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

0 4 8

Lama Penyimpanan (Hari)

Tumbuhnya Tunas (Hari)

= 7.2556 – 0.575B + 0.0313B2 R2 = 0.972

Y min = 4.61 pada B = 9.14

12

Gambar 2. Hubungan antara Tumbuhnya tunas dengan Lama Penyimpanan

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa hubungan antara lama penyimpanan dengan perlakuan lama penyimpanan adalah kuadratik. Dimana semakin lama bahan setek disimpan maka semakin cepat tumbuhnya tunas tanaman ubi jalar.

Jumlah Cabang (cabang)

Hasil analisis data (pada lampiran 12) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan dan tempat penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap jumlah cabang. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan tidak ada interaksi terhadap jumlah cabang.

Jumlah cabang tanaman ubi jalar pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.


(44)

Tabel 4. Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (Cabang).

Tempat Penyimpanan Lama

Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan

B1 3.17 3.17 3.17 3.17 a

B2 3.00 3.17 3.00 3.06 a

B3 3.17 2.67 3.00 2.94 a

B4 3.50 3.17 2.83 3.17 a

Rataan 3.21 a 3.04 a 3.00 a 3.08

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah cabang pada perlakuan lama penyimpanan yang tertinggi pada tanpa penyimpanan (B1) dan penyimpanan 12

hari (B4) sebesar 3.17 cabang dan diikuti B2 sebesar 3.06 cabang, yang terrendah

pada penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 2.94 cabang. Selanjutnya pada media

penyimpanan yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 3.21 cabang

kemudian dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 3.04 cabang dan yang

terrendah dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 3.00 cabang.

Umur Berbunga (hari)

Hasil analisis data (lampiran 14) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan dan berbagai media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap umur berbunga. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan dan berbagai media penyimpanan tidak ada interaksi terhadap umur berbunga.

Umur berbunga tanaman ubi jalar pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 5.


(45)

Tabel 5. Umur berbunga Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (hari).

Tempat Penyimpanan Lama

Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan

B1 71.00 71.00 71.00 71.00 c

B2 75.00 73.67 75.67 74.78 bc

B3 74.67 79.00 79.33 77.67 b

B4 81.00 95.00 87.00 87.67 a

Rataan 75.42 a 79.67 a 78.25 a 77.78

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pada perlakuan lama penyimpanan, umur berbunga tertinggi terdapat pada taraf perlakuan penyimpanan 12 hari (B4) sebesar

87.67 hari, diikuti oleh penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 77.67 hari dan

penyimpanan 4 hari B2 sebesar 74.78 hari dan yang tercepat pada perlakuan tanpa

penyimpanan (B1) sebesar 71.00 hari. Selanjutnya juga dapat dilihat pada media

penyimpanan umur berbunga tanaman ubi jalar yang tertinggi pada taraf perlakuan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 79.67 hari diikuti perlakuan

dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 78.25 hari dan yang terrendah

pada perlakuan kontrol (T1) sebesar 75.42 hari.

Kurva respon umur berbunga tanaman ubi jalar dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada gambar 3.


(46)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 4 8

Lama Penyimpanan (Hari)

Umur Berbunga (Hari)

= 69.844+ 1.3222B r = 0.9157

12

Gambar 3. Hubungan antara umur Berbunga dengan Lama Penyimpanan

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa hubungan umur berbunga dengan lama penyimpanan linier positip yang artinya semakin lama penyimpanan bahan setek maka umur berbunga akan semakin lama juga.

Jumlah Umbi Pertanaman Sampel (umbi)

Hasil analisis data (lampiran 16) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh terhadap jumlah umbi dan media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap jumlah umbi. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi diantara kedua perlakuan cenderung tidak berpengaruh terhadap jumlah umbi.

Jumlah umbi pertanaman sampel pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 6.


(47)

Tabel 6. Jumlah umbi Tanaman Ubi Jalar pada Masing-Masing taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (umbi).

Tempat Penyimpanan Lama

Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan

B1 3.83 3.83 3.83 3.83 a

B2 2.50 3.33 2.67 2.83 b

B3 2.50 3.17 2.33 2.67 cb

B4 2.67 2.83 2.17 2.56 d

Rataan 2.88 a 3.29 a 2.75 a 2.97

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah umbi pada perlakuan penyimpanan yang tertinggi pada pada taraf perlakuan langsung tanam (B1)

sebesar 3.83 umbi, diikuti perlakuan penyimpanan 4 hari (B2)sebesar 2.83 umbi

dan penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 2.67 umbi dan yang terrendah pada

penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 2.56 umbi. Selanjutnya pada perlakuan media

penyimpanan jumlah umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 3.29 umbi diikuti taraf perlakuan kontrol(T1) sebesar

2.88 umbi dan yang terrendah pada taraf perlakuan dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 2.75 umbi.

Kurva respon jumlah umbi pertanaman sampel dengan lama penyimpanan dapat dilihat pada gambar 4.


