Keberadaan Yuridis Lembaga Trusts dalam Pasar Modal
KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA TRUST DALAM PASAR MODAL INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
THEODORUS ARIE GUSTI NIM : 100200066
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA TRUST DALAM PASAR MODAL INDONESIA
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
THEODORUS ARIE GUSTI NIM : 100200066
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
KETUA DEPARTEMEN
Windha, SH., M.Hum. NIP. 197501122005012002
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH. Dr. Mahmul Siregar SH. M.Hum NIP. 1 95603291986011001 NIP. 197302202002121001
(3)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan tepat waktunya. Skripsi ini dilakukan bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada Program Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Skripsi ini diberi judul “KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA TRUSTS DALAM PASAR MODAL” Dengan adanya penulisan skripsi ini penulis berharap agar para pembaca dapat memaklumi kekurangan dari penulis karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta bahan-bahan refrensi yang berkaitan dengan lembaga trusts. Dan semoga dari skripsi ini, pembaca dapat mengerti, memahami serta memberikan manfaat kepada pembaca.
Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik dukungan moril dan materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Pembantu Dekan I,
Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan II, dan Bapak Dr.OK. Saidin, S.H., M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
3. Ibu Windha, S.H., M.Hum selaku Ketua Bagian Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
(4)
4. Bapak Ramli, S.H, M.Hum selaku Sekretaris bagian Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution S.H., MH selaku Dosen Pembimbing I
yang telah sangat peduli dan perhatian serta memberikan pedoman terhadap penulisan skripsi ini;
6. Bapak Dr. Mahmul Siregar S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II
yang juga telah peduli dan perhatian serta memberikan pedoman terhadap penulisan skripsi ini;
7. Teristimewa kepada orangtuaku, Ir. Agus Setyo Dwi Wahono dan Rotua
Artha Dermawaty Simamora serta adikku Yosef Satrio Wibowo yang telah banyak memberi semangat, kekuatan, motivasi serta doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan tepat pada waktunya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
8. Bapak Prof.Dr.Syafruddin Kalo, S.H M.Hum selaku Dosen
Wali/Penasehat Akademik Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
9. Seluruh Bapak/Ibu Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak mendidik selama proses perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;
10.Orang yang spesial bagi penulis, Putri Simatupang, A.Md yang telah
memberikan dukungan dan semangat untuk penulis selama 1,5 tahun terakhir ini;
11.Teman-teman akrab (Andika Tarigan, Frisdar Rio Marbun SH, Yessica
(5)
Rory Sitepu, Christian Yoritomo, dan Zepryanto Saragih, SH) yang selalu memberikan warna-warni selama masa perkuliahan;
12. Seluruh kawan di kost Sofian 8 khususnya Farouk Badri Al-Bahaeki,
Randy Nasution, Alhamra Siregar, Ade Dharma dan bere Firman Pardosi serta kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu;
13.Seluruh kawan di organisasi IMAHMI (Ikatan Mahasiswa Hukum
Ekonomi), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), IMAJAKSEK Medan (Ikatan Mahasiswa Jakarta & Sekitarnya), TAEWONDO USU, KMK St. Fidelis, makasih buat kalian yang juga selalu meramaikan suasana selama kuliah.
Demikianlah penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang mendukung sehingga skripsi ini dengan diselesaikan dengan lancar dan kira Tuhan Yang Maha Esa memberikan yang terbaik buat kita semua.
Medan, 16 Juni 2014
Penulis
(6)
GLOSARIUM
1. Bare Trust
Trust yang dalam instrumen penerbitannya tidak secara tegas dan terang memberikan beban atau kewajiban kepada seorang trustee melainkan menyerahkan persoalan tersebut kepada ketentuan atau aturan hukum yang berlaku.
2. Beneficial Ownership
Siapa saja yang memiliki manfaat kepemilikan barang atau harta namun bukan merupakan pemilik terdaftar melainkan pemilik sebenarnya atas barang atau harta tersebut.
3. Beneficiary
Pihak ketiga yang akan menerima keuntungan atau manfaat atas pengelolaan harta kekayaan settlor sesuai dengan perjanjian.
4. Bewind Trust
Sebuah kepercayaan atas kepemilikan aset yang diberikan kepada beneficiary, sementara manajemen dan kontrol atas aset tersebut tetap berada di tangan wali amanat.
5. Bona Fide Purchaser For Value Without Notice
Seseorang yang memperoleh hak atas properti tanpa pemberitahuan aktual, pemberitahuan konstruktif tetapi didasari dengan itikad baik.
6. Charitable Trust
Suatu public trust yang sengaja dibentuk untuk kepentingan umum yang diakui oleh pengadilan sebagai kegiatan amal
7. Constructive Trust
Trust yang berjalan demi hukum dan diatur sepenuhnya menurut ketentuan atau aturan hukumyang berlaku.
8. Court of Equity
pengadilan umum tetapi memiliki prinsip-prinsip mereka sendiri dan cara yang unik. Pengadilan yang didasarkan terutama oleh doktrin keadilan dikatakan pengadilan ekuitas. Dengan demikian, pengadilan atas kebangkrutan seseorang
(7)
atau lembaga adalah pengadilan ekuitas. Pengadilan ekuitas yang muncul secara independen adalah pengadilan di Inggris, setelah itu dalam yurisdiksi Amerika Serikat.
9. Default Rules
Aturan hukum yang dapat ditimpa oleh kontrak, trust, keinginan, atau perjanjian hukum efektif lainnya. Ide default rules dalam hukum kontrak kadang-kadang dihubungkan dengan gagasan tentang kontrak lengkap.
10. Discretionary Trust
Trust yang memberikan kebebasan kepada trustee untuk melakukan tindakan tertentu untuk kepentingan satu atau lebih beneficiary.
11. Dominium Plenum
Hak yang tidak terbatas dari pemilik benda tanpa ada akuntabilitas dari siapa pun
12. Equitable Obligation
kewajiban yang tidak dikuatkan kontrak atau hanya karena kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran atau keadilan
13. Equity
Tindakan atau prinsip memperlakukan semua orang sama sesuai dengan hukum, proses hukum, atau sesuai keadilan.
14. Express trust
Trust yang terjadi jika settlor menyerahkan harta kekayaannya untuk kepentingan atau tujuan tertentu
15. Fideicommissum
Hak seorang pewaris untuk menggunakan perantara dalam hal memberikan warisan kepada ahli warisnya yang secara hukum belum mampu menerima warisan, seperti orang yang belum dewasa dan belum menikah.
16. Laesio Enormis
Doktrin yang mengutamakan keadilan harga dalam proses jual beli) dalam penjualan benda tidak bergerak
17. Legal Transplant
Bergerak dari aturan atau sistem hukum dari satu negara ke negara lain, atau dari satu bangsa ke bangsa yang lain.
(8)
Seseorang atau beberapa pihak yang memegang hak milik secara hukum untuk kepentingan orang lain atau dengan cara menerima dan mengurus harta untuk kepentingan orang lain.
19. Public Trust
Express trust yang dipergunakan untuk tujuan sosial dan dapat dinikmati banyak orang.
20. Protective Trust
Trust yang diciptakan oleh settlor untuk melindungi harta kekayaannya agar
beneficiary tidak menghabiskan atau menghilangkannya termasuk hak dalam
equity
21. Private Trust
Express trust yang dipergunakan oleh seseorang atau orang tertentu.
22. Purpose Trust
Trust yang dibuat untuk tujuan tertentu bagi beneficiary 23. Resulting Trust
Trust yang hanya menyiratkan tujuan tertentu dari harta kekayaannya
24. Scriptless Trading
Perdangan efek tanpa adanya warkat
25. Separate Patrimony
Suatu budel harta terpisah
26. Settlor
Seseorang yang menyerahkan harta kekayaannya untuk diatur kepada orang lain atau pihak kedua yang dipercayainya (Trustor).
27. Trust
Pranata hukum yang terjadi ketika seseorang menciptakan trust dengan cara memindahkan sejumlah hartanya kepada orang kedua yang mana bertugas mengurus harta tersebut untuk kepentingan pihak ketiga.
28. Trustee
Setiap orang yang memegang properti, otoritas, atau posisi kepercayaan atau tanggung jawab terhadap harta kekayaan untuk kepentingan orang lain (settlor).
(9)
ABSTRAK
KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA TRUST DALAM PASAR MODAL INDONESIA
Theodorus Arie Gusti1
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.2 Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.3
Trust pada awalnya lahir di negara dengan sistem hukum Anglo Saxon.
Namun pada perkembangannya dewasa ini, trust masuk ke dalam sistem hukum Indonesia yang merupakan negara dengan sistem hukum Eropa Continental. Hal inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai proses transplantasi trust dalam negara sistem hukum Eropa Continental. Namun sebelumnya didahului dengan proses kelahiran dan perkembangan trust sebagai pranata hukum. Trust yang telah ada di dalam semua sistem hukum di dunia khususnya di Indonesia, inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai keberadaan yuridis lembaga trust dalam peraturan pasar modal Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data hukum sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis secara kualitatif.
Trust adalah hubungan hukum yang dibuat berdasarkan hukum ekuitas dimana properti dipegang oleh satu pihak untuk kepentingan lain penerima manfaat. Trust dibentuk berdasarkan perjanjian. Selain itu, trust dapat dibentuk berdasarkan perjanjian yang tunduk pada ketentuan Common Law. Trust pada awalnya lahir di negara dengan sistem hukum Common Law seperti Inggris dan Amerika Serikat. Namun pada perkembangannya trust mulai ditransplantasikan ke dalam sistem hukum Eropa Kontinental, seperti Negara Afrika Selatan, Skotlandia, Louisiana negara bagian di Amerika Serikat dan Negara Indonesia. Undang-Undang Pasar Modal yang ditransplantasikan bukanlah Undang-Undang Pasar Modal yang mengandung trust yang bersumber pada tradisi hukum
Common Law, tetapi pada model trust yang sudah mengalami perubahan yang dinamakan dengan commercial trust yang berbentuk Un-incoporated Bussines Trusts Organization yang lahir dari perjanjian yang bersumber pada Court of Common law dan tidak lagi pada (court of equity). Jadi. sejak saat itu telah ada unsur-unsur trust dalam KUH Perdata, KUH Dagang serta terdapat penerapannya dalam bidang pasar modal di Indonesia. Hal ini mengingat Undang -Undang Pasar Modal Indonesia merupakan hasil studi dari Undang - Undang Pasar Modal Amerika Serikat.
