Hubungan Kausalitas Impor Dan Impor Terhadap Cadangan Devisa Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

HUBUNGAN KAUSALITAS IMPOR DAN IMPOR TERHADAP CADANGAN DEVISA INDONESIA

SKRIPSI Diajukan Oleh :

Maria Pintauli Sianturi 070501094

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

2011


(2)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know causality relation between export, import, with Foreign Reserve Currencies in Indonesian.

This research uses secondary data ( time series ) from 1980 until 2009. The method of analisys are Ordinary Least Squera and Granger Causality Test for see the effect of export and import to foreign reserve currencies and relation direction between export, import with foreign reserve currencies in Indonesian. This data is proceded by program eviews 5.1.

Result of the research show that there are possitive relation between export with foreign reserve currencies and negative relation between import with foreign reserve currencies. Moreover there are a causality relation between export and import with foreign reserve currencies in Indonesian.


(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kausalitas antara ekspor, impor dengan cadangan devisa di indonesia.

Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu ( time series ) dari tahun 1980-2009. Metode analisis yang digunakan adalah metode OLS dan Kausalitas untuk melihat pengaruh ekspor dan impor tehadap cadangan devisa dan melihat arah hubungan yang terjalin antara ekspor impor dengan cadangan devisa di Indonesia. Data ini diporoses dengan menggunakan program eviews 5.1.

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ekspor dengan cadangan devisa dan hubungan yang negatif antara impor dengan cadangan devisa. Selain itu terlihat adanya hubungan timbal balik antara ekspor, impor dengan cadangan devisa di Indonesia.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan Kasih karunia-Nya kemampuan yang Tuhan bri kepada si penulis sehingga mampu untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Hubungan Kausalitas Ekspor dan Impor terhadap Cadangan devisa Indonesia “.

Pada kesempatan ini juga si penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua yang tercinta yaitu Bapak T.Sianturi dan Ibu M.Tampubolon atas doa ,motivasi dan dukungan moral yang selalu diberikan setiap saatnya. Dan penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan serta saran-saran yang membangun kepada si penulis selama masa perkuliahan serta selama si penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu si penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumetera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo,SE,MEc selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara .

3. Bapak Irsyad Lubis SE, M. SC, PHD selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Murbanto Sinaga, Msi selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Rahmad Sumanjaya,Msi selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi si penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.


(5)

6. Bapak Paidi Hidayat, Msi selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi si penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

7. Kepada saudara-saudara sipenulis dan kepada Jhon Ryan natanael ( keponakan si penulis).

8. Kepada teman –teman seperkuliaan si penulis, kepada gang GMTJ ( Nita kebo, Tri, Agnes, SE. piri awa, Tysar, Melia, Febri), dan kepada sahabat-sahabat tercinta saya ( Nesia, Linda, Ida,) dan teman-teman saya lainnya Kristina,SE. Ony,Grace, Juni, Rhido, Nova, Ernest, Harly dan teman-teman EPO7 lainnya.

9. Kepada teman-teman kost sipenulis Gang Galang Boltek ( Nova, Melda,Desi, Floren, Sri, dan Ka santi ) atas hiburan dan semangat serta kebersamaannya selama si penulis menyelesaikan penulisan skripai ini.

10. Kepada kelompok besar saya ( K’ putri, Nita Nehe, Ester, dan Nirwana) serta ade-ade kelompok kecil saya ( Ruth, Putri Simanjuntak ) dan ade-ade Ep’08 Ep’09 dan Ep’10 atas doa dan dukungannya selama ini.

Dalam berbagai bentuk, si penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak terlepas dari pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan si penulis miliki. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna mncapai kesempurnaan tulisan ini pada massa yang akan datang.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan damai sejahtera bagi kita semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan , Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan penelitian ... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II Uraian Teoritis ... 8

2.1 Cadangan devisa ... 8

2.1.1 Pengertian Cadangan Devisa ... 8

2.1.2 Sistem Cadangan Devisa ... 10

2.2 Ekspor... 12

2.2.1 Pengertian Ekspor ... 12

2.2.2 Komposisi da Struktur Ekspor ... 13

2.2.3 Kebijakan Ekspor ... 14

2.2.4 Kesulitan- kesulitan di Bidang Ekspor ... 15


(7)

2.2.6 Strategi Ekspor ... 18

2.3 Impor ... 22

2.3.1 Pengertian Impor ... 22

2.3.2 Kebijakan Impor ... 22

2.3.3 Teori Pembatasan Impor ... 25

2.4 Produk Ekspor dan Impor dari Negara Indonesia ... 26

2.4.a Produk Ekspor Indonesia ... 27

2.4.b Produk Impor Indonesia ... 28

2.5 Teori – Teori ... 29

2.5.1 Teori Merkantilis ... 28

2.5.2 Teori Murni Klasik ... 30

2.6 Neraca Pembayaran ... 33

2.6.1 Transaksi Barang & Jasa ... 33

2.6.2 Transaksi Modal ... 34

2.6.3 Masalah Dalam Analisis Neraca Pembayaran ... 34

2.7 Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III Metode Penelitian ... 39

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 39

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.3 Pengolahan Data ... 39

3.4 Model Analisis Data ... 39

3.4.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) ... 41

3.4.2 Uji Kausalitas ( Granger Causality Test ) ... 42

3.4.3 Defenisi Variabel Operasional ... 43


(8)

4.1 Letak Geografis Indonesia ... 45

4.2 Perkembangan Perekonomian Indonesia ... 49

4.3 Kondisi Ekspor Indonesia ... 51

4.4 Kondisi Impor Indonesia ... 57

4.5 Kondisi Cadangan Devisa Indonesia ... 60

4.6 Neraca Pembayaran Indonesia ... 62

4.7 Analisis Data ... 64

4.7.1 Hasil Uji OLS ... 64

4.7.2 Hasil Uji Akar Unit ... 66

4.7.3 Hasil Uji Granger Causality ... 68

BAB V Kesimpulan da Saran ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1 Perkembangan Ekspor ( Migas dan Nonmigas ) Indonesia ... 56 Tahun 1980 – 2009 ( Juta US$ )

Tabel 4.2 Perkembangan Impor ( Migas dan Nonmigas ) Indonesia ... 59 Tahun 1980 -2009 ( Juta US$ )

Tabel 4.3 Perkembangan Cadangan devisa di Indonesia ... 61 Tahun 1980 – 2009 ( Miliar )

Tabel 4.4 Hasil Regresi Pengaruh Ekspor dan Impor Terhadap ... 65 Cadangan devisa Indonesia Tahun 1980-2009

Tabel 4.5 Hasil Estimasi ADF dengan UJI None ... 67 Tabel 4.6 Hasil Uji Granger Causality Ekspor dan Impor dengan ... 68 Cadangan Devisa Indonesia Tahun 1980-2009


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Grafik 4.1 Persentase Pertumbuhan Ekspor Migas dan Nonmigas ... 55 Tahun 2000-2009.

Grafik 4.2 Persentase Pertumbuhan Impor Migas dan Nonmigas ... 58 Tahun 2000-2009.


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman

Tabel Perkembangan Ekspor, Impor, dan Cadangan Devisa di Indonesia ... 71

Tahun 1980-2009. Hasil UJi OLS Pengaruh Ekspor dan Impor Terhadap Cadangan Devisa ... 72

Tahun 1980-2009. Hasil Uji Granger Causality Ekspor dan Impor dengan Cadangan Devisa ... 73

Tahun 1980-2009. Hasil Uji ADF Ekspor Tahun 1980-2009 ... 73

Hasil Uji ADF Impor Tahun 1980-2009... 75

Hasil Uji ADF Cadangan Devisa Tahun 1980-2009 ... 76

Grafik Hasil Regresi Pengaruh Ekspor dan Impor Terhadap ... 77

Cadangan Devisa Tahun 1980-2009. Grafik Pertumbuhan Cadangan Devisa Indonesia ... 77 Tahun 1980 – 2009.


(12)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know causality relation between export, import, with Foreign Reserve Currencies in Indonesian.

This research uses secondary data ( time series ) from 1980 until 2009. The method of analisys are Ordinary Least Squera and Granger Causality Test for see the effect of export and import to foreign reserve currencies and relation direction between export, import with foreign reserve currencies in Indonesian. This data is proceded by program eviews 5.1.

Result of the research show that there are possitive relation between export with foreign reserve currencies and negative relation between import with foreign reserve currencies. Moreover there are a causality relation between export and import with foreign reserve currencies in Indonesian.


(13)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kausalitas antara ekspor, impor dengan cadangan devisa di indonesia.

Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu ( time series ) dari tahun 1980-2009. Metode analisis yang digunakan adalah metode OLS dan Kausalitas untuk melihat pengaruh ekspor dan impor tehadap cadangan devisa dan melihat arah hubungan yang terjalin antara ekspor impor dengan cadangan devisa di Indonesia. Data ini diporoses dengan menggunakan program eviews 5.1.

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara ekspor dengan cadangan devisa dan hubungan yang negatif antara impor dengan cadangan devisa. Selain itu terlihat adanya hubungan timbal balik antara ekspor, impor dengan cadangan devisa di Indonesia.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah perekonomian indonesia merupakan suatu catatan penting untuk melihat bagaimana perkembangan pertumbuhan perekonomian Indonesia. Kondisi perekonomian indonesia mengalami begitu banyak dinamika di tahun 1980-an. Pada tahun 1983 terjadi resesi global dan berdampak pada perekonomian indonesia. Dan pada tahun tersebut juga terjadi deregulasi perbankan , yakni kebijakan yang diambil karena Indonesia mengalami banyak kemunduran ekonomi. Kebijakannya, yakni mempertinggi efesiensi dan mobilitas dana. Pergerakan yang positif dari kebijakan ini adalah cuaca perekonomian internasional yang semakin baik dan hal ini mulai terlihat dampaknya di tahun 1984-1985.

