Analisis pengendalian persediaan bahan baku produk mie instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk

(1)

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Rani Anggraeni. H24103072. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Di bawah bimbingan H.Musa Hubeis dan Heti Mulyati

PT Indofood Sukses Makmur, Tbk sebagai salah satu produsen mie instan di Indonesia harus dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan daya saingnya, melalui mutu, pelayanan, serta harga. Hal tersebut dapat dikendalikan melalui pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien. Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan serta waktu tunggu yang tidak konstan.

Penelitian ini bertujuan : (1) Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, (2) Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, serta (3) Menganalisis dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada proses produksi dan gudang, serta wawancara langsung dengan karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer Production Planning and Inventory Control (PPIC). Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen perusahaan dan studi pustaka. Data yang telah diperoleh diolah dengan Minitab versi 14, Microsoft Excel dan MATLAB versi 13 untuk menghasilkan peramalan penjualan produk mie instan, jumlah persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali, serta jumlah pemesanan ekonomis.

Divisi Noodle,menggunakan bahan baku tepung terigu cap Cakra Kembar, Segitiga Biru, Segitiga Hijau dan tepung tapioka. Waktu tunggu pengadaan bahan baku tepung terigu adalah tiga hari dan waktu tunggu tepung tapioka adalah tujuh hari. Biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan kekurangan bahan berbeda untuk setiap jenis bahan bakunya. Berdasarkan kebijakan perusahaan selama ini, total biaya persediaaan adalah Rp 1.647.041.822 per tahun.

Di dalam penelitian ini model simulasi yang dikembangkan adalah model simulasi skenario 1 dan model simulasi skenario 2. Model simulasi skenario 1 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perhitungan penulis. Model simulasi skenario 2 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perusahaan. Dari hasil perhitungan, total biaya persediaan bahan baku yang paling optimal dengan menggunakan model simulasi skenario 1 adalah Rp 790.594.896, dengan total penghematan biaya persediaan bahan baku perusahaan 35%. Total biaya persediaan bahan baku yang paling optimal dengan menggunakan model simulasi skenario 2 adalah Rp 831.443.496, dengan total penghematan biaya persediaan adalah 33%.


(3)

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK MIE INSTAN

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI H24103072

Menyetujui, Mei 2007

Mengetahui

Tanggal Ujian : 24 Mei 2007

Tanggal Lulus :

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA

Dosen Pembimbing I

Heti Mulyati, STP, MT Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(5)

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1985 di kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta. Penulis yang bernama lengkap Rani Anggraeni adalah anak bungsu pasangan ayahanda Maman Sukirman dan ibunda Ecih Sukaesih.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sawitri tahun 1990, lulus tahun 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 02 Duren Sawit, Jakarta Timur tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 27 Duren Sawit, Jakarta Timur, lulus pada tahun 2000. Dan penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 81 Jakarta, pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman (FEM).

Selama belajar di Depatemen Manajemen, penulis aktif di dalam organisasi kemahasiswaan, seperti Sharia Economic Student Club (SES-C) periode 2004-2005 sebagai Staf Departemen Kerjasama dan Usaha Mandiri serta pada periode selanjutnya yaitu 2004-2005 penulis dipercaya untuk menjadi sekretaris corporate II Centre Of M@nagement (COM@) yang merupakan Himpunan Profesi Departemen Manajemen.


(6)

iv

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, Dipl. Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan kesempatan, bimbingan, bantuan, motivasi, saran dan pengarahan yang berarti.

2. Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar memberikan masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis.

3. Dr. Ir. Muhamad Syamsun, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan, kritik serta saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Banu Wirawan selaku Faktory Manager pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk (PT ISM), Bapak Eko S, Bapak Sakhuri, Bapak Sartono, Bapak Lili, Ibu Etti S, serta seluruh pihak dari PT ISM yang telah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.

5. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku Komisi Pendidikan, terima kasih atas segala saran dan masukan bagi penulis

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Mas Dedi, Mas Hadi, Pak ‘Cep, Mba Dina, Mas Yadi, Gusniawan Trihadi dan seluruh staff Departemen Manajemen FEM IPB lainnya atas bantuannya. 7. Bapak, Mama dan Kakak-Kakak ku atas segenap daya upaya yang selalu

mendoakan, memberi kasih sayang, dorongan, dan kesabarannya dalam menghadapi penulis.


(7)

v

9. Indras, Yusi, Dewi, Else, Ayu Irma, Evi, Restu, Kania, Dewi, Melly, Cici dan Linda F, Lindawati serta rekan-rekan manajemen 40, terima kasih atas motivasi, bantuan dan dukungannya.

10.Anak-anak Pondok Nuansa Sakinah makasih banyak atas dukungan dan kebersamaan serta keceriaan selama ini.

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, 24 Mei 2007


(8)

vi

Halaman

ABSTRAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah .. ... 4

1.3. Tujuan Penelitian .. ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Persediaan... 6

2.2. Persediaan ... 6

2.2.1. Pengertian Persediaan ... 6

2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan... 7

2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan ... 9

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan ... 11

2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan ... 14

2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... ... 15

2.3.1. Peramalan Permintaan... 16

2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis ... 17

2.3.3. Lead Time... 17

2.3.4. Safety Stock... 18

2.3.5. Reorder Point... 19

2.4. Simulasi ... 20

2.4.1. Model Simulasi ... 20

2.4.2. Simulasi Monte Carlo ... 22

2.5. Penelitian Terdahulu ... 23

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

3.2. Pengumpulan Data ... 27

3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.3.1. Peramalan Permintaan ... 28

3.3.2. Menentukan Lead Time... 30

3.3.3. Menentukan Safety Stock... 30


(9)

vii

4.1. Gambaran Perusahaan ... 34

4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ... 34

4.1.2. Struktur Organisasi ... 35

4.1.3. Kondisi Sumber Daya Manusia Perusahaan ... 37

4.2. Aspek Produksi ... 39

4.2.1. Gambaran Produk ... 39

4.2.2. Proses Produksi ... 39

4.3 Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk ... 44

4.3.1. Kharakteristik Bahan Baku ... 45

4.3.2. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku ... 47

4.3.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan ... 48

4.3.4. Penyimpanan Bahan Baku ... 50

4.3.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku... 52

4.3.6. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku... 53

4.4 Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 57

4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 57

4.4.2. Peramalan Permintaan Produk Mie Instan... 59

4.4.3. Perhitungan Lead Time, Safety Stock, dan Reorder Point 65 4.4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Simulasi... 67

4.4.4.1. Metode Simulasi Skenario 1... 68

4.4.4.2. Metode Simulasi Skenario 2... 73

4.5 Perbandingan Biaya Persediaan antara Model Pengendalian Persediaan di Perusahaan dengan Model Simulasi ... 78

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 81

2. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(10)

viii

No. Halaman

1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data... 27

2. Probabilitas dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku per hari ... 32

3. Bagan aliran proses pembuatan mie instan ... 42

4. Standar bahan baku tepung terigu ... 46

5. Biaya pemesanan bahan baku per pesanan ... 54

6. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun ... 55

7. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari... 56

8. Biaya kekurangan bahan baku per zak... 57

9. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku, dan rataan kekurangan bahan baku per hari pada tahun 2006 ... 58

10. Total biaya persediaan bahan baku per hari ... 59

11. Total biaya persediaan bahan baku tahunan... 59

12. Kombinasi nilai konstanta pemulusan ... 62

13. Hasil peramalan jumlah penjualan produk mie instan ... 63

14. Perhitungan safety stock skenario 1 untuk masing-masing bahan baku .... 65

15. Safety stock skenario 2 untuk masing-masing bahan baku ... 66

16. Perhitungan reorder point skenario 1 untuk masing-masing bahan baku.. 66

17. Perhitungan reorder point skenario 2 untuk masing-masing bahan baku.. 67

18. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 1... 69

19. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 1 ... 70

20. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 1 ... 71

21. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 1... 72

22. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 1 ... 73

23. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 2... 74

24. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 2 ... 75

25. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 2 ... 76

26. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 2... 77

27. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 2 ... 78

28. Perbandingan biaya persediaan model kebijakan perusahaan dan model simulasi ... 80


(11)

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Rani Anggraeni. H24103072. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Di bawah bimbingan H.Musa Hubeis dan Heti Mulyati

PT Indofood Sukses Makmur, Tbk sebagai salah satu produsen mie instan di Indonesia harus dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan daya saingnya, melalui mutu, pelayanan, serta harga. Hal tersebut dapat dikendalikan melalui pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien. Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan serta waktu tunggu yang tidak konstan.

