Patogenesis Diabetes Melitus Tipe-2 Terapi Diabetes Melitus

karena ada proses autoimun yang terjadi dalam hitungan bulan dan tahun. Proses autoimun ini terjadi diakibatkan oleh adanya infeksi atau stimulus lingkungan dan terjadi secara spesifik pada molekul sel beta. 17 Gambar 4. Patogenesis pada diabetes melitus tipe-1 17

2.2.6 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe-2

Patogenesis DM tipe-2 adalah adanya gen predisposisi dari obesitas dan kapasitas sel beta maka terjadi resistensi insulin dan akibat adanya pengaruh lingkungan seperti tidak ada aktivitas fisik dan intake makanan yang berlebihan. Adanya resistensi insulin akan menyebabkan keadaan hiperglikemia ringan dan terjadi dekompensasi sel beta, sehingga akhirnya mengakibatkan diabetes melitus menjadi hiperglikemia berat. 17

2.2.7 Terapi Diabetes Melitus

Terapi pada pasien diabetes melitus, yaitu: 1. Edukasi Perubahan gaya hidup dan perilaku dimulai dari menghindari merokok, alkohol, makan berlebihan terutama tinggi lemak, dan karbohidrat sampai keteraturan minum obat, serta pemakaian insulin. 18,1 Universitas Sumatera Utara 2. Terapi gizi medis Karbohidrat 45-60, protein 10-20, lemak 20-25 dengan jumlah kalori dihitung dari Body Mass Index TB-100-10 dikali kalori basal 30kkalkgbb untuk laki-laki, 25kkalkgbb untuk wanita dan ditambah kalori untuk aktifitas lalu dibagi 3 porsi besar makan pagi 20, makan siang 30, dan sore 25. 18 3. Latihan jasmani Dianjurkan latihan teratur 3-4 kaliminggu selama ± 30 menit. Pada diabetes melitus tidak terkendali, dimana gula darah 250mgdl karena olahraga kadar glukosa darah juga dapat meningkat. 18,19 4. Terapi insulin Insulin adalah hormon pengatur glukosa darah yang menstimulasi pemasukan glukosa kedalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi, dan diproduksi oleh sel beta pulau langerhans kelenjar pankreas. Pada pasien diabetes melitus tipe-1, terapi insulin diberikan setelah diagnosis ditegakkan dan dianjurkan injeksi harian multiple untuk mengendalikan kadar glukosa darah yang baik. 18,19 2.3 Perubahan pada Rongga Mulut dan Gigi Geligi 2.3.1 Perubahan pada Rongga Mulut Akibat Diabetes Melitus Pada pasien diabetes melitus banyak manifestasi yang terjadi pada rongga mulut, yaitu: 1. Resorbsi tulang alveolar Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang mendukung dan membentuk soket gigi alveoli. 20 Pada penderita diabetes melitus sering dijumpai periodontitis kronis. Resorbsi tulang alveolar berhubungan dengan adanya faktor lokal dan faktor sistemik. Selain resorbsi tulang alveolar, pada penderita diabetes melitus juga terjadi penurunan densitas tulang. Kondisi sistemik yang menyebabkan kepadatan tulang berkurang akan berkaitan dengan terjadinya resorbsi tulang alveolar. Perlu diketahui, bahwa insulin dan regulasi diabetes melitus mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang. Hal ini disebabkan karena insulin meningkatkan uptake asam amino dan sintesis kolagen pada sel tulang. Regulasi Universitas Sumatera Utara tubuh yang buruk pada kondisi diabetes melitus menyebabkan peningkatan hormon paratiroid sehingga proses resorbsi tulang akan meningkat dan merangsang makrofag untuk sintesis beberapa sitokin yang akan meningkatkan resorbsi tulang. 21 Resorbsi tulang alveolar terjadi bersamaan dengan kehilangan perlekatan dan pembentukan saku. Radiografi telah menunjukkan dua pola kerusakan tulang yang berbeda. Dimana, kehilangan tulang horizontal ketika seluruh lebar tulang interdental diserap. Pada kehilangan tulang vertikal, ketika tulang interdental berdekatan dengan permukaan dimana akar akan lebih cepat diserap. 22 Kehilangan tulang horizontal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan radiografi pada ketinggian dari kehilangan tulang alveolar, dimana puncak masih horizontal tetapi diposisikan apikal lebih dari beberapa milimeter dari Cementum Enamel Junction CEJ. 3 Ruangan didalam tulang alveolar yang menampung akar gigi disebut alveoli. Pada radiografi, alveolar bone seperti garis putih yang disebut lamina dura. Lapisan tulang dalam keadaan sehat juga tampak sebagai lapisan putih yang padat pada puncak tulang interproksimal yang dikenal secara radiografi sebagai crestal lamina dura. 20 Gambar 5. Penurunan densitas tulang pada radiografi periapikal 23 2. Periodontitis dan gingivitis Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi atau gusi dan tulang. Diabetes melitus telah lama dianggap sebagai faktor risiko untuk penyakit periodontal Universitas Sumatera Utara karena meningkatkan kerentanan pasien terhadap jenis infeksi. Pada pasien insulin- dependent diabetes mellitus IDDM, sel ligamen periodontal kurang mampu dalam faktor respon pertumbuhan sehingga respon inflamasi yang diperlukan untuk mempertahankan dan menumbuhkan periodonsium selama penyembuhan akan menjadi kurang baik. 24 Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes melitus adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan memperlambat aliran darah untuk menurunkan kemampuan tubuh dalam mengurangi infeksi. Rusaknya jaringan periodontal membuat gigi yang melekat pada gusi mengakibatkan resorbsi tulang alveolar dan lama kelamaan gigi menjadi mobiliti. 25,26 Gambar 6. Kehilangan tulang diakibatkan periodontitis ditinjau dari radiografi periapikal 2 3. Oral trush Oral candida Oral trush atau oral candida adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur yang terdapat di dalam mulut. Pada penderita diabetes melitus, tubuh rentan terhadap infeksi dan sering mengonsumsi antibiotik sehingga dapat mengganggu keseimbangan kuman di rongga mulut yang mengakibatkan jamur candida berkembang sehingga menyebabkan oral trush. 25,26 Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Oral trush atau oral candida 27 4. Burning mouth syndrome Penderita diabetes melitus biasanya mengeluh tentang rasa terbakar atau mati rasa pada mulutnya. 25,26 5. Xerostomia mulut kering Diabetes melitus yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva atau air liur sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self cleansing, dimana alirannya dapat berfungsi sebagai pembersih sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Bila aliran saliva menurun, maka akan menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman dan rentan terhadap ulserasi luka, karies gigi, dan bisa menjadi perkumpulan bakteri untuk tumbuh dan berkembang. 25,26,28 Gambar 8. Xerostomia mulut kering 29 Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Perubahan pada Gigi Geligi Akibat Diabetes Melitus