Kata kunci: Trust , Pasar Modal.
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
2
Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. 3
(10)
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
GLOSARIUM ... iv
ABSTRAKSI ... vii
DAFTAR ISI ………viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8
D. Keaslian Penulisan ... 9
E. Tinjauan Pustaka ... 10
F. Metode Penulisan ... 16
G. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II TRUST SEBAGAI PRANATA HUKUM A. Kelahiran Trust di Negara dengan Sistem Hukum Anglo Saxon 22 1. Lahirnya konsep trust di Amerika Serikat ... 33
2. Lahirnya konsep trust di Inggris ... 39
3. Perkembangan trust di Inggris ……… ... 42
B. Eksistensi Equity dan Pranata Serupa Trust dalam Tradisi Hukum Eropa Kontinental ... 48
(11)
BAB III TRANSPLANTASI TRUST DALAM NEGARA DENGAN SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL
A. Transplantasi Hukum sebagai Metode Melakukan Pembentukan Hukum ……… 52
B. Tranplantasi trust pada negara-negara yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental ... 53 1. Transplantasi trust ke dalam kitab undang-undang (Code) ... 58
2. Transplantasi trust ke dalam undang-undang tersendiri ... 59
C. Ciri-ciri karakteristik pranata serupa trust dan trust dalam
tradisi hukum Eropa Kontinental ………63
BAB IV EKSISTENSI TRUST DALAM PERATURAN PASAR MODAL
DI INDONESIA
A. Lembaga trust dalam pasar modal Indonesia ... 70 1. Bentuk-bentuk trust dalam pasar modal ... 71
2. Ciri dan kateristik lembaga trust dalam pasar modal ... 81
3. Kedudukan dan pertanggungjawaban Trustee dalam pasar modal
B. Penerapan trust dalam peraturan pasar modal Indonesia ... 90 1. Undang-Undang Pasar Modal sebagai model tranplantasi hukum dan analisis kelembagaan trust dalam Undang-Undang Pasar Modal
Indonesia ... 90 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 95 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA ... 99
(12)
ABSTRAK
KEBERADAAN YURIDIS LEMBAGA TRUST DALAM PASAR MODAL INDONESIA
Theodorus Arie Gusti1
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.2 Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.3
Trust pada awalnya lahir di negara dengan sistem hukum Anglo Saxon.
Namun pada perkembangannya dewasa ini, trust masuk ke dalam sistem hukum Indonesia yang merupakan negara dengan sistem hukum Eropa Continental. Hal inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai proses transplantasi trust dalam negara sistem hukum Eropa Continental. Namun sebelumnya didahului dengan proses kelahiran dan perkembangan trust sebagai pranata hukum. Trust yang telah ada di dalam semua sistem hukum di dunia khususnya di Indonesia, inilah yang menimbulkan pertanyaan mengenai keberadaan yuridis lembaga trust dalam peraturan pasar modal Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data hukum sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis secara kualitatif.
Trust adalah hubungan hukum yang dibuat berdasarkan hukum ekuitas dimana properti dipegang oleh satu pihak untuk kepentingan lain penerima manfaat. Trust dibentuk berdasarkan perjanjian. Selain itu, trust dapat dibentuk berdasarkan perjanjian yang tunduk pada ketentuan Common Law. Trust pada awalnya lahir di negara dengan sistem hukum Common Law seperti Inggris dan Amerika Serikat. Namun pada perkembangannya trust mulai ditransplantasikan ke dalam sistem hukum Eropa Kontinental, seperti Negara Afrika Selatan, Skotlandia, Louisiana negara bagian di Amerika Serikat dan Negara Indonesia. Undang-Undang Pasar Modal yang ditransplantasikan bukanlah Undang-Undang Pasar Modal yang mengandung trust yang bersumber pada tradisi hukum
Common Law, tetapi pada model trust yang sudah mengalami perubahan yang dinamakan dengan commercial trust yang berbentuk Un-incoporated Bussines Trusts Organization yang lahir dari perjanjian yang bersumber pada Court of Common law dan tidak lagi pada (court of equity). Jadi. sejak saat itu telah ada unsur-unsur trust dalam KUH Perdata, KUH Dagang serta terdapat penerapannya dalam bidang pasar modal di Indonesia. Hal ini mengingat Undang -Undang Pasar Modal Indonesia merupakan hasil studi dari Undang - Undang Pasar Modal Amerika Serikat.
Kata kunci: Trust , Pasar Modal.
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.
2
Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. 3
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sistem ekonomi pasar yang dianut oleh sebagian besar negara di dunia ini membawa konsekuensi semakin tajam persaingan bebas di masa yang akan datang. Untuk mengurangi dampak negatif dari sistem ekonomi pasar yang akan beroperasi secara global, beberapa negara membentuk asosiasi bersama yang akan saling mengatasi kekurangan negara masing-masing di kawasannya. Beberapa negara membentuk suatu kelompok kerja sama ekonomi dan membuat kesepakatan yang harus ditaati bersama, beberapa contohnya : AFTA (Asean Free
Trade Area) adalah kerja sama ekonomi negara-negara Asia Tenggara, NAFTA
(North American Free Trade Area) adalah kerja sama ekonomi negara-negara
Amerika Utara, EEC (European Economic Community) adalah kerja sama
ekonomi negara-negara Eropa, APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)
adalah kerja sama ekonomi negara-negara Asia Pasifik.
Indonesia sebagai negara besar bila diliat dari sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) masih bisa mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang konsekuensi era globalisasi bagi perekonomian nasional. Peningkatan kualitas SDA dan pemanfaatan SDM harus segera dipercepat. Sistem ekonomi yang berlaku secara de facto di Indonesia, yaitu ekonomi pasar, masih perlu
disosialisasikan maknanya sehingga setiap anggota masyarakat berada dalam satu persepsi tentang ekonomi pasar.4
4
Mohamad Samsul, Pasar Modal & Manejemen Portofolio, (Jakarta: Erlangga, 2006) hal 3.
(14)
Sejak awal tahun 1989, pasar modal Indonesia mulai bangkit dari tidurnya dan bergerak cepat seiring dengan kebangkitan era globalisasi yang diawali oleh perubahan drastis dari sistem ekonomi komunis ke sistem ekonomi pasar di negara-negara eks komunis. Semakin hari pasar modal Indonesia semakin besar karena peran swasta meningkat tajam selama satu windu (1989-1997). Namun peran swasta ini tidak terkontrol dengan baik. Hal ini menyebabkan pihak swasta memiliki utang valuta asing sekitar US$ 75 Miliar yang seimbang jumlahnya dengan utang pemerintah dalam valuta asing.5
Pemerintah kehilangan kontrol terhadap keuangan negara karena banyaknya koruptor yang dibiarkan bebas, sehingga menyebabkan kreditur asing kehilangan kepercayaan terhadap Indonesia baik swasta maupun pemerintahnya. Kreditur asing menarik kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak swasta yang pada umumnya berjangka pendek tetapi dapat diperpanjang lagi. Akan tetapi kali ini kreditor asing menolak perpanjangan tersebut. Akibatnya pihak swasta berebut dollar dan kurs dollar naik secara tidak terkendali. Inilah awal dari kebangkrutan ekonomi Indonesia yang terjadi pada pertengahan Juli 1997. Namun juga perlu diketahui bahwa resesi ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari rentetan depriasiasi mata uang regional yang diawali dari Thailand, Malaysia, Singapura, dan Philipina. Indonesia termasuk yang paling parah kareana paling lama sembuhnya dan sampai akhir tahun 2003 baru tampak tanda-tanda recovery yaitu
keluar dari depresi ekonomi.6
5
Ibid hal 4. 6
(15)
Pengalaman pahit di bidang keuangan, terutama kenaikan kurs valuta asing yang tidak terkendali sejak resesi pada awal Juli 1997, yaitu dari Rp 2450 pada bulan Juni 1997 menjadi Rp 14.900 per US$ 1 pada bulan Juni 19987, telah membuat Bank Indonesia terkena syndrome ketakutan fluktuasi dollar. Pandangan
pemerintah mengenai konsep pembangunan ekonomi beralih dari supply side ke
monetary side menurut ajaran Milton Friedman. Bank Indonesia melakukan
penjagaan terhadap fluktuasi nilai dollar secara terus menerus dengan cara mengintervensi pasar apabila terjadi kenaikan atau penurunan nilai dollar walaupun disadari kemampuan untuk mengintervensi pasar yang dimiliki sangat terbatas atau tidak akan efektif bahkan dapat menghambat pembangunan ekonomi. Pemerintah harus berupaya meningkatkan masuknya investor asing, baik di sector riil maupun sector keuangan sehingga dollar mengalir masuk ke Indonesia dan menciptakan lapangan kerja baru dengan cara menjaga kestabilan politik dan keamanan dalam negeri yang sangat diharapkan para investor. 8
Perekonomian di Indonesia berangsur-angsur pulih. Pemilu 1999 cukup memberi harapan baru pada negeri ini. Kemampuan negara menjaga stabilitas juga ikut membawa andil atas pulihnya ekonomi tersebut. Bisnis Indonesia menggeliat bahkan berkembang pesat. Banyak para pebisnis baru muncul dan tidak ketinggalan pebisnis muda turut ikut ambil bagian. Beberapa jenis bisnis yang pada awalnya tidak berkembang, kini tumbuh subur dan menjamur.9
7
Bursa Efek Jakarta, JSX Monthly Statistic, Juli. 1998. 8
Mohamad Samsul, Op. Cit, hal 5. 9
Engga Prayogi, Tanya Jawab Seputar Hukum Bisnis, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011),hal 9.
