8 Berdasarkan evaluasi permasalahan diatas, maka dapat dilakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN TERHADAP STOCK RETURN”. Objek yang akan diteliti adalah perusahaan
automotif yang go publik di BEI yang dimempublikasikan harga sahamnya untuk Januari 2004-Desember 2008. Perusahaan otomotif merupakan industri
manufaktur yang berarti memiliki heterogenitas penghasilan. Selain itu perusahaan otomotif merupakan barang tersier, sehingga pendapatan yang
diperoleh perusahaan ini lebih besar dan menguntungkan, hal ini merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut,
sehingga para investor akan dapat mengambil keputusan yang lebih baik dari berinvestasi. Hal tersebut merupakan pertimbangan untuk memilih
perusahaan sebagai sampel. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah perusahaan yang mempublikasikan sahamnya dari bulan Januari 2004-
Desember 2008.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka dapat ditentukan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Book to Market, Firm
Size, Kurs Valas, dan Volatilitas Volume Perdagangan Saham terhadap Stock Return.
2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi
variabel Stock Retrun.
9 3.
Berapa besar variabel independen mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap Stock Return.
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh yang signifikan Book to Market, Firm Size, Kurs Valas, dan Volatilitas Volume Perdagangan Saham terhadap
Stock Return. 2. Menganalisis independen manakah yang paling dominan
mempengaruhi Stock Return. 3. Menganalisis besarnya variabel independen mampu menjelaskan
pengaruhnya terhadap Stock Return.
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan wawasan tentang variabel yang mempengaruhi stock return dan
dalam penelitian ini menguji book to market, firm size, kurs valas, dan volatilitas volume perdagangan.
2. Bagi investorcalon investor dipasar modal, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi
Stock Return. 3. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam
melakukan investasi di pasar modal.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Definisi Investasi dan Tujuan Investasi
Investasi adalah menggunakan harta secara produktif melalui berbagai sarana investasi. Akan tetapi, sebagai akibat dari ketidakpastian
dimasa depan, investasi yang dilakukan bisa untung dan bisa rugi. Jika investasi tersebut menguntungkan, maka nilai harta yang diinvestasikan
akan bertambah, dan sebaliknya apabila mengalami kerugian, maka nilai harta yang diinvestasikan akan turun. Investasi adalah setiap penggunaan
uang dengan maksud untuk memperoleh penghasilan Suad Husnan, 2001:4.
Menurut Eduardus Tandelilin Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor memiliki suatu saham saat ini memiliki harapan memperoleh
suatu keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun deviden yang akan meningkat di masa depan.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia 2006:13.1 investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk
pertumbuhan kekayaan accreation of wealth melalui distribusi hasil investasi seperti bunga, royalty, deveden dari sewa untuk operasi nilai
11 investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti
manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Pengertian investasi :” Investment is commitment of current
resources in the expectaction of deriving greater resources in the future.” Z.Bodie, A. Kane, A. J. Marcus, 2003, hal. 4.
Menurut E.A Koetin 2002:16 investasi adalah penggunaan uang untuk objek-objek tertentu dengan tujuan bahwa nilai objek tersebut
selama jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahap dan selama jangka waktu itu pula memberikan hasil secara teratur.
Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut dengan investor . Investor pada umumnya digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Investor Individual Individualretail investor, individu-individu yang langsung melakukan aktivitas investasi
2. Investor Institusional Instittutional investor, terdiri dari perusahaan- perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana bank dan lembaga
simpan-pinjam, lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi. Tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan
sejumlah uang, tujuan tersebut merupakan salah satunya. Tetapi tujuan yang paling luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor.
Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini
pendapatan masa datang Syarifah, 2009:16.
12 Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang
melakukan investasi, antara lain adalah : 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa datang
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatanya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek
lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada
bidang-bidang usaha tertentu. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana
pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi pada asset-asset finansial financial
assets dan investasi pada asset-asset riil real assets. Investasi pada asset- asset finansial dilakukan dipasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito,
commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi
13 dan lain-lain. Sedangkan investasi pada asset-asset riil dapat berbentuk
pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.Abdul halim, 2004:4.
Investment is the commitment of a number of funds or other funding sources are done at this time, with the aim of obtaining a number of
advantages in the future Michell Suhardi, 2005:116.
2. Stock Return Tingkat Pengembalian Saham
Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan
dalam rupiah adalah sama dengan deviden tunai yang diterima dalam satu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang
berlaku dalam jangka waktu tersebut. Ahmad Rodoni dan Othman Yong, 2002;11.
