Penetapan Bilangan Asam Dalam Mie Instant Produk PT. Indofood Medan

(1)

PENETAPAN BILANGAN ASAM DALAM MIE INSTANT PRODUK PT. INDOFOOD MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

RAHMIDAWATI HARAHAP NIM 072410032

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN BILANGAN ASAM DALAM MIE INSTANT PRODUK PT. INDOFOOD MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

RAHMIDAWATI HARAHAP

Medan, Mei 2010 Disetujui Oleh: Dosen pembimbing,

Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt. NIP 195306191983031001

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah yang tidak terhingga penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis diberikan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan, Fakultas Farmasi USU, dengan judul “PENETAPAN BILANGAN ASAM DALAM MIE INSTANT PRODUK PT. INDOFOOD MEDAN”.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna baik tata letak maupun penggunaan kalimatnya, sehingga dengan kerelaan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan, dorongan dan kerja sama dari berbagai pihak, tidak lebih kiranya melalui tugas akhir ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi USU.

2. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku dosen pembimbing penulis yang telah menyempatkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses pengerjaan tugas akhir ini.

3. Bapak Pantas M. Siahaan, selaku pembimbing lapangan dan QC proses spv di PT. Indofood.


(4)

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membantu penulis di bangku perkuliahan.

5. Seluruh staf dan karyawan PT. Indofood terutama bu Evy, bu Etti, bang Ahkam, Isna dan Ika yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengerjaan tugas akhir ini, serta buat bang Fernando yang tak bosan-bosannya memberikan semangat dan perhatian kepada penulis sampai selesainya tugas akhir ini.

6. Teristimewanya penulis sampaikan terima kasih tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ridoan Harahap dan Tijar Siregar, serta kakak dan adikku tersayang kak Badi, Saddam, Dermi dan Zaka yang telah memberikan kasih sayang, do’a restu, bimbingan, dukungan moril maupun materi dan segala yang terbaik yang penulis butuhkan.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Akhirnya segala sesuatu penulis kembalikan kepada Allah SWT, semoga Allah SWT membalas segala yang telah diberikan dengan kebaikannya lebih besar serta senantiasa dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Amin.

Medan, Mei 2010 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Pengertian Lemak dan Minyak ... 3

2.2 Fungsi Lemak dan Minyak ... 5

2.3 Pengaruh Lemak terhadap Kesehatan ... 5

2.4 Peranan Lemak dan Minyak ... 6

2.5 Ekstraksi Lemak dan Minyak ... 7

2.6 Sebab-Sebab Kerusakan Lemak ... 8

2.6.1 Penyerapan Bau (Tainting) ... 8

2.6.2 Hidrolisis ... 8

2.6.3 Oksidasi dan Ketengikan ... 8

2.7 Perubahan Lemak dan Minyak ... 9


(6)

BAB III METODE PERCOBAAN ... 12

3.1 Alat dan Bahan ... 12

3.3.1 Alat-alat ... 12

3.3.2 Bahan-bahan ... 12

3.2 Cara Kerja ... 13

3.3.1 Penetapan Normalitas KOH 0,05 N ... 13

3.3.2 Titrasi ... 14

3.3 Persyaratan ... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1 Hasil ... 15

4.2 Pembahasan ... 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 17

5.1 Kesimpulan ... 17

5.2 Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

DAFTAR LAMPIRAN ... 19

Lampiran 1 Contoh perhitungan ... 19


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bilangan asam merupakan salah satu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak atau lemak, bilangan asam juga dapat dilakukan untuk pengujian minyak atau lemak yang berasal dari hasil ekstraksi produk makanan seperti mie. Lemak diartikan sebagai suatu bahan makanan yang pada temperatur biasa terdapat dalam bentuk padat, sedangkan minyak adalah suatu bahan makanan yang dalam temperatur biasa terdapat dalam bentuk cair (Sudarmadji, 1989).

Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak tersebut sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan mie, minyak atau lemak berfungsi sebagai media penghantar panas (Winarno, 1984).

Pengukuran bilangan asam pada mie maksimal 1 mg/g. Jika bilangan asam pada mie tersebut lebih dari 1 mg/g maka mie tersebut tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Bilangan asam dinyatakan dengan jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram contoh minyak atau lemak. Semakin banyak KOH yang di butuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas, maka semakin besar pula asam lemak bebas pada minyak atau lemak tersebut (Sudarmadji, 1989).


