Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
14 a.
1933: 48 j o S.1938: 2 t ent ang Perat uran Pem bukuan Kapal. b.
S.1933: 108 t ent ang Perat uran Um um Perhim punan Koperasi. c.
S.1938: 523 ordonansi t ent ang Orang Yang Mem inj am kan Uang. d.
S.1938: 524 Ordonansi t ent ang Riba. Hukum yang berlaku bagi golongan pribum i :
a. S. 1927: 91 t ent ang Koperasi Pribum i.
b. S. 1931: 33 Perat uran t ent ang Pengangkat an Wali di Jaw a dan
Madur a. c.
S.1933: 74 t ent ang Perkaw inan Orang Krist en di Jaw a, Minahasa, dan Am bon.
d. S.1933: 75 Per at uran t ent ang Pencat at an Jiw a Bagi Orang I ndonesia
di Jaw a, Madura, Minahasa, Am bon, Saparua, dan Banda. e.
S.1939: 569 Ordonansi t ent ang Maskapai Andil. f.
S.1939: 570 Ordonansi t ent ang Perhim punan Pr ibum i.
3. Hukum yang berlaku pada Golongan Tim ur Asing:
a. Hukum Perdat a dan Hukum Pidana Adat m ereka m enurut ket ent uan
Pasal 11 AB, ber dasarkan S.1855: 79 unt uk sem ua golongan Tim ur Asing .
b. Hukum perdat a golongan Eropa BW hanya bagi golongan Tim ur
Asing Cina unt uk w ilayah Hindia Belanda m elalui S.1924: 557, dan unt uk daerah Kalim ant an Barat berlakunya BW t anggal 1
Sept em ber 1925 m elalui S.1925: 92.
c. WvS yang berlaku sej ak 1 Januari 1918, unt uk hukum pidana
m at erial.
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
15 d.
Hukum acara yang berlaku bagi golongan Eropa dan hukum acara yang berlaku bagi golongan pribum i karena dalam prakt ek kedua
hukum acara t ersebut digunakan unt uk peradilan bagi golongan
Tim ur Asing.
Dalam proses penyelenggaraan peradilan di sam ping susunan peradilan yang t elah disebut di at as m asih ada lem baga- lem baga pengadilan lain
yang m elaksanakan peradilan sendiri. Lem baga pengadilan it u adalah :
• Pengadilan Swapraja
• Pengadilan Agam a • Pengadilan Militer
I I . 1 .5 M a sa Je pa n g Osa m u Se ir e i
Pada m asa penj aj ahan Jepang daerah Hindia Belanda dibagi m enj adi dua, yait u :
1. I ndonesia Tim ur di baw ah kekuasaan Angkat an Laut Jepang berkedudukan di Makasar.
2. I ndonesia Barat di baw ah kekuasaan Angkat an Darat Jepang berkedudukan di Jakart a.
Sk e m a k a w u la I n don e sia m e n u r u t Pa sa l 1 6 3 j o 1 3 1 I S
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
16
EROPA
TI MUR ASI NG
BUMI PUTERA
PRI BUMI KAWULA
I NDONESI A
Belanda
Bukan Belanda Tapi Dari Eropa
JEPANG
EROPA
BUMI PUTERA
PRI BUMI I ndonesia asli
Ket urunan lain yang sudah lam a m enet ap di
indonesia sehingga sudah m elebur kedalam
indonesia asli Hukum Adat
BW WvKK unt uk beerapa pengecualian
Hukum perdat a
Hukum pidana
Hukum acara I nlands Reglem eni I R
acara pedat a
Cina Bukan Cina
I ndia, Arab Hukum perdat a
Hukum pidana Hukum acara
Hukum perdat a BW Wvk
Hukum adat m ereka kecuali yang t unduk pada hukum Eropa
Wet boek van St rafrecht WvS Tidak diat ur sehingga
m engikut i golongan Er opa, t erkadang bum i put ra
Herziene I nlands Reglem ent HI R acara
pidana Belanda
Bukan Belanda t et api dar i Eropa
Jepang Lain- lain yang hukum
keluarganya sam a dengan Belanda: Am er ika, Aust ralia
dan lainnya
Ket urunan dari keem pat golongan di
at as Hukum perdat a
Wet boek van St rafrecht WvS Wet boek van Koophandel Wv K
Burgelij k Wet boek BW
Hukum acara Hukum pidana
TI MUR ASI NG
Reglem ent of de Burgerlij ke
Recht svorder ing acara pidana
Reglem ent of de St rafvordering
Wet boek van St rafrecht WvS
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
17 Perat uran- perat uran yang digunakan unt uk m engat ur Pem erint ah di