Menurut Irham Fahmi 2009:151 return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan
investasi yang dilakukannya. Adapun menurut RJ.Shook dalam Irham Fahmi return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun
deviden. Kelaziman yang sering dijumpai adalah bahwa semakin besar return yang diharapkan expected, semakin besar pula peluang risiko yang
terjadi. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang diharapkan. Sebaliknya juga semakin kecil return yang diharapkan,
semakin kecil pula risiko yang harus ditanggung.
14 Return tingkat keuntungan adalah tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukan. Return dapat berupa realisasi yang sudah terjadi ataupun return yang belum terjadi,akan
tetapi diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan
dan dapat juga digunakan sebagai dasar penentu return ekspektasi dan resiko dimasa yang akan datang Widaryanti,2006:38.
Telah dikemukaan pada bagian sebelumnya bahwasanya antara tingkat pengembalian return investasi dalam instrument saham dan risiko
yang terkandung didalamnya terdapat suatu pengaruh yang searah. Artinya semakin besar tingkat pengembalian return yang diharapkan akan
diterimanya oleh seorang investor melalui investasi dalam instrument saham yang dilakukannya, maka akan semakin besar pula resiko yang
umum dihadapinya. Menurut Agus Sartono 2001:169, jenis risiko yang umum
dihadapi investor dapat dibedakan menjadi: 1. Risiko yang sistematis
Risiko yang terjadi karena factor perubahan secara keseluruhan, seperti misalnya karena perubahan tingkat suku bunga yang
mengakibatkan meningkatnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan atas sekuritas secara keseluruhan, inflasi, resesi ekonomi, perubahan
kebijakan Risiko yang sistematis. Risiko yang terjadi karena factor
15 perubahan secara ekonomi secara menyeluruh, perubahan
pengharapan investor terhadap perkembangan ekonomi. 2. Risiko yang tidak sistematis atau risiko yang unik
Risiko yang terjadi karena karakteristik perusahaan atau institusi keuangan yang mengeluarkan sekuritas, berbeda satu dengan lain
seperti misalnya dalam hal kemampuan manajemen, kebijakan investasi, kondisi dan lingkungan kerja. Karena perbedaan atau
keunikan itu maka masing-masing sekuritas memiliki kepekaan yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar.
Menurut Zidny Rahmawati 2005:37 return saham adalah keuntungan dari hasil investasi baik itu berupa dividen tunai atau
berbentuk saham maupun capital gain. Biasanya tidak seluruh keuntungan perusahaan dibagikan kepada
pemegang saham, tetapi ada bagian yang diinvestasikan kembali. Besarnya deviden yang dibagikan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
RUPS perusahaan tersebut. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengembalian keuntungan yang berasal dari
investasi selama beberapa periode adalah perubahan harga pasar ditambah dengan kas yang diterima karena hak kepemilikan, dibagi dengan harga
pasar awal investasi. Tujuan suatu investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan.
Usaha untuk memaksimumkan keuntungan dapat mewujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan. Secara umum dikatakan bahwa nilai
16 perusahaan yang meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang tinggi.
Sedangkan untuk pemegang saham, peningkatan nilai kinerja perusahaan tercermin dari tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh saham atau
disebut dengan stock return Abdul Halim,2004:45.
B. Variabel-variabel yang mempengaruhi stock return saham 1. Frim Size
Firm Size ukuran perusahaan adalah ukuran besarnya perusahaan. Umur dan besaran perusahaan tergantung dari kemudahan aksesnya ke
pasar-pasar modal. Perusahaan besar yang sudah eksis akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, karena kemudahan tersebut
fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar dianggap lebih aman dari pada perusahaan yang masih baru sehingga
perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh Log natural
dan Total Asset. Alli et al.,1993, dalam Sutrisno, 2003:03. Berdasarkan penelitian tersebut penelitian ini menggunakan total
aktiva sebagai indikator pengukuran besar atau kecilnya perusahaan, Semakin besar suatu perustakaan berarti semakin banyak dana yang
digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan, dengan demikian perusahaan dapat menghasilkan laba yang besar pula.
Jumlah asset dapat dikatakan sebagai salah satu alat ukuran perusahaan. Asset perusahaan ada pada posisi neraca dimana
17 mencerminkan kekayaan yang merupakan hasil penggunaan dalam
berbagai bentuk. Sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan yang dinilai dari jumlah assets yang dimiliki perusahaan tersebut besar
atau kecil, maka hal ini dapat mempengaruhi laba yang akan diperoleh perusahaan.