Penelitian ini bertujuan : (1) Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, (2) Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, serta (3) Menganalisis dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada proses produksi dan gudang, serta wawancara langsung dengan karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer Production Planning and Inventory Control (PPIC). Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen perusahaan dan studi pustaka. Data yang telah diperoleh diolah dengan Minitab versi 14, Microsoft Excel dan MATLAB versi 13 untuk menghasilkan peramalan penjualan produk mie instan, jumlah persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali, serta jumlah pemesanan ekonomis.

Divisi Noodle,menggunakan bahan baku tepung terigu cap Cakra Kembar, Segitiga Biru, Segitiga Hijau dan tepung tapioka. Waktu tunggu pengadaan bahan baku tepung terigu adalah tiga hari dan waktu tunggu tepung tapioka adalah tujuh hari. Biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan kekurangan bahan berbeda untuk setiap jenis bahan bakunya. Berdasarkan kebijakan perusahaan selama ini, total biaya persediaaan adalah Rp 1.647.041.822 per tahun.

Di dalam penelitian ini model simulasi yang dikembangkan adalah model simulasi skenario 1 dan model simulasi skenario 2. Model simulasi skenario 1 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perhitungan penulis. Model simulasi skenario 2 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perusahaan. Dari hasil perhitungan, total biaya persediaan bahan baku yang paling optimal dengan menggunakan model simulasi skenario 1 adalah Rp 790.594.896, dengan total penghematan biaya persediaan bahan baku perusahaan 35%. Total biaya persediaan bahan baku yang paling optimal dengan menggunakan model simulasi skenario 2 adalah Rp 831.443.496, dengan total penghematan biaya persediaan adalah 33%.


(13)

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(14)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK MIE INSTAN

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI H24103072

Menyetujui, Mei 2007

Mengetahui

Tanggal Ujian : 24 Mei 2007

Tanggal Lulus :

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA

Dosen Pembimbing I

Heti Mulyati, STP, MT Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(15)

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1985 di kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta. Penulis yang bernama lengkap Rani Anggraeni adalah anak bungsu pasangan ayahanda Maman Sukirman dan ibunda Ecih Sukaesih.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sawitri tahun 1990, lulus tahun 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 02 Duren Sawit, Jakarta Timur tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 27 Duren Sawit, Jakarta Timur, lulus pada tahun 2000. Dan penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 81 Jakarta, pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman (FEM).

Selama belajar di Depatemen Manajemen, penulis aktif di dalam organisasi kemahasiswaan, seperti Sharia Economic Student Club (SES-C) periode 2004-2005 sebagai Staf Departemen Kerjasama dan Usaha Mandiri serta pada periode selanjutnya yaitu 2004-2005 penulis dipercaya untuk menjadi sekretaris corporate II Centre Of M@nagement (COM@) yang merupakan Himpunan Profesi Departemen Manajemen.


(16)

iv

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, Dipl. Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan kesempatan, bimbingan, bantuan, motivasi, saran dan pengarahan yang berarti.

2. Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar memberikan masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis.

3. Dr. Ir. Muhamad Syamsun, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan, kritik serta saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Banu Wirawan selaku Faktory Manager pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk (PT ISM), Bapak Eko S, Bapak Sakhuri, Bapak Sartono, Bapak Lili, Ibu Etti S, serta seluruh pihak dari PT ISM yang telah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.

5. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku Komisi Pendidikan, terima kasih atas segala saran dan masukan bagi penulis

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Mas Dedi, Mas Hadi, Pak ‘Cep, Mba Dina, Mas Yadi, Gusniawan Trihadi dan seluruh staff Departemen Manajemen FEM IPB lainnya atas bantuannya. 7. Bapak, Mama dan Kakak-Kakak ku atas segenap daya upaya yang selalu

mendoakan, memberi kasih sayang, dorongan, dan kesabarannya dalam menghadapi penulis.


(17)

v

9. Indras, Yusi, Dewi, Else, Ayu Irma, Evi, Restu, Kania, Dewi, Melly, Cici dan Linda F, Lindawati serta rekan-rekan manajemen 40, terima kasih atas motivasi, bantuan dan dukungannya.

10.Anak-anak Pondok Nuansa Sakinah makasih banyak atas dukungan dan kebersamaan serta keceriaan selama ini.

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, 24 Mei 2007


(18)

vi

Halaman

ABSTRAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah .. ... 4

1.3. Tujuan Penelitian .. ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Persediaan... 6

2.2. Persediaan ... 6

2.2.1. Pengertian Persediaan ... 6

2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan... 7

2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan ... 9

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan ... 11

2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan ... 14

2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... ... 15

2.3.1. Peramalan Permintaan... 16

2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis ... 17

2.3.3. Lead Time... 17

2.3.4. Safety Stock... 18

2.3.5. Reorder Point... 19

2.4. Simulasi ... 20

2.4.1. Model Simulasi ... 20

2.4.2. Simulasi Monte Carlo ... 22

2.5. Penelitian Terdahulu ... 23

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

3.2. Pengumpulan Data ... 27

3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.3.1. Peramalan Permintaan ... 28

3.3.2. Menentukan Lead Time... 30

3.3.3. Menentukan Safety Stock... 30


(19)

vii

4.1. Gambaran Perusahaan ... 34

4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ... 34

4.1.2. Struktur Organisasi ... 35

4.1.3. Kondisi Sumber Daya Manusia Perusahaan ... 37

4.2. Aspek Produksi ... 39

4.2.1. Gambaran Produk ... 39

4.2.2. Proses Produksi ... 39

4.3 Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk ... 44

4.3.1. Kharakteristik Bahan Baku ... 45

4.3.2. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku ... 47

4.3.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan ... 48

4.3.4. Penyimpanan Bahan Baku ... 50

4.3.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku... 52

4.3.6. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku... 53

4.4 Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 57

4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 57

4.4.2. Peramalan Permintaan Produk Mie Instan... 59

4.4.3. Perhitungan Lead Time, Safety Stock, dan Reorder Point 65 4.4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Simulasi... 67

4.4.4.1. Metode Simulasi Skenario 1... 68

4.4.4.2. Metode Simulasi Skenario 2... 73

4.5 Perbandingan Biaya Persediaan antara Model Pengendalian Persediaan di Perusahaan dengan Model Simulasi ... 78

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 81

2. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(20)

viii

No. Halaman

1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data... 27

2. Probabilitas dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku per hari ... 32

3. Bagan aliran proses pembuatan mie instan ... 42

4. Standar bahan baku tepung terigu ... 46

5. Biaya pemesanan bahan baku per pesanan ... 54

6. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun ... 55

7. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari... 56

8. Biaya kekurangan bahan baku per zak... 57

9. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku, dan rataan kekurangan bahan baku per hari pada tahun 2006 ... 58

