Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bei Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening

(1)

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS

YANG TERDAFTAR DI BEI DENGAN MANAJEMEN LABA

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

TESIS

Oleh

JOJOR LISBET SIBARANI

087017018/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010


(2)

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS

YANG TERDAFTAR DI BEI DENGAN MANAJEMEN LABA

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JOJOR LISBET SIBARANI

087017018/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2010


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA

PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG

TERDAFTAR DI BEI DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Nama Mahasiswa : Jojor Lisbet Sibarani

Nomor Pokok : 087017018

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) Ketua

(Drs. Firman Syarif, MSi. Ak) Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 4 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak

2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak 4. Drs. Rasdianto, MSi.Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang berjudul:

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BEI DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL

INTERVENING”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 16 Juli 2010

Jojor Lisbet Sibarani NPM. 087017018/Akt


(6)

ABSTRAK

Jojor Lisbet Sibarani, 2010. Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI, dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh corporate governance terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai variabel intervening.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian analisis jalur. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan, variabel independennya mekanisme corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, Ukuran dewan komisaris dan komite audit, sedangkan variabel interveningnya adalah Manajemen Laba. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 34 perusahaan consumers goods yang terdaftar di BEI, dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 12 perusahaan sebagai sampel dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa (1) secara simultan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan, (2) melalui Manajemen Laba secara simultan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan, (3) Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan, (4) Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit tidak berpengaruh baik terhadap Manajemen Laba maupun Kinerja keuangan, (5) Komposisi Dewan Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba tetapi tidak terhadap Kinerja Keuangan, (6) Manajemen Laba tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan.

Kata Kunci: Corporate Governance, Kinerja Keuangan, Manajemen Laba, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit.


(7)

ABSTRACT

Jojor Lisbet Sibarani, 2010. Analysis the Influance of Corporate Governance to Financial Performance for Consumers Goods Firm which listed in Indonesian Stock Exchange, with Earning Management as Intervening Variable.

The purpose of this research is to find out and to analyze the influance of Corporate Governance to Financial Performance with Earning Management as Intervening Variable

The analyze method that is used in this research is quantitative method with path analysis. The dependent variable used in this research is Financial Performance, independent variable is corporate governance mechanism which proxies by Institutional Ownership, Managerial Ownership, Composed of Independen board of directors, Size of the Board of Directors and Audit Committee, and Earning Management as intervening variable. The population is 34 consumers goods firm which listed in Indonesian Stock Exchange, and by using purposive sampling technique, 12 firm as samples in the year 2004 up to year 2008.

The result of this researh give the evidence that (1) simultaneously of Institutional Ownership, Managerial Ownership, Composed of Independen board of directors, Size of the Board of Directors and Audit Committee had significant influence to Financial Performance (2) through Earning Management simultaneously of Institutional Ownership, Managerial Ownership, Composed of Independen board of directors, Size of the Board of Directors and Audit Committee had significant influence to Financial Performance (3) Institutional Ownership and Size of the Board of Directors significant influance to Earning Management and Financial Performance (4) Managerial Ownership and Audit Committee had not significant influence to Earning Management neither to Financial Performance (5) Composed of Independen board of directors significant influance to Earning Management but not to Financial Performance (6) Earning Management had not significant influence to Financial Performance.

Keywords: Corporate Governance, Financial Performance, Earning Management, Institutional Ownership, Managerial Ownership, Composed of Independen board of directors, Size of the Board of Directors and Audit Committee


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tesis ini berjudul Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan

Consumer Goods yang Terdaftar di BEI, dengan Manajemen Laba Sebagai

Variabel Intervening” yang dikaji dengan beberapa pendekatan/analisis sebagai aplikasi pengetahuan yang didapat penulis selama mengikuti perkuliahan pada Program Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak menerima masukan dari berbagai pihak karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, Selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan bertindak sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk penyelesaian tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan bertindak sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan kritik dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak, selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, dan Bapak Drs. Rasdianto, MS, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan kritik dalam penyelesaian tesis ini.

7. Dosen dan segenap Civitas Akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Ir. Zulkifli Lubis, M.I.Kom, selaku Direktur Politeknik Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan mengikuti kuliah pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Suamiku Anggiat Situngkir yang memberikan dorongan dan motivasi pada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

10. Rekan-rekan seperjuangan dari Politeknik Negeri Medan khususnya kelas Akuntansi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Untuk anakku Alfin, Arren dan Ruth Elica, semoga tesis ini menjadi motivasi bagi kalian untuk belajar lebih giat lagi.