(16)
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapangan ekonomi juga membawa pengaruh dalam wilayah hukum. Pengaruh globalisasi ekonomi tentunya akan membawa perubahan dalam paradigma hukum yang hampir terjadi di seluruh negara di dunia ini, tidak hanya pada negara maju, melainkan juga negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Globalisasi hukum terjadi melalui usaha-usaha standarisasi hukum antara lain melalui perjanjian-perjanjian internasional seperti GATT (General Agreement
on Tariff and Trade). Globalisasi hukum ini terjadi melalui kontrak-kontrak bisnis
internasional. Pengusaha-pengusaha negara maju membawa transaksi-transaksi baru ke negara berkembang, maka partner mereka dari negara-negara
berkembang menerima model-model kontrak bisnis internasional.Persamaan ketentuan-ketentuan hukum berbagai negara bisa juga terjadi , karena suatu negara mengikuti model negara lain berkaitan dengan institusi-institusi hukum baru guna mendapatkan akumulasi modal. 10
Hal ini membuat Indonesia tidak terlepas dari pengaruh globalisasi sehingga menyebabkan masuknya berbagai macam pranata ekonomi dan hukum asing kedalamnya. Indonesia adalah salah satu negara dengan sistem hukum Civil Law
yang juga mengalami benturan tradisi hukum dengan sistem hukum Common
Law. Salah satu benturan tradisi hukum yang sampai saat ini belum memperoleh
penyelesaian yang memuaskan adalah eksistensi pranata trust dalam sistem
hukum Common Law. Pranata trust dalam pandangan banyak ahli tidak terdapat
dalam sistem hukum Civil Law.11
10
Bismar Nasution, Struktur Pasar Modal & Pengetahuan Umum tentang Efek Reksadana,(Jakarta: Perpustakaan Nasional Katalog DalamTerbitan/ KTD, 2010),hal 2.
11
HR. Sardjojo, Bunga Rampai Perbandingan Hukum Perdata (Jakarta: Ind Hill Co., 1991), hal 79.
(17)
Sebagai dampak dari adanya globalisasi ekonomi, konsep trust sebagaimana
yang telah dikenal berasal dari sistem hukum Common Law dalam praktiknya
telah diterapkan ke dalam sistem hukum Civil Law.UU Pasar Modal (selanjutnya
disebut UU Pasar Modal) yang diberlakukan di Negara Indonesia merupakan hasil penerapan struktur, lembaga, pranata dan istrumen pasar modal yang membawa serta unsur-unsur trust di dalamnya. Konsep pada pasar modal Indonesia
mengadopsi konsep dari institusi pasar modal modern di Amerika Serikat yang membawa serta pranata trust di dalamnya.
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrument keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Hukum mendefinisikan pasar modal sebagai ”Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek”12
Indonesia yang memiliki karakteristik pasar modal modern terlihat pada beberapa hal yaitu: scriptless trading, remote trading, lending & borrowing,
kliring penjaminan efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).13 Scripless trading berarti bahwa perdagangan dilakukan tanpa
penyerahan fisik saham, melainkan hanya melalui proses pemindahbukuan rekening efek (book entry system) dari rekening efek penjual ke rekening efek
pembeli. Remote trading adalah perdagangan efek yang dapat dilakukan dari luar
gedung bursa, karena sistem perdagangan sudah terintegrasi antara jaringan elektronik di kantor broker dan gedung Bursa Efek. Bahkan remote trading dapat
12
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Lembaran Negara Nomor 64 Tahun 1995. Tambahan Negara Nomor 3608, Pasal 1 butir 13.
13
(18)
dilakukan antarkota besar tempat kantor broker berada. KPEI merupakan lembaga berbentuk Perseroan Terbatas yang bertugas menyelesaikan transaksi anggota bursa dan menjamin kepastian bahwa yang beli dapat saham dan yang jual dapat uang. KSEI juga merupakan lembaga berbentuk Perseroan Terbatas yang bertugas menyimpan efek dan mengurus penerimaan dividen tunai atau yang bersangkutan dengan corporate action yang dilakukan emiten14
Secara Faktual, UU Pasar Modal telah memperlihatkan bahwa penerapan struktur, lembaga, pranata dan instrumen pasar modal telah berhasil diterima dan dilaksanakan oleh para pelaku usaha pasar modal Indonesia. Selanjutnya karena pranata pasar modal merupakan pranata netral dengan budaya relatif yang sama, dapat dikatakan bahwa trust yang dibawa masuk melalui pranata pasar modal
seyogyanya dapat diterapkan ke dalam sistem hukum Indonesia. Terjadinya hal itu tidak mengakibatkan trust dalam UU Pasar Modal harus mengambil bentuk
yang sama dengan trust dalam pasar modal di Amerika Serikat.
Dapat dilihat dari beberapa fakta diatas bahwa pranata trust yang
merupakan ciri khas dari sistem hukum Common Law sudah mulai diadopsi oleh
negara negara dengan sistem hukum Civil Law. Hal ini juga terlihat pada negara
Republik Indonesia yang menggunakan sistem hukum Civil Law mulai
mengadopsi pranata trust tersebut. Sehubungan dengan masuknya pranata trust ke
Indonesia melalui UU Pasar Modal, perlu diberlakukan upaya untuk menemukan dan mencari tahu bentuk pranata trust yang diterapkan melalui UU Pasar Modal,
untuk kemudian dapat diterapkan pada struktur, lembaga, pranata dan isntrumen dalam pasar modal Indonesia.
14
(19)
Selain itu jika terdapat lembaga trust yang memiliki pengaturan jelas di
Indonesia maka bisa dipastikan akan semakin banyak investor baik lokal maupun mancanegara akan menanamkan modalnya di bidang pasar modal. Hal ini terbukti dengan salah satu indikator pertimbangan investor internasional untuk melakukan investasi di suatu Negara adalah kualitas pasar modal di Negara tersebut. Kualitas pasar modal itu sendiri investor ingin mengetahaui kelengkapandari pasar modal yang ada di suatu negara seperti : 15 UU Pasar Modal, mekanisme perdagangan, jenis efek yang diperdagangkan kapitalisasi pasar, kustodian sentral, setelman sentral.
Sehubungan dengan masuknya pranata trust ke Indonesia melalui UU Pasar
Modal, maka perlu diberlakukan upaya untuk menemukan dan mencari tahu bentuk pranata trust yang diterapkan dalam UU Pasar Modal yang kemudian
dapat diterapkan pada struktur, lembaga, pranata dan instrumen dalam Pasar Modal Indonesia.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kelahiran dan perkembangan trust sebagai pranata hukum?
2. Bagaimana proses transplantasi lembaga trust dalam sistem hukum Civil Law?
3. Bagaimana keberadaan yuridis lembaga trust dalam peraturan Pasar Modal
Indonesia?
C.Tujuan dan manfaat penulisan
15
(20)
Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penulisan ini adalah :
1. Mengetahui proses kelahiran dan perkembangan trust sebagai pranata
hukum.
2. Mengetahui proses transplantasi lembaga trust dalam sistem hukum Civil
Law.
3. Mengetahui keberadaan yuridis lembaga trust dalam peraturan Pasar Modal
Indonesia.
Adapun manfaat penulisan skripsi ini antara lain : 1. Secara teoritis
Secara teoritis, penulisan ini memberikan gambaran mengenai bentuk implementasi pranata hukum trust di dalam peraturan perundang –undangan
di Indonesia khususnya dalam Undang-Undang Pasar Modal serta dapat dijadikan bahan kajian terhadap lembaga trust yang terdapat dalam pasar
modal Indonesia. 2. Secara praktis
Penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yuridis mengenai lembaga trust yang terdapat dalam pasar modal Indonesia kepada
Almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Keberadaan Yuridis Lembaga Trust Dalam Pasar
Modal Indonesia”. Penulisan skripsi ini dimulai dari mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan kelahiran dan perkembangan trust sebagai pranata hukum,
(21)
baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini, telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan melalui internet untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara atau ditempat lainnya.
Namun terdapat tulisan mengenai “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Akibat Prospectus Yang Menyesatkan Dalam Transaksi Efek di Pasar modal” yang ditulis oleh Rendy N. Dachi dengan mengangkat rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan prospektus dalam transaksi efek di pasar modal? 2. Bagaimana prospektus yang menyesatkan di pasar modal?
3. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Investor akibat Prospektus yang Menyesatkan dalam Transaksi Efek di Pasar Modal?
Skripsi ini ditulis dengan permasalahan dan pembahasan yang berbeda sehingga bisa dipandang sebagai tulisan yang asli. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban dikemudian hari.
E. Tinjauan Kepustakaan
Sistem hukum merupakan sistem abstrak dan terbuka artinya bahwa sistem hukum itu terdiri dari unsur-unsur yang tidak konkrit, tidak menunjukan kesatua yang dapat dilihat dan unsur-unsur itu mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya, serta unsur-unsur lain yang termasuk dalam sistem yang
(22)
mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur dalam sistem. Scholten yang menyatakan bahwa tata hukum itu sendiri tidak lengkap, oleh karenanya sistem hukum adalah sistem terbuka yang selalu membutuhkan masukan untuk penyempurnaan. 16
Di dunia ini tidak kita jumpai satu sistem hukum saja, melainkan lebih dari satu. Adapun yang dimaksud dengan sistem hukum disini meliputi unsur-unsur seperti: struktur, kategori, dan konsep. Perbedaan dalam unsur-unsur tersebut mengakibatkan perbedaan dalam sistem hukum yang dipakai. Kita mengenal dua sistem hukum yang berbeda, yaitu sistem hukum Eropa Kontinental dan sistem
hukum Anglo Saxon. Pada umumnya masyarakat menggunakan sebutan Civil Law
System dan Common Law System. 17
Walaupun terdapat perbedaan diantara kedua sistem hukum tersebut, beberapa peraturan di dalam keduanya memiliki persamaan. Hal ini dikarenak adanya transplantasi hukum. Legal Transplant is “The moving of a rule or a
system of law from one country to another, or from one people to another.”18
(Menurut terjemahan bebas adalah bergerak dari aturan atau sistem hukum dari satu negara ke negara lain, atau dari satu bangsa ke bangsa yang lain). Dalam pandangan Alan Watson tersebut, yang dipinjam oleh suatu negara tidak hanya ketentuan atau aturan hukum melainkan juga meliputi di dalamnya prinsip-prinsip hukum, lembaga dan pranata hukum serta struktur hukum. 19
Transplantasi hukum yang terjadi antara civil law dan common law, salah
satu contohnya adalah trust. Trust is “The equitable relationship with subsist
16
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal 47. 17
Satjipto Rahardjo, Op. Cit, hal 235. 18
Alan Watson, Legal Transplant and European Private Law, (Amsterdam: Ius Commune Lectures Private Law, 2002) hal 9.