Hingga pada tahun 1989, pertumbuhan ekonomi menunjukan sisi positifnya yang ditandai dengan cadangan devisa yang tinggi, tingkat inflasi yang rendah,dan tumbuhnya industrialisasi. Dengan dimulainya industrilialisasi di Indonesia maka dengan sendirinya dibutuhkan devisa. Sumber pembiayaan perdagangan internasional ini disimpan dalam cadangan devisa. Pengertian Cadangan Devisa atau Foreign Reserve Currencies itu sendiri adalah mata uang asing, misalnya dolar Amerika yang dipegang oleh pemerintah atau bank sentral setiap negara yang pada umumnya digunakan sebagai cadangan internasional.

Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaa negara yang bersangkutan.


(15)

Masalah cadangan devisa merupakan masalah yang sangat penting, karena cadangan devisa suatu negara dapat menopang kestabilan ekonomi nasional. Cadangan devisa tentunya menjadi suatu indikator yang sangat penting juga untuk melihat sejauh mana suatu negara mampu melakukan perdagangan luar negeri negara tersebut. Berbicara mengenai perdagangan luar negeri, hal ini juga tidak lekang dari neraca pembayaran yang merupakan alat untuk melihat posisi cadangan devisa Indonesia, apakah mengalami surplus atau kah mengalami defisit. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan pencatatan atas transaksi ekonomi yang terjadi antara penduduk dengan bukan penduduk Indonesia pada suatu periode tertentu. Secara umum, transaksi ekonomi yang tercakup dalam NPI dapat dibagi menjadi dua kelompok: (1) barang (goods), jasa (services), pendapatan (income), dan transfer berjalan (current transfer); (2) modal/finansial (capital/financial).

Sedangkan surplus atau defisitnya neraca pembayaran itu sendiri terlihat dari tingkat ekspor dan impor negara tersebut, dan faktor-faktor lain seperti utang luar negeri dan modal asing. Dimana apabila tingkat ekspor negara tersebut lebih tinggi dari tingkat impor negara tersebut maka neraca pembayaran negara tersebut dapat dikatakan mengalami surplus, sebaliknya jika tingkat impor negara tersebut melebihi jumlah ekspor maka negara tersebut mengalami defisit pada neraca pembayaran.

Ekspor adalah upaya untuk melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing,serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing. Sebaliknya, kegiatan impor adalah melakukan pembelian komoditi yang lebih berdaya guna dari negara lain, dengan bersedia membayar harganya dalam valuta asing pula ( Amir,2004;1).

Analisis tentang sektor perdagangan luar negeri Indonesia selama ini terlalu didominasi oleh analisis tentang ekspor. Di satu sisi hal ini dapat dipahami karena ekspor merupakan satu-satunya andalan penghasil devisa yang berasal dari kekuatan sendiri, sehingga negara


(16)

berkembang berkepentingan untuk menguasai pengetahuan tentang penghasil devisanya ini. Peran devisa ini sangat penting, terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia.

Namun demikian, di sisi lain, akibat dari kurangnya perhatian terhadap analisis impor memunculkan dampak buruk, antara lain: (1) masyarakat menganggap impor kalah penting dibanding ekspor, sehingga menjadi semakin kurang diperhatikan. (2) efek demonstrasi yang merupakan dampak buruk dari ekspor mendapat kesempatan untuk menyebar tanpa hambatan, karena telah terjadi ketidakpedulian terhadap impor. (3) pola konsumsi penduduk menjadi semakin terjerat oleh selera ke barang impor, sebagai hasil dari upaya pen-skenario-an selera ypen-skenario-ang dilakukpen-skenario-an para produsen/importir di luar negeri melalui efek demonstrasi dari strategi pemasarannya.

Walaupun ekspor dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemajuan perekonomian suatu negara namun impor juga memegang peranan yang penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Kebijakan impor sepenuhnya ditujukan untuk mengamankan posisi neraca pembayaran, mendorong kelancaran arus perdagangan luar negeri, dan meningkatkan lalu lintas modal luar negeri untuk kepentingan pembangunan, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Nilai impor Indonesia tidak terlepas dari pengaruh permintaan dalam negeri atas barang-barang konsumsi dan impor atas bahan baku dan penolong, serta barang modal yang pasokannya belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri-industri dalam negeri. Impor ini nantinya akan digunakan untuk proses industri dalam negeri dan industri yang berorientasi impor. Salah satu barang yang diimpor oleh Indonesia adalah barang konsumsi, bahan baku dan barang modal.

Analisis impor selayaknya mendapat porsi yang seimbang dengan analisis ekspor, karena impor adalah cerminan kedaulatan ekonomi suatu negara, apakah barang dan jasa buatan dalam negeri masih menjadi tuan di negeri sendiri. Suatu negara melakukan impor


(17)

karena mengalami inefisiensi (kekurangan/kegagalan) dalam menyelenggarakan produksi barang dan jasa bagi kebutuhan konsumsi penduduknya. Ada dua macam inefisiensi yang dapat terjadi, yaitu inefisiensi kuantitas dan inefisiensi kualitas. Melakukan impor untuk alasan inefisiensi kuantitas masih merupakan suatu kewajaran. Faktor penyebab utamanya biasanya adalah faktor-faktor alamiah yang nyata, sehingga penyelesaian atau solusinya juga jelas. Impor dapat mempunyai peranan yang positif terhadap perkembangan industri di dalam negeri khususnya dan terhadap perkembangan ekonomi pada umumnya.

Selain kegiatan ekspor dan impor sangat mempengaruhi kegiatan konsumsi dan industri yang ada dalam negara tersebut, transaksi ekspor impor juga sangat mempengaruhi posisi cadangan devisa yang ada. Seperti yang kita ketahui bahwa nilai ekspor yang meningkat akan meningkatkan jumlah cadangan devisa yang ada dalam NPI, sebaliknya disaat impor meningkat melebihi angka ekspor maka cadangan devisa kita akan berkurang. Hal ini terlihat jelas pada tahun 2006, cadangan devisa kita meningkat dari 36.724 menjadi 42.586 yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan ekspor sebesar 2% yaitu 100.709 sedangkan impor mengalami penurunan sebesar 18% menjadi 61.066. Dan pada tahun 2008, persentase pertumbuhan ekspor negara hanya meningkat 7% dari 114.101 menjadi 137.020 sedangkan permintaaan impor meningkat sebesar 51% dari 744.373 menjadi 129197 hal ini yang pada akhirnya menurunkan posisi cadangan devisa menjadi 51.639 dari 56.920.

Dan begitu pula dengan posisi cadangan devisa yang akan sangat menentukan bagi pemerintah untuk melakukan penambahan atau pengurangan kegiatan ekspor atau menambah atau mengarungi permintaan impor dari negara lain .

Berdasarkan Uraian-uraian diatas, maka si penulis tertarik untuk malakukan penilitian ini dengan judul “ Analisis Kausalitas Ekspor dan Impor Terhadap Cadangan Devisa Indonesia “.


(18)

1.2 Perumusan masalah

Dalam Penyusunan penelitian ini, penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan . Bertitik tolak dari uraian yang telah dijelaskan diatas , maka dapat dirumuskan suatu rumusan yang akan diteliti, yaitu :

1) Bagaimanakah pengaruh Ekspor terhadap cadangan devisa Indonesia ? 2) Bagaimanakah pengaruh Impor terhadap cadangan devisa Indonesia ?

3) Apakah terdapat Hubungan Timbal balik ( Kausalitas ) antara Ekspor dengan cadangan devisa indonesia ?

4) Apakah terdapat Hubungan Timbal balik antara Impor dengan cadangan devisa indonesia ?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul , berdasarkan perumusan masalah di atas , maka penulis membuat hipotesis sabagai berikut :

1) Ekspor Indonesia ( Migas dan Non migas ) mempunyai dampak positif terhadap candangan devisa Indonesia .

2) Impor Indonesia ( Migas dan Non migas ) mempunyai dampak negatif terhadap cadangan devisa Indonesia.

3) Terdapat hubungan timbal balik antar ekspor dengan cadangan devisa Indonesia. 4) Terdapat hubungan timbal balik antar impor dengan cadangan devisa Indonesia. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


(19)

2) Untuk melihat hubungan yang terjalin antar impor dengan cadangan devisa Indonesia. 3) Untuk mengetahui pengaruh ekspor terhadap cadangan devisa indonesia, dan

sebaliknya .

4) Untuk mengetahui pengaruh impor terhadap cadangan devisa indonesia, dan sebaliknya.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang manfaat dari diadakan penelitian ini adalah :

1) Sebagai alat informasi untuk mampu melihat dan mengetahui perkembangan ekspor , impor, serta cadangan devisa yang ada di Indonesia, bagi penulis dan juga pihak – pihak yang membutuhkan.

2) Untuk menambah wawasan dan juga pengetahuan si penulis.

3) Sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang topiknya berhubungan dengan penelitian ini.

4) Untuk menambahkan , melengkapi, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada topiknya yang berhubungan.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Cadangan devisa

2.1.1 Pengertian Cadangan Devisa

Cadangan devisa ( foreign exchange reserves) adalah simpanan oleh tersimpan dalam beberap dan cadangan berbagai luar negeri yang antara lain berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri.

