BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN YANG MENGALAMI PENARIKAN PAKSA KENDARAAN BERMOTOR OLEH PIHAK
KETIGA DEBT COLLECTOR KARENA KREDIT MACET STUDI PADA PT. SUMMIT OTO FINANCE CABANG MEDAN
A. Kedudukan Pihak Ketiga Debt Collector Dalam Perjanjian Kredit Pembiayaan Konsumen
Tindakan debt collector yang menyita paksa barang, misalnya menyita
sepeda motor yang menunggak kredit atau menyita barang-barang di dalam rumah karena belum dapat melunasi hutang pada bank, merupakan perbuatan melanggar
hukum. Tindakan menyita secara paksa itu ibaratnya menutup lubang masalah dengan masalah menyelesaikan pelanggaran hukum dengan melanggar hukum
yang lebih berat. Seorang debitur yang belum mampu membayar lunas hutangnya misalnya cicilan dikarenakan kredit sepeda motor yang sudah jatuh tempo
merupakan suatu bentuk pelanggaran perjanjian. Dalam hal demikian kreditur dealer sepeda motor mempunyai hak untuk menyita barang yang telah
diserahkan kepada debitur pembeli sepeda motor dengan alasan wanprestasi. Atas alasan tersebut biasanya kreditur mengutus debt collector untuk menyita
barang jika tidak berhasil menagih hutang. Suatu hubungan hutang piutang antara debitur kreditur penjual dan
pembeli, atau penerima kredit dan bank umumnya diawali dengan perjanjian. Seorang pembeli sepeda motor secara kredit adalah debitur yang melakukan
perjanjian jual beli dengan dealernya sebagai kreditur. Jika debitur wanprestasi
Universitas Sumatera Utara
tidak melaksanakan kewajibannya melunasi kredit, maka berdasarkan alasan
syarat batal kreditur dapat membatalkan perjanjian. Dengan batalnya perjanjian
maka kreditur dapat menarik kembali barang-barang yang telah diserahkannya kepada debitur. Namun pembatalan itu tidak serta merta dapat dilakukan oleh
kreditur. Pembatalan perjanjian itu harus dinyatakan oleh putusan pengadilan. Tanpa adanya putusan pengadilan maka tidak ada pembatalan, dan tanpa
pembatalan maka kreditur tidak dapat menyita barang yang telah diterima oleh debitur melalui debt collector. Jikapun kreditur tetap memaksakan diri melakukan
penyitaan, maka tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum.
73
Imbalan atau disebut succes fee baru diberikan oleh perusahaan pembiayaan konsumen setelah debt collector berhasil melaksanakan tugasnya.
Kebijakan untuk mellibatkan pihak ketiga dalam menangani konsumen-konsumen Debt collectorexternal yaitu pihak ketiga yang diperbantukan oleh
perusahaan pembiayaan konsumen untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak bisa ditangani oleh kolektor reguler. Jadi debt collector external bukanlah
berstatus sebagai karyawan perusahaan, tetapi pihak diluar perusahaan yang diberi kuasa untuk bekerja atas nama perusahaan pembiayaan konsumen untuk
menangani konsumen yang mengalami gagal bayarkredit macet. Sebagai pihak yang diberi tugas berdasarkan kesepakatan, tentunya ada
imbalan yang akan diterima oleh debt collector atas penyelasaian tugas yang dikuasakan kepadanya. Negoisasi besar kecilnya imbalan yang akan diterima oleh
debt collector biasanya tergantung dari tingkat kesulitan dan resiko yang dihadapi.
73
Penyitaan Barang Oleh Debt Collector, http:www.legalakses.compenyitaan-paksa- barang-oleh-debt-collector-melanggar-hukum, diakses tanggal 15 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
gagal bayar dilakukan perusahaan pembiayaan konsumen setelah prosedur dan upaya yang dilakukan pihak kolektor reguler dalam kurun waktu tertentu tidak
menunjukkan hasil. Ketidakberhasilan ini bisa dikarenakan faktor kurang kerasnya usaha yang dilakukan kolektor reguler, bisa juga karena tingkat kesulitan
yang tinggi dari permasalahan yang ada pada konsmumen-konsumen gagal bayar tersebut, sehingga perusahaan pembiayaan konsumen tidak mau mengambil risiko
mulurnya penyelesaian kredit bermasalah tersebut. Berikut adalah tugas dan prosedur yang dilakukan departemen collection
dalam upaya melakukan penagihan: 1.