19 Ibid.
(23)
when a person (called a settler) creates a trust by transferring Funds to a second
person (called the trustee) to hold on trust for a third group of person (called
beneficiaries), or for a charitable purpose.” 20(Menurut terjemahan bebas dapat
diartikan sebagai berikut sebuah pranata hukum yang terjadi ketika seseorang (settlor) menciptakan trust dengan cara memindahkan sejumlah hartanya kepada
orang kedua (trustee) yang mana bertugas mengurus harta tersebut untuk
kepentingan pihak ketiga (beneficiary). Menurut salah satu ahli hukum H.R.
Sadjono, trust adalah suatu lembaga yang mengatur suatu kekayaan yang oleh
seorang settlor diserahkan kepada pihak lain atau pihak kedua (trustee) yang
dipercayainya untuk diurus dan dipelihara guna kepentingan pihak ketiga yaitu
beneficiary (Cestuis gue trustent).21 Kewajiban untuk menyerahkan hasil
kekayaan kepada pihak ketiga yang ditunjuk tidak mempunyai kekuatan hukum. Maka peradilan ekuitas (Court of Equity) dengan wewenang yang dimilikinya berdasarkan equity dapat memberinya kekuatan hukum yang diperlukan. Ini
berarti equity tidak menentang common law tapi justru melengkapinya.22 Selain
itu, “trust adalah suatu pranata yang lahir sebagai produk dari equity yang hanya
dikenal dalam sistem hukum common law.” 23
Equity memiliki pengertian suatu kumpulan norma hukum yang
berkembang pada abad XV dan XVI dan diterapkan oleh badan peradilan yang disebut Court of Chancellor yang mempunyai fungsi melengkapi dan kalau perlu
20
BPP Law Course, Equity and Trust 2005 – 2006,(BPP Law Courses Ltd, 2005), hal 4 21
HR. Sardjono, Bunga Rampai Perbandingan Hu\kum Perdata,(Jakarta: Ind Hill Co., 1991), hal 119
22
HR. Sardjono, Bunga Rampai Perbandingan Hu\kum Perdata,(Jakarta: Ind Hill Co., 1991), hal 114
23 Ibid
(24)
mengadakan koreksi terhadap common law, yang mulai memperlihatkan
kekurangan-kekurangan dalam praktek pelaksanaanya. 24
Trust yang lahir dari equity tersebut akan secara khusus dibahas dalam
ruang lingkup pasar modal. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.25 Efek adalah surat Berharga yaitu surat pengakuan utang, surata berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.26 Efek-efek yang terdapat dalam pasar modal Indonesia adalah: Saham, Obligasi, Derivatif (warrants, rights, options, futures contract), ETF (Exchange
Trade Fund), Efek Lain (Unit penyertaan Reksa Dana dan Efek Beragun Aset). 27
Pasar modal Indonesia memiliki beberapa pelaku pasar modal seperti emiten, perantara perdagangan efek, manajer invenstasi, penasihat investasi, dan penjamin emisi efek. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.28 yaitu penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam peraturan Undang-undang yang berlaku. Emiten dapat berbentuk orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. Emiten dapat menawarkan Efek yang berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
24
Ibid, hal 110 25
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op. Cit, Pasal 1 butir 13 26
Ibid, pasal 1 butir 5 27
Bismar Nasution, Op. Cit, hal 43 28
(25)
berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.29 Perantara Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.30 Perantara Pedagang mempunyai kewajiban antara lain: 31
a. Mendahulukan kepentingan nasabah sebelum melakukan transaksi untuk kepentigan sendiri.
b. Dalam memberikan rekomendasi kepada nasabah untuk membeli atau menjual Efek wajib memperhatikan keadaan keuangan dan maksud serta tujuan investasi dari nasabah.
c. Mebubuhi jam, hari, dan tanggal atas semua pesana nasabah ada formulir pemesanan.
d. Memberikan konfirmasi kepada nasabah sebelum berakhirnya hari bursa setelah dilakukan transaksi.
e. Menerbitkan tanda terima setelah menerima Efek atau uang dari nasabah.
f. Menyelesaikan amanat jual/beli dari pemberi amanat.
g. Menyediakan data dan informasi bagi kepentingan para pemodal. h. Membantu mengelola dana bagi kepentingan para pemodal. i. Memberikan saran kepada para pemodal
Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola porofolio investasi kolektif
untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pension dan bank
29
Otoritas Jasa Keuangan, Emiten dan Perusahaan Publik, http://www.ojk.go.id/emiten-dan-perusahaan-publik, hal 1, diakses pada tangal 5 April 2014.
30
Ibid, pasal 1 butir 18 31
(26)
yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.32 Manajer investasi mempunyai tugas :33
1. Mengadakan riset
2. Menganalisa kelayakan investasi 3. Mengelola dana portofolio
Penasehat Investasi adalah pihak yang memberikan nasehat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembeli dengna memperoleh imbalan jasa. Penasehat investasi memiliki tugas : 34
1. Memberikan nasehat kepada pihak lain 2. Melakukan riset
3. Membuat erekomendasi
4. Memberikan analisa di bidang Efek dengan memperoleh imbalan tertentu
5. Wajib memelihara segala catatan yang berhubungan dengan nasehat yang diberikan
Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.35 Pelaku pasar modal ini memiliki kewajiban :36
a. Mematuhi semua ketentuan dalam kontrak penjaminan Emisi
b. Mengungkapkan dalam prospektus adanya hubungan afiliasi atau hubungan lain yang bersifat material antara Perusahaan Efek dan Emiten
32
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op. Cit, Pasal 1 butir 11 33
Bismar Nasution,Op. Cit, hal 26 34
Ibid, hal 27 35
Ibid, Pasal 1 butir 17 36
(27)
Pasar modal Indonesia dalam undang-undangnya juga memuat lembaga-lembaga trust. Beberapa diantaranya adalah nominee, perwaliamanatan dan
kustodian. Nominee is A person or party who holds a bare legal title for the
benefit of others or who receives and distributes Funds for the benefit of others.37
(Menutut terjemahan bebas adalah seseorang atau beberapa pihak yang memegang hak milik secara hukum untuk kepentingan orang lain atau dengan cara menerima dan mengurus harta untuk kepentingan orang lain). Kustodian memiliki pengertian pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain termasuk menerima deviden, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.38Jasa yang diberikan Kustodian : 39
a. Menyediakan TPH yang aman bagi surat-surat berharga (efek)
b. Mencatat dan membukukan semua penitipan pihak lain secara cermat (jasa administrasi)
c. Mengamankan semua penerimaan dan penyerahan Efek untuk kepentingan pihak yang diwakilinya
d. Mengamankan pemindahtanganan Efek
e. Menagih deviden saham, bunga obligasi, dan hak-hak lain yang berkaitan dengan surat berharga yang dititipkan
Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), Perusahaan Efek, atau bank
37
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, 8th edition, (St. Paul: West 2004), hal 1706 38
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op. Cit, Pasal 1 butir 8 39
(28)
umum yang telah mendapat persetujuan dari BAPEPAM – LK. 40 (sekarang Otoritas Jasa Keuangan). Wali Amanat41 yaitu kegiatan usaha sebagai Wali Amanat dapat dilakukan oleh Bank Umum dan pihak lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah, wajib terdaftar dahulu di BAPEPAM – LK (sekarang OJK), persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
Undang-Undang Pasar Modal Indonesia merupakan hasil studi terhadap Undang-Undang Pasar Modal Amerika Serikat yang menganut tradisi Common
Law. Akan tetapi, Undang-Undang Pasar Modal yang ditransplantasikan bukanlah
Undang-Undang Pasar Modal yang mengandung trust yang bersumber pada
tradisi hukum Common Law, tetapi pada model trust yang sudah mengalami
perubahan yang dinamakan dengan commercial trust yang berbentuk
Un-incoporated Bussines Trusts Organization yang lahir dari perjanjian yang
bersumber pada CourtofCommon Law dan tidak lagi pada (courtofequity).
F. Metode Penulisan 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan bahan primer, sekunder, dan tersier untuk mendapatkan kesimpulan dari data-data yang diperoleh selama penelitian.
2. Penelitian Data
40
Ibid,, hal 30 41
(29)
Data sekunder yang digunakan terdiri:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, UU Pasar Modal,
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. Misalnya: Jurnal hukum, buku-buku para sarjana, hasil penelitian, makalah hukum, dan sebagainya.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya: Koran dan majalah. 3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara studi pustaka (library Research) atau
disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder, berupa perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, sejumlah buku-buku, artikel-artikel baik dari surat kabar, majalah maupun media elektronik yangs emua itu dimaksudkan untuk memperoleh data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.
4. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini mengunakan analis kualitatif. Dalam penelitian kualitatif proses analisis dan interpretasi data memerlukan cara berfikir kreatif, kritis dan sangat hati-hati. Menurut Bogdan: “Data analysis is the
process of systenatically searching and arranging the interview transcripts,
(30)
understanding of them and to enable you to present what you have discovered to
others.42 Hal ini berarti analisis data kualitatif adalah proses secara sistematis
mencari dan mengolah berbagai data yang bersumber dari wawancara, pengamatan lapangan, dan kajian dokumen (pustaka) untuk menghasilkan suatu laporan temuan penelitian. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Analisis data dilakukan dengan:43
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.
b. Memilih kaidah-kaidah hukum/doktrin yang sesuai dengan penelitian.
c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau pasal atau doktrin yang ada.
d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing dibahas penulis secara mandiri dan berkesinambungan. Dikatakan mandiri karena tiap-tiap bab memiliki topik khusus dalam pembahasannya. Namun demikian, dikatakan berkesinambungan karena pemahaman terhadap Trust & Lembaga Trust hanya
akan diperoleh secara komprehensif dengan cara membaca secara beurutan dan teratur mulai dari BAB I hingga Bab V skripsi ini.
Secara singkat uraian yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
42
Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: An introduction to theory and methods, (Third Edition. Boston: Allyn and Bacon Charmaz, K. 2006) hal. 4.
43
Amiruddin Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 4.
(31)
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab awal yang menguraikan latar belakang sebagai alasan yang mendasari penulisan skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini serta uraian, penjelasan dan pembahasan yang akan dilakukan pada bab-bab selanjutnya berdasarkan sistematika penulisan skripsi ini.
BAB II TRUST SEBAGAI PRANATA HUKUM
Bab ini diawali dengan pembahasan mengenai sejarah konsepsi
trust pada awalnya terdapat pada tradisi hukum Common Law
secara umum, yang tumbuh dan berkembang dalam suatu system tersendiri dimana berada diluar dan berbeda dengan sistem Civil
Law. Sistem ini dinamakan dengan equity. Pembahasan dalam bab
ini dilakukan secara komprehensif, mulai dari awal pembentukan
trust hingga perkembangan penggunaan pranata trust ke dalam
pasar modal Amerika Serikat. Selanjutnya bab ini juga menguraikan mengenai bentuk-bentuk equity yang ada dalam
sistem hukum Common Law. Meskipun sistem equity tidak dikenal
dalam tradisi hukum Civil Law, konstruksi hukumnya ditemukan
dalam aturan hukukum yang merupakan pranata serupa trust.
Pembahasan mengenai pembentukan trust berdasarkan tradisi
hukum Common Law hingga Civil Law tersebut membawa
pembahasan berlanjut kepada konsep trust secara umum.
Bab III. TRANPLANTASI TRUST KE DALAM PASAR MODAL DI
(32)
Bab yang merupakan salah satu bab penting penunjang pemahaman terhadap eksistensi trust dalam pasar modal Indonesia.
Bab ketiga ini akan menjelaskan dan memaparkan mengenai proses transplantasi pranata trust ke dalam sistem hukum Civil Law.
Selain itu juga dijelaskan di beberapa negara Civil Law terdapat
kitab undang-undang tersendiri (code) mengenai Trust itu sendiri.
Ada beberapa instrumen trust yang terdapat di dalam Pasar Modal
Negara Civil Law. Pembahasan selanjutnya adalah mengenai
bentuk-bentuk Trust dalam Pasar Modal Indonesia
BAB IV EKSISTENSI TRUST DALAM PERATURAN PASAR MODAL
INDONESIA
Bab keempat menjelaskan tentang adanya pembahasan mengenai
trust yang terdapat dalam pasar modal di negara Indonesia. Hal ini
mencakup bentuk-bentuk dari trust yang ada dalam pasar modal,
serta ciri-ciri dan karakteristik Lembaga Trust yang terdapat dalam
pasar modal. Bab ini memberikan analisis terhadap penerapan kelembagaan trust dalam pasar modal Indonesia dimana
Undang-Undang Pasar Modal Indonesia sebagai aturan khususnya. Hal tersebut mengingat bahwa Indonesia mengadopsi pranata-pranta ekonomi dari Negara-negara dengan tradisi hukum Common Law.
Selain itu bab ini juga menjelaskan tentang urgensi atas pembentukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang lembaga trust di Indonesia serta pemaparan tentang
(33)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai bab penutup yang mencakup kesimpulan dan saran yang disampaikan berdasarkan hasil pengumpulan data.
(34)
BAB II
TRUST SEBAGAI PRANATA HUKUM
A. Kelahiran Trust di Negara dengan Sistem Hukum Common Law
Untuk membicarakan kehadiran hukum sebagai suatu sistem, sebaiknya dimulai dari pembicaraan tentang suatu sistem itu sendiri. Sistem mempunyai dua pengertian yang penting untuk dikenali, sekalipun dalam pembicaraan-pembicaraan keduanya sering dipakai secara tercampur begitu saja. Pertama adalah pegertian sistem sebagai suatu jenis satuan, yang mempunyai tatanan tertentu. Tatanan tertentu disini menunjuk kepada suatu struktur yang tersusun dari bagian-bagian. Kedua, sistem sebagai suatu rencana, metoda, atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu. Dalam pemahaman mengenai sistem hukum nanti akan terlihat, bahwa keduanya dapat dikenali kembali pemakaiannya.44
Sistem hukum merupakan sistem abstrak dan terbuka artinya bahwa sistem hukum itu terdiri dari unsur-unsur yang tidak konkrit, tidak menunjukan kesatua yang dapat dilihat dan unsur-unsur itu mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya, serta unsur-unsur lain yang termasuk dalam sistem yang mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur dalam sistem. Scholten yang menyatakan bahwa tata hukum itu sendiri tidak lengkap, oleh karenanya sistem hukum adalah sistem terbuka yang selalu membutuhkan masukan untuk penyempurnaan. 45
44
J. B. Daliyo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001), hal 91. 45
(35)
Hukum sebagai suatu sistem menurut Fuller dapat diukur dengan delapan asas yang dikenal sebagai principles of legality. Delapan asas itu adalah: 46
1. Suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan (bukan hanya keputusan ad hoc)
2. Peraturan yang sudah dibuat harus diumumkan 3. Peraturan tidak boleh ada yang berlaku surut
4. Peraturan harus dirumuskan dengan susunan kata-kata yang dapat dimengerti
5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentangan satu sama lain
6. Peraturan tidak boleh mengandung ketentuan yang melebihi apa yang dapat dilakukan
7. Tidakboleh sering merubah peraturan sehingga menyebabkan orang kehilangan orientasi
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangankan dengan pelaksanaannya
Fuller sendiri mengatakan, bahwa kedelapan asas yang diajukan itu sebetulnya lebih dari sekadar persyaratanbagi adanya suatu sistem hukum, melainkan memberikan pengkualifikasian terhadap sistem hukum yang mengandung suatu moralitas tertentu.
Di dunia ini tidak kita jumpai satu sistem hukum saja, melainkan lebih dari satu. Adapun yang dimaksud dengan sistem hukum disini meliputi unsur-unsur seperti: struktur, kategori, dan konsep. Perbedaan dalam unsur-unsur tersebut
46
(36)
mengakibatkan perbedaan dalam sistem hukum yang dipakai. Kita mengenal dua sistem hukum yang berbeda, yaitu sistem hukum Civil Law dan sistem hukum
Common Law. Pada umumnya masyarakat menggunakan sebutan Civil Law
System dan Common Law System. 47
Pandangan sistem hukum Common Law mengenai trust, “trusts is created
the absolute owner of property (the settlor) passes the legal title in that property
to a person (the trustee) to hold that property on trust for the benefit of another
person (the beneficiary) in accordance with terms set out by the settlor”.48 Hal ini
mengandung pengertian bahwa trust dibuat pemilik mutlak dari properti (settlor)
melewati proses hukum properti tersebut untuk seseorang (wali amanat) untuk menahan properti yang ada pada trust untuk kepentingan orang lain (penerima)
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemilik mutlak properti.
Konsepsi awal trusts tersebut menunjukkan bahwa “trusts is a relationship
recognized by equity which arises where property is vested in (a person or)
persons called the trustees, which those trustees are obligated to hold for the
benefit of other persons called cestuis que trust or beneficiaries”.49 Konsep
tersebut berarti trust adalah hubungan yang diakui oleh ekuitas yang timbul di mana properti dipegang (seseorang atau) orang yang disebut para wali (wali amanat), yang diwajibkan untuk menahan untuk kepentingan orang lain yang disebut que cestuis trust atau penerima manfaat.
47
Satjipto Rahardjo, Op. Cit, hal 235. 48
Gunawan Widjaja, Transplantasi Trust dalam KUH Perdata, KUD, dan Undang-Undnag Pasar Modal Indonesia,Jkarta: PT Raja Gafindo Persada, 2008 hal 30.
49
Peter Joseph Loughlin, The Domestication of The Trust: Bridging the Gap Beetween Common Law and Civil Law, hal 3 , http://www.financialanalyst.org/newarticle2.html. diakses pada 31 Januari 2014
(37)
Secara teoritis, dalam suatu pernyataan trusts, settlor50 menyerahkan suatu
benda untuk diletakkan dalam trusts yang tercatat atas nama atau dalam
kepemilikan trustee. Pemberian oleh seorang settlor ini disertai dengan kewajiban
kepada trustee untuk menyerahkan kenikmatan atau kemanfaatan benda tersebut
kepada pihak ketiga yang disebut dengan beneficiary51. Ini menunjukkan bahwa
settlor sebagai pemberi suatu benda, setelah pernyataan trusts yang diucapkan
olehnya dilaksanakan tidak lagi menguasai, memiliki mempunyai kepentingan apapun atas benda yang sudah diserahkan dalam trusts tersebut. Penyerahan
benda tersebut tidak disertai dengan suatu kontra prestasi langsung yang harus dilakukan oleh trustee52 kepada settlor, melainkan kepada seorang pihak ketiga
yang disebutkan oleh settlor dalam pernyataan trusts-nya tersebut. Dalam konteks
tersebut, antara settlor, trustee dan beneficiary tidak ada perjanjian (kontrak) sama
sekali. Beneficiary tidaklah mempunyai kewenangan dalam hukum (Common
Law) untuk menuntut pemenuhan kewajiban trustee, demikian juga settlor (oleh
karena settlor sudah kehilangan haknya atas benda tersebut dalam hukum). 53
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa seorang trustee adalah pihak yang
mempunyai kewenangan atas benda yang berada dalam trusts, yang merupakan
bagian dari kewajibannya terhadap beneficiary atau cestui que trust, meskipun
kewenangan tersebut hanya sebatas pencatatan dan pendaftaran atas nama trustee
tersebut. 54 Bahkan dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana dikatakan oleh
50
Seseorang yang menyerahkan harta kekayaannya untuk diatur kepada orang lain atau pihak kedua yang dipercayainya (Trustor).