(48)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

0 4 8

Lama Penyimpanan (Hari)

Jumlah Umbi

= 3.5722 - 0.1B r = - 0.7784

12

Gambar 3. Hubungan antara Jumlah Umbi pertanaman sampel dengan Lama Penyimpanan

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan jumlah umbi dengan lama penyimpanan linier negatif yang artinya jumlah umbi pertanaman sample akan semakin sedikit jika penyimpana semakin lama.

Berat umbi Pertanaman Sample (kg)

Hasil analisis data (lampiran 18) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap berat umbi pertanaman sampel. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak ada interaksi terhadap berat umbi pertanaman sampel

Berat umbi pertanaman sampel pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 7.


(49)

Tabel 7. Berat Umbi Pertanaman Sampel pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (kg).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan

T1 T2 T3

Rataan

B1 1.07 1.07 1.07 1.07 a

B2 0.85 0.83 1.05 0.91 a

B3 0.87 0.98 0.68 0.84 a

B4 0.90 1.05 0.65 0.87 a

Rataan 0.92 a 0.98 a 0.86 a 0.92

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 7 dapat kita lihat bahwa berat umbi pertanaman sampel pada taraf perlakuan lama penyimpanan yang tertinggi pada tanpa penyimpanan (B1)

sebesar 1.07 kg berturut-turut diikuti penyimpanan 4 hari (B2)sebesar 0.91 kg

dan penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 0.87 kg dan yang terrendah pada

penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 0.84 kg. Selanjutnya pada perlakuan media

penyimpanan berat umbi pertanaman sample yang tertinggi pada taraf perlakuan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 0.98kg kemudian pada taraf perlakuan

kontrol (T1) sebesar 0.92 kg dan terrendah pada taraf perlakuan bungkus dengan

gedebog pisang (T3) sebesar 0.86 kg.

Berat umbi perplot (kg)

Hasil analisis data (lampiran 20) menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap berat umbi perplot. Juga dapat dilihat bahwa media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap berat umbi perplot, serta perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak ada interaksi terhadap berat umbi perplot.


(50)

Berat umbi perplot pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada table 8.

Tabel 8. Berat Umbi Perplot pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (kg).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan

T1 T2 T3

Rataan

B1 11.43 11.43 11.43 11.43 a

B2 10.57 7.90 10.73 9.73 a

B3 9.35 8.57 10.27 9.39 a

B4 8.40 7.73 8.95 8.36 a

Rataan 9.94 a 8.91 a 10.35 a 9.73

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 8 dapat kita lihat bahwa pada perlakuan lama penyimpanan berat umbi perplot yang tertinggi pada taraf perlakuan tanpa penyimpanan (B1)

sebesar 11.43 kg berturut-turut diikuti taraf perlakuan penyimpanan 4 hari (B2)

sebesar 9.73 kg dan penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 9.39 kg dan yang terrendah

pada taraf perlakuan penyimpanan 12 hari (B4) sebesar 8.36 kg. Selanjutnya pada

perlakuan media penyimpanan berat umbi perplot yang tertinggi pada taraf perlakuan dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 10.35 kg dan terrendah

pada taraf perlakuan dibungkus dengan daun pisang (T2) sebesar 8.91kg.

Diameter Umbi (cm)

Hasil analisis data (lampiran 22) menunjukkan bahwa perlakuan lama dan media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap diameter umbi. Selanjudnya perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak ada interaksi terhadap diameter umbi


(51)

Diameter umbi pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Diameter Umbi pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (cmi).

Tempat Penyimpanan Lama Penyimpanan

T1 T2 T3

Rataan

B1 7.10 7.10 7.10 7.10 a

B2 6.41 6.45 6.92 6.60 a

B3 7.70 7.19 6.42 7.10 a

B4 7.35 7.11 7.25 7.24 a

Rataan 7.14 a 6.96 a 6.92 a 7.01

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 9 dapat kita lihat bahwa pada perlakuan lama penyimpanan diameter umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan penyimpanan 12 hari (B4)

sebesar 7.24 cm berturut-turut diikuti tanpa penyimpanan (B1) dan penyimpanan 8

hari (B3) sebesar 7.10 cm dan yang terrendah pada taraf perlakuan penyimpanan

4 hari (B2) sebesar 6.60 cm dan. Selanjutnya pada perlakuan media penyimpanan

diameter umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar 7.14 cm

dan terrendah pada taraf perlakuan dibungkus dengan gedebog pisang (T3)

sebesar 6.92 cm.

Panjang Umbi (cm)

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap panjang umbi. Juga dapat dilihat bahwa media penyimpanan cenderung tidak berpengaruh terhadap panjang umbi, serta perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan cenderung tidak ada interaksi terhadap panjang umbi.


(52)

Panjang umbi pada masing-masing taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Panjang Umbi pada Masing-Masing Taraf Perlakuan Lama dan Media Penyimpanan (cm).

Tempat Penyimpanan Lama

Penyimpanan T1 T2 T3 Rataan

B1 8.47 8.47 8.47 8.47 a

B2 10.51 10.48 11.22 10.74 a

B3 10.84 9.69 9.80 10.11 a

B4 11.64 10.96 10.41 11.00 a

Rataan 10.37 a 9.90 a 9.98 a 10.08

Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang tidak sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5 % dan angka-angka yang diikuti notasi yang sama menunjukkan beda tidak nyata.