Penulis menyadari dalam penyelesaian tesis ini masih banyak keterbatasan sehinga diperlukan masukan yang sifatnya membangun, namun penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembacanya. Amin.

Medan, 26 Juli 2010

Jojor Lisbet Sibarani 087017018/Akt


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Jojor Lisbet Sibarani 2. Tempat/Tanggal lahir : Parikganjang/16 Mei 1962 3. Pekerjaan : Dosen Politeknik Negeri Medan 4. Agama : Kristen

5. Orang tua

a. Ayah : St. S.S Sibarani (Alm) b. Ibu : E.P. Nainggolan (Alm)

6. Suami : Anggiat Situngkir, SE. MSi,Ak 7. Anak : 1. Alfin RJ Situngkir

2. Arren RY Situngkir 3. Ruthelica J Situngkir 8. Alamat : Jl. Pinang 3 No. 11 Medan 9. Pendidikan

a. SD : SD Negeri Dolok Marlawan, Tamat 1974 b. SLTP : SMP Bersubsidi Josua II, Medan, Tamat 1977 c. SMU : SMA Swasta St Angela, Bandung, Tamat 1981 d. Universitas/Fakultas : Fakultas Ekonomi Univ Medan Area, Tamat 1994 e. Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi Ilmu Ekonomi USU, Tamat 2010


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Originalitas ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Landasan Teoritis ... 11

2.1.1. Kinerja Keuangan ... 11

2.1.2. Manajemen Laba ... 14

2.1.2.1. Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba ... 16

2.1.2.2. Teknik Manajemen Laba ... 19

2.1.2.3. Pola Manajemen Laba ... 20

2.1.3. Corporate Governance ... 20

2.1.3.1. Prinsip Dasar Good Corporate Governance ... 21

2.1.3.2. Mekanisme Good Corporate Governance ... 23

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 36

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 40

3.1. Kerangka Konseptual ... 40

3.2. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB IV METODE PENELITIAN……… 44

4.1. Rancangan Penelitian ... 44

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

4.2.1. Populasi Penelitian... 45

4.2.2. Teknik Pengambilan Sampel... 45

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 46


(12)

4.4.1. Kinerja Keuangan ... 46

4.4.2. Manajemen Laba ... 47

4.4.3. Kepemilikan Institusional ... 48

4.4.4. Kepemilikan Manajerial ... 48

4.4.5. Komposisi Dewan Komisaris Independen ... 49

4.4.6. Ukuran Dewan Komisaris ... 49

4.4.7. Komite Audit ... 50

4.5. Model Penelitian ... 51

4.6. Metode Analisa Data ... 52

4.6.1. Uji Asumsi Klasik ... 52

4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 54

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

5.1. Deskripsi Data Penelitian ... 55

5.2. Analisis Data ... 57

5.2.1. Uji Asumsi Klasik ... ... 58

5.2.1.1. Uji Normalitas Data ... 58

5.2.1.2. Uji Multikolinearitas ... 59

5.2.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 60

5.2.1.4. Uji Autokorelasi ... 61

5.3. Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis ... 62

5.3.1. Analisis Pengaruh Corporate Governance dalam Hal Ini Kepemilikan Institusional (KI), Kepemilikan Manajerial (KM), Komposisi Dewan Komisaris Independen (KomI), Ukuran Dewan Komisaris (UDK), dan Komite Audit (KA) Secara Simultan dan Parsial terhadap Kinerja Keuangan (KK) ... 62

5.3.2. Analisis Melalui Manajemen Laba (ML) Mempengaruhi Hubungan Antara Mekanisme Corporate Governance dalam Hal Ini Kepemilikan Institusional (KI), Kepemilikan Manajerial (KM), Komposisi Dewan Komisaris Independen (KomI), Ukuran Dewan Komisaris (UDK) dan Komite Audit (KA) terhadap Kinerja Keuangan (KK)... 68

5.4. Pembahasan Hasil Penelitian. ... 81

5.4.1. Pengaruh Corporate Governance dalam Hal Ini Kepemilikan Institusional (KI), Kepemilikan Manajerial (KM), Komposisi Dewan Komisaris Independen (KomI), Ukuran Dewan Komisaris (UDK), dan Komite Audit (KA) Secara Simultan dan Parsial terhadap Kinerja Keuangan (KK) ... 81 5.4.2. Melalui Manajemen Laba (ML) Mempengaruhi

Hubungan Antara Mekanisme Corporate Governance dalam Hal Ini Kepemilikan Institusional (KI),


(13)

Kepemilikan Manajerial (KM), komposisi Dewan

Komisaris Independen (KomI), Ukuran Dewan Komisaris (UDK) dan Komite Audit (KA) terhadap Kinerja