Secara teoritis, cadangan devisa adalah aset eksternal yang memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) likuid, (2) dalam denominasi mata uang asing utama, (3) di bawah kontrol otoritas moneter, dan (4) dapat dengan segera digunakan untuk penyelesaian transaksi internasional.Cadangan devisa meliputi emas moneter (monetary gold), hak tarik khusus (Special Drawing Rights), posisi cadangan di IMF (Reserve Position in the Fund), cadangan dalam valuta asing (foreign exchange), dan tagihan lainnya (other claims).Yang menjadi sumber cadangan devisa tersebut tentunya sumber daya alam yang melimpah ruah dan yang dapat diperdagangkan ke luar negeri . Sumber daya alam yang dimaksud seperti kopi, minyak, gas, karet,kayu dan lain-lain.

Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar utang luar negeri. Dimana pengelolaannya dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan UU No.23 Tahun 1999 pasal 13.


(21)

Pengelolaan itu dilakukan dengan melalui berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual, membeli, dan atau menempatkan devisa , emas dan surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman.

Sedangkan menurut Bank Dunia , peranan cadangan devisa adalah :

1. Untuk melindungi negara dari gangguan eksternal. Krisis keuangan pada akhir 1990-an membuat para pembuat kebijak1990-an memperbaiki p1990-and1990-ang1990-annya atas nilai dari cadangan devisa sebagai proteksi dalam melindungi dari krisis mata uang.

2. Tingkat cadangan devisa merupakan faktor penting dalam penilaian kelayakan kredit dan kredibilitas kebijakan secara umum,sehingga negara dengan tingkat cadangan devisa yang cukup dapat mencari pinjaman dengan kondisi yang lebih nyaman.

3. Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar.

Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupi kubutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimilki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persedian valuta asing suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan. Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang dibutuhkannya dari luar negeri, tetapi juga bisa memerosotkan kredibilitas posisi cadangan devisa itu terus menipis dan semakin tipis, maka dapat terjadi “serbuan” rush terhadap valuta asing di dalam negeri. Menghadapi keadaan demikian, sering terjadi pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi.

Menurut Tjahjono, cadangan devisa suatu negara dipengaruhi oleh transaksi berjalan dan impor. Perkembangan transaksi berjalan suatu negara perlu diwaspadai dengan cermat, karena defisit transaksi berjalan yang berjalan yang berlangsung dalam jangka panjang dapat menekan cadangan devisa. Oleh karena itu defisit transaksi berjalan sering kali dipandang


(22)

sebagai signal ketidakseimbangan makro ekonomi yang memerlukan penyesuaian nilai tukar atau kebijakan makro ekonomi yang lebih ketat.

Dalam rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut : Cdvt = ( Cdvt 1 + Tbt + Tmt )

Keterangan :

Cdvt : Cadangan devisa Tahun tertentu Cdvt 1 : Cadangan devisa sebelumnya Tbt : Transaksi berjalan

Tmt : Transaksi modal 2.1.2 Sistem Devisa

Sistem devisa mengatur pergerakan lalu lintas devisa (valuta asing ) dari suatu negara ke negara lain. Pada dasarnya sistem devisa terbagi atas tiga sistem, yaitu :

 Sistem devisa kontrol  Sistem devisa semi bebas  Sistem devisa bebas

a.Sistem devisa kontrol

Pada sistem devisa kontrol, devisa pada dasarnya dimiliki oleh negara. Karena itu devisa yang dimiliki oleh masyarakat harus diserahakan pada negara, dan setiap penggunaan devisa harus memperoleh izin dari negara. Sistem ini pernah diterapkan di Indonesia berdasarkan UU no. 32 tahun 1964.

Devisa ini juga terbagi atas dua , yaitu:  Devisa Hasil Ekspor ( DHE )  Devisa Umum (DU )


(23)

Dimana, setiap perolehan devisa baik itu Devisa Hasil Ekspor ( DHE ) maupun Devisa umum ( DU ), wajib diserahkan kepada negara seperti ke Bank Indonesia ( BI ). Dan setiap penggunaan devisa tersebut, baik impor maupun keperluan lainnya, harus memperoleh izin juga dari Bank Indonesia. Dengan kewajiban seperti ini, bank Indonesia mengadministrasikan pergerakan devisa yang masuk maupun yang keluar indonesia sehingga jumlah cadangan devisa , besarnya arus lalu lintas devisa dan penggunaannya dapat dipantau dan diperkirakan secara lebih pasti.

b.Sistem devisa semi bebas

Pada sistem devisa semi bebas, untuk perolehan dan penggunaan devisa – devisa tertentu wajib diserahkan dan mendapatkan izin dari negara, sementara untuk jenis devisa lainnya dapat secara bebas digunakan dan diperoleh. Dalam arti, perolehan dan penggunaan Devisa hasil ekspor ( DHE ) wajib diserahkan ke dan memperoleh izin dari Bank Indonesia, sementara untuk Devisa umum ( DU ) dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan. Sistem devisa ini pernah diterapkan di Indonesia berdasarkan Perpu No. 64 tahun 1970 menggantikan UU No.32 tahun 1964.

c. Sistem devisa bebas

Sistem devisa bebas mulai diterapkan di Indonesia dengan PP No.1 tahun 1982 menggantikan baik UU No. 32 Tahun 1964 maupun Perpu No. 64 tahun 1970.Dengan peraturan ini, masyarakat dapat secara bebas memperoleh dan menggunakan devisa. Hal ini berlaku baik bagi devisa dalam bentuk Devisa Hasil Ekspor maupun Devisa Umum. Tidak ada pengaturan mengenai kewajiban bagi penduduk untuk melaporkan devisa yang diperoleh dan dipergunakannya. Kebebasan ini yang kemudian disalahartikan dengan tidak wajib lapor, meskipun di negara-negara lain kewajiban pelaporan ini masih diberlakukan.

2.2 EKSPOR


(24)

Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lainnya, terdiri dari barang berwujud dan jasa-jasa (transport, pinjaman dan investasi). Menurut Michael Todaro ekspor adalah kegiatan perdangangan internasional yang memberi ransangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur positif yang stabil dan lembaga sosial yang efesien. ekspor adalah upaya menjalankan atau melakukan penjualan komoditas yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing , serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing ( Amir, 2004). Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

2.2.2 Komposisi dan Struktur ekspor

Ekspor Indonesia terdiri dari berbagai macam barang atau komoditas dan tertuju ke berbagai belahan bumi atau negara. Namun komposisi atau segmentasinya tidak berimbang. Komposisi barang yang diekspor didominasi oleh jenis komoditas-komoditas tertentu sehingga penerimaan ekspor total tergantung sekali pada hasil ekspor komoditas-komoditas yang dimaksud. Segmentasi pasar tujuan ekspor terkonsentrasi ke segelintir negara tertentu,sehingga penerimaan ekspor total sangat terpengaruh oleh keadaan ekonomi dan suasana politik di negara-negara tersebut.

Ketergantungan ekspor apakah secara komoditas taupun dari segi pasar negara tujuan jelas tidak menguntungkan , setidak-tidaknya tidak menenangkan. Risiko jangka pendeknya


(25)

dalah kerawanan penerimaan ekspor. Perolehan devisa mudah goyah , rentan terhadap perubahan – perubahan yang terjadi pada tambatan ketergantungan itu. Gejolak yang timbul bekenaan dengan komoditas yang menjadi gantungan ekspor ( misalnya kelangkaan bahan baku, kemerosotan harga, atau keusangan manfaatnya ) akan dengan mudah mengurangi penerimaan ekspor secara signifikan. Di lain pihak , gejolak nasional yang muncul di negara yang menjadi konsentrasi tujuan ekspor ( misalnya resensi, sentimen rasial- primordial terhadap produk asing,atau bahkan pegulatan politik ) dapat menukikkan penerimaan ekspor dangan tajam.

Risiko jangka berikutnya adalah defisit neraca perdagangan. Jika neraca jasa dan neraca modal tidak cukup mampu mengimbangi,maka ancaman selanjutnya niscaya tekanan terhadap neraca pembayaran. Sementara itu, akibat ekspor tersendat , hasil-hasil produksi tidak optimal terpasarkan ,percaturan ekonomi di dalam negeri mungkin mulai porak peranda. Apabila beban neraca pembayaran semakin tak tertahankan maka pada gilirannya , dalam upaya menggalakkan kembali ekspor sekaligus meredam ekspor ,sangat boleh jadi pemerintah terpaksa mempertaruhkan kredibilitasnya dengan menempuh kebijaksanaan devaluasi. Ketergantungan ekspor , oleh karenannya terlalu mahal untuk dibiarkan! Apabila jika ketergantungan komoditas dan ketergantungan pasar tujuan itu menyatu tau tumpang-tindih, kerentanan penerimaan ekspor niscaya semakin parah. Harus diupayakan pengenekaragaman komoditas maupun negara tujuan ekspor.

2.2.3 Kebijakan Ekspor

Pada masa yang lalu , titik berat kebijakan perdagangan luar negeri diarahkan pada usaha- usaha membatasi impor, pengaturan impor , dan pengontrolan valuta asing, disamping tentu saja berusaha keras untuk dapat mengembangkan ekspor. Sedangkan sekarang ini setiap negara sadar bahwa hal ini sulit dilaksanakan. Prinsip kebijakan perdagangan luar negeri yaitu berusaha mengimpor sekecil-kecilnya dan mengekspor sebanyak –banyaknya ternyata


(26)

justru berakibat menghambat dan mempersempit hubungan perdagangan internasional. Apabila semua negara berprinsip demikian, berarti tiap negara akan mengurangi impornya. Olah sebab itu,sebagian besar negara berprinsip mengembangkan kedua-duanya. Ekspor dikembangkan dan impor juga dikembangkan. Akan tetapi, diusahakan agar perkembangan ekspor lebih cepat dibandingkan impornya.