Dari tabel 10 dapat kita lihat bahwa pada perlakuan lama penyimpanan panjang umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan penyimpanan 12 hari B4 sebesar 11.00

cm berturut-turut diikuti penyimpanan 4 hari B2 sebesar 10.74 cm dan

penyimpanan 8 hari (B3) sebesar 10.11 dan yang terrendah pada taraf perlakuan

tanpa penyimpanan (B1) sebesar 8.47 cm. Pada perlakuan media penyimpanan

rataan panjang umbi yang tertinggi pada taraf perlakuan kontrol (T1) sebesar

10.37 dan terrendah pada tempat penyimpanan dibungkus dengan gedebog pisang (T3) sebesar 9.90 cm.


(53)

Pembahasan

Pengaruh Lama Penyimpanan Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar.

Dari hasil analisa data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata pada tumbuhnya tunas (hari), pertambahan panjang tanaman umur 2, 4, 6 dan 8 MST, umur berbunga (hari) dan jumlah umbi pertanaman sampel (umbi) dan berpengaruh tidak nyata pada jumlah cabang (cabang), berat umbi pertanaman sampel (kg), berat umbi perplot (kg), diameter umbi (cm) dan panjang umbi (cm).

Perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2-8 MST. Pada lama penyimpanan tinggi tanaman umur 8 MST yang tertinggi (72.55 cm) pada perlakuan kontrol. Dari sini dapat kita lihat bahwa perlakuan tanpa distreskan pertambahan tinggi tanaman lebih cepat daripada bahan setek yang distreskan. Hal ini diduga karena proses metabolisme pada tanaman menjadi terganggu yang pada akhirnya mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat. Sedangkan pada tanpa perlakuan penyimpanan bahan setek, tanaman tidak mengalami stres sehingga proses metabolisme pada tanaman berjalan dengan baik. Hasil fotosintesa sebagian ditranslokasi keakar untuk menunjang pertumbuhan akar dan sebagian lagi kepucuk tanaman yang menyebabkan pertumbuhan panjang tanaman. Hal ini didukung Harjadi (1996) yang menyatakan jika suatu tanaman membentuk sel baru, pemanjangan sel-sel tersebut sebenarnya mengembangkan batang, daun dan sistem perakarannya. Menurut Gardner, pearce dan Mitchell (1991) mengatakan pada meristem ujung


(54)

akar dan batang menghasilkan sel-sel baru sehingga tanaman bertambah tinggi atau panjang.

Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap umur tumbuh tunas, umur tumbuh tunas yang tercepat pada perlakuan 12 hari penyimpanan selama 4.78 hari dan terlama pada perlakuan tanpa penyimpanan selama 7.33 hari. Yang artinya semakin lama penyimpanan maka akan membuat tanaman tersebut semakin stress dan mendorong cepat mengeluarkan akar . Penyimpanan akan mengakibatkan daun berguguran, dengan gugurnya daun akan mempercepat tumbuhnya tunas Terbentuknya akar pada saat penyimpanan maka bahan setek tersebut ditanam dilapangan akan mempermudah pembentukan tunas. Menurut Wilkins (1989) pembentukan tunas tergantung pada munculnya akar. Dan menurut Wudianto (2002) mengatakan bahwa jumlah daun yang banyak akan menghambat pertumbuhan akar setek, karena daun mengalami proses penguapan yang besar, sehingga lebih bagus daun tidak ada.

Hal ini juga diduga jumlah kandungan auksin pada tanaman tinggi dan sitokinin rendah sehingga mendorong pembentukan akar adventif. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (2006) yang menyatakan sitokinin pada konsentrasi rendah akan mendorong kerja auksin yaitu pembentukan akar adventif sedangkan pada saat auksin rendah akan mendorong pertumbuhan tunas. Kebutuhan auksin itu terbukti dengan diperlukannya faktor daun yang harus ada agar setek dapat membentuk akar (Gardner, dkk, 1991).

Menuru Hardmann (2002) sel – sel somatic yang dewasa mempunyai kemampuan kembali untuk bersifat meristematis yang mempunyai kemampuna kembali untuk membentuk tunas atau daun baru. Pada saat bahan tanaman


(55)

tersebut dipotong maka akan mulai terjadi inisiasi, pada daerah pemotongan itu akan terjadi diferensisai (pembelahan sel).

Umur berbunga pada perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata, dengan umur berbunga terendah pada perlakuan langsung tanam (71.00 hari) dan terlama pada perlakuan 12 hari penyimpanan (87.67). Hal ini terjadi karena bunga yang muncul dari batang utama. Biasanya tanaman yang menjalar bunga yang muncul pertama sekali dari batang utama.

