Larangan Simbol Keagamaan di Eropa: Kasus Jilbab, Niqab dan Burqa

33 merupakan suatu bentuk penindasan terhadap perempuan dan juga menunjukan ketidaksetaraan gender. 83 Selain itu, seorang wanita Muslim yang memilih untuk menggunakan jilbab, niqab maupun burqa memiliki kecenderungan dianggap sebagai bagian dari anggota Islam fundamental atau bahkan sebagai teroris. 84 Lebih dari lima negara besar di Eropa pernah melakukan larangan penggunaan jilbab, niqab dan burqa, baik itu di sekolah maupun di ruang publik. Berikut ini adalah kasus larangan simbol keagamaan, terutama penggunaan jilbab, niqab dan burqa di beberapa negara di Eropa. 1. Jerman. Semenjak tahun 2004 hingga 2009, delapan negara bagian, Baden- Württemberg, Bavaria, Berlin, Bremen, Hesse, Lower Saxony, Rhine- Westphalia Utara, dan Saarland, telah menetapkan peraturan dan kebijakan untuk melarang guru-guru di sekolah umum untuk memakai item tertentu yang terkait dengan pakaian dan simbol keagamaan. 85 Namun, dari delapan negara bagian yang melarang penggunaan simbol dan pakaian keagamaan, terselip lima negara yang membuat pengecualian bagi penggunaan simbol dan pakaian umat Kristen. Di Baden-Württemberg, negara melarang guru Muslim mengenakan jilbab 83 European Monitoring Centre on Racism and Xenophobia , ―Muslims in the European Union: Discrimination and Islamophobia,‖ EUMC 2006: 40. 84 Manisuli Ssenyonj o, ―The Islamic Vail and Freedom of Religion, the Right to Education and Work: a Survey of Recent International and national cases ,‖ Chinese Journal of International Law 2007: 657. 85 Human Right Watch, ―Discrimination in the Name of Neutrality: Headscarf Bans for Teachers and Civil Servants in Germany, ‖ 2009: 1. 34 tetapi memungkinkan guru untuk mengenakan pakaian Kristen. Sedangkan peraturan di North Rhine-Westphalia Utara serupa dengan yang terjadi di Baden-Württemberg. Di Bavaria juga memungkinkan kebiasaan biarawati, sementara melarang pemakaian jilbab. 86 2. Belgia. Pada tahun 2011, negara ini memperkenalkan peraturan yang melarang penggunaan jilbab, niqab dan burqa di tempat umum. 87 Di sekolah- sekolah di Belgia pun hampir lebih dari 95 menerapkan larangan penggunaan burqa sebagai larangan internal sekolah mereka bagi siswi wanita. 88 Dalam proses pengesahannya, mayoritas anggota parlemen mendukung larangan penggunaan jilbab dan burqa dengan total suara sebanyak 134 anggota yang memberi dukungan dan dua anggota abstain. 89 3. Spanyol. Pada tahun 2010, penggunaan larangan niqab dan burqa di berlakukan di Spanyol, lebih tepatnya di kota Catalonia dan Andalusia, di mana kedua kota tersebut menjadi dua kota dengan konsentrasi penduduk imigran Muslim terbesar di Spanyol. Bahkan Menteri Kehakiman Spanyol pada saat itu, Francisco Camano, mengklaim bahwa penggunaan burqa tidak 86 Viviane Teitelbaum, ―The European Veil Debate‖, Israel Journal of Foreign Affairs vol. 1, 2011: 96. 87 Marie Haspeslagh, ―The Belgian Burqa Ban: Unveiled from a Human Rights Perspective”, University of Ghent, 2012, 5. 88 Teitelbaum, ―The European Veil Debate‖, 93. 89 ―Belgia Setujui Larangan Burka‖ 20 April 2010, diakses pada 28 Juni 2014, http:www.bbc.co.uk. 35 sesuai dengan martabat manusia. 90 Pada saat itu Partai Populer Konservatif di Spanyol juga menginginkan perpanjangan undang-undang tersebut dengan pemberlakuan di seluruh Spanyol. 91 4. Inggris Di Inggris, komentar mantan Sekretaris Negara untuk Kehakiman menuai reaksi yang kontroversial setelah di tahun 2006, Jack Straw mengkritik penggunaan jilbab. Kemudian, dalam kasus yang melibatkan sebuah sekolah dengan seorang pengajarnya yang menggunakan jilbab, ECtHR menyatakan bahwa sekolah tersebut dapat memecat guru tersebut. Kasus ini kemudian menyita perhatian Tony Blair yang pada saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri. Saat itu Tony Blair menyatakan bahwa jilbab merupakan sebuah tanda pemisah. 