w ilayah Hindia Belanda dibuat dengan dasar Gun Seirei m elalui Osam u Seirei. Dalam keadaan darurat Pem erint ah bala t ent ara Jepang di Hindia Belanda
m enent ukan hukum yang berlaku unt uk m engat ur Pem erint ahan dengan m engeluar kan Osam u Seirei No.1 1942. Pasal 3 Osam u Seirie No. 1 1942
m enent ukan bahw a ” sem ua badan Pem erint ahan dan kekuasaannya, hukum dan undang- undang dari Pem erint ah yang dulu t et ap diakui sah unt uk
sem ent ara w akt u, asal t idak bert ent angan dengan perat uran Pem erint ahan m ilit er” . Dari ket ent uan dengan perat uran Pasal 3 Osam u Seirie No. 1 1942
t ersebut dapat diket ahui bahw a hukum yang m engat ur Pem erint ahan dan lain- lain t et ap m enggunakan I ndische St aat regeling I S . Hukum perdat a, pidana,
dan hukum acara yang berlaku bagi sem ua golongan sam a dengan yang dit ent ukan dalam Pasal 131 I S, dan golongan- golongan penduduk yang ada
adalah sam a dengan yang dit ent ukan dalam Pasal 163 I S. Kem udian Pem erint ah bala t ent ara Jepang m engeluarkan Gun
Seirei nom or ist im ew a 1942, Osam u Seirei No. 25 t ahun 1944 dan Gun Seirie No. 14 t ahun 1942, Gun Seirei nom or ist im ew a t ahun 1942 dan Osam u Seirei
No. 25 t ahun 1944 m em uat at uran- at uran pidana yang um um dan at uran- at uran pidana yang khusus. Gun Seirei No. 14 t ahun 1942 m engat ur t ent ang
pengadilan di Hindia Belanda.
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
18
I I .2 Pa sca k e m e r de k a a n
Masa pascakem erdekaan adalah m asa sesudah I ndonesia m erdeka. Pada m asa ini t at a hukum I ndonesia dan polit ik hukum I ndonesia akan
dibicarakan berdasarkan kurun w akt u berlakunya berbagai Undang- Undang Dasar I ndonesia.
I I .2 .1 M a sa 1 9 4 5 - 1 9 4 9 1 8 - 8 - 1 9 4 5 - 2 6 - 1 2 - 1 9 4 9
Sej ak m erdeka 17 Agust us 1945, bangsa I ndonesia m enj adi bangsa yang bebas dan t idak t ergant ung pada bangsa m ana pun j uga. Dengan
dem ikian, bangsa I ndonesia bebas dalam m enent ukan nasibnya, m engat ur negaranya dan m enet apkan t at a hukum nya. Undang- undang Dasar yang
m enj adi dasar dalam penyelenggaraan Pem erint ah dit et apkan pada t anggal 18 Agust us 1945. Undang- undang Dasar yang dit et apkan unt uk it u adalah UUD
1945. Bent uk t at a hukum dan polit ik hukum yang akan berlaku pada m asa it u dapat dilihat pada Pasal I I At ur an Peralihan UUD 1945.
Pasal I I at uran peralihan UUD m enet ukan bahw a “ segala badan negara dan perat uran yang ada m aih langsung berlaku, selam a belum diadakan yang
baru m enurut Undang- Undang Dasar ini” . Dari ket ent uan t ersebut dapat diket ahui bahw a hukum yang dikehendaki unt uk m engat ur penyelenggaraan
negara adalah perat uran- perat uran yang t elah ada dan berlaku sej ak m asa sebelum I ndonesia m erdeka. Hal ini berart i segala perat uran yang t elah ada
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
19 dan berlaku pada zam an penj aj ahan Belanda dan m asa Pem erint ah bala
t ent ara Jepang, t et ap diberlakukan. Pernyat aan it u adalah unt uk m engat asi kekosaongan hukum , sam bil m enunggu produk perat uran baru yang dibent uk
oleh Pem erint ah negara Republik I ndonesia. Dengan dem ikian, j elaslah bahw a t at a hukum yang berlaku pada m asa 1945- 1949 adalah segala perat uran yang
t elah ada dan pernah berlaku pada m asa penj aj ahan Belanda, m asa Jepang berkuasa dan produk- produk perat uran baru yang dihasilkan oleh Pem erint ah
negar a Republik I ndonesia dar i 1945- 1949.