(8)

1.2 Tujuan

Tujuan penetapan bilangan asam dalam mie yaitu untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak hasil ekstraksi mie.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat penetapan bilangan asam dalam mie adalah untuk mengetahui kualitas mie tersebut apakah masih layak atau tidak untuk dikonsumsi.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lemak dan Minyak

Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau unsur yang menyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam tubuh. Lemak mengandung lebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat. Oleh karena itu lebih banyak mempunyai nilai tenaga (Sudarmadji, 1989).

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter, benzen, kloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air (Harper, 1980).

Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak ini (Sudarmadji, 1989).

Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air (Sudarmadji, 1989).


(10)

Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam lemak merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid (Agoes, 2008).

Lipid merupakan senyawa yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari gugus nonpolar. Sebagai akibat sifat-sifatnya, mereka mudah larut dalam pelarut nonpolar dan relatif tidak larut dalam air (Colby, 1988).

Asam lemak dalam system biologis biasanya mengandung jumlah atom karbon genap, khususnya antara 14 dan 24. Yang paling lazim adalah asam lemak dengan jumlah atom karbon 16 dan 18 (Lubert, 2000).

Lipid merupakan konstituen diet penting bukan hanya karena nilai energinya yang tinggi melainkan juga karena adanya vitamin larut lemak dan asam lemak essensial di dalam lemak makanan (Harper, 2003).


(11)

2.2 Fungsi Lemak dan Minyak

Dalam pengolahan makanan, lemak dan minyak berfungsi sebagai berikut: - Sebagai media penghantar panas sewaktu menggoreng makanan.

- Sebagai bahan untuk memperbaiki tekstur dan cita rasa makanan. Lemak yang ditambahkan pada pembuatan kue misalnya, akan memperbaiki tekstur kue itu disamping cita rasanya menjadi lebih lezat. - Sebagai penambah kandungan energi dalam makanan itu.

Secara defenitif, lipid diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut dalam pelarut-pelarut organik yang memiliki kecenderungan nonpolar. Maka kelompok lipid ini secara khusus berbeda dengan karbohidrat dan protein yang tak larut dalam pelarut-pelarut organik (Harper, 1980).

2.3 Pengaruh Lemak Terhadap Kesehatan

Kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah. Kolesterol di dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu disatu sisi diperlukan dan disisi lain dapat membahayakan bergantung berapa banyak terdapat di dalam tubuh (Almatsier, 2002).

Kolesterol bila terdapat dalam jumlah terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterosklerosis. Bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung maka dapat menyebabkan penyakit jantung koroner (Almatsier, 2002).


(12)

2.4 Peranan Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak terdapat hampir dalam semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan dengan sengaja kebahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, contohnya minyak goreng (Winarno, 1984).

Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, makin tinggi titik asap makin baik mutu minyak goreng itu. Lemak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan terjadinya hidrolisis, pemanasan lemak atau minyak dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dari seharusnya. Pada umumnya suhu yang dinggunakan untuk penggorengan adalah 177-221oC (Winarno, 1984).

Hampir semua bahan makanan mengandung lemak dengan kadar yang berbeda-beda. Lemak dalam bahan makanan itu akan terikut bersama makanan itu. Lemak yang demikian disebut invisible fat. Sebaliknya lemak yang diekstraksi dari beberapa jenis bahan makanan sehingga dapat terlihat sebagai lemak yang terpisah dari bahan sumbernya disebut visible fat (Winarno, 1984).

Lemak dan minyak atau lipid merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif disbanding dengan karbohidrat dan protein (Winarno, 1984).


(13)

2.5 Ekstraksi Lemak dan Minyak

Ekstraksi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.

Ekstraksi dengan pelarut

Lemak dan minyak atau lipid pada umumnya tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam bahan pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipid adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. (Sudarmadji, 1989).

Penetapan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan mengekstraksi bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut eter atau pelarut minyak lainnya. Setelah contoh uji bebas air dan dihancurkan dengan cara digiling (Sudarmadji, 1989).