Keuangan (KK)... ... 82

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 90

6.1. Kesimpulan ... 90

6.2. Keterbatasan... 92

6.3. Saran ………... 93


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tinjauan atas Peneliti Terdahulu... 39

4.1. Operasional Variabel Penelitian………...…………... 50

5.1. Deskriptif Statistik………... 56

5.2. One-Sample Kolmogorov Smirnov Test…... 59

5.3. Tolerance dan VIF Coefficient... 60

5.4. Autokorelasi dengan Durbin-Watson... 62

5.5. Koefisien Korelasi antara Variabel KI, KM, KomI, UDK, KA, terhadap KK ... 62

5.6. Uji Fisher (Uji F)………... 63

5.7. Uji t.………... 64

5.8. Koefisien Korelasi antara Variabel KI, KM, KomI, UDK, KA, terhadap ML... 69

5.9. Uji Fisher (Uji F)... 70

5.10. Uji t ………... 71

5.11. Koefisien Korelasi antara Variabel KI, KM, KomI, UDK, KA, ML terhadap KK... 73

5.12. Uji Fisher (Uji F)………... 74

5.13. Uji t.………... 75

5.14. Pengaruh Langsung Maupun Total Pengaruh Variabel: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit Melalui Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan... 80


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual………... 40

5.1. Output Normalitas ..…... 58

5.2. Output Scatter Plot... 61

5.3. Hasil Diagram Jalur... 81


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Perusahaan... 100

2. Data Keuangan Manajemen Laba... 102

3. Data Kepemilikan Institusi, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit... 105

4. Output Pengolahan Data SPSS... 107

5. Nilai-nilai Distribusi t... 113


(17)

ABSTRAK

Jojor Lisbet Sibarani, 2010. Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI, dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh corporate governance terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai variabel intervening.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian analisis jalur. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan, variabel independennya mekanisme corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, Ukuran dewan komisaris dan komite audit, sedangkan variabel interveningnya adalah Manajemen Laba. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 34 perusahaan consumers goods yang terdaftar di BEI, dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 12 perusahaan sebagai sampel dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa (1) secara simultan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan, (2) melalui Manajemen Laba secara simultan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan, (3) Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan, (4) Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit tidak berpengaruh baik terhadap Manajemen Laba maupun Kinerja keuangan, (5) Komposisi Dewan Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba tetapi tidak terhadap Kinerja Keuangan, (6) Manajemen Laba tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan.

Kata Kunci: Corporate Governance, Kinerja Keuangan, Manajemen Laba, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit.


(18)

ABSTRACT

Jojor Lisbet Sibarani, 2010. Analysis the Influance of Corporate Governance to Financial Performance for Consumers Goods Firm which listed in Indonesian Stock Exchange, with Earning Management as Intervening Variable.

The purpose of this research is to find out and to analyze the influance of Corporate Governance to Financial Performance with Earning Management as Intervening Variable

The analyze method that is used in this research is quantitative method with path analysis. The dependent variable used in this research is Financial Performance, independent variable is corporate governance mechanism which proxies by Institutional Ownership, Managerial Ownership, Composed of Independen board of directors, Size of the Board of Directors and Audit Committee, and Earning Management as intervening variable. The population is 34 consumers goods firm which listed in Indonesian Stock Exchange, and by using purposive sampling technique, 12 firm as samples in the year 2004 up to year 2008.

The result of this researh give the evidence that (1) simultaneously of Institutional Ownership, Managerial Ownership, Composed of Independen board of directors, Size of the Board of Directors and Audit Committee had significant influence to Financial Performance (2) through Earning Management simultaneously of Institutional Ownership, Managerial Ownership, Composed of Independen board of directors, Size of the Board of Directors and Audit Committee had significant influence to Financial Performance (3) Institutional Ownership and Size of the Board of Directors significant influance to Earning Management and Financial Performance (4) Managerial Ownership and Audit Committee had not significant influence to Earning Management neither to Financial Performance (5) Composed of Independen board of directors significant influance to Earning Management but not to Financial Performance (6) Earning Management had not significant influence to Financial Performance.

Keywords: Corporate Governance, Financial Performance, Earning Management, Institutional Ownership, Managerial Ownership, Composed of Independen board of directors, Size of the Board of Directors and Audit Committee


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan publik yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat, diwajibkan menyajikan laporan keuangan yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, di Indonesia lembaga ini adalah Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Laporan keuangan harus diterbitkan melalui media massa yang dapat digunakan sebagai sumber informasi penting yang diperlukan oleh pemegang saham khususnya dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dengan perusahaan (stakeholder) pada umumnya.

Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan ini diakui oleh investor, kreditur, supplier, organisasi buruh, bursa efek dan para analis keuangan sebagai sumber informasi penting mengenai keberadaan sumber daya ekonomi perusahaan yang diharapkan berguna untuk pengambilan keputusan.


(20)

Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima, melalui pembagian dividen.

Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Jika pada suatu kondisi di mana manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh Standard Akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba yang baik.

Laba yang diukur atas dasar aktual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik atas kinerja perusahan dibandingkan arus kas operasi karena akrual mengurangi masalah waktu dan mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas dalam jangka pendek (Dechow, 1994). Adanya asimetri informasi memungkinkan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Penelitian Richardson (1998) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Menurut Hastuti (2005) manajemen laba merupakan salah satu


(21)

faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen laba memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen (Boediono, 2005). Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoudz, 2006). Fama (1978) dalam Rachmawati 2007 menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya.

Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal (yang memberi kontrak atau pemegang saham) dan agen (yang menerima kontrak dan mengelola dana prinsipal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Jika agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka ada alasan untuk percaya bahwa agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Pemikiran bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau self-interested behaviour. Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi.


(22)

Adanya kontrak yang efisien belum cukup untuk mengatasi masalah keagenan. Konsep corporate governance timbul karena adanya keterbatasan dari teori keagenan dalam mengatasi masalah keagenan dan dapat dipandang sebagai kelanjutan dari teori keagenan (Ariyoto dkk, 2000 dalam Darmawati 2006). Corporate governance merupakan cara-cara untuk memberikan keyakinan kepada para pemasok dana perusahaan akan diperolehnya return atas investasi mereka (Shleifer dan Vishny, 1997). Menurut Cadbury (1992), corporate governance adalah sistem untuk mengarahkan (direct) dan mengendalikan (control) suatu perusahaan/ korporasi. Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya sifat manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Jika hal ini terjadi akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan bagi para pemakainya, sehingga nilai perusahaan akan berkurang.

Fenomena ini menunjukkan terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar saham, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Kualitas laba


(23)

khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi (Schipper dan Vincent, 2003). Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan oleh emiten. Subramanyam (1996) dalam Rachmawati (2007) menyatakan bahwa salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan.

Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain struktur kepemilikannya, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, manajemen laba, serta keberadaan komite audit.

Struktur kepemilikan (kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial) oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam pencapaian tujuan


(24)

perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006).

Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Adanya dewan komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan.

Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan (Kieso dan Weygendt, 1995), sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (cash flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja


(25)

perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham (Cornett et al, 2006).

Dukungan empiris perihal faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Warfield et al, (1995) menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan secara negatif dengan manajemen laba sebagai proksi kualitas laba. Chtourou et al, (2001) menemukan bahwa earning management secara signifikan berhubungan dengan beberapa praktek governance oleh dewan komisaris dan komite audit. Namun Gabrielsen et al, (1997) menemukan hasil yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dengan manajemen laba serta menemukan hubungan yang negatif antara kepemilikan manajerial dengan kualitas laba.

Xu and Wang (1999) menemukan bahwa kepemilikan saham perusahaan oleh legal person shareholder dapat memonitor manajemen secara lebih efektif melalui pengendalian oleh board of directors, pemilihan karyawan perusahaan dan pemberian kompensasi terhadap chief corporate officer. Penelitian oleh Demzetz dan Lehn (1985) menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi kepemilikan dan tingkat laba akuntansi untuk 511 perusahaan terbesar di US. Hastuti (2005) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan perusahaan dengan kinerja perusahaan yang termasuk dalam daftar LQ-45 di bursa efek Jakarta, manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan.


(26)

Tidak konsistennya hasil penelitian mengenai pengaruh kepemilikan terhadap kinerja perusahaan memotivasi penulis untuk melakukan penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya maka yang menjadi permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah mekanisme corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI?

2. Apakah melalui manajemen laba mempengaruhi hubungan antara mekanisme corporate governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah mekanisme corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit berpengaruh


(27)

baik secara parsial maupun simultan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI.

2. Untuk mengetahui apakah melalui manajemen laba mempengaruhi hubungan antara mekanisme corporate governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Memberikan kontribusi pemikiran kepada para pemakai laporan keuangan dan

praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme corporate governance serta praktik manajemen laba, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.

2. Temuan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kajian akuntansi keuangan mengenai agency theory dan corporate governance dan konsekuensinya terhadap kinerja keuangan yang dilaporkan.

3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intellectual exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin yang digeluti.