2.2.4 Kesulitan-kesulitan di bidang Ekspor

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing negara tidak lah sama,tetapi secara teoritis, yakni dengan disederhanakan , kita dapat menarik garis-garis pokok dari kesulitan –kesulitan tersebut.

Kesulitan-kesulitan yang bersifat umum, yakni :

1. Kesulitan yang berkaitan dengan bahan – bahan mentah lokal,baik harganya yang mungkin sudah cukup tinggi, kualitas barangnya yang kurang baik,atau bahkan bagi bahan-bahan yang laku di luar negeri justru tidak mencukupi jumlahnya yang akhirnya sulit untuk dikembangkan.

2. Tingkat ongkos angkut yang tinggi.

3. Persaingan yang tajam antara negara-negara dalam daerahnya. Tentu saja juga persaingan natara negara –negra lain yang mengekspor hasil produksi yang sama. 4. Harga – harga barang yang diekspor kadang-kadang sudah cukup tinggi,hingga sulit

bersaing di pasar dunia.

5. Prosedur peraturan yang berbelit-belit.

Selain kesulitan-kesulitan yang bersifat umum, ada juga kesulitan yang dialami oleh para pengusaha-pengusaha ekspor,yang antara lain adalah :

1. Keadaan harga barang – barang ekspor yang kerap kali mengalami goncangan hingga akan membawa akibat yang luas , baik bagi anggaran belanja negara , neraca


(27)

pembayaran dan bahkan kesempatan kerja bagi prosedun yang menghasilkan barang-barang ekspor.

2. Kesulitan memperbesar spread effect dalam arti perluasan pengaruh-pengaruh pada sektor –sektor yang lain.

2.2.5 Alat-alat pelaksana kebijakan Ekspor

Adapun instrumen-instrumen yang biasa digunakan untuk suatu kebijakan ekspor, antara lain:

A.Macam-macam Subsidi

Ekspor yang semakin besar berarti devisa makin besar, dan semakin besar pula kemungkinan – kemungkinan yang dapat dicapai dengan devisa itu untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Dan beberapa kemungkinan tersebut antara lain :

1. Ada barang-barang ekspor yang secara relatif selalu dalam posisi pasaran yang kuat, baik kerena pentingnya barang tersebut atau terbatasnya supply barang tersebut sehingga demand selalu lebih besar daripada supplynya.

2. Ada pula barang-barang ekspor yang supplynya cukup banyak , tetapi kedudukan di pasaran dunia lemah sehingga demi memperoleh devisa yang cukup pemerintah akan memberikan subsidi dengan berbagai bentuk .

3. Ada pula barang –barang ekspor yang supplynya tidak begitu besar, padahal demand dalam negara cukup kuat. Dalam hal ini pemerintah mengatur sedemikian rupa, bila perlu melaksanakan disparitas harga.

B.Exchange Control (Kontrol Valuta Asing )

Kontrol valuta asing ialah bila pemerintah berusaha untuk mengatur alat-alat pembayaran luar negeri secara langsung , baik dengan berusaha untuk memegang monopoli


(28)

pemilikan valuta asing atau mengatur penggunaannya ,mengatur tingkat kursnya,dan sebagainya. Kontrol valuta asing sebenarnya merupakan alat yang dianggap efektif untuk maksud-maksud yang sangat banyak,bukan hanya sebagai alat untuk melaksanakan politik ekspor saja.

Dalam bukunya, Franklin Root manyebutkan tujuan-tujuan exchange control antara lain:

• Untuk menutup kemungkinan ketidakseimbangan neraca pembayaran.

• Memudahkan penyelenggaraan rencana pembangunan nasional.

• Melindungi industri dalam negeri.

• Meningkatkan pendapatan negara.

• Memperluas ekspor,terutama menghadapi negara-negara yang melaksanakan kontrol valuta asing.

Di Indonesia sendiri, kontrol valuta asing sudah pernah dijalankan sejak jaman Hindia Belanda , yaitu tahun 1993 dengan dibuatnya peraturan-peraturan ekspor baru yang berisi :

o Pembatasan terhadap barang-barang ekspor tertentu.

o Pembatasan ekspor dari negara-negara tertentu.

o Diperkenalkannya sistem lisensi ekspor.

2.2.6 Strategi ekspor

Melakukan analisis kinerja ekspor memang agak kompleks, karena tidak cukup hanya berdasarkan angka-angka makro, serta tidak memadai jika hanya mengandalkan sentimen informasi dan fenomena mikro yang cenderung terpisah-pisah. Misalnya, banyak kalangan yang menduga-duga bagaimana keterkaitan wabah flu burung dengan kinerja ekspor impor hasil pertanian . Lalu, kalangan lain lagi terlalu percaya diri untuk menggalakkan skema


(29)

imbal dagang untuk meningkatkan kinerja ekspor karena observasi sepintas dari penggalan beberapa kasus yang terkesan menguntungkan.

Demikian pula, pola pergerakan dan fluktuasi volume dan nilai ekspor impor dalam jangka pendek tentu tidak dapat dijadikan basis pengambilan keputusan kebijakan karena strategi kebijakan ekspor perlu mempertimbangkan juga keterkaitan dengan cadangan devisa, karakter nilai tukar mata uang, neraca pembayaran, dan dukungan sektor produksi dan pembiayaan perdagangan yang memang amat dibutuhkan. Beberapa poin penting tentang strategi ekspor tersebut akan diuraikan berikut ini.

Pertama, ekspor hasil pertanian perlu digerakkan kembali. Kinerja ekspor komoditas pertanian (dan perikanan) lebih banyak ditentukan kapasitas produksi dan sistem budi daya di hulu, serta dukungan kebijakan sektor hilir. Mustahil mengharapkan kinerja baik bila tidak ada dukungan memadai. Tidak adanya skema perlindungan terhadap risiko fluktuasi harga kopi, teh, dan tembakau dunia yang demikian tinggi dan (ketakutan terhadap rencana) Undang-Undang Bio-Terorisme di AS juga amat memengaruhi kinerja ekspor.

Alih-alih melindungi petani dan pelaku, pemerintah bahkan berencana menerbitkan PP tentang pungutan ekspor (PE) terhadap beberapa komoditas strategis seperti kelapa sawit, karet, dan cokelat sampai 60%. Argumen klasik untuk meningkatan kinerja industri domestik masih terus digulirkan, walaupun masyarakat awam telah memahami bahwa langkah pungutan ini tidak lebih dari sekadar manifestasi perburuan rente biasa. Sekalipun tidak sedang dilanda wabah flu burung, ekspor hasil pertanian beberapa waktu mendatang tidak akan berasal dari sektor perunggasan karena sistem produksi masih mengalami permasalahan struktural. Pada 2003, ekspor komoditas unggas Indonesia tidak sampai US$2 juta, suatu penurunan signifikan dibandingkan kinerja ekspor unggas 2000 sebesar US$3 juta.

Acuan perdagangan


(30)

dipecahkan dan ditanggulangi, misalnya dengan peningkatan kapasitas pelaku usaha dalam memasuki kancah perdagangan dunia. Untuk impor hasil pertanian, Indonesia perlu menggenjot perolehan devisa dari komoditas hortikultura (buah-buahan, sayuran, dan tanaman bunga) yang telah menunjukkan tren pertumbuhan positif, terutama untuk memperbaiki standar efisiensi, standar higienis, dan kualitas ekspor yang menjadi syarat utama.

Kedua, skema imbal dagang bukan strategi ekspor efisien. Pengalaman empiris selama tiga dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa permintaan skema imbal dagang umumnya datang dari negara berkembang yang sedang mengalami permasalahan neraca pembayaran dan cadangan devisa.

Kontraksi ekonomi dunia sejak akhir 1990-an sampai 2003 juga turut berkontribusi pada semakin melemahnya hubungan fungsional antara laju perdagangan internasional dan tingkat output dunia. Manifestasi dari hal tersebut adalah semakin anjloknya harga komoditas barang primer (barang mentah) sejak akhir 1980-an, yang umumnya dihasilkan oleh negara berkembang. Akibatnya, tingkat acuan perdagangan jadi mengecil bagi negara berkembang, sehingga meningkatkan jumlah utang luar negeri. Kebutuhan terhadap skema imbal beli semakin mengental di negara berkembang, yang dimulai dari kasus ambruknya sektor perbankan Meksiko pada 1982 dan buruknya skema kredit ekspor untuk menopang perdagangan internasional. Krisis ekonomi Asia juga tidak terlalu berbeda dengan krisis ekonomi Amerika Latin dalam hal-hal tertentu, seperti menurunnya perolehan devisa walaupun terdapat devaluasi besar-besaran karena tumbuh lebih lambat dibandingkan tingkat bunga utang luar negeri.

Apabila pun ada, maka laju perolehan devisa dari ekspor habis untuk membayar utang luar negeri yang juga semakin besar. Benar sekali bila dikatakan skema imbal dagang jadi begitu krusial untuk menjaga laju ekspor sebagai penopang roda perekonomian nasional. Tetapi,


(31)

fungsi di atas tentu tidak dapat dijadikan strategi peningkatan ekspor dalam jangka panjang karena mekanisme imbal dagang lebih banyak berfungsi sebagai skema pembiayaan ekspor, terutama bagi negara berkembang yang mengalami persoalan finansial. Benar bahwa dalam jangka pendek, skema imbal dagang bermanfaat mengurangi hambatan perdagangan antarnegara untuk sementara. Namun, sebenarnya berimplikasi bahwa skema imbal dagang tumbuh dan berkembang seiring erosi sistem perdagangan internasional.