Kadar air yang tinggi dalam bahan menyebabkan lipid sukar diekstraksi dengan pelarut nonpolar (eter) karena bahan pelarut sukar masuk ke dalam jaringan yang basah dan menyebabkan bahan pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga kurang efisien untuk ekstraksi. Pemanasan bahan yang terlalu tinggi untuk menghilangkan sebagian air juga tidak baik untuk proses ekstraksi lipid karena sebagian lipid akan terikat dengan protein dan karbohidrat yang ada dalam bahan sehingga menjadi sukar untuk diekstraksi (Sudarmadji, 1989).


(14)

2.6 Sebab-Sebab Kerusakan Lemak 2.6.1 Penyerapan Bau (Tainting)

Lemak bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus dapat menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh lemak yang ada dalam bungkusan yang mengakibatkan seluruh lemak yang ada dalam bungkusan menjadi rusak (Winarno, 1984).

2.6.2 Hidrolisis

Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam dan enzim-enzim. Dalam teknologi makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut terdapat pada semua jaringan yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih rendah dari 10%. Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah (lebih kecil dari C14) seperti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa (Winarno, 1984).

2.6.3 Oksidasi dan Ketengikan Reaksi Oksidasi

Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas. Reaksi oksidasi ini dapat juga berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak (Winarno, 1984).


(15)

Pencegahan Ketengikan

Proses kerusakan lemak berlangsung sejak pengolahan sampai siap dikonsumsi. Terjadinya peristiwa ketengikan tidak hanya terbatas pada bahan pangan berkadar lemak tinggi, tetapi juga dapat terjadi pada bahan berkadar lemak rendah. Sebagai contoh ialah biskuit yang terbuat dari tepung gandum tanpa penambahan mentega putih akan menghasilkan bau yang tidak enak pada penyimpanan jangka panjang disebabkan ketengikan oleh oksidasi. Padahal kadar lemaknya lebih kecil dari 1% (Winarno, 1984).

Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya oksidasi, sedangkan antioksidan akan menghambatnya. Penyimpanan lemak yang baik adalah dalam tempat tertutup yang gelap dan dingin. Wadah lebih baik terbuat dari aluminium atau stainless steel (Winarno, 1984).

2.7 Perubahan Kimia dalam Lemak dan Minyak

Perubahan-perubahan kimia atau penguraian lemak dan minyak dapat mempengaruhi bau dan rasa suatu bahan makanan, baik yang menguntungkan ataupun tidak. Pada umumnya penguraian lemak dan minyak menghasilkan zat-zat yang tidak dapat dimakan. Kerusakan lemak dan minyak menurunkan nilai gizi serta menyebabkan penyimpangan rasa dan bau pada lemak yang bersangkutan (Winarno, 1984).


(16)

2.8 Pengaruh Mie Instant Bagi Kesehatan

Mie instant belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit. Namun, sifat karbohidrat dalam mie berbeda dengan sifat yang terkandung di dalam nasi. Sebagian karbohidrat dalam nasi merupakan karbohidrat kompleks yang memberi efek rasa kenyang lebih lama. Sedangkan karbohidrat dalam mie instant sifatnya lebih sederhana sehingga mudah diserap. Akibatnya, mie instant memberi efek lapar lebih cepat dibanding nasi.

Kandungan berbahaya yang terdapat dalam mie instant adalah kandungan pewarna kuning (Tartrazin). Selain itu dalam mie instant terdapat juga bahan pengawet dan MSG (Mono Sodium Glutamat) yang dapat memicu timbulnya penyakit kanker jika dikonsumsi secara belebihan. Pemenuhan kebutuhan gizi mie instant dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein. Jenis sayuran yang dapat ditambahkan adalah wortel, sawi, tomat, kol, atau tauge. Sumber proteinnya dapat berupa telur, daging, ikan, tempe atau tahu.

Kelemahan dari konsumsi mie instant adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mie instant berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang yang umum digunakan adalah Natrium Tripolifosfat, Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita maag dan hipertensi (Anonim, 2009).


(17)

Bagi penderita maag, kandungan Natrium yang tinggi akan menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung yang tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung dan menyebabkan rasa perih. Sedangkan bagi penderita hipertensi, Natrium akan meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara Natrium dan Kalium (Na dan K) di dalam darah dan jaringan (Anonim, 2009).


