Pengaruh Sinar Fototerapi terhadap Bilirubin

bulan, dan mendekati cukup bulan. 1,3 Neonatal hiperbilirubinemia terjadi karena peningkatan produksi atau penurunan clearance bilirubin dan lebih sering terjadi pada bayi kurang bulan. Bayi yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain asupan cairan yang kurang, frekuensi menyusui, kehilangan berat badandehidrasi, hambatan eksresi bilirubin hepatik, dan intestinal reabsorption of bilirubin. 1,3 Penyebab neonatal hiperbilirubinemia indirek adalah terjadi peningkatan produksi bilirubin akibat dari inkomptabilitas darah fetomaternal Rh, ABO, peningkatan penghancuran hemoglobin akibat defisiensi enzim kongenital Glucose-6-phosphate dehydrogenase G6PD, sepsis, peningkatan jumlah hemoglobin yang terjadi akibat dari polisitemia, keterlambatan klem tali pusat. 1 Penyebab lain dapat juga oleh karena peningkatan sirkulasi enterohepatik yang terjadi akibat atresia atau stenosis intestinal, perubahan clearance bilirubin hati yang disebabkan imaturitas, perubahan produksi atau aktivitas uridine diphospoglucoronyl transferase akibat dari gangguan metabolik, hipotiroidisme, dan selanjutnya dapat juga disebabkan oleh perubahan fungsi dan perfusi hati yang disebabkan asfiksia, hipoksia dan sepsis, obstruksi hepatik hiperbilirubinemia direk terjadi akibat anomali kongenital seperti atresia biliaris, fibrosis kistik.

2.2. Pengaruh Sinar Fototerapi terhadap Bilirubin

1,3 Sinar fototerapi akan merubah bilirubin yang ada di dalam kapiler superfisial dan interstisial pada isomer yang larut dalam air yang dapat dieksresikan tanpa Universitas Sumatera Utara metabolisme oleh hati. Bentuk bilirubin 4Z dan 15Z akan berubah menjadi 4Z dan 15E yaitu bentuk isomer nontoksik yang dapat diekresikan. Z dan E merupakan istilah yang digunakan untuk mendesain stereochemistry diantara kedua ikatan. Empat dan lima menunjukkan posisi ikatan ganda. Reaksi fototerapi menghasilkan suatu fotooksidasi melalui proses secara cepat, produk fotooksidasi lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan pembentukan isomer konfigurasi. 12,15 Fototerapi juga menghasilkan lumirubin, dimana lumirubin ini mengandung 2 sampai 6 dari total serum bilirubin. Lumirubin akan diekresikan melalui empedu dan urin. Ketika bentuk bilirubin ini berubah menjadi isomer yang nontoksik maka akan lebih mudah untuk diekskresikan. Isomer mempermudah untuk terjadinya eleminasi melalui urin dan saluran cerna. Hal ini merupakan penjelasan mengenai khasiat fototerapi sebagai pencegahan dan penatalaksanaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. 12 Gambar 2.1. Mekanisme kerja fototerapi. 12 Universitas Sumatera Utara Pada fototerapi, sinar yang digunakan merupakan sinar tampak berupa gelombang elektromagnetik, 14 dengan panjang gelombang 400 sampai 700 nm dan puncak absorbsi antara 460 sampai 490 nm. 16 Sejauh ini sinar yang dianjurkan adalah menggunakan lampu sinar biru. 10,17 Pertimbangan fototerapi dan transfusi tukar berdasarkan kadar bilirubin yang di sesuaikan dengan umur bayi dalam jam dan berat badan dalam gram seperti yang direkomendasi AAP untuk hiperbilirubinemia, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan tabel 2.2. Tabel 2.1. Rekomendasi “American Academy of Pediatrics” AAP untuk penanganan Hibinemiaperbilirupada neonatus sehat dan cukup bulan. 18 Usia Jam 18 Total serum bilirubin mgdl Neonatus sehat Neonatus sakit Pertimbangan Fototerapi Fototerapi Transfusi tukar jika fototerapi intensif gagal Transfusi tukar dan intensif fototerapi ≤ 24 25-48 49-72 72 - ≥ 12 ≥ 15 ≥ 17 - ≥ 15 ≥ 18 ≥ 20 - ≥ 20 ≥ 25 ≥ 25 - ≥ 25 ≥ 30 ≥ 30 Tabel 2.2. Rekomendasi “American Academy of Pediatrics” AAP untuk penanganan Hyperbilirubinemia pada neonatus prematur sehat dan sakit. Total serum bilirubin mgdl Neonatus sehat Neonatus sakit 18 Berat badan Gram Fototerapi Transfusi tukar Fototerapi Transfusi tukar 1500 1500-2000 2000-2500 2500 5-8 8-12 12-15 15-18 13-16 16-18 18-20 20-25 4-7 7-10 10-12 12-15 10-14 14-16 16-18 18-20 Universitas Sumatera Utara

2.3. Efektivitas Fototerapi