Ketiga, dukungan riset dan pengembangan (R&D) berbagai pihak. Kinerja ekspor dan perdagangan dunia secara umum harus ditopang aktivitas riset dan pengembangan tangguh. Dalam konteks arus globalisasi yang semakin pesat, dunia usaha (dan aktor lain seperti lembaga riset, perguruan tinggi dan pemerintah) yang lalai dalam melaksanakan R&D pasti akan tertinggal dalam percaturan persaingan global. Mereka yang hanya mampu menunggu informasi dan perkembangan tekonologi maju, hanya akan menjadi pelaku pasif yang menjadi sasaran empuk dalam persaingan ekonomi global.

Untuk memanfaatkan dan mengisi momentum pemulihan ekonomi --sekalipun Indonesia menghadapi guncangan politik pada Pemilu 2004-- kinerja impor masih akan bergantung pada sektor produksi yang memiliki keunggulan komparatif dengan orientasi pasar internasional, seperti komoditas migas, elektronik, manufaktur, dan logam berat. Dukungan strategi memadai untuk menghasilkan kerja terlatih dan terdidik dalam jumlah besar sangat bermanfaat mengejar pasar ekspor internasional yang mampu membawa nilai tambah tinggi. Terakhir, hal yang lebih penting lagi adalah mengaitkan strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi domestik dengan langkah-langkah yang ditempuh di tingkat internasional. Dalam keadaan demikian, pemerintah secara sadar dan sistematis harus senantiasa berupaya menjalin kerja sama memperkuat keterkaitan dan kemitraan yang memungkinkan para produsen dan dunia usaha dalam negeri mampu dan berani terjun ke kancah persaingan lebih ketat. Di sinilah esensi menumbuhkan kesadaran pentingnya tekad meningkatkan efisiensi


(32)

usaha dengan kriteria paling dasar sekalipun. Kesejahteraan konsumen dalam negeri dapat meningkat, sementara seleksi pasar akan menciptakan lapisan pengusaha tangguh dan semakin kukuh daya saingnya dalam mendobrak pasar luar negeri.

2.3.IMPOR

2.3.1 Pengertian Impor

Impor adalah proses lain secar tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah

2.3.2 Kebijakan Impor

Karena begitu eratnya kaitannya antara kegiatan impor dan impor, maka sebenarnya kebijakan yang diambil untuk kedua bidang ini dalam praktik sulit dipisahkan satu sama lain. Namun untuk memudahkan pembahasan masing-masing segi tersebut dicoba untuk memisahkannya.

Pada garis besarnya, kebijakan di bidang impor hanya menyangkut masalah tarif,macam-macam kouta impor,dan sebagaimana di bidang impor juga kebijakan valuta asing,baik melalui exchange control maupun berbagai kebijakan kurs valuta asing.

1.Tarif perdagangan

Perpajakan yang dikenakan dalam transaksi perdagangan merupakan hal yang sudah lama sekali dikerjakan bahkan sama tuanya dengan perdagangan itu sendiri. Khusus mengenai tarif biasanya dikandung juga maksud, yaitu untuk sumber penghasilan negara,alat melaksanakan proteksi, dan perbaikan neraca pembayaran. Arti tarif yang sebenarnya ialah


(33)

daftar segala jenis barang-barang yang dikenakan beban pajak , baik pajak impor maupun impor, ataupun berupa pajak transit,yaitu pajak yang dikenakan atas barang yang melalui negara tersebut,tetapi tujuannya yang sebenarnya ialah negara lain. Misalnya barang dari Indonesia akan dibawa ke Malaysia tetapi masuk melalui Singapura,maka Singapura dapat mengenakan transit duties.

Suatu negara yang ingin menggunakan tarif sebagai instrumen kebijakan perdagangan akan menghadapi berbagai masalah yang harus diselesaikan, yaitu sistem perhitungan beban tarif yang harus dikenakan pada barang-barang. Biasanya ada tiga kemungkinan :

Advalorem ,yaitu pajak yang dikenakan atas dasr presentase dari harga barang-barang yang diimpor, seperti misalnya 5%,10% dan sebagainya.

Specific duties,yaitu bila pajak itu dipungut atas dasar jumlah atau volumenya. Compound duty, yaitu gabungan antara cara pertama dan kedua.

2.Kuota

Selain tarif yang banyak menjadi alat kebijakan perdagangan, masih banyak cara yang kadang-kadang lebih efektif daripada tarif , seperti kuota. Kuota yaitu pembatasan fisik secara kuantitatif yang dilakukan atas pemasukan barang ( kuota impor) dan pengeluaran barang ( kuota impor ) dari / ke suatu negara untuk melindungi kepentingan industri dan konsuimen .Menurut WTO, sistem kuota ini hanya dapat digunakan dalam hal sebagai berikut :

• Untuk melindungi hasil pertanian.

• Untuk menjaga keseimbangan balance of payment.

• Untuk melindungi kepentingan ekonomi internasional.


(34)

a. Unilateral kuota, yaitu penetapan jumlah impor yang diperbolehkan dalam suatu negara yang tanpa konsultasi atau tanpa perjanjian,baik bersifat bilateral maupun multilateral,dengan negara-negara lain. Oleh sebab itu, kuota impor jenis ini cenderung menimbulkan efek untuk saling membatasi impor barang yang dilakukan oleh negara-negara lain yang mungkin dapat berakibat makin menyempitnya perdagangan internasional.

b. Licencing kuota, yaitu suatu cara mengatur jatah impor dengan mengeluarkan surat-surat ijin atau lisensi agar jumlah impor yang terbatas itu dapat menemui sasaran yang tepat, baik para importir yang dianggap tepat ataupun jenis barangnya.

c. Tarif kuota, yaitu jenis kuota impor yang menghendaki sebelum jumlah impor yang ditentukan tercapai, maka setiap transaksi impor tidak dikenakan tarif atau hanya dengan tarif yang rendah. Akan tetapi, bila limit yang ditentukan itu sudah tercapai, maka setiap impor baru akan dikenakan pajak tertentu yang lebih tinggi.

d. Voluntary export kuota, yaitu pembatasan impor yang dilakukan oleh negara importir sendiri setelah mengadakan perjanjian dengan negara importir mengenai jenis-jenis barang tertentu. Pembatasan tersebut pada hakikatnya adalah untuk kepentingan negara importir agar dapat membuat batas maksimal yang boleh dimasukkan.

2.Subsidi

Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit,subsidi harga, dan lain-lain yang bertujuan sebagai berikut :

• Menambah produksi dalam negeri

• Mempertahankan jumlash konsumsi dalam negeri.


(35)

Kebijakan proteksi terhadap industri dalam negeri dengan pemberian subsidi ini dalam hal tertentu mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan cara proteksi lainnya karena :

a. Subsidi biasanya diberikan untuk barang-barang kebutuhan pokok masyarakat banyak.

b. Subsidi biasanya bersifat transparan dan dapat dikontrol oleh masayarakat.

2.3.3 Teori Pembatasan Impor

Pembatasan impor ( import quota ) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan. Misalnya, Amerika serikat membatasi impor keju. Hanya perusahaan – perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-masing yang diberikan jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun,tak boleh melebihi jumlah maksimal yang telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap perusahaan didasarkan pada jumlah keju yang diimpor tahun-tahun sebelumnya. Kerancuan yang paling penting untuk dihindari dalam memahami pembatasan impor adalah pandangan bahwa kuota pasti membatasi impor tanpa meningkatkan harga domestik. Pembatasan impor selalu meningkatkan harga langsungnya adalah bahwa pada tingkat harga semula (sebelum ada pembatasan ) permintaan untuk barang yang bersangkutan lebih besar dari penawaran domestik plus impor. Keadaan ini menyebabkan harga lebih tinggi sampai pada keseimbangan baru tercapai. Akhirnnya, pembatasan impor akan meningkatkan harga di dalam negeri yang besarnnya sama dengan tarif yang menurunkan impor ke tingkatan yang sama.

Perbedaan dampak dari kuota dan tarif adalah bahwa dengan kuota pemerintah tak memperoleh pendapatan. Jika pemerintah memilih untuk memberlakukan kuota dan bukan


(36)

tarif untuk membatasi impor, besarnya dengan memungutnya dari siapa saja yang menerima lisensi impor. Pemegang lisensi dapat mengimpor dan menjualnya di dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi. Keuntungan yang diperoleh pemegang lisensi dikenal sebagai rente pembatasan ( quota rents ). Dalam menghitung biaya dan manfaat dari pembatasan impor, masalah utamanya adalah menentukan siapa yang diberikan kepada pemerintah negara pengimpor, seperti sering terjadi , ahli keuntungan ke luar negeri menyebabkan biaya kuota secara nyata lebih besar dibandingkan dengan kasus tarif yang sepadan.

2.4 Produk Ekspor dan Impor Dari Negara Indonesia

Secara umum produk impor dan impor dapat dibedakan menjadi dua yaitu barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas adalah barang-barang yang akan berupa minyak bumi dan gas,seperti hasil perkebunan,pertanian,peternakan,perikanan dan hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas.

a. Produk Ekspor Indonesia

Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil perikanan, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa.

a. Hasil Pertanian

Contoh karet, kopi kelapa sawit, cengkeh,teh,lada,kina,tembakau dan cokelat.

b. Hasil Hutan

Contoh kayu dan rotan. ekspor kayu atau rotan tidak boleh dalam bentuk kayu gelondongan atau bahan mentah, namun dalam bentuk barang setengah jadi maupun barang jadi, seperti mebel.