(28)

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007). Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengambil sampel perusahaan consumer goods sedangkan Ujiyantho dan Pramuka mengambil sampel perusahaan manufaktur, teknik analisis penelitian Ujiyantho dan Pramuka menggunakan regresi berganda, sedangkan penelitian ini mengunakan analisis jalur (path analysis). Demikian juga variabel penelitian, Ujiyantho dan Pramuka (2007) menggunakan variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, sedangkan penelitian ini menambah variabel komite audit.

Alasan penambahan variabel ini adalah, dari hasil penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) dengan variabel yang ada, nilai R2 relatif kecil oleh sebab itu disarankan untuk menambah variabel lain seperti komite audit yang merupakan suatu komite yang membantu fungsi pengawasan dewan komisaris. Komite Audit sebagai salah satu aspek GCG diharapkan dapat mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh agent sehingga kinerja perusahaan yang diwujudkan melalui perolehan laba semakin baik.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Keuangan

Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan.

Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.

Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Kinerja


(30)

perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan. Penyajian informasi laba merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Para investor dan manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan kinerja keuangan dan kinerja operasional dari perusahaan.

Penggunaan laporan keuangan sebagai aspek penilaian kinerja didasarkan atas informasi akuntansi, yang mencerminkan nilai sumber daya yang diperoleh perusahaan dari bisnisnya dan juga yang dikorbankan oleh para manajer untuk menjalankan aktivitas bisnis perusahaan.

Kinerja perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan karena setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan. Pentingnya laporan keuangan sebagai informasi dalam menilai kinerja perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan haruslah mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu. Sehingga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan akan menjadi tepat, dengan demikian pemegang saham dapat menjadikan laporan keuangan sebagai informasi yang berguna dalam pengambilan keputusannya sebagai pemegang saham perusahaan.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik


(31)

(pemegang saham). Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi. Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba.

Manipulasi kinerja merupakan upaya manajemen untuk mengubah laporan keuangan yang bertujuan untuk menyesatkan pemegang saham yang ingin mengetahui kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healey dan Wahlen, 1998; Du Charme et al, 2000). Sikap oportunistik ini dinilai sebagai sikap curang (fraud) manajemen yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat menghadapi intertemporal choice (Beneish, 2001 dalam Hastuti, 2005).

Manipulasi yang dikenal dengan istilah earnings management ini dilakukan melalui penurunan laba (income decreasing), perataan laba (income smoothing) dan penaikan laba (income increasing). Manipulasi ini dilakukan dengan pertama menggeser pendapatan masa depan (future earnings) menjadi pendapatan sekarang (current earnings) atau sebaliknya. Kedua, menggeser biaya sekarang (current cost) menjadi biaya masa depan (future cost) atau sebaliknya. Sehingga laba pada periode bersangkutan akan dilaporkan lebih tinggi atau lebih rendah (Espenlaub, 1999 dalam Hastuti, 2005).

Berdasarkan alasan tersebut, diharapkan bahwa good corporate governance dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang salah satunya adalah


(32)

meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Kualitas laba yang baik diharapkan juga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

2.1.2. Manajemen Laba

Menurut Scott (1997) manajemen laba didefinisikan sebagai berikut “Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Scott (1997) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), di mana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.

Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan agency theory. Agency theory berasumsi bahwa setiap individu semata-mata termotivasi oleh


(33)

kepentingannya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena adanya perikalu oportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Untuk mendapatkan bonus dari principal, manajer termotivasi untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik.

Jansen dan Meckling (1976), Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauhmana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya, serta memberikan kompensasi kepada agen.

Laporan keuangan yang digunakan oleh principal untuk memberikan kompensasi kepada agen dengan harapan dapat mengurangi konflik keagenan dapat dimanfaatkan oleh agen untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Akuntansi akrual yang dicatat dengan basis akrual (accrual basis) merupakan subjek managerial discretion, karena fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP memberikan dorongan


(34)

kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan agar dapat menghasilkan laporan laba seperti yang diinginkan, meskipun menciptakan distorsi dalam pelaporan laba (Watts dan Zimmerman, 1986).

Pandangan teori keagenan di mana terdapat pemisahan antara agen dan principal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan principal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki informasi laba. 2.1.2.1. Faktor-faktor pendorong manajemen laba

Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT) dan Agency Theory. Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman (1986) dalam Halim (2005) adalah:

a. The bonus plan hypothesis

Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk


(35)

mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan.

b. The debt to equity hypothesis (debt covenant hypothesis)

Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.

c. The political cost hypothesis (size hypothesis)

Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.