Desk coll mempunyai tugas mengingatkan konsumen atas kewajiban angsuran. Biasanya kegiatan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum jatuh
tempo dan 3 hari setelah jatuh tempo angsuran konsumen. Jika upaya yang dilakukan desk coll tidak berhasil, maka selanjutnya penanganan
dilimpahkan ke field collector baget 1 atau kolektor lancar. 2.
Kolektor baget 1 mempunyai tugas yaitu menindaklanjuti upaya yang telah dilakukan oleh desk coll sampai usia keterlambatan konsumen
mencapai 30 hari. Kolektor baget 1 melakukan kunjungan ke konsumen untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya keterlambatan angsuran
konsumen. Kolektor baget 1 menyerahkan surat peringatan ke 1 yang dilanjutkan dengan surat peringatan ke 2 apa bila surat peringatan 1 tidak
ditanggapi oleh konsumen, melakukan negosiasi menyangkut pembayaran angsuran, dan menerima pembayaran angsuran konsumen. Untuk
Universitas Sumatera Utara
konsumen-konsumen yang belum berhasil ditangani oleh kolektor lancar, selanjutnya dilimpahkan ke field collector baget 2.
3. Kolektor baget 2 mempunyai tugas menangani konsumen dengan
keterlambatan 30 hari-60 hari. Penanganan yang dilakukan kolektor baget 2 lebih intensif lagi karena tingkat kesulitan yang ada dalam baget 2 lebih
tinggi. Kolektor baget 2 melakukan penagihan ke konsumen untuk menindak lanjuti penanganan yang telah dilakukan oleh kolektor baget 1,
menyerahkan surat peringatan ke 3, melakukan negoisasi dan menerima angsuran konsumen. Konsumen-konsumen gagal bayar yang tidak bisa
ditangani oleh kolektor baget 2 selanjutnya dilimpahkan ke kolektor tarik atau remedial.
4. Kolektor tarik atau remedial mempunyai tugas menindaklanjuti
penanganan yang dilakukan oleh kolektor baget 2. Penanganan ini lebih menekankan pada penarikan unit tapi tidak menutup kemungkinan
menerima angsuran jika konsumen ternyata bisa melakukan pembayaran angsuran.
74
Untuk konsumen-konsumen gagal bayar yang tidak bisa diselesaikan oleh kolektor internal, selanjutnya kebijakan yang diambil oleh pihak perusahaan
pembiayaan konsumen adalah menyerahkan penangannya ke pihak ketiga yaitu debt collector atau external. Debt collectorexternal adalah pihak luar yang
dimintai bantuan oleh pihak perusahaan pembiayaan konsumen yang diberi kuasa bekerja atas nama perusahaan pembiayaan konsumen dengan didahului oleh
74
Debt Collector Leasing, http:deedyienz.blogspot.com201210debt-collector- leasing.html, diakses tanggal 20 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
kesepakatan yang dibuat antar mereka, kemudian diberi surat tugas untuk melakukan penanganan konsumen-konsumen bermasalah. Tugas yang diberikan
pada debt collector hanya untuk penarikan unit bukan menarik atau menerima angsuran. Permasalahan yang biasanya dilimpahkan ke debt collector antara lain
karena konsumen susah ditemukan, kendaraan telah berpindah tangan ke pihak lain, kendaraan hilangtidak diketahui keberadaannya, kendaraan digadai, atau
kendaraan berada di luar pulau. Sebelum debt collector diberikan tugas-tugas penagihan untuk debitor tertentu, biasanya debt collector telah mendapat
penjelasan tentang aturan main tata cara penagihan yang berlaku di perusahaan tersebut, dan kemudian menandatangani suatu kesepahaman bersama tentang
kerjasama tersebut serta beberapa pernyataan, yang pada intinya debt collector akan bertindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hanya menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan apa yang diamanatkan atau dikuasakan dalam surat- surat kuasa yang akan diberikan secara tersendiri dalam setiap surat kuasa yang
akan diterimanya, serta pernyataan akan bertanggung jawab penuh risiko hukum akibat pelaksanaan penagihan di lapangan sekiranya tindakan debt collector
selaku penerima kuasa menyimpang dari apa yang menjadi wewenangnya. Pemberian surat kuasa menurut hukum perdata sangatlah dibenarkan dan