(37)

c. Hasil Perikanan

Hasil perikanan yang banyak di ekspor merupakan hasil dari laut. produk ekspor hasil perikanan, antara lain ikan tuna, cakalang, udang dan bandeng.

d. Hasil Pertambangan

Contoh barang tambang yang di ekspor timah, alumunium, batu bara tembaga dan emas.

e. Hasil Industri

Contoh semen, pupuk, tekstil, dan pakaian jadi.

f. Jasa

Dalam bidang jasa, Indonesia mengirim tenaga kerja keluar negeri antara lain ke malaysia dan negara-negara timur tengah.

b. Produk Impor Indonesia

Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku dan bahan penolong serta bahan modal. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,seperti makanan, minuman, susu, mentega, beras, dan daging. bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan bermotor.Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. produk impor indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai dan buah-buahan. produk impor indonesia yang berupa hasil peternakan antara lain daging dan susu.


(38)

Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lan adalah minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barng industri antara lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia, kendaraan. dalam bidang jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.

2.5 TEORI-TEORI

2.5. 1. Teori Merkantilis

Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut. Dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang mewah). Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain. Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini sebetulnya cukup rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara. Dengan memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih baik sehingga dapat melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan angkatan bersenjata dan angkatan laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih banyak koloni. Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi dan semakin besar aktivitas bisnis. Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor, pemerintah


(39)

akan dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional. Dalam perkembangannya, pendapat merkantilis in membawa dampak negatif berupa tekanan inflasi bagi perkembangan prekonomian domestik. Dengan semakin menumpuknya cadangan logam mulia ( emas ) sekaligus berarti peningkatan jumlah uang beredar sehingga secara perlahan dan pasti membawa konsekuensi berupa tekanan laju inflasi pada perekonomian domestik. Kondisi tekanan inflasi domestik diakibatkan oleh kenaikan harga didalam negeri yang gilirannya produk domestik tujuan ekspor menjadi tidak kompetitif di pasar dunia.

2.5.2. Teori Murni Klasik

Suatu negara melakukan perdagangan internasional disebabkan dua alasan yaitu untuk mendapatkan keuntungan perdagangan dan negara berdagang satu sama lain dngan tujuan skala ekonomis dalam proses produksi. Untuk itu tokoh kaum klasik Adam Smith dan David Ricardo telah memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap perkembangan teori perdagangan internasional.

Adam Smith

Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu negara akan mengimpor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.


(40)

Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of value). Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta merupakan satu-satunya faktor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas, dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit.

Negara Gandum Pakaian

Amerika 8 4

Inggris 10 2

Dari tabel di atas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum sedang Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit gandum diperlukan 10 unit tenaga kerja di Inggris sedang di Amerika hanya 8 unit (10 > 8). 1 unit pakaian di Amerika memerlukan 4 unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit. Keadaan demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki absolute advantage pada produksi pakaian.


(41)

Dikatakan absolute advantage karena masing-masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain.Kelebihan dari teori absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi impor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.

David Ricardo

Menurut David Ricardo, perdagangan internasional dapat saja terjadi meskipun negara itu tidak memiliki keunggulan mutlak, tetapi memiliki keunggulan komparatif dari negara lain. Misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 2 unit tenaga kerja dan 1 unit tenaga kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan tenaga kerja sebanyak 8 unit dan 2 unit.

Negara Gandum Pakaian

Amerika 2 1

Inggris 8 2

Dari tabel diatas tampak bahwa Amerika dalam kedua komoditas tersebut lebih sedikit menggunakan tenaga kerja. Akan tetapi keunggulan mutlak Amerika lebih besar pada barang gandum daripada pakaian ; terlihat bahwa 2/8 (25 persen ) lebih kecil dari1/2 ( 50 persen ) atau kebutuhan tenaga kerja untuk memproduksi gandum di Amerika lebih murah dibanding produksi pakaian. Hal ini berarti bahwa Amerika memiliki keunggulan komperatif terhadap barang gandum daripada memproduksi pakaian. Menurut David ricardo perdagangan dapat terjadi antara Amerika dan Inggris karena Inggris memilki keunggulan


(42)

komperatif juga dalam memproduksi pakaian disebabkan 8/2 ( 4 ) lebih besar daripada 2/1 ( 2 ).

2.6 NERACA PEMBAYARAN

Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antar penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan utamannya adalah untuk memberikan informasi kepada pemerintah tentang posisi keuangan dalam hubungan ekonomi dengan negara lain serta membantu di dalam pengambilan kebijaksanaan moneter,fiskal,perdagangan dan pembayaran internasional.

2.6.1 Transaksi barang dan jasa • Persamaan penghasilan nasional :

Y = C + I + G + ( X – M ) Keterangan : Y = Penghasilan Nasional

C = Pengeluaran Konsumsi I = Pengeluaran Investasi G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor

M = Impor

( X - M ) merupakan neraca pembayaran (netto). Apabila (X – M) positip berarti ( C + I + G ) < Y, implikasinya bahwa suatu negara menghasilkan lebih banyak dari yang digunakan sehingga kelebihan dijual di luar negeri, ( X – M ) bernilai negatip berarti negara itu pengeluarannya lebih besar dari pada yang dihasilkan.

2.6.2 Transaksi Modal Transaksi modal terdiri:


(43)

• Kredit untuk perdagangan dari negara lain (kredit)

• Kredit perdagangan kepada penduduk negara lain (debet)

• Deposit bank di LN (debet)

• Deposit bank dalam negeri milik penduduk negara lain (kredit)

• Pembelian surat berharga LN jk. pendek (debet)

• Penjualan surat berharga jk. pendek kpd penduduk LN (kredit) b.Transaksi modal jangka panjang:

• Investasi langsung di luar negeri (transaksi debet )

• Investasi asing di dalam negeri (transaksi kredit ).

• Pembelian surat berharga jk. panjang penduduk LN (debet)

• Pembelian surat berharga jk. panjang DN oleh penduduk LN (kredit) 2.6.3 Masalah Dalam Analisis Neraca Pembayaran

Tujuan analisi neraca pembayaran sangat berbeda - beda dan perbedaan ini menentukan pola analisanya. Beberapa masalah atau kekeliruan yang sering timbul dalam analisa neraca pembayaran antara lain :

 Seringkali mengabaikan saling hubungan antara transaksi internasional yang satu dengan yang lain, sehingga ketidak seimbangan dalam neraca pembayaran diasosiasikan dengan satu transaksi saja tanpa melihat hubungannya dengan yang lain  Surplus Transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik, sebaliknya deficit

dianggap jelek.

 Keputusan untuk memberi bantuan seharusnya lebih didasarkan pada kekuatan ekonomi negara secara keseluruhan.

2.7 Penelitian Terdahulu 1.Juniartha R. Pinem


(44)

Penelitian ini berjudul “ Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs nilai tukar rupiah terhadap cadangan devisa Indonesia”. Dimana data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang berkurun waktu tahun 1985 sampai 2007. Dengan hipotesisnya yakni apakah ekspor memiliki pengaruh yang positif terhadap cadangan devisa ? apakah impor mempunyai pengaruh yang negatif terhadap cadangan devisa ? dan terakhir apakah kurs nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang positif terhadap cadangan devisa ?. Sedangkan metode yang digunakan adalah regresi kuadrat teerkecil ( OLS ).

2.Esther Ria Simanjuntak

Penelitian ini memiliki judul “ Analisis determinan cadangan devisa di Indonesia “. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspor, impor, dan produk domestik bruto ( PDRB ) di Indonesia. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data untuk waktu dari tahun 1985-2007. Sedangkan metode yang digunakan adalah regresi kuadrat terkecil ( OLS ).

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa koefisien determinasi sama dengan 97 %, hal ini berarti variabel terikat dalam persentase 97%,sementara itu sisanya 3 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model estimasi. F-hitung > F-tabel ( 294.5158 > 5.01 ), ini berarti bahwa ekspor , impor dan PDB secara bersama-sama mempengaruhi

peningkatan jumlah casdangan devisa di Indonesia yang signifikan pada α = 1 %.

Variabel ekspor, impor, dan PDB signifikan mempengaruhi jumlah cadangan devisa di Indonesia. Dimana hasil estimasi menunjukan bahwa T-hitung dari ekspor sama dengan 8,888, impor sama dengan 5.156 pada tingkat kepercayaan 99 % ( 1%) dan PDB sama dengan 2.109 pada tingkat kepercayaan 95 % ( 5%).

3.Jurnal berjudulkan “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Neraca Berjalan di Indonesia”.


(45)

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier dengan metode OLS dengan model yang digunakan yaitu model Penyesuaian Parsial atau (Partial Adjusment Model). Untuk memperoleh hasil estimasi yang valid dilakukan pengujian secara statistik dan pengujian asumsi klasik. Pengujian secara statistik meliputi uji t, uji F dan uji R2. Adapun hasil dari uji t menunjukan bahwa hanya variabel pendapatan nasioanal yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Uji F menunjukkan bahwa secara bersama – sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Dengan nilai Uji F sebesar 38,201. Uji R2 menunjukkan sebesar 0,941 sehingga variabel dependen mempengaruhi variabel dependen sebesar 94,1% sedangkan sisanya 5,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Pengujian asumsi klasik meliputi multikolinieritas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas. Ada 2 variabel yang terjadi gejala multikolieniritas yaitu variabel kurs dan SBI. Sedangkan untuk Heteroskedastisitas dan autokorelasi menunjukkan bahwa lolos dalam pengujian dan tidak ada gejala gangguan sehingga penelitian ini baik digunakan untuk pengambilan keputusan. Hasil interpretasi dari masing – masing nilai koefisien regresi diperoleh hasil bahwa hanya pendapatan nasional mempunyai pengaruh negatif terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia. Untuk variabel Kurs, SBI dan SIBOR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia.