(36)

Scott (2000) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba: a. Bonus purpose

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985).

b. Political motivations

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.

c. Taxation motivations

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.

d. Penggantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

e. Initital public offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.


(37)

f. Pentingnya memberi informasi kepada investor

Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

2.1.2.2. Teknik manajemen laba

Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dapat dilakukan dengan tiga teknik:

a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

b. Mengubah metode akuntansi

Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.

c. Menggeser periode biaya atau pendapatan

Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat/ menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak terpakai.


(38)

2.1.2.3. Pola manajemen laba

Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dapat dilakukan dengan cara: a. Taking a bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.

b. Income minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

c. Income maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.

d. Income smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.3. Corporate Governance

Isu corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah conflict agency. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal


(39)

yang ditanam tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.

Beberapa konsep tentang corporate governance antara lain dikemukakan oleh Shleifer and Vishny (1997) yang menyatakan corporate governance berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Iskandar dkk (1999) menyatakan bahwa corporate governance merujuk pada kerangka aturan dan peraturan yang memungkinkan stakeholders untuk membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk memperoleh return. Selain itu corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi dan manajer (atau insider) agar bertindak yang terbaik untuk kepentingan investor luar (kreditur atau shareholder) (Prowson, 1998).

2.1.3.1.Prinsip dasar good corporate governance

Menurut Daniri (2006) terdapat lima prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik. Kelima prinsip tersebut adalah:

a. Transparancy dapat diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Transparansi meliputi (1) penyediaan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. (2) mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan


(40)

pada kinerja perusahaan (3) investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat yang diperlukan.

b. Akuntabilitas (accountability) adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas meliputi pengertian bahwa (1) Anggota dewan komisaris harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham (2) memiliki komisaris yang bersifat independen terlepas dari manajemen (3) praktek audit internal yang efektif. c. Pertanggungjawaban (responsibility) perusahaan adalah kesesuaian

(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Pertanggungjawaban meliputi (1) menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. (2) lewat prinsip responsibiliti diharapkan membantu peran pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar.

d. Kemandirian (independency) adalah suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Independensi meliputi proses pengambilan keputusan seharusnya berpihak pada kepentingan perusahaan.


(41)

e. Kesetaraan dan kewajaran (fairness) didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness meliputi: (a) kejelasan bagi seluruh hak pemegang saham (b) perlakuan yang sama bagi para pemegang saham (c) aset perusahaan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati).

2.1.3.2. Mekanisme good corporate governance

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Corporate governance yang mengandung lima unsur penting yaitu transparancy, accountability, responsibility, independency, fairness, diharapkan dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor.

Mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap penurunan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif dengan CFROA. Hasil ini diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate governance dapat mengurangi dorongan manajer melakukan earning management, sehingga CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya.


(42)

Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Menurut Lee et al., (1992) dalam Fidyati (2004) menyebutkan dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings management.

Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relatif dari laba sekarang. Seperti yang dikutip Fidyati (2004), Shiller dan Pound (1989) menjelaskan bahwa investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer.


(43)

Midiastuty dan Machfoedz (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai perusahaan (Tobin’s Q) dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial, institusional dan ukuran dewan direksi.

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses minitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005). Mc Conell dan Servaes (1990), Nesbitt (1994), Smith (1996), Del Guercio dan Hawkins (1999), dan Hartzel dan Starks (2003) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para manajer. Cornet et al, (2006) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri.

b. Kepemilikan manajerial, manajemen laba dan kinerja keuangan

Dalam teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan


(44)

kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelola. Boediono (2005) berpendapat bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba. Ada hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan kandungan informasi dalam laba (Warfield et al, (1995). Hasil yang sama juga diperoleh Jensen dan Meckling, (1976), Dhaliwal et al, (1982), Morck et al, (1988) dan Midiastuty dan Machfoedz, (2003).

Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan (Boediono, 2005).

Siallagan dan Machfoedz (2006) yang juga meneliti pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba yang diukur dengan discretionary accrual dan nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q, menyimpulkan dari hasil pengujiannya bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara positif terhadap kualitas laba, sedangkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan adalah negatif.

Untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial (Jasen dan Meckling, 1976). Watts et al, (1986) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen


(45)

akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri.