10. Total biaya persediaan bahan baku per hari ... 59

11. Total biaya persediaan bahan baku tahunan... 59

12. Kombinasi nilai konstanta pemulusan ... 62

13. Hasil peramalan jumlah penjualan produk mie instan ... 63

14. Perhitungan safety stock skenario 1 untuk masing-masing bahan baku .... 65

15. Safety stock skenario 2 untuk masing-masing bahan baku ... 66

16. Perhitungan reorder point skenario 1 untuk masing-masing bahan baku.. 66

17. Perhitungan reorder point skenario 2 untuk masing-masing bahan baku.. 67

18. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 1... 69

19. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 1 ... 70

20. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 1 ... 71

21. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 1... 72

22. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 1 ... 73

23. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 2... 74

24. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 2 ... 75

25. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 2 ... 76

26. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 2... 77

27. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 2 ... 78

28. Perbandingan biaya persediaan model kebijakan perusahaan dan model simulasi ... 80


(21)

ix

No. Halaman

1. Perkiraan konsumsi per kapita mie instan nasional ... 1

2. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan Indonesia ... 2

3. Perkembangan volume produksi mie instan Indonesia …………... 2

4. Pangsa pasar mie instan nasional pada tahun 2005 …………... 3

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku ... 13

6. Kerangka pemikiran penelitian ... 26

7. Tahapan proses simulasi ... 33

8. Diagram alir produksi mie instan... 44

9. Data penjualan mie instan pada tahun 2005... 60

10. Data penjualan mie instan pada tahun 2006... 60

11. Times series plot data penjualan mie instant pada tahun 2005-2006... 61


(22)

x

No. Halaman

1. Struktur organisasi Divisi Noodle, PT. ISM, Tbk ... 85 2. Perhitungan simpangan baku pemakaian bahan baku per hari... .... 87 3. Perhitungan peluang dan interval angka acak pemakaian bahan

baku …... ... 98 4. Perhitungan simulasi ... 106


(23)

1.1. Latar Belakang

Pada saat ini, industri mie instan adalah salah satu sektor industri pangan yang sudah cukup pesat perkembangannya dan memiliki prospek yang baik. Perkembangan industri mie instan dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah dilihat dari jumlah konsumsi mie instan per kapita di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000 konsumsi mie instan per kapita hanya mencapai 3,7 kilogram (sama dengan 53,1 bungkus), pada tahun 2005 meningkat 46% menjadi 5 kilogram. Meningkatnya jumlah konsumsi mie instan memberikan kesan bahwa industri mie instan merupakan industri yang tahan krisis dan memiliki peluang yang lebih besar pada masa yang datang. Perkiraan konsumsi mie instan nasional dapat dilihat pada Gambar 1.

3.7 3.8 4

4.1

4.5 5

0 1 2 3 4 5 6

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 1. Perkiraan konsumsi per kapita mie instan nasional

(www.wartaekonomi.com, 2006)

Faktor kedua adalah meningkatnya jumlah perusahaan yang menjadi produsen mie instan di Indonesia. Jika pada tahun 2001 terdapat 57 perusahaan yang terjun ke dalam industri ini, setahun kemudian terjadi peningkatan menjadi 59 perusahaan dan pada tahun 2005 terdapat 84 perusahaan. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.


(24)

57 59

65

70

84

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 2. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan Indonesia

(www.wartaekonomi.com, 2006)

Faktor ketiga adalah meningkatnya volume produksi mie instan setiap tahunnya. Jika pada tahun 2004 volume produksi mencapai 975.000 ton, pada tahun 2005 meningkat 30% menjadi 1.272.000 ton. Perkembangan volume produksi mie instan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.

862 906

958 975

1272

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 3. Perkembangan volume produksi mie instan Indonesia

(www.wartaekonomi.com, 2006)

PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen mie instan di Indonesia yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan beberapa merek. PT ISM, Tbk pada awalnya menguasai pangsa pasar mie instan di Indonesia 80%, namun seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang menjadi produsen mie instan, pangsa pasar PT ISM, Tbk menurun menjadi 70%. Pembagian pangsa pasar mie instan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.


(25)

Lain-lain, 10%

wings food, 20%

indofood, 70%

Gambar 4. Pangsa pasar mie instan nasional tahun 2005

(www.wartaekonomi.com, 2006)

Banyaknya produk mie instan yang beredar di pasaran dan persaingan tingkat produsen yang semakin tinggi, menyebabkan PT ISM, Tbk harus dapat bertahan dengan baik dan meningkatkan daya saing. Salah satu cara meningkatkan daya saing adalah perusahaan harus mengoptimalkan kinerja dari fungsi-fungsi yang ada di perusahaan.

Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang cukup penting dalam kelangsungan hidup perusahaan, karena 50-60% kegiatan perusahaan merupakan aktifitas produksi dan operasi (Render dan Heizer, 2005). Oleh sebab itu, perusahaan harus memperhatikan setiap kegiatan produksinya dan meningkatkan efisiensi produksi agar dapat menekan biaya secara keseluruhan. Efisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengendalian persediaan bahan baku dengan baik.

Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu, jika bahan baku yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di gudang.

Selain itu, sebagian besar perusahaan melibatkan investasi yang besar pada aspek persediaan bahan baku, yaitu 30-40% (Hill, 1994). Divisi

Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebesar 1.394.837 zak per tahun dan 10.902 zak per tahun. Jumlah persediaan bahan baku yang berlebihan akan meningkatkan biaya penyimpanan dan akan menyebabkan


(26)

opportunity cost atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih menguntungkan.

Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak mencukupi kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses produksi dan operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengadaan darurat yang lebih mahal. Selain itu juga mengakibatkan mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang dan dapat membuat konsumen kecewa, serta beralih kepada merek atau perusahaan lain. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan baku mutlak harus dilakukan perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi perusahaan atas kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.

Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Metode simulasi adalah suatu metode yang mampu menganalisa situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi sebuah model manajemen operasi sederhana sehingga dapat memecahkan permasalahan. Tipe simulasi yang menunjukan peluang dari perusahaan untuk menyelesaikan masalah dengan pengambilan contoh secara acak adalah simulasi Monte Carlo. Metode simulasi ini perlu dikembangkan untuk dapat menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan total biaya persediaan pada saat permintaan dan waktu tunggu yang tidak konstan. Di dalam penelitian ini model simulasi yang dikembangkan adalah model simulasi skenario 1 dan model simulasi skenario 2. Model simulasi skenario 1 adalah model simulasi berdasarkan

reorder point perhitungan penulis. Model simulasi skenario 2 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmurm Tbk ?

2. Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk menggunakan metode simulasi apakah untuk mengendalikan persediaan bahan bakunya ?


(27)

3. Seberapa besar tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi

Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.

2. Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.

3. Menghitung dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi perusahaan.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Persediaan

Baroto (2002) mendefinisikan sistem persediaan sebagai suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan berapa besar pesanan harus dilakukan.

Sistem persediaan bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal (Handoko, 2000).

2.2. Persediaan

2.2.1. Pengertian Persediaan

Persediaan adalah barang yang disimpan atau digunakan atau dijual pada periode mendatang, dapat berupa bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual (Kusuma, 2004). Pengertian persediaan menurut Pardede (2003) adalah sejumlah bahan atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu pada masa yang akan datang. Persediaan terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang diadakan melalui proses produksi atau pembelian lebih besar daripada jumlah yang digunakan (dijual atau diolah sendiri).

Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Render dan Heizer, 2005). Menurut Rangkuti (2004), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan


(29)

barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan

Menurut Sumayang (2003) terdapat tiga alasan mengapa persediaan diperlukan :

1. Menghilangkan Pengaruh Ketidakpastian.

Untuk menghadapi ketidakpastian, pada sistem persediaan ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock.

2. Memberi Waktu Luang untuk Pengelolaan Produksi dan Pembelian.

Tujuan ini memberikan kemudahan untuk :

a. Memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan meratakan beban biaya investasi pada sejumlah produk.

b. Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk menghasilkan bermacam-macam jenis produk.