I I .2 .2 M a sa 1 9 4 9 - 1 9 5 0 2 7 - 1 2 - 1 9 4 9 - 1 6 - 8 - 1 9 5 0
Masa ini adalah m asa berlakunya Konst it usi RI S. Pada m asa t ersebut t at a hukum yang berlaku adalah t at a hukum yang t erdiri dari perat uran-
perat uran yang dinyat akan berlaku pada m asa 1945- 1949 dan produk perat uran baru yang dihasilkan oleh Pem erint ah negara yang berw enang
unt uk it u selam a kurun wakt u 27- 12- 1949 sam pai dengan 16- 8- 1950. hal ini dit ent ukan oleh Pem erint ah negara m elalui Pasal 192 K.RI S yang isinya
sebagai berikut : ” perat uran- perat uran, undang- undang dan ket ent uan t at a usaha yang sudah ada pada saat konst it usi ini m ulai berlaku t et ap berlaku
t idak berubah sebagai perat uran- perat uran dan ket ent uan- ket ent uan RI S sendiri, selam a dan sekadar perat uran- per at uran dan ket ent uan- ket ent uan it u
t idak di cabut , dit am bah at au diubah oleh undang- undang dan ket ent uan t at a usaha at as kuasa konst it usi ini.”
I I .2 .3 M a sa 1 9 5 0 - 1 9 5 9 1 7 - 8 - 1 9 5 0 - 4 - 7 - 1 9 5 9
Konst it usi RI S hanya berlaku 7 bulan 16 hari kem udian digant i dengan UUDS 1950 yang berlaku sam pai 4- 7- 1959. Tat a hukum yang diberlakukan
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
20 pada m asa ini adalah t at a hukum yang t erdiri dari sem ua perat uran yang
dinyat akan beralaku berdasarkan Pasal 142 UUDS 1950, kem udian dit am bah dengan perat uran baru yang dibent uk oleh Pem erint ah negara selam a kurun
wakt u dari 17- 8- 1950 sam pai 4- 7- 1959.
I I .2 .4 M a sa 1 9 5 9 - Se k a r a n g 5 - 7 - 1 9 5 9 - Se k a r a n g
UUDS 1950 hanya berlaku sam pai t anggal 4 Juli 1959, kar ena dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 UUDS 1950 dinyat akan t idak berlaku lagi dan
sebagai gant inya adalah UUD 1945. j adi UUD yang berlaku di I ndonesia sej ak 5 Juli 1959 hingga sekarang adalah UUD 1945. Tat a hukum yang berlaku pada
m asa ini adalah t at a hukum yang t erdiri dari segala perat uran yang berlaku pada m asa 1950- 1959 dan yang dinyat akan m asih berlaku berdasarkan
ket ent uan Pasal I I At uran Peralihan UUD 1945 dit am bah dengan berbagai perat uran yang dibent uk set elah Dekrit Pr esiden 5 Juli 1959 it u.
Tat a at uran perundang- undangan yang berlaku sekarang ini diat ur berdasarkan Ket et apan MPRS No.XX MPRS 1966 j o Ket et apan MPR
No.V MPR 1973. t at a urut an perundang- undangan Hierarki perundang- undangan t ersebut adalah sbagai berikut :
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU Undang- undang
4. Perpu Perat uran Pem erint ah Penggant i Undang- undang
5. Perat uran Pem erint ah
6. KepPresiden
7. Perat uran pelaksanaan lainnya :
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
21 •
I nst ruksi Ment eri •
dan lain- lainnya Tat a urut an t ersebut di at as m engandung konsekw ensi bahw a perat uran
yang urut annya lebih rendah t idak boleh bert ent angan dengan perat uran perundang- undangan yang lebih t inggi. Tat a urut an t ersebut di at as belum
pernah diat ur sam pai lahirnya Ket et apan MPRS No.XX MPRS 1966. Polit ik hukum Pem er int ah sekarang ini secara t egas diat ur dalam Ket et apan
MPRS No.I MPRS 1988. dalam TAP MPR No.I MPR 1988 it u dirum uskan t ent ang polit ik hukum Pem erint ah I ndonesia saebagai berikut :
a. Pem bangunan hukum sebagai upaya unt uk m enegakkan keadilan,
kebenaran dan ket ert iban dan negara hukum I ndonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, diarahkan
unt uk m eningkat kan kesadaran hukum , m enj am in penegakan, pelayanan dan kepast ian hukum , sert a m ew uj udkan t at a hukum
nasional yang m engabdi pada kepent ingan nasional. b.