(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel: Hasil Analisis Bilangan Asam Nama Sampel N W (g) W1 (g) W2 (g) AV (mg/g) V (ml)

Indomie 2,7465 98,1020 100,8485 0,5512 0,52

Supermie 3,1500 111,6710 114,8210 0,6008 0,65

Sakura 2,9210 95,9000 98,8210 0,4784 0,48

Sarimie

0,0519

2,7470 106,1750 108,9220 0,4028 0,38 Ketarangan:

N = Normalitas larutan alkali W = Berat cuplikan contoh (g)

W1 = Bobot cawan/ botol timbang ( g )

W2 = Bobot cawan/ botol timbang + sampel ( g ) Rumus Perhitungan:

Bilangan Asam = W VxNx56,1

Dimana:

AV = Bilangan Asam V = Volome titrasi (ml) 56,1 = Bobot setara KOH


(19)

4.2 Pembahasan

Dari hasil analisis penetapan bilangan asam yang dilakukan penulis, hasil penetapan bilangan asam yang didapat pada mie instant: Indomie, Sarimie, Supermie dan Sakura, semuanya memenuhi persyaratan.

Semakin besar volume larutan alkali yang digunakan maka semakin besar pula asam lemak bebas yang terdapat pada mie tersebut. Besarnya bilangan asam berasal dari asam lemak bebas yang terdapat pada sampel, asam lemak bebas terjadi karena proses pengolahan pada mie tersebut kurang baik.

Bilangan asam merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat reaksi hidrolisis (Rismana, 2007).

Dalam reaksi hidrolisis, minyak atau lemak akan dirubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini akan menghasilkan bau tengik pada minyak tersebut (Winarno, 1984).

Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisis minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya (Sudarmadji, 1989).


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis penetapan bilangan asam pada mie instant yang dilakukan penulis di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Medan dengan sampel: Indomie, Sarimie, Sakura dan Supermie, semua mie instant tersebut bilangan asamnya memenuhi persyaratan di bawah 1 mg/g, yaitu:

- Indomie = 0,5512 mg/g

- Supermie = 0,6008 mg/g - Sakura = 0,4784 mg/g

- Sarimie = 0,4028 mg/g

5.2 Saran

Setiap kali dilakukan analisis diharapkan alat-alat yang digunakan untuk analisis tersebut memang sudah benar bersih sesuai dengan persyaratan yang berlaku untuk menjaga agar selama proses analisis tetap lancar dan hasil yang diperoleh juga akan lebih baik.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 30.

Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 63.

Anonim. (2009). Mie Makanan Beracun. Http://ichamor. blogspot. com/2009/08/mie-makanan-beracun. Html. Tgl 15 maret 2010.

Colby, D. (1988). Ringkasan Biokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Hal. 122.

Harper, H., Rodwell, V., dan Mayes, P. (1980). Biokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Hal. 117.

Harper, H., Murray, R., dan Hartono, A. (2003). Biokimia. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Hal. 148.

Lubert, S. (2000). Biokimia. Volume 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Hal. 604.

Rismana, E. (2007). Minyak Biji Mengkudu. Http: //cuek, wordpress. Com/2007/ 04/07/minyak-dari-biji-mengkudu/. Tgl 15 Maret 2010.

Sudarmadji, S., Bambang, H., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal. 93, 95, 97, 100.

Winarno, F.G. (1984). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia. Hal. 84, 95, 105-107, 115.


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Contoh Perhitungan

Normalitas KOH = Mg KHC8H4O4 BM KHC8H4O4 x V KOH

Dimana:

Mg KHC8H4O4 = Berat Kalium Hidrogen Phtalat yang ditimbang

BM KHC8H4O4 = Bobot setara Kalium Hidrogen Phtalat

V KOH = Volume pentiter

Diketahui:

Mg KHC8H4O4 = 99,7 mg

BM KHC8H4O4 = 204,23 g/mol

V KOH = 9,40 ml

Normalitas KOH =

40 , 9 23 , 204

7 , 99

x


(23)

Lampiran 2

Contoh Perhitungan

Bilangan Asam = W VxNx56,1

Dimana:

V = Volome titrasi (ml) N = Normalitas KOH (N) 56,1 = Bobot setara KOH W = Berat cuplikan contoh (g)

Diketahui:

V = 0,52 ml N = 0,0519 N W = 2,7465 g

Bilangan Asam =

7465 , 2

1 , 56 0519 , 0 52 ,

0 x x


(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel: Hasil Analisis Bilangan Asam Nama Sampel N W (g) W1 (g) W2 (g) AV (mg/g) V (ml)