Pada parameter jumlah cabang memberikan pengaruh berbeda nyata, jumlah cabang terbanyak pada perlakuan B4 (3.17) dan yang terrendah pada

perlakuan B3 yang mana bahan tanaman disimpan 12 hari daun-daunnya sudah

gugur maka akan mempercepat pembentukan cabang dari kuncup-kuncup yang terbentuk, ini disebabkan karena pada setiap tangkai daun ubi jalar mempunyai kuncup samping atau bakal tunas yang selanjutnya dapat berkembang menjadi cabang. Hal ini sesuai dengan pendapat Wargiono (1980) pada masa vegetatif setiap tangkai daun ubi jalar mempunyai kuncup samping, kuncup tersebut akan berkembang pesat setelah tangkai daun gugur dan inilah yang kita kenal sebagi cabang. Cabang dari ubi jalar dapat tumbuh melebihi batang primer.

Harjadi (1982) menyatakan bahwa pembentukan cabang pada tanaman ubi jalar seiring dengan pembentukan daun. Karena dari setiap tangkai daun akan membentuk suatu cabang, tetapi tidak semua cabang tersebut dapat memanjang. Pembentukan cabang akan berhenti bila tanaman ubi jalar membentuk bunga.

Penyimpanan bahan setek berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Perlakuan teretinggi terdapat pada B1(3.83) dan terendah pada B4(2.56) yang


(56)

berarti semakin lama bahan tanaman disimpan maka akan mempengaruhi jumlah umbi yang dihasilkan tanaman tersebut. Bahan setek pada langsung tanam lebih cepat membentuk umbi karena akar yang tumbuh langsung berfungsi untuk calon akar umbi sedangkan pada perlakuan disimpan 12 hari akar yang sudah terbentuk pada saat penyimpanan tidak berfungsi untu pembentukan umbi karena akar-akar yang terbentuk terkena cahaya. Menurut Juanda dan Cahyono (2000) akar yang terkena cahaya tidak akan membentuk umbi sehingga akar-akar yang terbentuk pada saat penyimpanan tidak mempengaruhi jumlah umbi.

Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) akar-akar adventif berkembang pada tahap awal pada buku-buku dekat penempelan daun pertama yang berkembang sempurna. Jumlah akar total yang terbentuk maksimum pada 10 - 15 hari setelah penanaman. Kondisi lingkungan selama pertumbuhan awal mempengaruhi bagian akar yang terbentuk dalam masing-masing golongan.

Perbedaan lama penyimpanan memberi pengaruh yang tidak nyata terhadap berat umbi pertanaman sampel dan berat umbi perplot. Hal ini diduga karena pada perlakuan langsung tanam jumlah umbi lebih banyak (3.83) sedangkan pada perlakuan disimpan 12 hari jumlah umbi yang terbentuk lebih sedikit (2.56). Sehingga diperoleh pada perlakuan berat umbi pertanaman sampel pada perlakuan B1 lebih tinggi (1.07) dan terrendah pada perlakuan B3 (0.84)

Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) perkembangan akar-akar umbi tergantung jumlah dan ukuran sel. Peningkatan jumlah dan ukuran sel lebih cepat pada umur 40 sampai 60 hari setelah penanaman.

Lama penyimpanan tidak berpengaruh terhadap diameter dan panjang umbi, diameter umbi tertinggi pada B4 (7.24 cm) dan terrendah B2 (6.60cm)dan


(57)

panjang umbi yang tertinggi B4 11.00 cm) dan terrendah B1 (8.47 cm) yang berarti

semakin lama penyimpanan maka mempengaruhi ukuran dari umbi tersebut. Penyimpanan bahan tanaman akan mempengaruhi kualitas dari umbi. Hal ini diduga karena pada perlakuan B4 jumlah umbi lebih sedikit sehingga diperoleh

umbi lebih besar dan panjang.

Pengaruh Media Penyimpanan Bahan Setek Ubi Jalar Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar.

Perlakuan media penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan panjang tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, tumbuhnya tunas, umur berbunga, jumlah cabang,, jumlah umbi pertanaman sample, berat umbi pertanaman sample, berat umbi perplot, panjang umbi dan diameter umbi.

Perlakuan media penyimpanan tidak mempengaruhi setiap parameter hal ini diduga karena pertumbuhan tanaman tersebut terganggu bukan karena media dimana bahan setek tersebut disimpan tetapi karena stressnya tanaman akibat penyimpanan yang lama.

Pertambahan panjang tanaman tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1

(62.80 cm), tumbuhnya tunas tercepat terdapat pada taraf perlakuan T1 (5.92

hari). Hal ini diduga karena keadaan lingkungan yang mana pada perlakuan tanpa penyimpanan tidak mengalami gangguan pertumbuhan. Hal ini diduga karena pada saat penyimpanan hasil fotosintesis mengalami penumpukan sehingga dapat digunakan untuk proses pertumbuhan setelah ditanam. Selain itu juga pertumbuhan tanaman dipengaruhi keadaan lingkungan. Menurut Nyakpa, dkk (1988) faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman


(58)

adalah suhu, ketersediaan air, cahaya, komposisi udara. Menurut Lakitan (1996) faktor lingkungan yang besar pengaruhnya dalam pemanjangan batang adalah suhu dan intensitas cahaya. Suhu optimum untuk pemanjangan batang bervariasi gangguan jenis tanaman.