Pem bangunan hukum dit uj ukan unt uk m em ant apkan dan m engam ankan pelaksanaan pem bangunan dan hasil- hasilnya,
m encipt akan kondisi yang lebih m ant ab sehingga set iap anggot a m asyarakat dapat m enikm at i iklim kepast ian dan ket ert iban hukum ,
lebih m em beri dukungan dan pengarahan kepada upaya pem bangunan unt uk m encapai kem akm uran yang adil dan m erat a,
sert a m enum buhkan dan m engem bangkan disiplin nasional dan rasa t anggungj aw ab sosial pada set iap anggot a m asyarakat . Di sam ping
it u, hukum benar- benar harus m enj adi pengayom m asyarakat , m em beri rasa am an dan t ent ram , m encipt akan lingkungan dan iklim
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
22 yang m endorong kreat ivit as ser t a m endukung st abilit as nasional yang
sehat dan dinam is. c.
Dalam rangka pem bangunan hukum perlu lebih dit ingkat kan upaya pem bauran hukum secara t erarah dan t erpadu ant ara lain kodifikasi
dan unifikasi bidang- bidang hukum t ert ent u sert a penyusunan perundang- undangan baru yang sangat dibut uhkan unt uk dapat
m endukung pem bangunan di berbagai bidang sesuai dengan t unt ut an pem bangunan yang berkem bang dalam m asyarakat .
d. Dalam rangka m eningkat kan penegakan hukum perlu t erus
dim ant apkan kedudukan dan peranan badan- badan penegak hukum sesuai dengan t ugas dan w ew enangnya m asing- m asing, sert a t erus
dit ingkat kan kem am puan dan kew ibaw aannya dan dibina sikap, perilaku dan ket eladanan para penegak hukum sebagai pengayom
m asyarakat yang j uj ur, bersih, t egas dan adil. e.
Penyuluhan hukum perlu dim ant apkan unt uk m encapai kadar kesadaran hukum yang t inggi dalam m asyarakat , sehingga set iap
anggot a m asyarakat m enyadari dan m enghayat i hak dan kew aj bannya sebagai w arga negara, dalam rangka t egaknya hukum ,
keadilan dan perlindungan t erhadap harkat dan m art abat m anusia, ket er t iban, ket ent ram an, dan kepast ian hukum sert a t erbent uknya
perilaku set iap w arga negara I ndonesia yang t aat pada hukum . f.
Dalam rangka m ew uj udkan pem erat aan m em peroleh keadilan dan perlindungan hukum perlu t erus diusahakan agar proses peradilan
m enj adi lebih sederhana, cepat dan t epat dengan biaya yang t erj angkau oleh sem ua lapisan m asyarakat . Sej alan dengan it u perlu
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
23 lebih dim ant apkan penyelenggaraan pem berian bant uan dan
konsult asi hukum bagi lapisan m asyarakat yang kurang m am pu. g.
Unt uk m enunj ang upaya pem bangunan hukum , perlu t erus dit ingkat kan penyediaan sarana dan prasaran yang diperlukan sert a
dit ingkat kan pendayagunaannya. h.
Dalam usaha pem bangunan hukum perlu dit ingkat kan langkah- langkah unt uk m engem bangkan dan m enegakkan hak dan
kew aj iaban asasi w arga negara dalam rangka m engam alkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Jika berbagai uraian t ersebut di at as diam at i dan diperhat ikan dapat disim pulkan bahw a dalam polit ik hukum di I ndonesia dari m asa ke m asa dari
VOC hingga sekarang ada persam aan dan perbedaan ant ara m asa yang sat u dan m asa yang lain. Polit ik hukum yang dapat dikat akan m em punyai
persam aan adalah polit ik hukum yang dinyat akan oleh Pem erint ah bala t ent ara Jepang OS , m asa berlakunya UUD sem ent ara 1945 periode pert am a,
m asa berlakunya Konst it usi RI S dan m asa berlakunya UUD 1950. pada m asa- m asa t ersebut Pem erint ah negara unt uk sem ent ara w akt u m em ber lakukan
perat uran- perat uran yang t elah ada sebelum undang- undang dasar at au konst it usi it u berlaku. Polit ik hukum pada m asa- m asa t ersebut m asih bersifat
sem ent ara karena penguasa pada w akt u it u berm aksud unt uk sekedar m em enuhi kebut uhan hukum agar t idak t erj adi kekosongan vacuum .