92 5. Belanda Di Belanda, perdebatan mengenai larangan penggunaan niqab dan burqa sudah ada sejak tahun 2007. 93 Namun, Belanda baru memberlakukan larangan burqa pada tahun 2012. Hal tersebut menjadikan Belanda sebagai negara ketiga yang melarang burqa di Eropa. 94 Dalam undang-undang larangan burqa di Belanda, apabila seorang wanita tertangkap menggunakan burqa di jalan, transportasi publik, sekolah ataupun rumah 90 Teitelbaum, ―The European Veil Debate‖, 95. 91 ―The Islamic Veil Across Europe‖, 22 September 2011, diakses pada 27 Juni 2014, http:bbc.com. 92 Teitelbaum, ―The European Veil Debate‖, 96. 93 Application No. 4383511 – S.A.S. v. France in European Court of Human Right, 2012, 4; diunduh di http:www.opensocietyfoundations.org pada 19 Juli 2014. 94 Application No. 4383511 – S.A.S. v. France in European Court of Human Right. 36 sakit akan dikenakan denda sebesar £ 380. Namun, Belanda memberlakukan pengecualian dalam penerapan undang-undang tersebut. Pengecualian tersebut berlaku apabila wanita menggunakan burqa di masjid dan bagi wanita asing yang sedang transit di bandara internasional Belanda. 95 6. Perancis Di Perancis, isu mengenai larangan jilbab, niqab dan burqa telah ada semenjak tahun 2003 ketika Presiden Chiraq menyatakan bahwa penggunaan simbol keagamaan di ruang publik dan sekolah merupakan tindakan yang tidak mencerminkan nilai sekularisme dan harus dilarang. 96 Kemudian di tahun 2004, Perancis meloloskan undang-undang yang melarang penggunaan jilbab maupun simbol agama lain di sekolah- sekolah negeri di negara itu. 97 Setelah larangan penggunaan jilbab, kemudian pemerintaha Perancis mengembangkan larangan tersebut menjadi larangan burqa di tahun 2010. 98 Dari beberapa kasus diatas, kehadiran simbol-simbol yang mengacu pada identitas keagamaan Islam di ruang publik Eropa dianggap sebagai tantangan serius 95 Bruno Waterfield, ―Netherlands to ban the burka”, 15 September 2011, diakses pada 29 Juni 2014, http:www.telegraph.co.uk. 96 Henri Peña- Ruiz, ―Laïcité et égalité, leviers de lémancipation‖, Le Monde Diplomatique dalam ―The French ―Headscarves Ban‖: Intolerance or Necessity?‖, ed. Reuven Ziegler, 2006: 4. 97 Elaine B. Sciolino, ―French Assembly Votes to Ban Religious Simbols in Schools,‖ N.Y. TIMES, 11 Fe bruari 2004 dalam ―The Headscarf Affair: The Conseil d‘État on the Role of Religion and Culture in French Society‖, ed. Elisa T. Beller 2004: 26. 98 Teitelbaum, ―The European Veil Debate‖ 94. 37 terhadap masa depan sekularisme. Meskipun sebagian dari kaum Muslim telah tercatat sebagai warga negara, namun masih banyak kalangan dalam masyarakat Eropa yang meragukan kesetiaan mereka terhadap hukum-hukum dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Loyalitas kaum Muslim terhadap Islam dianggap menegasikan patriotisme kaum Muslim terhadap negara Eropa tempat mereka tinggal sekarang. Pandangan-pandangan stereotipikal dan stigmatis inilah yang sering menjadi beban dalam menciptakan sebuah pola hubungan yang dialogis antara Islam dan Eropa. Menurut Parekh, pandangan-pandangan tersebut berakar pada kesalahpahaman masyarakat Eropa sendiri dalam memaknai logika integrasi, seolah-olah identitas- identitas yang sekarang dianggap melekat dalam tradisi masyarakat Eropa seperti liberalisme, sekularisme, dan rasionalisme adalah konsepsi yang tunggal. 99

C. Islam di Perancis

Perancis merupakan sebuah negara dengan populasi Muslim terbesar di Eropa Barat. 100 Negara yang menganut paham laïcité ini memiliki tingkat pertambahan Muslim yang cukup signifikan setiap tahunnya baik itu yang berasal dari luar Perancis maupun dari para mualaf. 101 Laïcité merupakan konsep yang mendeskripsikan ke kolektifan identitas publik dari masyarakat Perancis dan juga landasan kepribadian nasional yang mendefinisikan apa artinya orang Perancis. 99 Parekh, Bikhu, Europe, Liberalism, and the „Muslim Question dalam Multiculturalism, Muslims, and Citizenship: A European Approach ed. Tariq Modood, Richard Zapata-Barrero, dan Anna Triandafyllidou, London: Routledge, 2006, 23. 