51 Pihak ketiga yang akan menerima keuntungan atau manfaat atas pengelolaan harta kekayaan settlor sesuai dengan perjanjian.
52
Setiap orang yang memegang properti, otoritas, atau posisi kepercayaan atau tanggung jawab terhadap harta kekayaan untuk kepentingan orang lain (settlor).
53
Gunawan Widjaja, Op.cit, hal 30. 54
Phillip H. Pettit,Equity and the Law of Trusts, 12th edition(London: Oxford University Press, 2009) hal. 23.
(38)
Gary Watt dalam Briefcase Equity & Trusts : 55
A Trust has the following characteristics :
1. The assets constitute a separate Fund and ae not part off the trustee’s estate
2. Title to the trust assests stand in the name of the trustee or in the name of another person on behalf of the trustee
3. The trustee has the power and the duty, in respect of which he is accountable, to manage, to employ or dispose of the assests in accordance with the terms of the trusts and the special duties imposed upon him by law
The reservation by the settlor of certain rights and powers, and the fact that
the trustee may himself have have rights as a benefiaciay, are not necessarily
inconsistent with the existence of a trusts.
Gambar 1. Klasifikasi Trust
Sumber : Margareth Halliwell, Equity and Trusts,(London: Old Bailey Press, 2002), hal. 3
55
Gary Watt ,Briefcase Equity and Trusts 2nd ed.,(London: Cavendish Publishing Ltd., 1999), hal. 2
Trust
EXPRESS NON EXPRESS
Public/ Charitable
Private Un‐Enforceable Trusts of
Impefect Obligation
Implied & Resulting
Cons‐ tructive
Fixed Protective Discretionary Traditional New Model
Under Trust
Instrument
By the Operation of law
(39)
Penjelasan Gambar 1:
1. Trust dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Express Trust
b. Not Express Trust
a. Express Trusts
Express trusts terjadi jika seorang settlor membuat pernyataan bahwa harta
kekayaan tertentu diserahkan dalam trusts untuk kepentingan orang-orang atau
tujuan tertentu. 56
Express trusts selanjutnya dibedakan ke dalam :
1) Private trusts ;
2) Public trusts ;
3) Trusts of imperfect obligation.
1) Privatetrust57
Express trusts dapat melahirkan private trusts maupun public trusts.
Express trust melahirkan private trusts jika benda yang diletakkan dalam trusts
tersebut hanya dimanfaatkan oleh suatu orang atau satu kelompok orang tertentu. Sementara itu, express trusts dinilai melahirkan public trusts jika benda yang
diletakkan dalam trusts tersebut dipergunakan untuk tujuan sosial tertentu, yang
dapat dinikmati oleh banyak orang, seperti misalnya suatu charitable trusts.
Private trusts selanjutnya dibedakan ke dalam fixed trusts, protective trusts,
dan discretionary trusts.
a) Discretionary dan Fixed Trusts58
56
Ibid hal 3. 57
(40)
Discretionary trusts adalah suatu trusts di mana trustee diberikan kebebasan
(kebijakan) untuk melakukan suatu tindakan untuk kepetingan dari salah satu atau lebih beneficiary tertentu dalam suatu kelompok orang yang telah ditentukan oleh
settlor atau kepada seluruh beneficiary dalam kelompok tersebut, semata-mata
atas pertimbangan dari trustee. Sementara itu, dalam fixed trusts, kewajiban
trustee sudah ditentukan dengan pasti. Trustee hanya melaksanakan segala sesuatu
yang telah ditentukan dalam pernyataan trusts dan wajib untuk melaksanakannya
untuk kepentingan dari seluruh beneficiary, serta tidak diperkenankan untuk
bertindak berdasarkan pada kebijakannya sendiri. b) Protective Trusts59
Protective trusts adalah trusts yang dengan sengaja secara khusus diciptakan
oleh settlor agar beneficiary tidak menghabiskan atau menghilangkan atau
meniadakan dengan cara apapun juga hak-haknya dalam equity (beneficiary
rights) kepada pihak lain, selama benda yang dinikmatinya tersebut masih berada
dalam tusts di bawah pemilikan trustee.
2) Charitable Trusts
Charitable trusts adalah suatu public trusts yang dengan sengaja dibuat atau
dibentuk untuk kegiatan bagi kepentingan umum yang diakui oleh pengadilan sebagai charitable (suatu bentuk amal atau kedermawaan).60 Charity adalah
pengertian hukum, sehingga apa yang dikandung atau dirasakan oleh donor (sebagai settlor) tidaklah penting. Pengadilan menentukan apakah suatu tindakan
yang dilakukan termasuk ke dalam tindakan charity atau bukan. Dalam
58
Ibid. 59
Ibid, hal 4-5. 60
(41)
Re.Hummeltenberg tahun 1923 seorang pewasiat meninggal dunia mewasiatkan
sebagai harta peninggalannya untuk mendirikan sekolah yang melatih orang-orang dalam bidang kerohanian untuk tujuan amal. Mengenai hal tersebut Russie LJ mengemukakan : 61“in my opinion the question whether a gift is or may be
operative for the public benefit is the question to be answered by the court by
forming an opinion on the evidence before it.” Pendapat Russie LJ mengandung
pengertian bahwa jawaban yang dikeluarkan oleh pengadilan adalah dengan cara membentuk pendapat atas bukti-bukti yang dikumpulkan sebelumnya.
Pada sisi lain, meskipun dalam pandangan pemberi wasiat suatu tindakan hanya ditujukan untuk kepentingan pemberi wasiat, namun jika dalam pandangan pengadilan hal tersebut membawa kepentingan bagi masyarakat banyak, wasiat yang ditinggalkan tersebut dapat menjadi suatu charitable trusts. 62
Untuk menilai apakah suatu tindakan pemberian adalah charitable trusts
atau bukan, ada tiga hal pokok yang diperhatikan oleh pengadilan yaitu sebagai berikut: 63
a) Trusts must be of a charitable nature within the spirit and intend of the preamble to the Statute of Elizabeth as interpreted by the courts and extended by statute ;
b) It must promote a public benefit of a nature recognized by the courts as a public benefit;
c) The purpose of the trusts must be wholly and exclusively charitable
Hal diatas dalam terjemahan bebas berarti:
a) Trust harus bersifat amal dalam semangat dan berniat dari Piagam Statuta
Elizabeth sebagaimana ditafsirkan oleh pengadilan dan diperpanjang oleh undang-undang
61
Ibid hal 171. 62
Gunawan Widjaja, Op.Cit hal 100. 63
(42)
b) Harus mempromosikan kepentingan publik yang bersifat diakui oleh pengadilan sebagai manfaat publik;
c) Tujuan dari trust harus sepenuhnya dan secara eksklusif amal
3) Purpose Trusts ( Trusts of Imperfect Oboigations)
Purpose trusts adalah trusts yang dibuat untuk tujuan tertentu dan bagi
kepentingan tujuan tersebut daripada untuk kepentingan seorang atau lebih
beneficiary. Purpose trusts ini sering kali disebut juga dengan nama “trusts of
imperfect obligation”. Secara umum trusts yang demikian batal dan tidak
memiliki kekuatan hukum, karena dalam konsepsi private trusts, trusts dibuat dan
diciptakan untuk kepentingan dari seorang atau lebih beneficiary tertentu dan
dicptakan untuk kepentingan tertentu.64 Rocburgh J dengan tegas mengemukakan bahwa suatu trusts bukanlah trusts jika tidak ada objek yang tertuju pada
kepentingan orang perorangan tertentu.65
Ada tiga kondisi yang harus diperhatikan dalam suatu purpose trusts, yang
sering kali dipergunakan oleh pengadilan untuk menyatakan bahwa suatu purpose
trusts adalah purpose trusts yang memiliki akibat hukum dan atau memiliki
kekuatan hukum. Ketiga kondisi tersebut adalah sebagai berikut.66
a) The trusts must be for a purpose which has been previously upheld by the
court
b) The trusts must be limited in perpetuity
c) There must be someone who will execute the purpse trusts
64
Ibid hal 5. 65
Ibid hal 155. 66
(43)
Dengan demikian pada dasarnya suatu purpose trusts merupakan
pengecualian dari berlakunya ketentuan trusts secara umum. Purpose trusts hanya
dibatasi pada pelaksanaan suatu wasiat yang jika tidak dilaksanakan akan menyebabakan terjadinya hibah atas sisa benda milik pewasiat. Pengadilan dapat secara tidak langsung melaksanakan trusts tersebut dengan meminta jaminan dari
trustee untuk melaksanakan wasiat tersebut sesuai dengan dan untuk kepentingan
yang telah ditentukan tersebut, dan selanjutnya memberikan kepada para penerima wasiat sisa (lainnya) untuk melaksanakan wasiat tersebut secara bebas jika hal tersebut tidak dilaksanakan. 67
b. Not - Express Trusts
Not - Express trusts dapat dibedakan lagi ke dalam :
1) resulting trusts
2) conctructive trusts
1) Resulting Trusts
Resulting trusts sering kali dinamakan juga implied trusts. 68 Suatu trusts
dikatakan merupakan implied ataiu resulting trusts jika, misalnya seorang settlor
menyatakan kehendaknya untuk memberikan kepada seoranng beneficiary uang
sejumlah tertentu untuk keperluan selama hidup dari orang tersebut. Trusts yang
demikian tidak menjelaskan ke mana perginya sisa uang yang diletakkan dalam
trusts tersebut, ketika beneficiary telah meninggal dunia. Dalam konteks yang
67
Pettit, Op.cit., hal 49. 68
(44)
demikian kepada settlor atau masuk harta kekayaan settlor pada saat meninggal
dunia. 69
Dalam konteks yang lain, resulting trusts dapat terjadi misalnya dalam hal
dua atau lebih orang memberli sesuatu benda secara bersama-sama, baik atas nama seseorang dari mereka atau atas nama bersama. Dalam hal ini, equity
mengatakan bahwa suatu resulting trusts telah terjadi untuk kepentingan atas
benda yang dibeli tersebut untuk kepentingan dari seluruh pihak yang telah berkontribusi untuk membeli benda tersebut. 70
2) Construtive Trusts
Suatu trusts adalah contructive trusts jika trusts tersebut dipaksakan
pelaksanaannya oleh Pengadilan karena perilaku dari pihak tertentu dalam trusts
tersebut yang tidak adil yang berkehendak untuk mempertahankan seluruh atau sebagian kepetingan atau manfaat atas suatu benda tertentu hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Dalam trust jenis ini, kehendak dari settlor tidak lagi
menjadi perhatian (penting), oleh karena constructive trusts ini berjalan demi
hukum dan diatur sepenuhnya menurut ketentuan atau aturan hukum yang berlaku.