Umur berbunga terlama pada taraf perlakuan T2 (79.67 hari) yaitu

dibungkus dengan daun pisang dan yang tercepat pada tanpa dibungkus (T1)

sebesar 75.42. Penyimpanan menutup dengan daun pisang akan membuat daun ubi jalar dan batangnya lebih cepat layu dibanding yang disimpan pada gedebok pisang yang mana bahan setek lebih segar tetapi daun lebih sedikit. Hal ini diduga pada perlakuan T2 aktivitas hormon terganggu. Menurut Lakitan perubahan tunas

apical dari vegetatif menjadi tunas bunga merupakan hasil dari aktivitas hormonal yang langsung pada tanaman tersebut yang umumnya dirangsang oleh kondisi lingkungan tertentu, misalnya suhu dan perubahan panjang hari.

Jumlah cabang terbanyak pada perlakuan T1 dan B4 (3.21 cabang),jumlah

umbi pertanaman sample tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T2 (3.29 buah),

berat umbi pertanaman sampel tertinggi pada perlakuan T2 (0.98 kg), berat umbi

perplot tertinggi pada perlakuan T3 (10.35 kg), jumlah cabang dapat

menguntungkan dan dapat pula merugikan dalam upaya meningkatkan hasil tanaman. Secara umum pembentukan cabang jika pada cabang-cabang tersebut akan dibentuk organ hasilnya; Sebaliknya akan merugikan jika cabang-cabang tidak produktif, sehingga menjadi pesaing bagi organ hasil dalam memanfaatkan fotosintat dihasilkan daun (Lakitan 1996)

Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) ukuran umbi pada dasarnya dilapangan, sangat dipengaruhi oleh lingkungan pada 20 hari yang pertama setelah


(59)

penanaman. Peningkatan aerase tanah akan meningkatkan aktivitas pembelahan dan pembesaran sel. Pada permulaan perkembangannya pernafasan oleh akar-akar umbi cepat dan meninggkat kira-kira 25 persennya. Menurut Lakitan (1996) ukuran umbi pada dasarnya tergantung pada aktivitas pembelahan sekunder yang terjadi pada semua sel umbi tetapi laju pembelahan dan pembesaran sel tidak seragam tidak semua pada bagian umbi.

Penyimpanan bahan setek pada tempat yang berbeda-beda tidak mempengaruhi diameter umbi dan panajng umbi. Umbi yang paling panjang pada perlakuan T1 (10.37) dan terpendek pada perlakuan T3 (9.98) sedangkan diameter

umbi terbesar pada perlakuan T1 (7.14 cm) dan diameter terkecil pada perlakuan

T3 (6.92). Untuk mendapatkan umbi yang diameter kecil dan umbi yang panjang

maka bahan setek disimpan ditempat teduh terbuka.

Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan dengan Media Penyimpanan terhadap Pertumbuhan dan Produksi tanaman ubi jalar.

Interaksi antara perlakuan lama penyimpanan dan media penyimpanan berpengaruh tidak nyata pada pertambahan panjang tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, tumbuhnya tunas (hari), jumlah cabang (cabang), umur berbunga (hari), jumlah umbi pertanaman sample (umbi), berat umbi pertanaman sample(kg), berat umbi perplot (kg), diameter umbi (cm) dan panjang umbi (cm). Hal ini berarti bahwa antar kedua perlakuan belum terdapat hubungan yang saling mendukung sehingga pengaruh dari kedua perlakuan tersebut tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar.


(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap pertambahan panjang tanaman, umur tumbuhnya tunas, jumlah umbi dan umur berbunga. Penyimpanan 12 hari menghasilkan diameter dan panjang umbi terbesar (7.24 cm) dan (11.00 cm)

2. Media penyimpanan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar

3. Interaksi antara perlakuan lama penyimpanan dan tempat penyimpanan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

Saran

1. Untuk memperoleh ukuran umbi yang tidak pajang disarankan agar bahan setek tidak disimpan, dan diameter umbi yang sedang bahan setek disimpan dengan gedebok pisang

2. Dianjurkan agar penelitian lebih lanjut dilakukan pada media penyimpanan dibungkus dengan daun dan gedebog pisang, sehingga diperoleh tempat penyimpanan yang bagus untuk menyimpanan setek ubi jalar.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, W.R., 1960. Principle of Plant Breeding. W. John & Sons, inc, Colorodo State University.

Anonimous., 2006. Ubi Jalar. http/www. Warintek.bantul.ge.id/ web.php/mod/ basis data. (1 November 2006).

Anonimous., Ubi jalar. http.www.Beritaiptek. Com/berita. (08 November 2007) Ashari, S., 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakara. Hal 136-143. Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. FP-USU, Medan

Docoteau. D.R., 2000. Vegetable Crops. Prentice-Hall International. United States.