Sedangkan polit ik hukum pada m asa- m asa Regerings Reglem ent RR dan m asa I ndische Regeling sudah lebih t egas lagi hukum apa at au yang
bagaim ana yang dikehendaki penguasa pada m asa- m asa it u. Pada m asa Besluit en Regerings polit ik hukum Pem erint ah Hindia Belanda m enghendaki
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
24 dua m acam hukum yang berlaku bagi dua golongan penduduk yang ada pada
w akt u it u. Berdasarkan Pasal 6- 10 AB, penduduk Hindia Belanda pada w akt u it u dibagi m enj adi dua bagian, yait u golongan Eropa dan bukan Eropa. Hukum
yang berlaku bagi golongan Eropa adalah hukum perdat a Eropa, sedangkan bagi golongan bukan Eropa adalah hukum adat nya. Pem berlakuan hukum
sepert i it u dinyat akan dalam Pasal 11 AB. Polit ik hukum Pem erint ah Hindia Belanda pada m asa RR dicant um kan dalam Pasal 5 RR dan pada asasnya
sam a dengan yang dit ent ukan dalam Pasal 11 AB. Perbedaan ant ara kedua polit ik hukum t ersebut hanya t erlet ak pada cara penggolongan penduduk saj a.
Perbedaan golongan penduduk berdasarkan Pasal 6- 10 AB adalah berdasarkan agam a, sedangkan pada Pasal 109 RR ber dasarkan kedudukan
” penj aj ah” dan ” yang dij aj ah” . Polit ik hukum pada m asa I ndiche St aat sregeling I S dicant um kan pada Pasal 131 I S yang pada dasarnya
m engandung asas hukum t ert ulis dan t idak harus dikodifikasikan t et api diharapkan set iap perat uran dibuat t ert ulis dan dit et apkan dalam or donansi.
Pem erint ah Hindia Belanda m em bagi penduduknya m enj adi t iga golongan sebagaim ana yang dit et apkan pada Pasal 163 I S golongan Eropa, Tim ur
Asing, dan Pribum i Bum i Put era . Hukum perdat a yang berlaklu pada w akt u it u bersifat dualist is, karena yang berlaku pada golongan Eropa adalah hukum
perdat a Eropa Barat dengan asas konkordansi, sedangkan bagi golongan Tim ur Asing dan pribum i berlaku hukum perdat a adat m asing- m asing. Nam un,
j ika dilihat dari sist em hukum adat , ia bahkan bukan dualist is dalam hukum perdat a t et api bahkan pluralist is.
Polit ik hukum yang ada m ulai m asa Orba 1967 sam pai sekarang , at au lebih t epat sej ak dit et apkannya GBHN t ahun 1973 sam pai sekarang, sudah
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
25 lebih t egas lagi karena Pem erint ah RI dalam pem binaan hukum nya sudah
m engarah kepada hukum kodifikasi dan unifikasi yang didasarkan pada kebut uhan hukum m asyarakat I ndonesia, dan dalam j angka panj ang
Pem erint ah m enghendaki t at a hukum baru yang benar- benar produk Pem erint ah RI dan sesuai dengan kebut uhan. Jadi, j ika disim pulkan perbedaan
polit ik hukum dari m asa ke m asa yang pernah dit erapkan ialah bahw a ada polit ik hukum yang t et ap dalam t egas dalam art i hukum yang bagaim ana yang
dikehendaki, dan ada polit ik hukum yang sem ent ara sekedar unt uk m enj aga agar t idak t erj adi kekosongan hukum .
Hasim Purba : Pengantar Ilmu Hukum Indonesia – Diktat USU, 2007 USU Repository © 2008
26
BAB III SISTEM HUKUM