4. Artikel oleh : Firman Mutakin, Aziza R Salam dan Aryo Daru Driyo yang berjudul Yang berjudul “ Peta Ekspor - Impor 2008 dan Proyeksi Ekspor Indonesia Tahun 2009”.

Kinerja ekspor Indonesia pada 2009 diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan 2008 yang dikarenakan adanya penurunan permintaan barang ekspor sebagai dampak dari krisis global yang sangat berpengaruh terhadap permintaan pasar internasional.

Melemahnya kinerja ekspor disebabkan oleh permintaan produk ekspor yang berkurang dan atau menurunnya harga komoditas ekspor. Apabila penurunan kinerja ekspor


(46)

tersebut berkelanjutan maka kemungkinan terjadi penurunan cadangan devisa. Adapun batas aman nilai cadangan devisa adalah empat bulan ekspor dan pembayaran kewajiban atau kurang lebih US$50 miliar.

Salah satu cara meningkatkan cadangan devisa antara lain melalui peningkatan kegiatan ekspor, sehingga kestabilan perekonomian dapat dipertahankan. Menurut data Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2008 mencapai US$51,6 miliar, namun pada Januari 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar US$50,9 miliar.

Untuk mengantisipasi keberlanjutan penurunan kinerja ekspor, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor, antara lain dengan cara memperluas/diversifikasi tujuan negara ekspor (Timur Tengah, ASEAN, RRT, Korea Selatan, dan India), meningkatkan kualitas produk ekspor, menghapus ekonomi biaya tinggi, mencegah impor ilegal, memberikan paket stimulus, memperluas pasar domestik, memperlancar logistik, mengganti produk impor dan adanya regulasi pemerintah.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan dan menguji hipotesis dari penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah menganalisis hubungan timbal balik ( kausalitas ) antar ekspor dan impor dengan cadangan devisa di Indonesia.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dapat diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Badan Pusat Statistik ( BPS) provinsi Sumatera Utara dan Bank Indonesia ( BI) Sumatera Utara . Disamping itu, data lainnnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti, jurnal dan buku-buku bacaan lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtu waktu ( time series) dengan kurun waktu 30 tahun ( 1980-2009).

3.3 Pengolahan Data

Penulis malakukan pengolahan data dengan metode statistik yang menggunakan program komputer E-views 5.1.

3.4 Model Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini adalah Granger Causality test. Analisis Granger Causality test adalah alat untuk melihat hubungan timbal-balik ( causal ) antara ekspor dan impor dengan cadangan devisa. Namun sebelum dilakukan estimen terhadap metode tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan dianalisis seberapa besar pengaruh variabel – variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat

(dependen )digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel –variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa ( Ordinary least Square ).


(48)

Fungsi matematikanya yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y= f (X1,X2)...(1)

Kemudian fungsi diatas ditranformasikan ke dalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut :

Y=α + β1X1 + β2X2+µ...(2) Dimana :

Y= cadangan devisa ( dalam miliar )

α=Intercept/ konstanta

X1= nilai ekspor [migas dan non migas] ( dalam juta US $) X2=nilai impor [migas dan non migas] ( dalam juta US $ )

β1, β2 = Koefisien regresi µ = Error Term

Secara sistematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut :

, artinya apabila X1 ( ekspor ) mengalami kenaikan maka Y( cadangan devisa ) akan mengalami kenaikan,ceteris paribus.

, artinya apabila X2 ( impor ) mengalami kenaikan maka Y ( cadangan devisa )akan mengalami penurunan , ceteris paribus.

3.4.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test )

Validitas hipotesis kausalitas ekspor impor dan cadangan devisa dapat dibuktikan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap masing-masing variabel yang akan dianalisis dengan Uji akar unit ( Unit Root Test ) yang merupakan bagian dari uji stasioneritas. Uji akar unit guna membentuk model dinamis dari semua variabel dimana terlebih dahulu di uji stasioneritasnya melalui prosedur Augmented Dickey fuller ( ADF )


(49)

Unit Root Test dari dickey Fuller maupun Phillips – Perron . Tujuannya adalah untuk melihat stasioneritas data time series yang diteliti dengan program Eviews 5.1. Adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller ( ADF ) dapat diyatakan sebagai berikut :

DYt = α0 + γ...( 3 ) Sedangakan uji phillips Perron ( PP ) adalh :

DYt =α0 +λYt-1 + εt...( 4 ) Dimana D adalah perbedaan atau diferensi.

Kedua uji ini dilakukan dengan hipotesis null γ = 0 untuk ADF dan λ=1 untuk PP. Prosedur

untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai stasioner

ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien γ dan λ dengan nilai kritis distribusi

MacKinnon.

Jika nilai absolute statistic ADF dan PP lebih besar dari nilai kritis macKinnon maka data stasioner dan sebaliknya jika nilai absolute statistic ADF dan PP lebih kecil dari nilai kristis macKinnon maka data tidak stsioner. Hal penting dalam uji ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan. Panjangnya kelambanan bias ditentukan berdasrkan kriteria AIC ataupun SIC. Nilai terkecil dari AIC dan SIC digunakan untuk panjangnya kelambanan yang optimal.

3.4.2 Uji Kausalitas (Granger Causality Test )

Pengujian dengan metode Granger Causality Test digunakan untuk melihat hubungan kausalitas ( hubungan timbal balik ) antara variabel –variabel yang diteliti yakni ekspor impor dan cadangan devisa. Sehingga dapat diketahui kedua variabel tersebut secara statistik saling mempengaruhi ( hubungan dua arah , memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan ( tidak saling mempengaruhi )). Berikut ini metode Granger Causality seperti berikut ini :


(50)

Dimana :

Y= Cadangan Devisa Indonesia ( Miliar ) X= Ekspor di indonesia ( Juta US$) M= Impor di Indonesia (Juta US $) Vt= Error of term

Berdasarkan hasil regresi linear diatas akan menghasilkan delapan kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaan (5) sampai (8) adalah sebagai berikut :

1. Jika Σai ≠ 0 dan Σdj = 0, maka terdapat hubungan searah antara Ekspor ke cadangan devisa.

2. Jika Σai = 0 dan Σdj ≠ 0, maka terdapat hubungan searah antara Cadangan devisa ke Ekspor.

3. Jika Σai ≠ 0 dan Σdj ≠ 0, maka terdapat hubungan dua arah ( kausalitas bilateral ) antara Ekspor dengan Cadangan devisa

4. Jika Σai = 0 dan Σdj = 0, maka tidak terdapat hubungan antara Ekspor dengan Cadangan devisa


(51)

5. Jika Σαi ≠ 0 dan Σγj = 0, maka terdapat hubungan searah antara Impor ke Cadangan devisa.

6. Jika Σαi = 0 dan Σγj ≠ 0, maka terdapat hubungan searah antara Cadangan devisa ke Impor.

7. Jika Σαi ≠ 0 dan Σγj ≠ 0, maka terdapat hubungan dua arah ( kausalitas bilateral ) antara Impor dengan Cadangan devisa

8. Jika Σαi = 0 dan Σγj = 0, maka tidak saling berhubungan antara Impor dengan Cadangan devisa.

3.4.3 Defenisi Variabel Operasional :

1. Cadangan Devisa adalah semua benda yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran luar negeri dan dapat diterima di dunia internasional.

2. Ekspor adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dan diperjualkan ke negara lain dan yang merupakan sumber pendapatan negara tersebut.

3. Impor adalah sejumlah barang atau jasa yang diperoleh atau di beli oleh suatu negara dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri tersebut.


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 LETAK GEOGRAFIS INDONESIA

sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Nusantara atau kepulauan Indonesia.


(53)

Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut. Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung berapi aktif . Terdapat puluhan patahan aktif di wilayah Indonesia.

KEADAAN ALAM

Sebagian ahli membagi Indonesia atas tiga wilayah geografis utama yakni:

Timur.

Pada zaman es terakhir, sebelum tahun 10.000 SM (Sebelum Masehi), pada bagian barat Indonesia terdapat daratan Sunda yang terhubung ke benua Asia dan memungkinkan fauna dan flora Asia berpindah ke bagian barat Indonesia. Di bagian timur Indonesia, terdapat daratan Sahul yang terhubung ke benua Australia dan memungkinkan fauna dan flora Australia berpindah ke bagian timur Indonesia. Pada bagian tengah terdapat pulau-pulau yang terpisah dari kedua benua tersebut.


(54)

Karena hal tersebut maka ahli biogeografi membagi Indonesia atas kehidupan flora dan fauna yakni:

• Daratan Indonesia Bagian Barat dengan flora dan fauna yang sama dengan benua Asia.

• Daratan Indonesia Bagian Tengah

terdapat pada daerah tersebut.

• Daratan Indonesia Bagian Timur dengan flora dan fauna yang sama dengan benua Australia.

Ketiga bagian daratan tersebut dipisahkan oleh garis maya/imajiner yang dikenal sebagai dengan daerah Wallacea (Indonesia Tengah), dan memisahkan daerah Wallacea (Indonesia Tengah) dengan daerah IndonesiaTimur.

Berdasarkan Indonesia dibagi menjadi 2 kawasan pembangunan:

• Kawasan Barat Indonesia. Terdiri dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali.

• Kawasan Timur Indonesia. Terdiri dari Sulawesi, Maluku, Irian/Papua, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

IKLIM

Indonesia mempunyai dan monsun timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut membawa banyak uap air dan hujan di kawasan Indonesia; dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara kering, membawa sedikit uap air. Suhu udara di dataran


(55)

rendah Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai 28 derajat Celsius sepanjang tahun.

Namun suhu juga sangat bevariasi; dari rata-rata mendekati 40 derajat Celsius pada musim kemarau di Celsius d pegunungan di Irian: Puncak Trikora (Mt. Wilhelmina - 4730 m) dan Puncak Jaya (Mt. Carstenz, 5030 m).