3. Mengantisipasi Perubahan pada Demand dan Supply.

Persediaan disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang menunjukan perubahan demand dan supply.

a. Bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan baku.

b. Sebagai persiapan menghadapi promosi pasar, dimana sejumlah besar barang jadi disimpan menunggu penjualan tersebut.

c. Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output

tetap akan mengalami kelebihan produk pada kondisi permintaan yang rendah atau pada kondisi musim lesu atau

low season. Kelebihan produk akan disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan nanti apabila produksi

output tidak dapat memenuhi lonjakan permintaan yaitu pada musim ramai atau pada peak season.


(30)

Alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan pabrik menurut Assauri (2000) adalah :

1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi, untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.

2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.

Menurut Assauri (2000), persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi yang mana berguna untuk :

1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik, sehingga harus dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin

kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersediannya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan

penggunaan atau penjualannya.

Menurut Rangkuti (2004) terdapat tiga fungsi persediaan, yaitu : 1. Fungsi Decoupling

Fungsi decoupling persediaan adalah fungsi persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung kepada pemasok. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya


(31)

tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses dilakukan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Fungsi economic lot sizing adalah fungsi persediaan yang perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya.

3. Fungsi Antisipasi

Fungsi antisipasi adalah fungsi persediaan dalam menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman atau seasional inventories. Selain itu perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman atau safety stock.

2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan

Menurut Assauri (2000), berdasarkan fungsinya persediaan dibedakan atas :

1. Batch stock atau lot size inventory adalah persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.

2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.


(32)

3. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk mengahadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat pada satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.

Menurut Handoko (2000), berdasarkan jenisnya persediaan dapat dibedakan atas :

1. Persediaan bahan mentah atau raw material, yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para pemasok atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan atau purchased part, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan penolong atau supplies, yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses atau work in process, yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi atau finished goods, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Pembagian tipe persediaan berdasarkan sifat permintaan (Sumayang, 2003), terbagi atas :

1. Independent demand (permintaan bebas) atas persediaan, yaitu persediaan untuk jenis-jenis produk atau bahan baku yang


(33)

permintaan atau penggunaaannya tidak bergantung kepada produk atau bahan baku lain.

2. Dependent demand (Permintaan terikat) atas persediaan, yaitu persediaan untuk jenis-jenis produk atau bahan baku yang permintaan atau penggunaaannya bergantung kepada produk atau bahan baku lain. Biasanya digunakan untuk jenis-jenis persediaan komponen dan barang dalam proses untuk menghasilkan produk akhir.

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Pelaksanaan persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan akan ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dengan bahan baku. Faktor-faktor tersebut menurut Ahyari (1999) adalah : 1. Perkiraan Pemakaian

Perkiraan bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi pada suatu produk dilakukan sebelum melakukan kegiatan pembelian bahan baku. Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang besarnya jumlah bahan baku yang akan dipergunakan dalam perusahaan untuk keperluan proses produksi pada periode yang akan datang.

2. Harga Bahan Baku

Harga bahan baku merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku.

3. Biaya-Biaya Persediaan

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan besarnya persediaan bahan baku. Terdapat dua tipe biaya, yaitu biaya-biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rataan persediaan, serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin besarnya rataan persediaan.


(34)

4. Kebijakan Pembelanjaan

Besarnya bahan baku mendapatkan dana dari perusahaan tergantung kepada kebijakan pembelanjaan dari dalam perusahaan tersebut.

5. Pemakaian Sesungguhnya

Untuk dapat menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku mendekati kepada kenyataan, harus dianalisa besarnya penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan dan hubungannya dengan pemakaian yang sudah disusun. Selain itu harus diperhatikan faktor pemakaian bahan baku sesungguhnya dari periode-periode yang lalu.

6. Waktu Tunggu

Waktu tunggu atau lead time adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu harus diperhatikan karena berhubungan dengan penentuan saat pemesanan kembali. Dengan diketahuinya waktu tunggu yang tepat, maka perusahaan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga risiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

Hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku tersebut ditunjukan pada Gambar 5.

Menurut Yamit (2003), terdapat empat faktor yang mempengaruhi persediaan, diantaranya :

1. Faktor Waktu

Faktor yang menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu diperlukan untuk membuat jadwal produksi, memotong bahan baku, pengiriman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi dan pengiriman barang jadi ke pedagang besar atau konsumen.


(35)

Biaya-Biaya

Persediaan Harga Bahan Baku

Kebijakan Pembelanjaan

Perkiraan Pemakaian Jumlah Pembelian Optimal

Pemakaian Sesungguhnya

Waktu Tunggu

Persediaan Pengaman Persediaan Bahan Baku

Pembelian/

Pemesanan Kembali Produksi 2. Faktor Ketidakpastian Waktu Datang dari Pemasok

Faktor ini menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.

3. Faktor Ketidakpastian Penggunaan dari Dalam Perusahaan

Faktor ini disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai kondisi lainnya.

4. Faktor Ekonomis

Adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan harga yang dapat menurunkan biaya.

Gambar 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku


(36)

2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan

Menurut Rangkuti (2004) untuk mengambil keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya yang harus dipertimbangkan adalah :

1. Biaya Penyimpanan atau Holding Cost

Biaya penyimpanan atau holding cost adalah biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rataan persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan termasuk penerangan, pendingin ruangan, dan sebagainya.

b. Biaya modal atau opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan. c. Biaya keusangan.

d. Biaya perhitungan fisik. e. Biaya asuransi persediaan. f. Biaya pajak persediaan.

g. Biaya pencurian, pengerusakan, atau perampokan. h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya. 2. Biaya Pemesanan atau Ordering Cost

Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik, apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Biaya-biaya pesanan meliputi :

a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi. b. Upah.

c. Biaya telepon.

d. Pengeluaran surat menyurat.

e. Biaya pengepakan dan penimbangan.

f. Biaya pemeriksaan atau inspeksi penerimaan. g. Biaya pengiriman ke gudang.


(37)

h. Biaya utang lancar dan sebagainya. 3. Biaya Penyiapan atau Set-Up Cost

Biaya penyiapan atau set-up cost terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan. Biaya-biaya ini terdiri dari :

a. Biaya mesin-mesin menganggur. b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung. c. Biaya penjadwalan.

d. Biaya ekspedisi dan sebagainya.

4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan atau Shortage Cost

Biaya kehabisan atau kekurangan bahan atau shortage cost

adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah :

a. Kehilangan penjualan. b. Kehilangan pelanggan. c. Biaya pemesanan khusus. d. Biaya ekspedisi.

e. Kehilangan keuntungan. f. Terganggunya operasi.

g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pengendalian persediaan adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki (Sumayang, 2003). Sedangkan pengertian pengendalian persediaan menurut Menurut Pardede (2003), adalah segala tindakan yang dilakukan untuk mengusahakan tersedianya bahan-bahan sediaan dalam jumlah tertentu dan pada satu titik waktu tertentu.

Menurut Assauri (2000), pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku dan barang hasil atau produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan


(38)

perusahaan dengan efektif dan efisien. Kebijakan pengendalian persediaan bahan baku meliputi peramalan permintaan, penentuan jumlah pemesanan ekonomis, lead time, safety stock dan reorder point.

2.3.1. Peramalan Permintaan

Peramalan adalah prediksi, proyeksi, atau estimasi tingkat kejadian yang tidak pasti dimasa yang akan datang. Dalam lingkungan perusahaan, peramalan banyak digunakan untuk memprediksi atau mengestimasi permintaan pada masa yang akan datang (Yamit, 2003).

Peramalan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau kemasa depan. Peramalan permintaan adalah istilah yang sangat populer di dunia bisnis dan menyangkut permalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu (Indrajit dan Pranoto, 2003).

Menurut Baroto (2002), karakteristik peramalan permintaan adalah :

1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan berfungsi juga di masa yang akan datang.

2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan.

3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk waktu yang panjang.