Dwidjoseputro, D., 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta. Fitter, A.H and R.K.M. Hay., 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan

S. Andani dan E.D. Purbayanti. UGM-Press, Yogyakarta.

Harjadi, M.M.S.S., 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Harjadi, S.S dan S. Yahya., 1997. Fisiologi Stress Lingkungan. IPB, Bogor. Hartmann, T.H., D.E Kester., F.T Davies., dan R.L Geneve., 2002. PLANT

PROPAGATION Principles and Practices. Sixh Edition. Prentice-Hall of India Pripate Limited, New Delhi. Hal 280, 312-314.

Heddy, S., W.H. Susanto dan M Kurniaty., 1994. Pengantar Produksi tanaman dan Penaganan Pasca panen. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Gardner, F.B., R.B. Pearce., dan R.L. Mitchhell, 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Penerjemah Herawati. S. UI-Press, Jakarta

Goldsworthy, R.P dan N.M. Fisher., 1984. The Physiology of Trofikal Field Crops. John Wiley and Sons Ltd. All Rights Reserved.

(__________). 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik Penerjemah Soedharoedijo dan Tohari., Gadjahmada University Press, Yogyakarta.

Juanda D dan B. Cahyono., 2000. Ubi Jalar Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.


(62)

Lakitan., 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. (___________), 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT.

Raja Grafindo, Jakarta.

Lingga, P., Djazuli, M dan A. Dimiyati. 1989. Pertanaman ubi-Ubian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis., M.A. Pulung., A.G. amrah., A. Munawar., G.B. Hong., dan N. Hakim., 1988. Kesuburan Tanah. UNILA, Lampung. Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi., 1996. Sayuran Dunia 2. Prinsip, Produksi

dan gizi. ITBPress, Bandung.

Rukmana. R., 1997. Ubi Jalar Budidaya Dan Pasca Panen. Kanisus, Yogyakarta. Salisbury, B.F and C.W. Ross., 1992. Plant physiology. 4 th edition. Wadsworth

Publishing Co, A division of Wadsworth, inc.. Sarwono., 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya, Jakarta

Steel, R.D., dan J.H. Torrier, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama.

Sutopo., L., 1988. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta.

Thompson and Kelly., 1957. Vegetable Crops. McGraw-hill Publications in the Agricultura Sciences, New york Toronton London.

Wargiono, J., 1980. Penuntun Bercocok Tanam Ubi Jalar. Paper Disajikan pada Penataran PPS Bidang Agronomi dan Pola Pertanaman, Bogor.

Welsh., R.M., 1960. Fundamental of Plant Genetic and Breeding. W. John & Sons, inc, Colorodo State University.

Widianti., H. Adil., Hermanto., D. Sadikin dan E. Hikmad., 2002. Deskripsi Varietas Unggul pada dan Palawija 2001-2002. Pusat penelitian dan pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian.

Wilkins, M.B., 1991. Fisiologi Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.

Wudianto, R., 2002. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar swadaya, Jakarta.


(63)

Pembahasan

Pengaruh Lama Penyimpanan Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar.

Dari hasil analisa data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata pada tumbuhnya tunas (hari), pertambahan panjang tanaman umur 2, 4, 6 dan 8 MST, umur berbunga (hari) dan jumlah umbi pertanaman sampel (umbi) dan berpengaruh tidak nyata pada jumlah cabang (cabang), berat umbi pertanaman sampel (kg), berat umbi perplot (kg), diameter umbi (cm) dan panjang umbi (cm).

Perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2-8 MST. Pada lama penyimpanan tinggi tanaman umur 8 MST yang tertinggi (72.55 cm) pada perlakuan kontrol. Dari sini dapat kita lihat bahwa perlakuan tanpa distreskan pertambahan tinggi tanaman lebih cepat daripada bahan setek yang distreskan. Hal ini diduga karena proses metabolisme pada tanaman menjadi terganggu yang pada akhirnya mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat. Sedangkan pada tanpa perlakuan penyimpanan bahan setek, tanaman tidak mengalami stres sehingga proses metabolisme pada tanaman berjalan dengan baik. Hasil fotosintesa sebagian ditranslokasi keakar untuk menunjang pertumbuhan akar dan sebagian lagi kepucuk tanaman yang menyebabkan pertumbuhan panjang tanaman. Hal ini didukung Harjadi (1996) yang menyatakan jika suatu tanaman membentuk sel baru, pemanjangan sel-sel tersebut sebenarnya mengembangkan batang, daun dan sistem perakarannya. Menurut Gardner, pearce dan Mitchell (1991) mengatakan pada meristem ujung


(64)

akar dan batang menghasilkan sel-sel baru sehingga tanaman bertambah tinggi atau panjang.

Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap umur tumbuh tunas, umur tumbuh tunas yang tercepat pada perlakuan 12 hari penyimpanan selama 4.78 hari dan terlama pada perlakuan tanpa penyimpanan selama 7.33 hari. Yang artinya semakin lama penyimpanan maka akan membuat tanaman tersebut semakin stress dan mendorong cepat mengeluarkan akar . Penyimpanan akan mengakibatkan daun berguguran, dengan gugurnya daun akan mempercepat tumbuhnya tunas Terbentuknya akar pada saat penyimpanan maka bahan setek tersebut ditanam dilapangan akan mempermudah pembentukan tunas. Menurut Wilkins (1989) pembentukan tunas tergantung pada munculnya akar. Dan menurut Wudianto (2002) mengatakan bahwa jumlah daun yang banyak akan menghambat pertumbuhan akar setek, karena daun mengalami proses penguapan yang besar, sehingga lebih bagus daun tidak ada.