Ada 2 musim di Indonesia yait tempat dikena

Curah hujan di Indonesia rata-rata 1.600 milimeter setahun, namun juga sangat bervariasi; dari lebih dari 7000 milimeter setahun sampai sekitar 500 milimeter setahun di daerah Palu dan Timor. Daerah yang curah hujannya rata-rata tinggi sepanjang tahun adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, sebagian Jawa barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan

Setiap 3 sampai 5 tahun sekali sering terjad cuaca yang menyebabkan musim kering yang panjang dan musim hujan yang singkat. Setelah El Nino biasanya diikuti oleh La Nina yang berakibat musim hujan yang lebat dan lebih panjang dari biasanya. Kekuatan El Nino berbeda-beda tergantung dari berbagai macam faktor, antara lain indeks Osilasi selatan atau


(56)

Krisis nilai tukar telah menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai tukar rupiah yang merosot tajam sejak bulan Juli 1997 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam triwulan ketiga dan triwulan keempat menurun menjadi 2,45 persen dan 1,37 persen. Pada triwulan pertama dan triwulan kedua tahun 1997 tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8,46 persen dan 6,77 persen. Pada triwulan I tahun 1998 tercatat pertumbuhan negatif sebesar -6,21 persen.

Merosotnya pertumbuhan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari masalah kondisi usaha sektor swasta yang makin melambat kinerjanya. Kelambatan ini terjadi antara lain karena sulitnya memperoleh bahan baku impor yang terkait dengan tidak diterimanya LC Indonesia dan beban pembayaran hutang luar negeri yang semakin membengkak sejalan dengan melemahnya rupiah serta semakin tingginya tingkat bunga bank. Kerusuhan yang melanda beberapa kota dalam bulan Mei 1998 diperkirakan akan semakin melambatkan kinerja swasta yang pada giliran selanjutnya menurunkan lebih lanjut pertumbuhan ekonomi, khususnya pada triwulan kedua tahun 1998.

Sementara itu perkembangan ekspor pada bulan Maret 1998 menunjukkan pertumbuhan ekspor nonmigas yang menggembirakan yaitu sekitar 16 persen. Laju pertumbuhan ini dicapai berkat harga komoditi ekspor yang makin kompetitif dengan merosotnya nilai rupiah. Peningkatan ini turut menyebabkan surplus perdagangan melonjak menjadi 1,97 miliar dollar AS dibandingkan dengan 206,1 juta dollar AS pada bulan Maret tahun 1997. Impor yang menurun tajam merupakan faktor lain terciptanya surplus tersebut. Impor pada bulan Maret 1998 turun sebesar 38 persen sejalan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi.

Hingga pada tahun 2008, perekonomian indonesia secara umum mencatat perkembangan yang cukup baik ditengah terjadinya gejolak eksternal. Pertumbuhan ekonomi


(57)

Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai 6,1 % pada tahun 2008 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,3 %. Dilihat dari sumbernya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut terutama didukung oleh konsumsi swasta dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama tahun 2008 didukung oleh tingginya daya beli masyarakat dan tingkat keyakinan pendapatan akibat melonjaknya harga kelas menengah ke atas dan implementasi kebijakan jaring pengaman pemerintah berupa penyaluran Bantuan langsung Tunai ( BLT ) untuk menkomplemensasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak ( BBM ) pada pertengahan tahun.

Di sisi eksternal, meski terjadi perlambatan pertumbuhan ekonommi global, secara keseluruhan ekspor Indonesia masih dapat tumbuh 9,5 % atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingginya pertumbuhan ekspor terutama ditopang oleh tingginya harga minyak dunia pada semester pertama tahun 2008 yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas ekspor terutama pertanian dan pertambangan. Selain itu, perlambatan pertumbuhan di negara mitra dagang seperti Amerika Serikat ( AS ) dan eropa masih mampu diredam oleh tingginya permintaan ekspor dari china dan India. Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan ekspor nonmigas masih ditopang oleh ekspor komoditas primer berupa produk pertanian seperti minyak kelapa sawit dan produk pertambangan seperti batubara. Ekspor tumbuh sebesar 10,03 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan baku dan barang modal untuk memenuhi permintaan impor serta konsumsi didalam negeri terutama pada triwulan awal 2008.

4.3 KONDISI EKSPOR INDONESIA

Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.Sejak saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi ekspor ke industri


(58)

promosi ekspor.Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik,menjadi sesuatu yang sangat lazim.Persaingan sangat tajam antarberbagai produk.Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.

Secara kumulatif, Pencapaian nilai ekspor selama 11 bulan dalam tahun 2004 cukup fantastis. Kenaikan itu melampaui target pemerintah. Kekuatiran banyak pihak sebelumnya bahwa ekspor 2004 tidak akan tercapai tidak terbukti. Sebaliknya ekspor tahun 2004 diperkirakan bisa mencapai posisi sebelum terjadinya krisis. Target kenaikan ekspor nonmigas pada 2004 hanya sebesar 7 persen dari tahun 2003. Dengan patokan itu ekspor diprediksikan bisa mencapai US$ 50,7 miliar. Akan tetapi, pencapaian nilai ekspor nonmigas hingga November 2004 sudah membukukan angka US$ 48,49 miliar. Jika rata-rata ekspor setiap bulan minimal US$ 5 miliar maka target ekspor itu bakal mudah tercapai.

Kabar baiknya lagi, ekspor produk industri periode Januari – November 2004 meningkat 11,89 persen. Nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor nonmigas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah.


(1)

HASIL UJI GRANGER CAUSALITY EKSPOR DENGAN CADANGAN DEVISA

INDONESIA

Tahun 1980-2009

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 11/10/10 Time: 14:39 Sample: 1980 2009

Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

EKSPOR does not Granger Cause DEVISA 28 5.18681 0.01383 DEVISA does not Granger Cause EKSPOR 10.5077 0.00057

HASIL UJI GRANGER CAUSALITY IMPOR DENGAN CADANGAN DEVISA

INDONESIA

Tahun 1980-2009

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 11/10/10 Time: 14:39 Sample: 1980 2009

Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability IMPOR does not Granger Cause DEVISA 28 6.25557 0.00677 DEVISA does not Granger Cause IMPOR 24.4644 2.0E-06


(2)

HASIL UJI ADF EKSPOR

Tahun 1980-2009

Null Hypothesis: EKSPOR has a unit root Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=7)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic 2.280627 0.9931 Test critical values: 1% level -2.647120

5% level -1.952910

10% level -1.610011

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(EKSPOR) Method: Least Squares

Date: 11/09/10 Time: 13:49 Sample (adjusted): 1981 2009

Included observations: 29 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

EKSPOR(-1) 0.060204 0.026398 2.280627 0.0304

R-squared 0.018251 Mean dependent var 3.191724 Adjusted R-squared 0.018251 S.D. dependent var 8.018013 S.E. of regression 7.944509 Akaike info criterion 7.016713 Sum squared resid 1767.226 Schwarz criterion 7.063861 Log likelihood -100.7423 Durbin-Watson stat 1.685263


(3)

HASIL UJI ADF IMPOR

Tahun 1980-2009

Null Hypothesis: IMPOR has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=7)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic 2.000522 0.9869 Test critical values: 1% level -2.650145

5% level -1.953381

10% level -1.609798

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(IMPOR)

Method: Least Squares Date: 11/09/10 Time: 13:51 Sample (adjusted): 1982 2009

Included observations: 28 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

IMPOR(-1) 0.176534 0.088244 2.000522 0.0560 D(IMPOR(-1)) -0.614864 0.303713 -2.024491 0.0533

R-squared 0.107565 Mean dependent var 2984.179 Adjusted R-squared 0.073240 S.D. dependent var 13346.87 S.E. of regression 12848.81 Akaike info criterion 21.82864


(4)

HASIL UJI ADF DEVISA

Tahun 1980-2009

Null Hypothesis: DEVISA has a unit root

Exogenous: None

Lag Length: 6 (Automatic based on AIC, MAXLAG=7)

t-Statistic

Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic

2.456701

0.9949

Test critical values:

1% level

-2.669359

5% level

-1.956406

10% level

-1.608495

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(DEVISA)

Method: Least Squares

Date: 11/09/10 Time: 13:48

Sample (adjusted): 1987 2009

Included observations: 23 after adjustments

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

DEVISA(-1)

0.306468

0.124748

2.456701

0.0258

D(DEVISA(-1))

-0.765638

0.410883

-1.863395

0.0809

D(DEVISA(-2))

-0.276897

0.431576

-0.641596

0.5302


(5)

D(DEVISA(-3))

0.046397

0.646360

0.071782

0.9437

D(DEVISA(-4))

0.199632

0.648510

0.307832

0.7622

D(DEVISA(-5))

-0.560148

0.630067

-0.889030

0.3872

D(DEVISA(-6))

-1.345745

0.641005

-2.099431

0.0520

R-squared

0.576336 Mean dependent var

2643.609

Adjusted R-squared

0.417462 S.D. dependent var

4490.148

S.E. of regression

3427.068 Akaike info criterion

19.36259

Sum squared resid

1.88E+08 Schwarz criterion

19.70817

Log likelihood

-215.6698 Durbin-Watson stat

1.682419

Grafik Hasil Regresi Pengaruh Ekspor dan Impor Terhadap Cadangan Devisa Tahun

1980 - 2009

Grafik Pertumbuhan Cadangan Devisa Indonesia

Tahun 1980-2009

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000

1980 1985 1990 1995 2000 2005 DEVISA

C

EKSPOR IMPOR


(6)