Beberapa hal penting yang dapat menyebabkan terjadinya contructive trusts
adalah misalnya : 71
a) Seorang pihak ketiga (di luar instrumen trusts), yang bukan bona fide
purchaser for value without notice72, menguasai suatu benda yang
69
Ibid. hal 5 70
Ibid. hal 6. 71
(45)
diletakkan atau diserahkan dalam trusts diwajibkan unk menjadi
constructive trustee bagi beneficiary benda yang berada dalam
kekuasaanya tersebut;
b) Trustee memperoleh manfaat pribadi dari suatu trusts, yang selanjutnya
diwajibkan untuk tetap memeliharanya dalam trusts untuk kepentingan
dari beneficiary;
c) Dalam suatu perjanjian yang bertujuan melaksanakan jual beli tanah, pemilik menjadi constructive trustee bagi pembeli hingga seluruh proses
jual beli diselesaikan dan pembeli menjadi pemiliik.
Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa jika ada pemisahan kepemilikkan, sedangkan tidak ada express trusts, implied trusts atau resulting
trusts, pihak terhadap siapa suatu benda diserahkan penguasaan dan
kepemilikannya menjadi trustee dalam suatu constructive trusts.73 Constructive
trust lahir karena kehendak hukum semata-mata.74 Dikatakan karena kehendak
hukum, oleh karena constructive trust diwajibkan oleh dan berdasarkan pada
putusan pengadilan tanpa perlu memerhatikan kehendak dari para pihak yang ada dalam hubungan hukum tersebut. 75
1. Lahirnya konsep Trust di negara Amerika Serikat
Secara historis, Amerika Serikat berbeda dengan negara-negara yang menganut tradisi hukum Common Law lainnya, yang tergabung dalam negara
persemakmuran (British Commonwealth). Sebagai suatu negara serikat, Amerika
72
Seseorang yang memperoleh hak atas properti tanpa pemberitahuan aktual, pemberitahuan konstruktif tetapi didasari dengan itikad baik.
73
Ibid. hal 55. 74
Hudson, Op.cit., hal. 342. 75
(46)
Serikat tidaklah pernah dijajajah oleh Negara Inggris Raya, meskipun sejarah menunjukan bahwa sebagian besar Negara bagian dalam Amerka Serikat merupakan bekas jajahan Inggris Raya. Sejarah juga menunjukan bahwa negara-negara bagian dalam Amerika Serikat pernah dijajah juga oleh negara-negara-negara-negara dengan tradisi hukum Civil Law seperti Spanyol di Florida, Perancis di New
Orleans dan Swedia di Delaware.Dengan demikian, sesungguhnya setiap negara bagian di Amerika Serikat memiliki sistem hukumnya sendiri. Dari muatan-muatan hukum yang ada, disamping hukum Inggris, hukum Perancis masih meninggalkan bekasnya di Lousiana, dan hukum Spanyol di California dan beberapa negara bagian di sebelah barat Amerika Serikat.76
Pilihan penggunakan hukum Inggris di negara-negara bagian Amerika Serikat tidaklah sepenuhnya sama dengan hukum yang berkembang di Inggris itu sendiri. Pengaruh budaya hukum yang berkembang di tiap-tiap negara bagian juga menyebabkan berbagai perbedaan antara tradisi hukum Common Law yang
berkembang di negara-negara bagian Amerika Serikat dengan tradisi hukum
Common Law di Inggris.77 Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan serta
penyimpangan dalam penegakan hukum dan keadilan baik di Amerika Serikat maupun di Inggris. Sistem peradilan Equity yang dikenal di Inggris tidaklah
dikenal sepenuhnya oleh seluruh negara bagian di Amerika Serikat yang menganut tradisi hukum Common Law.
Berbeda dengan negara-negara bagian di Amerika Serikat yang mempunyai sistem hukum yang berbeda-beda dan perlakuan yang berbeda terhadap Equity,
pada tingkat Federal hanya dikenal satu jenis peradilan yang menyelesaikan
76
Lawrence M. Friedman, History of American Law2nd, edition 1st, (New York: Simon & Schulster, 1958), hal 19.
77
(47)
segala macam persoalan/ sengketa yang terkait baik dengan Common Law
maupun equity. Seiring dengan pertumbuhan equity yang berbeda dengan sumber
asalnya, perkembangan trust di Amerika Serikat pun berbeda dengan yang terjadi
di Inggris Raya.
Trust bukan lagi suatu pranata yang lahir dari equity dan semata-mata untuk
memberikan perlindungan bagi hak-hak yang tidak dapat diperoleh atau dipertahankan dalam Common Law. Trust adalah “A right property, real or
personal, heldby one party, the person appointed or required by law to administer
a trust, for benefit of another.”78dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa trust
dibentuk berdasarkan perjanjian. Selain itu, trust dapat dibentuk berdasarkan
perjanjian yang tunduk pada ketentuan Common Law.
Pada negara-negara bagian di Amerika Serikat yang tidak mempunyai hukum tertulis yang mengatur mengenai trust, trust dimungkinkan untuk dibentuk
atau dibuat melalui perjanjian.79 Dalam konteks demikian trust seringkali
disebutkan sebagai “a three party contact, a private legal agreement.”80
Perjanjian yang mengatur mengenai trust disebut dengan nama indenture.81Trust
yang demikian disebut dengan nama pure trust. Sebagai suatu perjanjian, pure
trust tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Common Law dan karenanya
masuk dalam yuridiksi sistem peradilan Common Law. Pure trust tidak berada
dalam wilayah equity karena pure trust tunduk sepenuhnya pada aturan-aturan
78 James D. Fullerton,
Trust Fund Laws and Agreements, hal 1, www.fullertonlaw.com/trustfundchap.htm diakses pada 1 Februari 2014.
79
Ibid, hal 2. 80
Gwen H. Wycoff, What Is The Common Law Trust?, hal 1,
www.socal.print.com/574.html diakses pada 1 Febrari 2014. 81
Lawrence M. Friedman, History of American Law2nd, edition 1st, (New York: Simon & Schulster, 1958), hal 19.
(48)
hukum perjanjian, terutama asas kebebesan kontrak yng diberikan konstitusi Amerika Serikat.82
Selanjutnya oleh karena pure trust ini tunduk sepenuhnya pada ketentuan
hukum perjanjian dalam Common Law, seperti halnya Common Law yang tidak
mengakui pemisahan kepemilikan ke dalam pemilikan hukum (legal ownership)
dan pemilikan manfaat (beneficial ownership83), pure trust juga tidak mengakui
pemisahan pemilikan ke dalam pemilikan hukum (legal owner) dan pemilikan
manfaat (beneficial owner).84 Peran trust dalam kegiatan ekonomi di Amerika
Serikat telah berkembang sedemikian rupa sehingga trust sudah berperan sebagai:
a. Kegiatan operasional dari suatu bisnis keluarga
b. Kegiatan operasional dari skema investasi kolektif (investment collective
scheme)
c. Pemilikan/ penguasaan harta kekayaan (asset holding) dari sekelompok
invidu tertentu, keluarga dan kelompok-kelompok lainnya. 85
Secara praktis, trust khususnya pure trust dalam berbagai kegiatan ekonomi
tersebut di atas mengambil bentuk yang serupa dengan suatu perusahaan, hanya saja bentuk perusahaan yang demikian tidaklah tunduk pada ketentuan peraturan perundang-perundangan yang berlaku seperti misalnya suatu perseroan terbatas/persekutuan perdata, melainkan tunduk pada peraturan kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian. Sehubungan dengan hal tersebut, pure trust
82 Joe Sweet,
Essay on the International, Sovereign, Pure, Private, Statutory, Non-Associated Unincorporated Business Trust Organization , (UBTO), hal 2 http://freedom-school.com/truth/TBA/UBTO.htm diakses pada 1 februari 2014.
83
Siapa saja yang memiliki manfaat kepemilikan barang atau harta namun bukan merupakan pemilik terdaftar melainkan pemilik sebenarnya atas barang atau harta tersebut.
84 Ibid. 85
(49)
dalam perkembangannya mengambil bentuk Unincorporated Business Trust
Organization (UBTO). 86
Sebagai suatu bentuk organisasi perusahaan serupa tetapi tidak sama dengan suatu perseroan terbatas maupun persekutuan perdata, bergantung pada ketentuan
trust indenture yang mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban para
pihak yang ada dalam puretrust atau UBTO tersebut, puretrust dapat mengambil
bentuk antara lain:87
a. Baik sebagai pengelola dan pengurus trust corpus secara aktif dan
bertanggung jawab atas pengurusan tersebut (actively manage assets and
icurliabilities) maupun hanya sebagai pemilik trust corpus yang pasif
(only hold assets passively)
b. Suatu bare trust88, dengan manajemen atau pengelolaan trust corpus
sepenuhnya atas instruksi dari beneficiary.
c. Suatu bentuk kepemilikan trust corpus dengan kewenangan untuk
menerbitkan bagian pemilikan bersama yang diwadahi oleh trust corpus
tersebut.
d. Dengan kewenangan pendelegasian kepada pihak ketiga dalam suatu
investment trust atau dana pension atau dengan kewajiban untuk
melakukan pengelolaan sendiri dalam unit trust.