merupakan hak baik oleh pemberi kuasa maupun penerima kuasa, sepanjang isi dari surat kuasa itu sendiri memenuhi ketentuan hukum. Dengan demikian,
pemberian surat kuasa oleh sebuah perusahaan pembiayaan kepada debt collector, atau external collector, atau proffesional collector, ataupun sekedar ditulis
penerima kuasa sekalipun, tidaklah boleh dihalangi oleh siapapun, karena justru
Universitas Sumatera Utara
hal tersebut melanggar hak keperdataan suatu subyek hukum tertentu, termasuk melindungi hak-hak miliknya, berupa piutang-piutang tersebut. Dari hal itu, jelas
bahwa dalam hal terjadinya penyimpangan pelaksanaan dari yang diamanatkan dalam surat kuasa, itu adalah menjadi tanggung jawab debt collector sendiri
selaku penerima kuasa, dan tidak bisa serta merta ditimpakan kepada penerima kuasa begitu saja, semata-mata karena asumsi bahwa kejadian pelanggaran
tersebut tidak akan terjadi jika surat kuasa itu tidak diberikan. Sebagai pihak luar yang diberi pekerjaan oleh pihak perusahaan
pembiayaan konsumen, motif utama mereka adalah mendapatkan uang atas jasa yang mereka berikan. Rasa tanggung jawab mereka hanya sebatas pada pekerjaan
yang diberikan sehingga cara kerja mereka pun terlepas dari prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan pembiayaan konsumen. Mereka bekerja dengan cara
mereka sendiri sesuai dengan pola yang biasa mereka lakukan, dengan satu tujuan selesaikan tugas kemudian dapat imbalan. Faktor inilah yang rentan menimbulkan
tindakan-tindakan premanisme yang dilakukan oleh debt collector. Tindakan premanisme yang sering dilakukan oleh para debt collector antara lain:
a. Melakukan intimidasi dan memeras konsumen. Pertama kali yang
dilakukan oleh debt collector dalam menjalankan tugasnya biasanya mendatangi konsumen. Tujuannya adalah meminta pertanggung jawaban
konsumen untuk menyelesaikan kewajibannya, selain itu juga untuk mencari tahu kronologi dan informasi keberadaan kendaraan. Disini
biasanya debt collector melakukan intimidasi, ancaman dan meminta paksa sejumlah uang ke pada konsumen.
Universitas Sumatera Utara
b. Penipuan ke konsumen. Penipuan ke konsumen biasanya dilakukan
setelah kendaraan dapat di tarik oleh debt collector, kemudian debt collector dengan kerendahan hati menawarkan penyelesaian ke konsumen
bahwa kendaraan akan dikembalikan ke konsumen asal konsumen bersedia membayar seluruh tunggakannya ditambah dengan biaya
operasional yang telah dikeluarkan oleh debt collector. Setelah konsumen bersedia memenuhi permintaan debt collector, kendaraan tidak
dikembalikan ke konsumen sesuai janji, melainkan diserahkan ke perusahaan pembiayaan konsumen sebagai bukti keberhasilan tugasnya.
Sejumlah uang yang telah konsumen berikan ke debt collector ternyata tidak diserahkan ke perusahaan pembiayaan konsumen melainkan masuk
ke kantong pribadi. c.
Menggelapkan kendaraan tarikan. Kendaraan yang berhasil ditarik oleh debt collector tidak diserahkan ke perusahaan pembiayaan konsumen
tetapi justru malah digadaikan ke pihak lain dengan harga jauh lebih tinggi dari fee yang diberikan perusahaan pembiayaan konsumen. Kemudian debt
collector membuat laporan palsu ke pihak perusahaan pembiayaan konsumen bahwa kendaraan tidakbelum ditemukan.
d. Perampasan kendaraan dimana debt collector meminta secara paksa
kendaraan dari tangan konsumen dan bisanya tindakan ini disertai dengan kekerasan, ancaman dan perbuatan yang tidak menyenangkan, sehingga
konsumen dengan terpaksa membiarkan kendaraan itu di bawa oleh debt collector.
Universitas Sumatera Utara
Seyogyanya pihak perusahaan pembiayaan konsumen harusnya lebih hati- hati lagi dalam mengambil kebijakan untuk menyerahkan permasalahan kredit
macet yang dimilikinya ke pihak ketiga, jangan sampai nama baik dan krediilitasnya hilang, hanya demi mengejar keuntungan semata tanpa
memperdulikan etika dan hak-hak konsumen.
B. Ketentuan Dan Prosedural Penarikan Kendaraan Bermotor