Indomie 2,7465 98,1020 100,8485 0,5512 0,52

Supermie 3,1500 111,6710 114,8210 0,6008 0,65

Sakura 2,9210 95,9000 98,8210 0,4784 0,48

Sarimie

0,0519

2,7470 106,1750 108,9220 0,4028 0,38 Ketarangan:

N = Normalitas larutan alkali W = Berat cuplikan contoh (g)

W1 = Bobot cawan/ botol timbang ( g )

W2 = Bobot cawan/ botol timbang + sampel ( g ) Rumus Perhitungan:

Bilangan Asam = W VxNx56,1

Dimana:

AV = Bilangan Asam V = Volome titrasi (ml) 56,1 = Bobot setara KOH


(2)

4.2 Pembahasan

Dari hasil analisis penetapan bilangan asam yang dilakukan penulis, hasil penetapan bilangan asam yang didapat pada mie instant: Indomie, Sarimie, Supermie dan Sakura, semuanya memenuhi persyaratan.

Semakin besar volume larutan alkali yang digunakan maka semakin besar pula asam lemak bebas yang terdapat pada mie tersebut. Besarnya bilangan asam berasal dari asam lemak bebas yang terdapat pada sampel, asam lemak bebas terjadi karena proses pengolahan pada mie tersebut kurang baik.

Bilangan asam merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat reaksi hidrolisis (Rismana, 2007).

Dalam reaksi hidrolisis, minyak atau lemak akan dirubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini akan menghasilkan bau tengik pada minyak tersebut (Winarno, 1984).

Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisis minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya (Sudarmadji, 1989).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis penetapan bilangan asam pada mie instant yang dilakukan penulis di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Medan dengan sampel: Indomie, Sarimie, Sakura dan Supermie, semua mie instant tersebut bilangan asamnya memenuhi persyaratan di bawah 1 mg/g, yaitu:

- Indomie = 0,5512 mg/g

- Supermie = 0,6008 mg/g - Sakura = 0,4784 mg/g

- Sarimie = 0,4028 mg/g

5.2 Saran

Setiap kali dilakukan analisis diharapkan alat-alat yang digunakan untuk analisis tersebut memang sudah benar bersih sesuai dengan persyaratan yang berlaku untuk menjaga agar selama proses analisis tetap lancar dan hasil yang diperoleh juga akan lebih baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 30.

Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 63.

Anonim. (2009). Mie Makanan Beracun. Http://ichamor. blogspot. com/2009/08/mie-makanan-beracun. Html. Tgl 15 maret 2010.

Colby, D. (1988). Ringkasan Biokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Hal. 122.

Harper, H., Rodwell, V., dan Mayes, P. (1980). Biokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Hal. 117.

Harper, H., Murray, R., dan Hartono, A. (2003). Biokimia. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Hal. 148.

Lubert, S. (2000). Biokimia. Volume 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran E.G.C. Hal. 604.

Rismana, E. (2007). Minyak Biji Mengkudu. Http: //cuek, wordpress. Com/2007/ 04/07/minyak-dari-biji-mengkudu/. Tgl 15 Maret 2010.

Sudarmadji, S., Bambang, H., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal. 93, 95, 97, 100.

Winarno, F.G. (1984). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia. Hal. 84, 95, 105-107, 115.


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Contoh Perhitungan

Normalitas KOH = Mg KHC8H4O4 BM KHC8H4O4 x V KOH

Dimana:

Mg KHC8H4O4 = Berat Kalium Hidrogen Phtalat yang ditimbang

BM KHC8H4O4 = Bobot setara Kalium Hidrogen Phtalat

V KOH = Volume pentiter

Diketahui:

Mg KHC8H4O4 = 99,7 mg

BM KHC8H4O4 = 204,23 g/mol

V KOH = 9,40 ml

Normalitas KOH =

40 , 9 23 , 204

7 , 99

x = 0,0519 N


(6)

Lampiran 2

Contoh Perhitungan

Bilangan Asam = W VxNx56,1

Dimana:

V = Volome titrasi (ml) N = Normalitas KOH (N) 56,1 = Bobot setara KOH W = Berat cuplikan contoh (g)

Diketahui:

V = 0,52 ml N = 0,0519 N W = 2,7465 g

Bilangan Asam =

7465 , 2

1 , 56 0519 , 0 52 ,

0 x x