Hal-hal tersebut diatas memperlihatkan bahwa pure trust dalam bentuk
UBTO, kepemilikan trust corpus secara hukum dan kenikmatan berada di tangan
trustee tetapi dengan kewajiban bagi trustee untuk menyerahkan kepada
86
Joe Sweet, Op.cit hal 3 diakses pada 1 februari 2014. 87
Gunawan Widjaja, op.cit hal 153. 88
Bare trust adalah suatu trust yang dalam instrumen penerbitannya tidak secara tegas dan terang memberikan beban atau kewajiban kepada seorang trustee melainkan menyerahkan persoalan tersebut kepada ketentuan atau aturan hukum yang berlaku.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Trust pada awalnya lahir melaui equity di negara-negara dengan sistem
hukum Common Law, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa trust yang lahir dalam tradisi hukum
Common Law adalah hubungan hukum yang dibuat berdasarkan hukum ekuitas dimana properti dipegang oleh satu pihak untuk kepentingan lain penerima manfaat. Rumusan tersebut memperlihatkan bahwa trust pada negara-negara dengan tradisi hukum Common Law merupakan produk dari equity, yang berada di luar sistem peradilan Common Law. Common Law sendiri pada awalnya tidaklah mengakui eksistensi trust. Namun pada perkembangannya trust mulai diakui dalam sistem hukum common law.
Trust bukan lagi suatu pranata yang hanya lahir dari equity dan
semata-mata untuk memberikan perlindungan bagi hak-hak yang tidak dapat
diperoleh atau dipertahankan dalam common law. Selain itu, trust dapat
dibentuk berdasarkan perjanjian yang tunduk pada ketentuan common law. Sebagai suatu sistem yang berkembang dan berjalan seiring dengan
perkembangan dan perjalanan common law, equity serta Common Law
(2)
garis-garis merah yang menjadi dan merupakan batasan hubungan sekaligus menjadi dasar bekerjanya equity dan common law secara bersama-sama.
2. Trust dalam negara-negara dengan sistem hukum Civil Law adalah trust
tanpa equity. Pada mulanya hukum Romawi tidak mengenal
prinsip-prinsip equity. Mulai diperkenalkanlah prinsip-prinsip equity melalui
pengakuan dan penerapan ius gentium di luar prinsip-prinsip hukum yang ada dalam ius civile. Dari sinilah mulai diperkenalkan equity yang tidak lain merupakan kontruksi etis mengenai apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Uraian tersebut menjelaskan mengapa dalam hukum perdata dan khususnya KUH Perdata yang berlaku di negara-negara yang menganut tradisi hukum Civil Law dapat ditemukan berbagai macam pranata yang memiliki persamaan dengan pranata trust yang berkembang dalam sistem equity dalam negara-negara yang menganut tradisi hukum Common Law, meskipun bentuk pranata tersebut dapat berbeda-beda
antara negara yang satu dengan negara lainya. Penerapan trust yang
berakar dari tradisi hukum common law ke dalam negara dengan sistem hukum Civil Law, pada umunya terjadi karena dua alasan pokok. Pertama, negara-negara terebut merupakan negara dengan mixed jurisdiction baik secara historis, teorital dan kultural. Kedua adalah negara berkembang yang memasukan berbagai institusi finansial termasuk trust ke dalam sistem hukumnya terkait memacu perkembangan perekonomian di
negaranya. Dengan demikian, keberadaan pranata hukum serupa trust
(3)
3. Kelembagaan trust dalam undang undang pasar modal, terkait dengan fungsi penyimpanan kolektif efek dalam suatu investasi kolektif sebagai
bentuk perdagangan tanpa warkat (scriptless trading). Trust yang ada
dalam UU Pasar Modal yang bersumber dari perjanjian namun dibatasi dengan undang-undang. Hal ini memperlihatkan bahwa secara teoritis
konsep trust dalam Undang-Undang Pasar Modal memiliki konsep yang
tidak jauh berbeda dengan KUH Perdata ataupun KUH Dagang. Undang Pasar Modal Indonesia merupakan hasil studi terhadap Undang-Undang Pasar Modal Amerika Serikat yang menganut tradisi Common Law. Akan tetapi, Undang-Undang Pasar Modal yang ditransplantasikan bukanlah Undang-Undang Pasar Modal yang mengandung trust yang bersumber pada tradisi hukum Common Law, tetapi pada model trust yang sudah mengalami perubahan yang dinamakan dengan commercial trust
yang berbentuk Un-incoporated Bussines Trusts Organization yang lahir
dari perjanjian yang bersumber pada Court of Common Law dan tidak lagi
pada (court of equity) .Hal ini jugalah yang menjadi alasan mengapa
Undang-Undang Pasar Modal mengambil alih aturan-aturan dalam Securities Act yang berlaku di negara Federal Amerika Serikat dan bukan aturan main pasar modal dari negara lain. UU Pasar Modal Indonesia di dalam pasal-pasalnya juga telah memuat keberadaan yuridis lembaga-lembaga trust seperti kustodian, manajer investasi, penasihat investasi, dan perwaliamanatan.
(4)
B.Saran
Adapun saran dibuat dalam rangka mencoba untuk memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang, oleh karena itu maka hal-hal yang perlu diperbaiki meliputi :
1. Pemerintah diharapkan untuk segera membentuk dan menetapkan peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang Lembaga Trust di Indonesia, hal ini mengingat perlindungan terhadap investor yang harus dberikan terkait dengan adanya kesetimbangan bargain position dalam perjanjian yang telah disepakati. Selain itu bentuk kepemilikan harta kekayaan yang terpisah memungkinkan adanya bentuk penyelundupan hukum adanya nominee sahareholder yang keberadaannya melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sudah seharusnya apabila aturan main yang terkait dengan kegiatan pasar modal dibuat dengan jelas dan ikatan memaksa.. Dan apabila terjadi pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya, maka dapat diberi sanksi yang tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Wali Amanat diharapkan menjunjung tinggi prinsip transparansi dalam melaksanakan tugas yang diberikan padanya. Mengutamakan integritas, kompetensi dan profesionalitas dengan tetap mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti UU Pasar Modal. Dengan demikian, profesi Wali Amanat telah membantu investor untuk dapat mempertimbangkan dengan baik dan tepat tentang dimana investor tersebut akan menanamkan modalnya dan membantu memperkecil resiko kerugian
(5)
DAFTAR PUSTAKA
A.Buku
Association, Corporate Trust Committee American Bankers. The Trustee’s Role in Asset-Banked Securities, ABA: 2003
Asikin, Amiruddin Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Baig, Khuram. The Central Depository Goes Online. Pakistan Eco: 2002.
Biklen, Robert C. Bogdan & Sari Knopp, Qualitative Research for Education: An introduction to theory and methods, Third Edition. Boston: Allyn and Bacon Charmaz, K. 2006.
Birks, Peter. The Content Of Fiduciary Obligation , Shelbourne.butterworths. 2000.
Course, BPP Law. Equity and Trust 2005 – 2006. BPP Law Courses Ltd, 2005. Daliyo, J. B., Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001.
Dychiao, Harvey N. The Mortgage Trust Indenture, Pinoylaw: 2003.
Friedman, Lawrence M. History of American Law2nd, edition 1st. New York:
Simon & Schulster, 1958.
Halliwell, Margareth. Equity and Trusts., London: Old Bailey Press, 2002. Hudson, Alastair . Equity and Trust. London: Cavendish Publishing, 2002. Ichsan, Ahmad. Dunia Usaha Indonesia. Jakarta: Paradnya Paramita 2000.
Kansil, Christine S. T. Hukum Perusahaan Indonesia: Aspek Hukum dalam Ekonomi. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2001.
Lavine, Alan. Getting started in Mutual Funds. Canada: John Wiley & Sons, 1994 Leslie, Melanie B. Trusting Trustee: Fiduciary Duties and The Limits of Default
Rules. Cardozo: School of Law, 2005.
Lupoi, Maurizio. “The Civil Law Trust”, Vanderbit Journal Of Transnational. Vol. 32: 1999.
Mamudji, Soerjono Soekanto dan Sri. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers, 1995.
(6)
Nasution, Bismar, Struktur Pasar Modal & Pengetahuan Umum tentang Efek Reksadana, Jakarta: Perpustakaan Nasional Katalog DalamTerbitan/ KTD, 2010
Pettit, Phillip H.,Equity and the Law of Trusts, 12th edition, London: Oxford
University Press, 2009.
Prayogi, Engga, Tanya Jawab Seputar Hukum Bisnis, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011.
Purba, Victor. Perkembangan dan Struktur Pasar Modal Indonesia Menuju Era AFTA 2003. Jakarta: Kencana.
Q.C., William Tetley. Mixed jurisdiction: “Common Law vs Civil Law Codified
jkand Uncodified. 2000.
Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.
Samsul, Mohamad. Pasar Modal & Manejemen Portofolio. Jakarta: Erlangga, 2006.
Sardjono, HR. Bunga Rampai Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: Ind Hill Co., 1991
Frederick Schauer, “The Politics and Incentives of Legal Transplantations” Working Paper: Center for international development at Harvard University. 2000.
Tama, Gunawan Widjaja dan Parendra. Exchange Trade Fund di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Todd, Paul. Textbook on Trust 4th edition. London: Blackstone Press Limited,
1999.
Tjitrosudibio, Subekti dan. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Paramita, 2000.
Watson, Alan. Legal Transplant and European Private Law. Ius Commune Lectures Private Law, 2002.
Watt , Gary. Briefcase Equity and Trusts 2nd ed. London: Cavendish Publishing
Ltd., 1999.
Widjaja, Gunawan. Transplantasi Trust dalam KUH Perdata, KUD, dan Undang-Undang Pasar Modal Indonesia,Jakarta: PT Raja Gafindo Persada,