The firm size was calculated at the beginning of each month as the natural log of the total number of shares outstanding multiplied by the
closing share price of the previous day s trading. It is important to note, however, that De Bondt and Thaler believe that firm size measured by
assets gives a more permanent measure of size Ed Vos and Byron Pepper, 1997: 35
Menurut Lisa Linawati Utomo 1999 dalam Eka setiawati 2009:49 Hubungan atau pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur
keuangan perusahaan berdasarkan kenyataan bahwa apabila perusahaan semakin besar menanamkan modalnya pada berbagai jenis usaha, lebih
mudah memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan membayar bunga yang lebih rendah untuk dana yang dipinjamnya.
Jadi ada petunjuk bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan dan berpengaruh secara positif terhadap struktur financial perusahaan.
2. Book to Market
Fama dan French 1992 dalam Damodaran 2002:511-512 setelah melakukan penelitian tentang tingkat pengembalialn yang diterima oleh
perusahaan dengn rasio book to market yang rendah dapat menyimpulkan
18 bahwa Excess return yang terjadi terus-menerus pada perusahaan dengan
rasio book to market yang tinggi dapat mengindikasikan adanya pasar yang tidak efisien atau rasio book to market dapat mewakili resiko ekuitas.
Dengan kata lain, pasar akan memandang perusahaan dengan rasio book to market yang tinggi, lebih beresiko dibandingkan perusahaan dengan rasio
book to market yang rendah. Dengan demikian tingkat pengembalian perusahaan dengan rasio book to market yang tinggi, lebih sesuai dengan
resiko yang ada pada perusahaan tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung ratio book to market adalah: Damodaran, 2002:511-512.
Nilai Buku
Ekuitas per
lembar BM=
Harga Saham per lembar
The third faktor is the book value of equity divided by the market value of equity, or the book to market ratio BM. if the market value is
larger than the book value, then investors are optimistic about the stocks future. on the other hand, if the book value is larger than the market value,
then investors are pessimistic about the stocks future, and it is likely that a ratio analysis will reveal that the company is experiencing sub-par
operating performance and possibly even financial distress. in other words, a stock with a high BM ratio might be risk, in which cash investors
would require a higher expected return to induce them to invest in such a stock Michael C. Ehrhardt, 2008:154
19 Book to Market ratio adalah rasio keuangan digunakan untuk
membandingkan perusahaan nilai buku terhadap harga pasar saat ini. Nilai buku adalah sebuah istilah akuntansi yang menunjukkan bagian dari
perusahaan yang dimiliki oleh para pemegang saham, dalam kata lain, perusahaan total aset berwujud kurang total kewajiban. Perhitungan dapat
dilakukan dengan dua cara, tetapi hasilnya harus sama dengan cara masing-masing. Pada cara pertama, perusahaan kapitalisasi pasar dapat
dibagi dengan total perusahaan nilai buku dari neraca. Cara kedua, menggunakan nilai-nilai per saham, adalah untuk membagi perusahaan
saat ini harga saham dengan nilai buku per saham nilai buku yaitu dibagi dengan jumlah saham yang beredar. http:wikipedia.com
Book to market merupakan faktor resiko yang harus diperhatikan oleh para investor, karena ratio book to market yang tinggi dapat
dijadikan sebagai indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Apabila para investor tidak memperhatikan hal ini maka biasa menjadi
boomerang bagi dirinya sendiri, sebab dengan dinilainya perusahaan sebagai perusahaan yang undervalue maka biasa dikatakan kondisi
perusahaan tersebut kurang bagus sehingga kurang menguntungkan pula bagi para investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut
http:investorword.com .
20
3. Kurs Valas
Menurut Fabozzi dan Franco 1996 dalam Ana Ocktavia 2007:8 an exchange rate is defined as the amount of one currency that can be
exchange per unit of another currency, or the price of one currency in items of another currency .
Menurut Sadono Sukirno Makro Ekonomi Modern, 2000: 197 Kurs Valas Asing Nilai Tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan mata
uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Sedangkan menurut Suad Husnan 1998 menyatakan bahwa
kurs valuta asing di Indonesia biasanya dinyatakan sebagai berapa rupiah yang diperlukan oleh bank untuk membeli satu unit mata uang kurs beli
dan berapa rupiah yang akan diterima kalau menjual satu unit mata uang asing kurs jual.