Salah satu metode untuk menghitung peramalan adalah metode Winters. Metode Winters adalah salah satu metode peramalan yang digunakan untuk meramalkan seasonal time series data (data deret waktu musiman). Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu model multiplikatif dan model aditif. Model multiplikatif pada prinsipnya mengandung penggandaan antara komponen trend dengan komponen musim sedangkan untuk model


(39)

aditif mengandung penjumlahan komponen trend dengan komponen musim. Model multiplikatif biasanya digunakan jika data pada musim tertentu proporsional terhadap musim-musim sebelumnya. Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika perbedaan data pada setiap musim relatif konstan (Montgomery et al., 1990).

2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis

Menurut Rangkuti (2004), jumlah pemesanan ekonomis adalah jumlah pemesanan bahan mentah pada setiap kali pesan dengan jumlah biaya yang paling rendah. Jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan yang diadakan agar menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal (Assauri, 2000).

Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis, harus diupayakan agar biaya-biaya penyimpanan, kekurangan bahan dan pemesanan diperkecil. Jumlah pemesanan ekonomis dan waktu pemesanan kembali dapat diperoleh dengan menggunakan metode simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal.

2.3.3. Lead Time

Di dalam pengisian persediaan terdapat suatu perbedaan waktu yang cukup lama antara saat mengadakan pemesanan untuk penggantian kembali persediaan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan tersebut diterima dan dimasukkan ke dalam persediaan. Perbedaan waktu inilah yang disebut lead time.

Pengertian lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan (Assauri, 2000).

Menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu mempunyai dua macam biaya, yaitu :

1. Biaya Penyimpanan Tambahan

Biaya penyimpanan tambahan (BPT) atau sering disebut dengan extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus


(40)

dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan oleh karena datangnya bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan.

2. Biaya Kekurangan Bahan

Biaya kekurangan bahan (BKB) atau sering disebut dengan

stock out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan bahan baku pengganti, termasuk selisih harganya merupakan contoh dari biaya kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak berhasil mendapatkan pengganti bahan berarti proses produksi perusahaan akan terhenti. Keadaan kekurangan bahan ini diakibatkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan.

2.3.4. Safety Stock

Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Kekurangan bahan dapat disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula, atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Persediaan pengaman dapat mengurangi kerugian akibat kekurangan bahan, tetapi menambah biaya penyimpanan bahan (Assauri, 2000).

Menurut Rangkuti (2004), persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman, yaitu :

1. Rataan tingkat permintaan dan rataan masa tenggang 2. Keragaman permintaan pada masa tenggang

3. Keinginan tingkat pelayanan yang diberikan.

Besarnya persediaan pengaman dapat diperoleh dengan menggunakan beberapa rumus berikut :


(41)

1. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan Tidak Tetap dan

Lead Time Tetap.

SS = Z L(σd)...(1) SS = Safety stock

Z = Service level

L = Lead time d

σ = Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per hari

2. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan Tetap dan Lead Time Tidak Tetap.

SS = Z d ( Lσ ) ...(2) SS = Safety stock

Z = Service level

d = Tingkat pemakaian bahan baku per hari

L

σ = Simpangan baku dari lead time

3. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan dan Lead Time

Tidak Tetap.

SS = Z L( d)2 d2( L)2

σ +

σ ...(3) SS = Safety stock

Z = Service level d

σ = Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per hari

d = Tingkat pemakaian bahan baku per hari L = Lead time

L

σ = Simpangan baku dari lead time 2.3.5. Reorder Point

Reorder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali. Menurut Rangkuti (2004), ROP merupakan batas titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan atau ekstra.


(42)

ROP terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Dengan demikian, perusahaan harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.

Umumnya, model ROP ditentukan oleh sifat pemakaian, yaitu : 1. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tetap.

Dalam model ini, besarnya permintaan tetap, sehingga tidak ada penambahan persediaan. Rumusnya adalah :

ROP = d x L………...(4) ROP = Reorder point (unit)

d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja tahun. L = Lead time untuk pemesanan baru (hari).

2. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tidak Tetap

Dalam model ini, besarnya permintaan tidak tetap. Besarnya ROP pada model ini merupakan penjumlahan antara besarnya permintaan yang diharapkan selama masa tenggang dan persediaan tambahan atau disebut dengan safety stock. Maka rumusnya menjadi :

ROP = (d x L) + SS...………...……...(5) ROP = Reorder point (unit)

d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja tahun. L = Lead time untuk pemesanan baru (hari)

SS = Safety Stock atau persediaan pengaman (unit)

2.4. Simulasi

2.4.1. Model Simulasi

Menurut Render dan Heizer (2005) simulasi diartikan sebagai sebuah usaha untuk menyalin fitur, tampilan dan karakteristik sebuah sistem nyata. Dalam simulasi suatu sistem diabstraksikan dalam bentuk model matematika yang biasanya melalui sebuah model yang terkomputerisasi. Kemudian model tersebut dikembangkan, sehingga


(43)

menggambarkan sistem yang sesungguhnya. Model ini kemudian akan digunakan untuk memperkirakan efek dari berbagai tindakan. Simulasi mampu menyediakan suatu pendekatan alternatif untuk permasalahan yang sangat kompleks secara matematik.

Sebagai alat analisa, simulasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Render dan Heizer (2005), kelebihan dan kekurangan simulasi dalam manajemen produksi operasi dijelaskan berikut :

1. Kelebihan Simulasi

a. Simulasi relatif sederhana dan fleksibel.

b. Kemajuan software membuat beberapa model simulasi mudah untuk dikembangkan.

c. Simulasi dapat digunakan untuk menganalisis situasi nyata dunia yang luas dan rumit yang tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan model analisis kuantitaif konvensional. d. Simulasi memungkinkan pertanyaan “bagaimana akibatnya

jika”. Para manajer ingin mengetahui terlebih dahulu pilihan mana yang menjadi pilihan yang paling menarik. Dengan sebuah model yang terkomputerisasi, seorang manajer dapat mencoba beberapa keputusan kebijakan dalam waktu yang hanya beberapa menit.

e. Simulasi tidak bertentangan dengan sistem dunia nyata. f. Simulasi memungkinkan kita untuk mempelajari hubungan

dampak dari sebuah komponen atau peubah untuk mengetahui komponen atau peubah mana yang penting.

g. Simulasi memungkinkan adanya faktor pemadatan waktu. Dampak dari pemesanan, iklan dan kebijakan lain dalam waktu bulanan atau tahunan dapat diperoleh dengan simulasi komputer dalam waktu yang singkat.

2. Kekurangan Simulasi

a. Model simulasi yang baik untuk situasi yang rumit dapat menjadi sangat mahal. Model simulasi yang baik


(44)

membutuhkan waktu yang lama dan proses sangat rumit untuk mengembangkannya.

b. Simulasi tidak menghasilkan solusi untuk suatu masalah seoptimal alat analisis kuantitatif lainnya. Simulasi merupakan sebuah pendekatan trial and error yang dapat menghasilkan solusi berbeda jika diulangi.

c. Para manajer harus menetapkan semua kondisi dan kendala untuk solusi yang ingin mereka uji. Model simulasi tidak menghasilkan jawaban tanpa adanya input yang cukup dan realistis.

d. Setiap model simulasi bersifat unik. Solusi sebuah model dan kesimpulannya pada umumnya tidak dapat diterapkan pada persoalan lain.

2.4.2. Simulasi Monte Carlo

Menurut Yamit (2003), Simulasi Monte Carlo adalah tipe simulasi peluang untuk mencari penyelesaian masalah dengan penarikan contoh dari proses acak.

Menurut Render dan Heizer (2005), terdapat lima langkah di dalam teknik simulasi Monte Carlo, yaitu :

1. Menetapkan Distribusi Peluang

Tujuan umum membuat distribusi peluang bagi setiap peubah adalah untuk membangkitkan nilai setiap peubah dari model yang sedang diuji. Peluang atau frekuensi relatif untuk setiap nilai yang mungkin bagi setiap peubah ditentukan dengan membagi frekuensi dari setiap nilai yang mungkin bagi peubah dengan jumlah pengamatan. Dalam sistem dunia nyata, sebagian besar peubah memiliki peluang alami.