Penelitian Warfield et al, (1995) yang menguji hubungan kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan secara negatif dengan discretionary accrual. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa kualitas laba meningkat ketika kepemilikan manajerial tinggi. Gabrielsen et al, (2002) menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan kandungan informasi laba serta discretionary accrual. Dengan menggunakan data pasar modal Denmark ditemukan adanya hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dan discretionary accrual dan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan kandungan informasi laba. Income smoothing secara signifikan lebih sering dilakukan oleh perusahaan yang dikendalikan oleh manajer dibandingkan dengan perusahaan yang dikendalikan oleh pemiliknya (Smith, 1976) dalam Siallagan (2006).

c. Komisaris independen, manajemen laba, kinerja keuangan

Salah satu permasalahan dalam penerapan corporate governance adalah adanya CEO yang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris. Padahal fungsi dari dewan komisaris ini adalah untuk mengawasi kinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh CEO tersebut. Efektivitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat independensi dari dewan komisaris tersebut (Lorsch, 1989; Mizruchi, 1983; Zahra & Pearce, 1989 dalam Wardhani, 2006).


(46)

Penelitian mengenai dampak dari independensi dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan ternyata masih beragam. Ada penelitian yang menyatakan bahwa tingginya proporsi dewan luar berhubungan positif dengan kinerja perusahaan (Yermack, 1996; Daily & Dalton, 1993; Strearns & Mizruchi, 1993), bukan merupakan faktor dari kinerja perusahaan (Kesner & Johnson, 1990), dan berhubungan negatif dengan kinerja (Baysinger, Kosnik & Turk, 1991; Goodstein & Boeker, 1991 dalam Wardhani, 2006).

Konteks independensi ini menjadi semakin kompleks dalam perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Pfeffer & Salancik (1978) menyatakan bahwa dengan semakin meningkatnya tekanan dari lingkungan perusahaan maka kebutuhan akan dukungan dari luar juga semakin meningkat. Selain itu, Daily & Dalton (1994) menyatakan bahwa apabila ada resistensi dari CEO untuk menerapkan strategi yang agresif untuk mengatasi kinerja perusahaan yang terus menurun, maka adanya direksi dari luar akan mendorong pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan bahwa semakin tinggi representasi dewan dalam (insider board) maka keterlibatan direksi dalam pengambilan keputusan yang strategis akan semakin rendah (Judge & Zeithaml, 1992 dalam Wardhani, 2006).

Hasil penelitian Xie dkk, (2003) menyatakan bahwa persentase dewan komisaris dari luar perusahaan yang independen berpengaruh negatif secara signifikan terhadap discretionary accrual. Penelitian Beasley (1996) menyimpulkan bahwa komposisi dewan komisaris dari luar lebih dapat untuk mengurangi kecurangan pelaporan keuangan daripada kehadiran komite audit. Penelitian ini juga


(47)

menunjukkan bahwa ukuran dewan dan karakteristik komisaris yang berasal dari luar perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan (Rachmawati, 2007).

Brown dan Caylor (2004) dalam Rachmawati (2007) meneliti mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja operasional (return on equity, profit margin, and sales growth), penilaian (Tobin’s Q) dan shareholder payout (dividend yield dan share repurchases). Corporate governance diukur dengan menggunakan Gov-Score, yang berdasar pada data yang disediakan Institutional Shareholder Services. Gov-Score merupakan campuran dari 51 faktor yang mencakup 8 kategori corporate governance antara lain audit dan board of directors. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa perusahaan dengan tata kelola yang lebih baik relatif lebih profitable, memiliki Tobin’s Q yang lebih dan pembayaran kepada pemegang saham yang lebih baik. Brown dan Caylor (2004) dalam Rahmawati (2007) juga menemukan bahwa perusahaan dengan independent boards mempunyai return on equity, profit margin dan dividend yield yang lebih tinggi.

d. Ukuran Dewan Komisaris

Selain kepemilikan manajerial, peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan.

Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan mendapatkan hasil yang beragam. Yermack, (1996), Eisenberg et al, (1998) dan Jensen, (1993), menyatakan bahwa makin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat


(48)

berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan adanya masalah keagenan (agency problems), yaitu dengan makin banyaknya aggota dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing-masing anggota dewan itu sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan tindakan dari manajemen, serta kesulitan dalam pengambilan keputusan yang berguna bagi perusahaan.

Sehubungan dengan manajemen laba, ukuran dewan komisaris dapat memberi efek yang sebaliknya dengan efek terhadap kinerja. Hal ini dapat dimengerti sesuai dengan pernyataan Scott (2000) bahwa melakukan manajemen laba dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya menurunkan laba (income decreasing earnings management). Karena itu hubungan antara ukuran dewan komisaris dan manajemen laba seharusnya positif, makin banyak anggota dewan komisaris maka banyak manajemen laba yang terjadi. Berbeda dengan Yu (2006) yang menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba yang diukur dengan menggunakan model Modified Jones untuk memperoleh nilai akrual kelolaannya. Hal ini berarti bahwa makin sedikit dewan komisaris maka tindakan manajemen laba makin banyak karena sedikitnya dewan komisaris memungkinkan bagi organisasi tersebut untuk didominasi oleh pihak manajemen dalam menjalankan perannya. Xie et al, (2003) juga menyatakan makin banyak dewan komisaris maka pembatasan atas tindak manajemen laba dapat dilakukan lebih efektif.