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan
berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap
ekonomi dan pasar modal Ana Ocktavia 2007:8. Menurut kuncoro 2001 dalam Ana Ocktavia 2007:9, ada beberapa
system kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu: 1. Sistem kurs mengambang Floating exchange rate, system kurs ini
ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter.
21 Di dalam system kurs mengambang dikenal dua macam kurs
mengambang, yaitu: a. Mengambang bebas atau sistem ini sering disebut clean floating
exchange rate murni dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan
pemerintah. b. Mengambang terkendali managed or dirty floating exchange rate
dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya
dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
2. Sistem kurs tertambat peged exchange rate. Dalam sistem ini, suatu Negara Mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang
negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata
uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
3. Sistem kurs tertambat merangkak crawling pegs. Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya
secara periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu
negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat
22 menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi
atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. 4. Sistem sekeranjang mata uang basket of currencies. Banyak negara
terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah
menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.
5. Sistem kurs tetap fixed exchange rate. Dalam sistem ini, suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga
kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau
diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. Exchange rate adalah tingkat dimana Negara-negara melakukan
pertukaran di pasar dunia Mankiw, 2005:492 . Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu Negara yang diukur dinyatakan dalam satuan mata
uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita
untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai Negara kedalam satu bahasa yang sama Krugman,2000:40.
4. Volatilitas Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal dipenilaian harga saham. Kegiatan perdagangan
saham dan volume yang tinggi disuatu bursa akan ditafsirkan sebagai
23 tanda pasar akan membaik bullish. Peningkatan volume perdagangan
dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang makin kuat atau kondisi yang membaik bullish Suad Husnan, 2002;354.
Volume perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada periode tertentu. Volume perdagangan saham adalah
jumlah lembar saham yang diperdagangkan secara harian Magdalena, 2004:26. Sedangkan menurut Abdul Halim dan Nasuhi Hidayat 2000:78
mendefinisikan bahwa volume perdagangan Vt sebagai lembar saham yang diperdagangkan pada hari t. Volume perdagangan saham yang besar
mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan maka dealer tidak akan lama
menyimpan saham tersebut sebelum diperdagangkan. Magdalena, 2004:25.
Menurut Margaretha 2004 volume perdagangan saham adalah beberapa kali transaksi jual beli terjadi pada saham yang bersangkutan
pada waktu tertentu. Dengan frekuensi transaksi dapat diketahui saham tersebut diminati tidak oleh investor. Hal ini berkaitan dengan tingkat
return yang diharapkan dapat dilihat dari aktivitas perdagangan saham itu ditransaksikan di lantai bursa. Semakin tinggi volume perdagangan suatu
saham, maka akan semakin tinggi kemungkinan return yang akan didapat. Volume perdagangan saham itu sendiri dapat dipengaruhi oleh harga
saham tersebut dipasar. Semakin kompetitif harga suatu saham, maka akan
24 semakin tinggi kemungkinan volume perdagangan saham itu akan
meningkat Rahman Kurniawan, 2009:26. Menurut Gunawan 2004, aktivitas volume perdagangan Trading
Volume Activity merupakan instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu informasi melalui parameter
pergerakan volume perdagangan saham. Perubahan volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham dibursa
dan mencerminkan keputusan investasi investor. Volatilitas adalah kecepatan naik turunnya volume perdagangan.
Volatilitas meliputi instrumen investasi, baik saham, emas, obligasi atau instrumen-instrumen lainnya. Semakin tinggi volatilitasnya, maka
’kepastian’ volume perdagangan suatu saham semakin rendah. Biasanya yang digunakan untuk mengukur volatilitas adalah standar deviasi.
C. Penelitian terdahulu
Neni Astuti 2005:17 dalam penelitiannya yang berjudul Analisa pengaruh perubahan suku bunga, perubahan inflasi, perubahan kurs valas dan
volume perdagangan saham terhadap perubahan stock return di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen
mempunyai hubungan yang negatif dengan variabel dependen, namun hubungan tersebut tidak signifikan. Implikasi dari penelitian ini adalah
investor perlu menganalisa perubahan suku bunga, perubahan inflasi, perubahan kurs valas dan perubahan volume perdagangan saham dalam
25 mengevaluasi saham di Bursa Efek Indonesia, karena mengandung risiko
yang hampir setengah dari risiko yang diharapkan. Melissa Herman dan Kim Sung Suk 2007:193 dalam penelitian
berjudul pengaruh beta, size dan book to market equity ratio terhadap return di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003-2005. Hasil penelitiannya bertujuan untuk
meneliti apakah beta merupakan factor resiko satu-satunya atau berlaku Fama and French model berlaku di Indonesia sebagai salah satu emerging maket.
Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa beta tidak berpengaruh positif terhadap return, sedangkan book to market ratio dan size perusahaan
berpengaruh negatif. Penelitian Tarun Chordial, Avanidhar Subrahmanyam dan V. Ravi
Anshuman 2000, Analyzing the relationship between equity returns and volatility is expected and the level of trading activity, a proxy for liquidity. As
a result the document contrary to initial hypothesis, namely, negative and surprisingly strong cross-sectional relationship between stock returns and the
variability of dollar trading volume and share turnover, after controlling for size firms, book to market ratio, momentum, and the level of dollar volume
or share turnover . Statistically and economically significant. The analysis shows the importance of variables associated with trading activities in cross-
section of stock returns with the Expected. Bram Hadianto dan Roni Setiawan 2007:81 hasil penelitain ini
menunjukkan volume perdagangan berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham. Laba per lembar saham EPS dan rasio harga terhadap
26 laba PER menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham. Secara simultan ketuganya berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Penelitian lain dilakukan oleh Bandi dan Hartono2000:205, Perubahan harga merefleksikan perubahan kepercayaan rata-rata pasar secara agregat,
sebaliknya volume perdagangan harga saham merupakan jumlah tindakan atau perdagangan investor individual. Reaksi harga atas informasi publik
merefleksikan revisi kepercayaan dalam pasar agregat yang merupakan akibat dari adanya informasi tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh R. Hidayat, dkk 2003 tentang penggunaan Multi Indeks Model dalam Estimasi Tingkat Pengembalian
Investasi Saham Di Indonesia tahun 1997-2000 dengan menggunakan analisis regresi berganda hasilnya menunjukkan adanya pengaruh bersama secara
signifikan yaitu variabel tingkat pengembalian pasar, tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan variabel kurs US dollar, dan harga emas terhadap
pengembalian saham. Ajayi dan Mougoue 1996 menggunakan variabel makroekonomi nilai
tukar dan harga saham. Mereka meneliti hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar pada “Delapan Besar” pasar saham, yaitu Kanada,
Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat dengan menggunakan bivariate error correction model. Hasil penelitian
mereka menunjukkan hubungan yang signifikan antara nilai tukar dan harga saham pasar modal dan pasar uang. Hasil ini kemudian didukung juga oleh
27 Sudjono 2002 serta Sitinjak dan Kurniasari 2003 bahwa nilai tukar rupiah
kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Selanjutnya Gupta 2000 yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan menggunakan
data periode 1993-1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan kualitas antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham. hasil ini bertolak belakang
dengan Sitinjak dan Kurniasari 2003 yang menemukan bahwa nilai tukar dan tingkat bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG. Namun Saadah dan
Panjaitan 2006 kembali menunjukkan bahwa tidak ada interaksi dinamis yang signifikan antara harga saham dan nilai tukar.
Beberapa peneliti telah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Solnik 1984, Solnik 1983, Gultekin 1983, melakukan
penelitian mengenai hubungan inflasi, tingkat suku bunga, exchange rate, dan harga saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa korelasi perubahan
tingkat harga dan stock return adalah besar dan signifikan untuk setiap Negara. Akhmad Sakhowi 2004, melakukan penelitian mengenai analisis
pengaruh perubahan nilai tukar rupiah, inflasi dan tingkat bunga terhadap kinerja saham di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa factor moneter
exchange rate, inflasi dan tingkat bunga dapat menjelaskan perubahan return saham yang dicerminkan dalam IHSG secara signifikan. Untuk factor
perubahan nilai tukar dan perubahan M2 sebagai indikator inflasi menunjukkan pengaruh yang signifikan sedangkan perubahan tingkat suku
bunga berpengaruh tidak signifikan. Jorion1990 menguji return saham secara bulanan, terhadap 167 perusahaan multinasional di Amerika Serikat
28 dari tahun 1971 sampai tahun 1987, yang menemukan bahwa antara return
saham dan nilai dolar berhubungan secara positif terhadap persentase kegiatan asing. Jack Basamuli 2003, melakukan penelitian mengenai
pengaruh suku bunga SBI, kurs dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah, dan inflasi terhadap harga saham di BEJ pada masa krisis ekonomi studi kasus
PT. Indosat, Tbk. Hasil penelitian mengenai hubungan ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel independent tersebut berpengaruh signifikan
terhadap harga saham indosat, Tbk.
D. Hipotesis