2. Membuat Distribusi Peluang Kumulatif Bagi Setiap Peubah Distribusi kumulatif merupakan akumulasi peluang individu dalam sebuah distribusi.


(45)

3. Menetapkan Interval Angka Acak.

Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah dipilih oleh sebuah proses acak yang sempurna.

4. Membangkitkan Angka Acak

Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika persoalan yang dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti melibatkan banyak percobaan simulasi, maka digunakan program komputer untuk membangkitkan angka acak. Jika simulasi dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak dapat diambil dari sebuah tabel angka acak.

5. Mensimulasikan Serangkaian Percobaan

Peubah yang akan digunakan dalam simulasi dibuat dalam berbagai variasi. Variasi-variasi dari peubah tersebut pada tahap ini dicoba untuk disimulasikan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Purwani (2006) mengenai Kajian Persediaan Bahan Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Sumber Karya Indah (SKI) dengan menggunakan Metode Simulasi menunjukan bahwa pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan SKI belum optimal. Hal ini dilihat dari total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan SKI mengeluarkan Rp 13.716.000,00 per tahun untuk biaya persediaan. Sedangkan dengan metode simulasi Perusahaan SKI mengeluarkan Rp 1.841.191,00 per tahun. Hal ini menunjukan dengan menggunakan metode simulasi perusahaan dapat melakukan penghematan 86%.

Dalam penelitian Putra (2005) mengenai Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Ban pada PT Goodyear Indonesia, Tbk, Bogor, menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan masih belum optimal. Untuk bahan baku lokal, terlihat perbedaan frekuensi pemesanan bahan baku relatif sangat kecil. Penghematan yang dapat dilakukan apabila perusahaan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebesar Rp 108.190 atau 0,904%. Pengadaan persediaan bahan baku impor dengan menggunakan


(46)

metode EOQ menghasilkan biaya yang lebih rendah daripada yang dikeluarkan oleh perusahaan. Penghematan yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode EOQ mencapai 16,44%.

Dalam penelitian Anggraini (2002) mengenai Analisis Pengendalian Persediaan Tepung Terigu Sebagai Bahan Baku Utama Produk Biskuit pada PT Arnott’s Indonesia. Penelitian ini membandingkan metode MRP, yaitu teknik Lot for Lot, teknik EOQ dan Teknik PBB, dengan metode yang diterapkan oleh perusahaan. Hasil perbandingan tersebut menunjukan bahwa pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan belum optimal. Penghematan terbesar yang dapat dilakukan adalah apabila perusahaan menggunakan teknik Lot for Lot. Metode EOQ dapat digunakan oleh perusahaan, karena metode EOQ dapat melakukan penghematan biaya persediaan bahan baku, walaupun tidak sebesar apabila menggunakan teknik

Lot for Lot. Metode EOQ lebih relevan digunakan oleh perusahaan daripada metode Lot for Lot, karena metode Lot for Lot meminimumkan jumlah persediaan di gudang dapat menimbulkan resiko kekurangan bahan baku apabila terjadi perubahan jadwal produksi.


(47)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu jika bahan baku yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di gudang.

Jumlah persediaan bahan baku yang berlebihan akan meningkatkan biaya penyimpanan dan akan menyebabkan opportunity cost atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih menguntungkan. Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak mencukupi kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses produksi dan operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengadaan darurat yang lebih mahal dan juga mengakibatkan mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang serta dapat membuat konsumen kecewa atau beralih kepada merek atau perusahaan lain. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan baku, mutlak harus dilakukan perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi perusahaan atas kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.

Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Metode simulasi adalah suatu metode yang mampu menganalisa situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi sebuah model manajemen operasi sederhana, sehingga dapat memecahkan permasalahan. Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan dan waktu tunggu yang tidak konstan. Tipe simulasi yang menunjukkan peluang dari perusahaan untuk menyelesaikan masalah dengan pengambilan contoh


(48)

secara acak adalah simulasi Monte Carlo. Simulasi skenario 1 dan skenario 2 dikembangkan agar dapat megendalikan persediaan bahan baku untuk meperoleh tingkat persediaan yang optimal sehingga menunjang kelancaran produksi serta dapat memenuhi jadwal produksi barang dengan ketentuan yang disepakati. Simuasi skenario 1 adalah simulasi berdasarkan reorder point. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian

Sistem Persediaan Bahan Baku

Persaingan Antara Produsen Mie Instan yang Semakin Meningkat

Perusahaan Harus Mempertahankan Kelangsungan Hidup dan Meningkatkan Daya Saing

Fungsi Produksi dan Operasi

Pengendalian Persediaan Bahan baku

Tingkat Persediaan dan Kebijakan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku yang Optimal

Model Simulasi dengan Skenario 1 dan 2 Model Persediaan di

Perusahaan


(49)

3.2. Pengumpulan Data

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposif dengan pertimbangan bahwa PT ISM merupakan salah satu perusahaan pangan terbesar di Indonesia dan memproduksi produk mie instan yang memliki pangsa pasar sebesar 70%.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan dari Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur (ISM), Tbk. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada proses produksi dan gudang serta wawancara langsung dengan berbagai pihak yang berkepentingan seperti bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC), karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer PPIC.

Data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen tertulis. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan laporan-laporan manajemen perusahaan, terutama bagian produksi dan logistik, literatur, hasil penelitian terdahulu, bahan pustaka, internet maupun data instasi seperti BPS dan instasi yang terkait. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data

Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data Identifikasi

perkembangan industri mie instan di Indonesia.

Sekunder Studi literature Internet

Data umum perusahaan:

ƒ Sejarah dan perkembangan perusahaan

ƒ Visi dan misi perusahaan

ƒ Lokasi perusahaan

ƒ Struktur organisasi perusahaan

ƒPrimer

ƒSekunder

ƒ Survai

ƒ Wawancara

ƒ Dokumen dan laporan

perusahaan

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk


(50)

Lanjutan Tabel 1.

Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data Data khusus

perusahaan:

ƒ Data produksi

ƒ Data penjualan barang jadi

ƒ Data pemesanan bahan baku

ƒ Data pemakaian bahan baku.

ƒ Data laporan persediaan bahan baku

ƒ Data harga beli per unit bahan baku

ƒ Data biaya persediaan bahan baku

ƒ Data lead time

(waktu tunggu) dan safety stock

(persediaan pengaman)

ƒPrimer

ƒSekunder

ƒ Survai

ƒ Wawancara

ƒ Dokumen dan laporan bagian produksi, PPIC, dan gudang

Bagian PPIC, Divisi

Noodle, PT ISM, Tbk

3.3. Pengolahan dan Analisis Data 3.3.1. Peramalan Permintaan

Peramalan permintaan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu. Alat yang digunakan untuk meramalkan permintaan pada penelitian ini adalah metode Winters. Metode Winters adalah salah satu metode peramalan yang digunakan untuk meramalkan data deret waktu musiman.

Perhitungan peramalan dengan metode winters menggunakan perangkat lunak Minitab versi 14. Perhitungan metode Winters ini melalui beberapa tahap, yaitu :


(51)

1. Memplotkan Data

Pada tahap ini data deret waktu harus diplotkan dalam bentuk grafik. Tujuan dari memplotkan data dalam bentuk grafik adalah untuk melihat bagaimana pola data tersebut. Jika data berpola musiman, maka data dapat diramalkan dengan metode Winters. 2. Pengidentifikasian Model

Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu model multiplikatif dan model aditif. Model multiplikatif pada prinsipnya mengandung penggandaan antara komponen trend dengan komponen musim sedangkan untuk model aditif mengandung penjumlahan komponen trend dengan komponen musim. Model multiplikatif biasanya digunakan jika data pada musim tertentu proporsional terhadap musim-musim sebelumnya. Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika perbedaan data pada setiap musim relatif konstan.

