BAB III PERTANGGUNGJAWWABAN PIDANA BAGI
PENAMBANG EMAS TANPA IZIN
A. Kajian Hukum Pertambangan Emas Tanpa Izin
Didalam Ketentuan Umum dalam Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2009
Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang terdapat pada Pasal 1 terdapat beberapa pengertian yang berkenaan dengan tulisan ini, yaitu
31
: 1.
Poin 6 : Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta pascatambang. 2.
Poin 7 : Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutanya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan.
3. Poin 10 : Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR,
adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi
terbatas. 4.
Poin 11 : Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan IUPK, adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus.
31
UU No. 4 Tahun 2009, Op.Cit
5. Poin 19 :Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan
untuk memproduksi mineral dan atau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan.
6. Poin 20 : Pengolahan dan Pemurnian adalah kegiatan usaha
pertambangan untuk meningkatkan utu mineral 0dan atau batubara dan serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral
ikutan. 7.
Poin 21 : Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral dan atau tempat pengolahan dan
pemurinian sampai tempat penyerahan. 8.
Poin 22 : Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral atau batubara.
9. Poin 23 : Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang bergerak
di bidang ipertambangan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia
dan berkedudukan
dalam wilayah
Negara Kesatuanrepublik Indonesia.
10. Poin 24 : Jasa pertambangan adalah jasa penunjang yang berkaitan
dengan kegiatan usaha pertambangan. Jenis izin usaha pertambangan menurut Undang
– Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, lebih sederhana dari pada jenis
izin menurut Undang – Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan –
Ketentuan Pokok Pertambangan, yaitu terdiri dari tiga macam izin, sebagaimana diatur dalam Pasal 35, Bahwa usaha pertambangan dilaksanakan dalam bentuk
32
: a. Izin Usaha Pertambangan, disingkat IUP;
b. Izin Pertambangan Rakyat, disingkat IPR; dan c. Izin Usaha Pertambangan Khusus, disingkat IUPK
Selain adanya penyederhanaan jenis izin sebagaimana diuraikan di atas, UU ini juga menyederhanakan izin tahapan kegiatan penyelidikan, yaitu untuk
melakukan kegiatan penyelidikan bahan galian, cukup memperoleh satu kali izin, misalnya IUP Eksplorasi. Berbeda dengan pada saat berlakunya UU No 1 Tahun
1967 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pertambangan untuk dapat
melalkuakan kegiatan penyelidikan, setiap tahapan teknis penyelidikan terlebih dahulu harus memperoleh izin, yaitu Surat Izin Peninjauan SKIP untuk kegiatan
prospeksi, kuasa pertambangan penyelidikan umum umtuk kegiatan eksplorasi pendahuluan atau prospeksi detail, dan kuasa pertambangan eksplorasi unuk
kegiatan eksplorasi detail.
33
Dalam hal Izin Pertambangan Rakyat telah diatur dalam Undang - Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, seperti yang
tercantum dalam Pasal 66 – 73, yaitu
34
: 1.
Pasal 66 Kegiatan pertambangan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dikelompokkan sebagai berikut : a
Pertambanagn mineral dan logam ; b
Pertambangan mineral bukan logam ; c
Pertambangan batuan; dan atau
32
Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum, Pustaka Yustisia, Jakarta, 2000, hal 72
33
Ibid, hal 72-73
34
UU No. 4 tahun 2009, Op.Cit
d Pertambangan batubara
2. Pasal 67
a Bupati Walikota memberikan IPR terutama kepada penduduk
setempat, baik perseorangan maupun kelompok masyarakat dan atau koperasi.
b Bupati Walikota dapat melimpahkan kewenangan pelaksanaan
pemberian IPR sebagai mana dimaksud ayat 1 kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
– undangan. c
Untuk memperoleh IPR sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pemohon wajib menyampaikan surat permohonan kepada Bupati
Walikota
3. Pasal 68
a Luas wilayah untuk 1 satu IPR yang dapat diberikan kepada :
1 Persorangan paling banyak 1 satu hectare;
2 Kelompok masyarakat paling banyak 5 lima hectare; dan
atau 3
Koperasipaling banyak 10 sepuluh hectare; b
IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 lima tahun dan dapat diperpanjang
4. Pasal69
Pemegang IPR berhak : a
Mendapat pembinaan dan pengawasan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja, lingkungan,
teknis pertambangan,
dan manajemen dari pemerintah dan atau pemerintah daerah; dan
b Mendapat bantuan modal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
5. Pasal 70
Pemgang IPR wajib : a
Melakukan kegiatan penambangan paling lambat 3 tiga bulan setelah IPR diterbitkan;
b Mematuhi peraturan perundang – undangan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, pengolahan lingkungan, dan memenuhi standar yang berlaku;
c Mengelola lingkungan hidup bersama pemerintah daerah;
d Membayar iuran tetap dan iuran produksi; dan
e Menyampaikan
laporan pelaksanaan
kegiatan usaha
pertambangan rakyat secara berkala kepada pemberi IPR 6.
Pasal 71 a
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70, pemegang IPR dalam melakukan kegiatan pertambngan rakyat
sebgaimana dimaksud dalam Pasal 66 wajib menaati ketentuan persyaratan teknis pertambangan.
b Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis pertambngan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan pemerintah.
7. Pasal 72
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IPR diatur dengan peraturan daerah Kabupaten Kota.
8. Pasal 73
a Pemerintah Kabupaten Kota melaksanakan pembinaan di bidang
pengusahaan, teknologi pertambangan, serta permodalan dan pemasaran dalam usaha meningkatkan kemampuan usaha
pertambangan rakyat.
b Pemerintah Kabupaten Kota betanggung jawab terhadap
pengamanan teknis pada usaha pertambangan rakyat yang meliputi :
1 Keselamatan dan kesehatan kerja;
2 Pengolahan lingkungan hidup; dan
3 Pascatambang.
c Untuk melaksanakan pengamanan taknis sebagaimana dimaksud
pada ayat 2, pemerintah Kabupaten Kota wajib mengangkat pejabat fungsional inspektur tambang sesuai dengan ketentuan
peraturan perunddang – undangan.
d Pemerintah Kabupaten Kota wajib mencatat hasil produksi dari
keseluruhan kegiatan usaha pertambangan rakyat yang berada dalam wilayahnya dan melaporkannya secara berkala kepada
Menteri dan Gubernur stempat.
B. Ketentuan Pidana Pertambangan Emas Tanpa Izin