Hal ini juga diduga jumlah kandungan auksin pada tanaman tinggi dan sitokinin rendah sehingga mendorong pembentukan akar adventif. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (2006) yang menyatakan sitokinin pada konsentrasi rendah akan mendorong kerja auksin yaitu pembentukan akar adventif sedangkan pada saat auksin rendah akan mendorong pertumbuhan tunas. Kebutuhan auksin itu terbukti dengan diperlukannya faktor daun yang harus ada agar setek dapat membentuk akar (Gardner, dkk, 1991).

Menuru Hardmann (2002) sel – sel somatic yang dewasa mempunyai kemampuan kembali untuk bersifat meristematis yang mempunyai kemampuna kembali untuk membentuk tunas atau daun baru. Pada saat bahan tanaman


(65)

tersebut dipotong maka akan mulai terjadi inisiasi, pada daerah pemotongan itu akan terjadi diferensisai (pembelahan sel).

Umur berbunga pada perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata, dengan umur berbunga terendah pada perlakuan langsung tanam (71.00 hari) dan terlama pada perlakuan 12 hari penyimpanan (87.67). Hal ini terjadi karena bunga yang muncul dari batang utama. Biasanya tanaman yang menjalar bunga yang muncul pertama sekali dari batang utama.

Pada parameter jumlah cabang memberikan pengaruh berbeda nyata, jumlah cabang terbanyak pada perlakuan B4 (3.17) dan yang terrendah pada

perlakuan B3 yang mana bahan tanaman disimpan 12 hari daun-daunnya sudah

gugur maka akan mempercepat pembentukan cabang dari kuncup-kuncup yang terbentuk, ini disebabkan karena pada setiap tangkai daun ubi jalar mempunyai kuncup samping atau bakal tunas yang selanjutnya dapat berkembang menjadi cabang. Hal ini sesuai dengan pendapat Wargiono (1980) pada masa vegetatif setiap tangkai daun ubi jalar mempunyai kuncup samping, kuncup tersebut akan berkembang pesat setelah tangkai daun gugur dan inilah yang kita kenal sebagi cabang. Cabang dari ubi jalar dapat tumbuh melebihi batang primer.

Harjadi (1982) menyatakan bahwa pembentukan cabang pada tanaman ubi jalar seiring dengan pembentukan daun. Karena dari setiap tangkai daun akan membentuk suatu cabang, tetapi tidak semua cabang tersebut dapat memanjang. Pembentukan cabang akan berhenti bila tanaman ubi jalar membentuk bunga.

Penyimpanan bahan setek berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi. Perlakuan teretinggi terdapat pada B1(3.83) dan terendah pada B4(2.56) yang


(66)

berarti semakin lama bahan tanaman disimpan maka akan mempengaruhi jumlah umbi yang dihasilkan tanaman tersebut. Bahan setek pada langsung tanam lebih cepat membentuk umbi karena akar yang tumbuh langsung berfungsi untuk calon akar umbi sedangkan pada perlakuan disimpan 12 hari akar yang sudah terbentuk pada saat penyimpanan tidak berfungsi untu pembentukan umbi karena akar-akar yang terbentuk terkena cahaya. Menurut Juanda dan Cahyono (2000) akar yang terkena cahaya tidak akan membentuk umbi sehingga akar-akar yang terbentuk pada saat penyimpanan tidak mempengaruhi jumlah umbi.

Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) akar-akar adventif berkembang pada tahap awal pada buku-buku dekat penempelan daun pertama yang berkembang sempurna. Jumlah akar total yang terbentuk maksimum pada 10 - 15 hari setelah penanaman. Kondisi lingkungan selama pertumbuhan awal mempengaruhi bagian akar yang terbentuk dalam masing-masing golongan.

Perbedaan lama penyimpanan memberi pengaruh yang tidak nyata terhadap berat umbi pertanaman sampel dan berat umbi perplot. Hal ini diduga karena pada perlakuan langsung tanam jumlah umbi lebih banyak (3.83) sedangkan pada perlakuan disimpan 12 hari jumlah umbi yang terbentuk lebih sedikit (2.56). Sehingga diperoleh pada perlakuan berat umbi pertanaman sampel pada perlakuan B1 lebih tinggi (1.07) dan terrendah pada perlakuan B3 (0.84)

Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) perkembangan akar-akar umbi tergantung jumlah dan ukuran sel. Peningkatan jumlah dan ukuran sel lebih cepat pada umur 40 sampai 60 hari setelah penanaman.

Lama penyimpanan tidak berpengaruh terhadap diameter dan panjang umbi, diameter umbi tertinggi pada B4 (7.24 cm) dan terrendah B2 (6.60cm)dan


(67)

panjang umbi yang tertinggi B4 11.00 cm) dan terrendah B1 (8.47 cm) yang berarti

semakin lama penyimpanan maka mempengaruhi ukuran dari umbi tersebut. Penyimpanan bahan tanaman akan mempengaruhi kualitas dari umbi. Hal ini diduga karena pada perlakuan B4 jumlah umbi lebih sedikit sehingga diperoleh

umbi lebih besar dan panjang.