Model yang sesuai untuk meramalkan permintaan penjualan mie instan pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk adalah model multiplikatif. Data deret waktu musiman multiplikatif digambarkan dengan model berikut :

(

+

)

= 1 2 t t

t b b t c

x ………...(6)

Dimana b1merupakan konstanta pemulusan dasar atau komponen

permanen, b2 merupakan konstanta pemulusan trend,

ctmerupakan konstanta pemulusan musiman dan εt adalah

komponen acak.

3. Pengestimasian Nilai Kostanta Pemulusan

Nilai konstanta pemulusan model diestimasikan dengan cara

trial and error. Nilai setiap konstanta pemulusan ditentukan secara subyektif dalam selang 0-1. setelah nilai setiap konstanta pemulusan ditentukan, maka akan muncul nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE), Mean Absolute Deviation (MAD) dan Mean Square Deviation (MSD). MAPE, MAD dan MSD merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat


(52)

keakuratan dari hasil peramalan. Semakin kecil nilai MAPE, MAD, dan MSD maka, semakin baik nilai setiap konstanta pemulusan.

4. Penggunaan Model Untuk Peramalan

Nilai konstanta pemulusan yang terbaik yang telah diperoleh digunakan untuk menentukan peramalan.

Tahapan

3.3.2. Menentukan Lead Time

Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tunggu dapat ditentukan dari rataan lamanya waktu tunggu periode-periode sebelumnya.

3.3.3. Menentukan Safety Stock

Besarnya Safety stock atau persediaan pengaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Rataan tingkat permintaan dan rataan masa tenggang 2. Keragaman permintaan pada masa tenggang

3. Keinginan tingkat pelayanan yang diberikan.

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk memiliki tingkat pemakaian bahan baku tidak konstan dan lead time yang konstan. Besarnya persediaan pengaman untuk jumlah pemakaian bahan baku yang tidak konstan dan lead time konstan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : SS = Z L(σd)...(7) SS = Safety stock

Z = Service level

L = Lead time d

σ = Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per hari


(53)

3.3.4. Menentukan Reorder Point

Reorder point (ROP) merupakan titik dimana perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku lagi, sehingga bahan baku yang dipesan tersebut datang tepat pada saat jumlah persediaan bahan baku sama dengan safety stock. ROP juga merupakan peubah input

dalam perhitungan dengan metode simulasi. Rumus ROP adalah : ROP = (d x L) + SS...(8) Dimana:

ROP = Reorder point (unit)

d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah har kerja per tahun L = lead time untuk pemesanan baru (hari)

SS = Safety stock (unit)

3.3.5. Pengolahan Data dengan Metode Simulasi

Simulasi adalah sebuah usaha untuk menyalin fitur, tampilan dan kharakteristik sebuah sistem nyata. Pada kasus persediaan bahan baku, metode simulasi dapat digunakan untuk merumuskan skenario kebijakan pembelian bahan baku terbaik berdasarkan kriteria biaya persediaan pada saat pemakaian bahan baku maupun lead time tidak konstan.

Perhitungan simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan

software MATLAB 7.1 dan Microsoft Excel. Simulasi pengendalian persediaan bahan baku mempunyai beberapa tahapan proses, yaitu : 1. Mendefinisikan Masalah

Masalah yang didefinisikan adalah minimisasi total biaya persediaan.

2. Memperkenalkan Peubah Penting yang Berkaitan dengan Masalah.

Dalam simulasi sistem persediaan terdapat dua peubah input

yaitu titik pemesanan kembali dan jumlah pemesanan. Nilai


(54)

persediaaan, sedangkan faktor acak yang terdapat pada sistem adalah jumlah pemakaian bahan baku dan waktu tunggupesanan. 3. Mengembangkan Sebuah Model Kuantitatif

Berdasarkan teknik simulasi Monte Carlo, langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan sebuah model kuantitatif untuk pengendalian persediaan adalah :

a. Menetapkan Distribusi Peluang

Ide dasar simulasi Monte Carlo adalah untuk membangkitkan nilai peubah pada model yang sedang diuji. Dalam sistem dunia nyata, sebagian besar peubah memiliki peluang alami. Peubah yang akan dinilai distribusi peluangnya adalah pemakaian bahan baku per hari.

b. Membuat Distribusi Peluang Kumulatif Bagi Setiap Peubah. Distribusi kumulatif merupakan akumulasi peluang individu dalam sebuah distribusi, pada tahap ini pemakaian bahan baku per hari akan ditentukan distribusi peluang kumulatifnya.

c. Menetapkan Interval Angka Acak

Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah terpilih oleh sebuah proses acak yang sempurna. Angka acak ini berfungsi mewakili setiap nilai atau output yang mungkin dari pemakaian bahan baku per hari. Pada Tabel 2 disajikan peluang dan interval angka acak untuk permintaan.

Tabel 2. Peluang dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku per hari

Permintaan Frekuensi Peluang

Kejadian Peluang Kumulatif

Intervaal Acak

xx xx Xx Xx x – x

xx xx Xx Xx x – x

xx xx Xx Xx x – x

xx xx Xx Xx x – x


(55)

d. Membangkitkan Angka Acak

Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika persoalan yang dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti melibatkan banyak percobaan simulasi, maka digunakan program komputer untuk membangkitkan angka acak. Jika simulasi dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak dapat diambil dari sebuah tabel angka acak.

4. Mensimulasikan Serangkaian Percobaan

5. Memutuskan Tindakan Apa yang Diambil (Memilih Skenario Terbaik)

Mempertimbangkan hasil atau mungkin memodifikasi dan mengubah input. Maksud dari langkah ini adalah membuat alternatif besarnya jumlah pemesanan bahan baku yang bervariasi atau menyiapkan kejadian yang mungkin terjadi dalam pengujian. Tahapan proses simulasi dapat dilihat Gambar 7.

Gambar 7. Tahapan proses simulasi (Render dan Heizer, 2005)

Definisikan masalah

Memperkenalkan peubah

Mengembangkan model

Menetapkan nilai peubah

Melaksanakan simulasi

Memilih cara yang terbaik Menguji hasil simulasi

Umpan balik Umpan balik


(56)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Perusahaan

4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk

PT ISM, Tbk bergerak dalam bidang industri makanan olahan yaitu pembuatan mie instan dan pengemasannya. PT ISM, Tbk didirikan pada tahun 1970 dengan nama PT Sanmaru Food Manufacturing Co, Ltd. Perusahaan ini mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1971 dengan jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak 70 orang.

Pada tahun 1984 dan tahun 1988 terdapat dua perusahaan yang bergabung dengan PT Sanmaru Food Manufacturing Co, Ltd, yaitu PT Sarimi Asli Jaya dan PT Lambang Insan Makmur. Kemudian, pada tahun 1990 PT Sanmaru Food Manufacturing Co, Ltd mengubah namanya menjadi PT Panganjaya Intikusuma berdasarkan akta pendirian No. 228, tanggal 14 Agustus 1990.

Pada tahun 1994, perusahaan ini merubah namanya menjadi PT ISM berdasarkan akta pendirian No. 51, tanggal 5 Februari 1994. Seminggu kemudian yaitu pada tanggal 12 Februari 1994, perusahaan melakukan merger atau penggabungan dengan 18 perusahaan lain yang juga bergerak dalam bidang industri makanan. Perusahaan-perusahaan yang melakukan merger tersebut selanjutnya dibagi menjadi beberapa divisi di PT ISM. Divisi-divisi tersebut, antara lain Divisi Noodle, Divisi Ingredient, Divisi Packaging, Divisi

Baby Food, Divisi Beverage, Divisi Snack, Divisi Distribusi, dan Divisi Pastry.