100 Stéphanie Giry, ―France and Its Muslim,‖ Foreign Affairs Vol 85 :5 2006: 87. 101 Caesari, ―Islam in France,‖ 36-51. 38 Warga Perancis dari semua latar belakang politik melihat laïcité sebagai refleksi dari identitas nasional di ruang publik dan mayoritas dari mereka berusaha untuk melindungi identitas Perancis ini dari perbedaan minoritas. Laïcité melindungi warga negara Perancis dari tekanan kelompok minoritas yang mengancam identitas sekuler Perancis, terutama dari kelompok yang bersifat religius. Selama berabad-abad, perlindungan ini fokus pada pengurangan pengaruh Gereja Katolik. 102 Negara yang menganut laïcité ini didominasi oleh penduduk Katolik. Namun pada tahun 2007, penelitian yang dilakukan oleh Catholic World News, jumlah pemeluk Katolik di Perancis menurun menjadi 51. Sementara itu, dari sumber yang sama juga menunjukkan 31 diidentifikasi sebagai Atheis, 10 dari agama lain, 4 Muslim, 3 Protestan, 1 Budha dan 1 Yahudi. 103 Awal dari masuknya Islam di Perancis sudah terjadi sejak abad ke-10 ketika negara kerajaan Islam ingin memperluas daerah kekuasaannya. Namun sayang, ketika itu Islam gagal karena tengah menghadapi perang salib dan akhirnya Islam pun keluar dari Perancis. 104 Masuknya Islam di Perancis menjadi signifikan bersamaan dengan kolonialisasi Perancis di Afrika Utara yang di mulai ada tahun 1830. Para pedagang dikenal dengan istilah turcos datang dari Aljazair setelah tahun 1850, menyusul 102 Davis, ―Lifting the Veil: France‘s New Crusade,‖ 122. 103 Ratna Fitriani Imanita, ―Alhamdulillah, Muslim Perancis Meningkat Pesat‖, 19 Mei 2012, diakses pada 4 Januari 2013, http:www.republika.co.id. 104 John L Esposito, The Oxford Encycloppedia of The Modern World vol.2, New York: Oxford University Press, 1995, 28. 39 kemudian imigran Maroko yang bekerja di dermaga Marseilles, kontruksi pembangunan kota Paris dan di sektor pertambangan di Perancis bagian selatan. 105 Pasca terjadinya perang dunia pertama dan kedua, tingkat imigrasi di Perancis semakin meningkat. Sesudah perang dunia I, Perancis sangat kekurangan tenaga kerja dan untuk mengejar kekurangan ini imigrasi orang-orang Aljazair pun didorong. Pada tahun 1920 penduduk Muslim mencapai 120.000 orang. 106 Imigrasi Muslim ke Perancis memiliki kecenderungan naik setelah perang dunia II, dengan penduduk Muslim mencapai 240.000 pada tahun 1950. 107 Namun tidak semua imigran yang pada saat itu pindah ke Perancis adalah Muslim, 40 dari mereka adalah penganut agama lain. 108 Pada awal abad ke-20, gelombang pekerja berdatangan lagi ke Perancis. Pekerja itu terdiri atas warga Aljazair, Maroko, dan Tunisia. 109 Pada tahun 1974 pemerintah Perancis mengeluarkan deregulasi mengenai perizinan membawa istri dan keluarga bagi para pekerja tersebut. Sebagai hasilnya, populasi Muslim di Perancis saat itu meningkat terutama terdiri dari orang-orang dari Afrika Utara Aljazair, Maroko dan Tunisia, Turki, Afrika Sub-Sahara dan anak-anak mereka yang lahir di Perancis. Selain itu, terdapat pula orang Asia Selatan Tamil dan Gujarat misalnya 105 Esposito, The Oxford Encycloppedia of The Modern World. 106 Anne-Laure Zwilling, Yearbook of Muslim in Europe vol. 2, Leiden: Koninklijke Brill NV, 2010, 184. 107 M.Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali Press, 2005, 51. 108 Giry, ―France and Its Muslim‖, 88. 109 Esposito, The Oxford Encycloppedia of The Modern World, 29. 40 dan orang-orang dari Timur Tengah dan juga orang-orang Albania dan Bosnia sejak perang Yugoslavia 1991-2001. 110 Imigran Muslim yang berada di Perancis pada awalnya tidak dianggap sebagai ancaman hingga pada saat generasi kedua dan ketiga tumbuh barulah Perancis menganggap bahwa Muslim mampu memunculkan masalah serta ancaman bagi Perancis. 111 Bagi sebagian penduduk Perancis, kehadiran jutaan umat Islam di Perancis dianggap sebagai ancaman bagi pondasi sekularisme dan demokrasi yang