Pengaruh Media Penyimpanan Bahan Setek Ubi Jalar Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar.

Perlakuan media penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan panjang tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, tumbuhnya tunas, umur berbunga, jumlah cabang,, jumlah umbi pertanaman sample, berat umbi pertanaman sample, berat umbi perplot, panjang umbi dan diameter umbi.

Perlakuan media penyimpanan tidak mempengaruhi setiap parameter hal ini diduga karena pertumbuhan tanaman tersebut terganggu bukan karena media dimana bahan setek tersebut disimpan tetapi karena stressnya tanaman akibat penyimpanan yang lama.

Pertambahan panjang tanaman tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1

(62.80 cm), tumbuhnya tunas tercepat terdapat pada taraf perlakuan T1 (5.92

hari). Hal ini diduga karena keadaan lingkungan yang mana pada perlakuan tanpa penyimpanan tidak mengalami gangguan pertumbuhan. Hal ini diduga karena pada saat penyimpanan hasil fotosintesis mengalami penumpukan sehingga dapat digunakan untuk proses pertumbuhan setelah ditanam. Selain itu juga pertumbuhan tanaman dipengaruhi keadaan lingkungan. Menurut Nyakpa, dkk (1988) faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman


(1)

Lampiran 23 . Data pengamatan panjang umbi (cm) Ulangan

Perlakuan

I II III Total Rataan

B1T1 9.14 8.50 7.77 25.41 8.47

B1T2 9.14 8.50 7.77 25.41 8.47

B1T3 9.14 8.50 7.77 25.41 8.47

B2T1 11.10 14.40 6.04 31.54 10.51

B2T2 9.51 12.63 9.31 31.45 10.48

B2T3 9.69 12.96 11.03 33.67 11.22

B3T1 7.82 8.65 16.05 32.52 10.84

B3T2 9.83 10.03 9.22 29.07 9.69

B3T3 9.95 9.32 10.14 29.40 9.80

B4T1 12.52 10.16 12.25 34.93 11.64

B4T2 10.67 11.54 10.67 32.87 10.96

B4T3 12.63 9.00 9.60 31.23 10.41

Total 121.12 124.17 117.59 362.88

Rataan 10.09 10.35 9.80 10.08

Lampiran 24. Daftar sidik ragam panjang umbi

SK dB JK KT Fhit F05

Blok 2 1.81 0.90 0.19 tn 3.44 Perlakuan 11 40.71 3.70 0.80 tn 2.27 B 3 34.95 11.65 2.51 tn 3.05 linear 1 21.87 21.87 4.71 * 4.30 kuadratik 1 4.27 4.27 0.92 tn 4.30 kubik 1 8.81 8.81 1.90 tn 4.30

T 2 1.50 0.75 0.16 tn 3.44

linear 1 0.91 0.91 0.20 tn 4.30 kuadratik 1 0.59 0.59 0.13 tn 4.30 B x T 6 4.25 0.71 0.15 tn 2.55

Galat 22 102.07 4.64


(2)

(3)

Lampiran 25. Bagan penelitian

U

B1T1 B2T1 B2T2

B1T3

B2T1 B1T1

B3T1 B4T1 B3T1

B4T1 B3T1 B1T2

S

B1T2 B2T2 B2T1

B2T2 B1T2 B1T1

B3T2 B4T2 B2T3

B4T2 B3T2 B3T2

B1T3 B2T3 B4T1

B2T3 B1T3 B3T3

c B4T3


(4)

X X X

X 0 X

X 0 X

X X X

Ket:

0 : Tanaman Sampel X : Tanaman pinggir


(5)

Lampiran 26. DESKRIPSI TANAMAN

Tahun pelepasan : 2001

SK Mentan : 525/KPTS/tp 240/40/20001 Nomor induk : MLS 104-1

Tipe tanaman : semi Kompak

Asal : Peresilangan genjah lante x lapis Umur panen : 3.5 – 4 bulan

Diameter buku ruas : Sangat tipis Panjang buku ruas : Pendek Warna dominan sulur : Hijau

Bentuk kerangka daun : Segitiga sama sisi

Kedalaman cuping daun : Tepi daun bersekuk dangkal Jumlah cuping daun : Bercuping lima

Bentuk cuping pusat : Lanceolate Ukuran daun dewasa : Kecil

Warna tulang daun : Hijau bangian atas

Warna daun dewasa : Hijau dengan ungu pada tepi Warna daun muda : agak ungu

Panjang tangkai daun : Sangat pendek Warna kulit umbi : Merah

Warna danging umbi : Kuning tua Rasa umbi : Enak dan manis Kandungan bahan kering : 28 %

Kandungan serat/protein/gula/pati : 1.67 %/1.9 %/5.23 %/32.48 % Vitamin C : 21.52/100 g


(6)