Pada tanggal 7 Maret 1994, PT ISM mengubah statusnya dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) dan pada tahun yang sama, PT ISM telah menjadi perusahaan yang go public dengan nama PT ISM, Tbk. Divisi Noodle yang merupakan salah satu divisi dalam PT ISM, Tbk mempunyai 15 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia


(57)

yaitu di Medan, Lampung, Palembang, Pontianak, Pekanbaru, Banjarmasin, Semarang, Cibitung, Ancol, Bandung, Surabaya, Beji, Teluk Kumai, Menado, dan Ujung Pandang. Divisi Noodle cabang Ancol tergolong berskala besar dan merupakan pabrik yang pertama kali berdiri.

Divisi Noodle, PT ISM, Tbk cabang Ancol terletak di Jalan Ancol I No. 4-5, Ancol Barat Jakarta Utara. Perusahaan ini berbatasan dengan PT Wirantono di sebelah utara, gudang kaca PT Asahi Mas di sebelah timur, Jalan Ancol I di sebelah selatan dan PT Wuhan di sebelah barat.

4.1.2. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan alat manajemen pada praktik penyelenggaraan tugas dan kewajiban guna mencapai sarana perencanaan. Pentingnya manajemen dalam suatu perusahaan adalah untuk mengelola sumber daya yang ada sehingga dapat menghindari kesimpangsiuran kegiatan dalam perusahaan tersebut. Berdasarkan pola hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab, struktur organisasi perusahaan menggunakan struktur organisasi fungsional.

Divisi Noodle, PT ISM, Tbkmempunyai 15 pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia dan setiap pabrik dipimpin oleh seorang

General Manager atau Kepala Cabang. Khusus untuk pabrik di Tanggerang dan Ancol dipimpin oleh satu orang General Manager, demikian juga untuk dua pabrik di Surabaya.

Pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk cabang Ancol, dipimpin oleh

General Manajer DKI yang mempuyai kewajiban umum memimpin unit produksi cabang dan membina hubungan dengan kantor pusat.

General Manager juga bertanggung jawab penuh dalam penentuan arah organisasi dan memiliki otoritas tertinggi untuk menggerakkan semua komponen ke arah tujuan perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, General Manager membawahi 5 (lima) Manager, yaitu :


(1)

116

Lanjutan Lampiran 4

6. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Segitiga Hijau Skenario 2

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 10562; reorder_point = 4296; units_received = 0;

begining_inventory = order_quantity+855; ending_inventory = 0;

clc;

pesanan = 0; TOTAL_so = 0; stock_out = 0; T = zeros(1000,7); TOTAL = 0; pesan = 0;

belum_pesan = true; for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1)); demand = data(random_number);

stock_out = 0;

if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand; elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory; TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out; ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory; T(i,2) = begining_inventory;

T(i,3) = random_number; T(i,4) = demand;

T(i,5) = ending_inventory; T(i,6) = stock_out;

T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan) pesan = i + 3;

pesanan = pesanan + 1; belum_pesan = false; end


(2)

T(i+1,1) = units_received;

begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)

units_received = 0; pesan = 0;

end end

%csvwrite(['D:\coba2\ES_SH2.csv'],T);

clc;

tabel = zeros(10562,7); for i = 1:10562

order_quantity = i;

biaya_simpan_per_unit = 84; biaya_per_pesanan = 18000; biaya_so_per_unit = 26861;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data); rataan_pers_akhir = total / 1000;

rataan_so = total_so / 1000; rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit; biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan; biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so; tabel(i,1) = order_quantity;

tabel(i,2) = rataan_pers_akhir; tabel(i,3) = rataan_so;

tabel(i,4) = rataan_pesanan; tabel(i,5) = biaya_simpan; tabel(i,6) = biaya_so; tabel(i,7) = biaya_pesanan; tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA; end

clc;


(3)

118

Lanjutan Lampiran 4

7. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Tepung Tapioka Skenario 1

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 1482; reorder_point = 308; units_received = 0;

begining_inventory = order_quantity+49; ending_inventory = 0;

clc;

pesanan = 0; TOTAL_so = 0; stock_out = 0; T = zeros(1000,7); TOTAL = 0; pesan = 0;

belum_pesan = true; for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1)); demand = data(random_number);

stock_out = 0;

if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand; elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory; TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out; ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory; T(i,2) = begining_inventory;

T(i,3) = random_number; T(i,4) = demand;

T(i,5) = ending_inventory; T(i,6) = stock_out;

T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan) pesan = i + 7;

pesanan = pesanan + 1; belum_pesan = false; end


(4)

T(i+1,1) = units_received;

begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)

units_received = 0; pesan = 0;

end end

%csvwrite(['D:\coba2\ES_TA1.csv'],T);

clc;

tabel = zeros(1482,7); for i = 1: 1482

order_quantity = i;

biaya_simpan_per_unit = 164; biaya_per_pesanan = 24000; biaya_so_per_unit = 58722;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data); rataan_pers_akhir = total / 1000;

rataan_so = total_so / 1000; rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit; biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan; biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so; tabel(i,1) = order_quantity;

tabel(i,2) = rataan_pers_akhir; tabel(i,3) = rataan_so;

tabel(i,4) = rataan_pesanan; tabel(i,5) = biaya_simpan; tabel(i,6) = biaya_so; tabel(i,7) = biaya_pesanan; tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA; end

clc;


(5)

120

Lanjutan Lampiran 4

8. Perhitungan Simulasi Bahan Baku Tepung Tapioka Skenario 2

function [TOTAL,pesanan,TOTAL_so] = sim_es_ck(order_quantity,data)

order_quantity = 1482; reorder_point = 298; units_received = 0;

begining_inventory = order_quantity+39; ending_inventory = 0;

clc;

pesanan = 0; TOTAL_so = 0; stock_out = 0; T = zeros(1000,7); TOTAL = 0; pesan = 0;

belum_pesan = true; for i = 1:1000

random_number = round(1+(1000-1)*rand(1)); demand = data(random_number);

stock_out = 0;

if(begining_inventory - demand >= 0)

ending_inventory = begining_inventory - demand; elseif (begining_inventory - demand < 0)

stock_out = demand - begining_inventory; TOTAL_so = TOTAL_so + stock_out; ending_inventory = 0;

end

TOTAL = TOTAL + ending_inventory; T(i,2) = begining_inventory;

T(i,3) = random_number; T(i,4) = demand;

T(i,5) = ending_inventory; T(i,6) = stock_out;

T(i,7) = TOTAL;

if (ending_inventory <= reorder_point & belum_pesan) pesan = i + 7;

pesanan = pesanan + 1; belum_pesan = false; end


(6)

T(i+1,1) = units_received;

begining_inventory = units_received + ending_inventory;

if (i == pesan)

units_received = 0; pesan = 0;

end end

%csvwrite(['D:\coba2\ES_TA2.csv'],T);

clc;

tabel = zeros(1482,7); for i = 1: 1482

order_quantity = i;

biaya_simpan_per_unit = 164; biaya_per_pesanan = 24000; biaya_so_per_unit = 58722;

[total,pesanan,total_so] = sim_es_ck(order_quantity,data); rataan_pers_akhir = total / 1000;

rataan_so = total_so / 1000; rataan_pesanan = pesanan / 1000;

biaya_simpan = rataan_pers_akhir * biaya_simpan_per_unit; biaya_pesanan = rataan_pesanan * biaya_per_pesanan; biaya_so = rataan_so * biaya_so_per_unit;

TOTAL_BIAYA = biaya_simpan + biaya_pesanan + biaya_so; tabel(i,1) = order_quantity;

tabel(i,2) = rataan_pers_akhir; tabel(i,3) = rataan_so;

tabel(i,4) = rataan_pesanan; tabel(i,5) = biaya_simpan; tabel(i,6) = biaya_so; tabel(i,7) = biaya_pesanan; tabel(i,8) = TOTAL_BIAYA; end

clc;