(49)

Penelitian Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap indikasi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hal tersebut berarti makin besar ukuran dewan komisaris maka makin banyak manajemen laba yang dilakukan perusahaan.

e. Komite Audit

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.

Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain: 1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan


(50)

2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perperundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal. 4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan

pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.

5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten.

6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

Penelitian mengenai komite audit diantaranya penelitian oleh Davidson, Xie, dan Xu (2004) yang menganalisis reaksi pasar terhadap pengumuman penunjukan anggota komite audit secara sukarela. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan pasar bereaksi positif terhadap pengumuman penunjukan anggota komite audit terutama yang ahli di bidang keuangan.

Xie, Davidson, dan Dadalt (2003) menguji efektivitas komite audit dalam mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa kesimpulan bahwa komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pengaruh terhadap akrual kelolaan ditunjukkan oleh makin seringnya komite audit bertemu dan pengaruh tersebut ditunjukkan dengan koefisien negatif yang signifikan.


(51)

Carcello et al, (2006) menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keahlian komite audit independen di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi manajemen laba.

Penelitian Veronica dan Utama (2005) menguji pengaruh keberadaan komite audit dalam perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian tersebut melaporkan bahwa variabel keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan. Artinya keberadaan komite audit tidak mampu mengurangi manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Penelitian oleh Veronica dan Bachtiar (2004) menemukan bahwa komite audit memiliki hubungan yang signifikan dengan akrual kelolaan perusahaan manufaktur di Indonesia khususnya untuk periode 2001- 2002, artinya kehadiran komite audit secara efektif menghalangi peningkatan manajemen laba di perusahaan tersebut. Veronica dan Bachtiar (2004) juga meneliti pengaruh interaksi dari persentase komite audit dengan akrual diskresioner, dan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya koefisien positif yang signifikan dalam hubungan antara reaksi pasar dan interaksi antara komite audit dan akrual diskresioner. Hal ini membuktikan bahwa pasar menilai positif akrual kelolaan perusahaan yang memiliki komite audit yang diindikasikan dengan tingginya return perusahaan.

Wedari (2004) menguji pengaruh interaksi antara dewan komisaris dan komite audit terhadap praktik manajemen laba. Dengan menggunakan sampel perusahaan non finansial yang listing di BEJ untuk tahun 1994 hingga 2002, Wedari (2004)


(52)

menunjukkan interaksi dewan komisaris dengan komite audit justru berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hasil tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian lain yang serupa, artinya dengan adanya dewan komisaris dan komite audit belum berhasil mengurangi manajemen laba karena keberadaan mereka manajer dapat melakukan manajemen laba dengan lebih leluasa. Setiawan (2006) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh signifikan secara positif terhadap kualitas laba (earnings response coefficient), artinya dengan adanya komite audit maka perusahaan dapat meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan.

Wilopo (2004) menganalisis hubungan dewan komisaris independen, komite audit, kinerja perusahaan dan akrual diskresioner. Dari penelitian tersebut dilaporkan bahwa kehadiran komite audit dan dewan komisaris independen mampu mempengaruhi secara negatif praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini menandakan bahwa mekanisme corporate governance diatas penting untuk menjamin terlaksananya praktik perusahaan yang adil (fair) dan transparan.

Komite audit yang dibentuk dalam perusahaan sebagai sebuah komite khusus diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya dilakukan oleh dewan komisaris (Vafeas, 2000).

f. Manajemen laba dan kinerja keuangan

Manajemen laba dilakukan oleh manager pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensí pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham.


(1)

6.3. Saran

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, peneliti selanjutnya disarankan untuk:

1. Menyertakan keahlian komite audit dan komisaris independen, misalnya: latar belakang pendidikan, kompetensi dan pengalaman sehubungan dengan tugasnya untuk melakukan pengawasan.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengunakan model Kasznik (1999), untuk mengukur manajemen laba, karena dari perbandingan Adjusted R2 yang dilakukan oleh Veronica (2005) dari beberapa model perhitungan manajemen laba, model Kasznik mempunyai rata-rata Adjusted R2 yang lebih tinggi untuk mengukur manajemen laba.

3. Melihat hasil Adjusted R2 yang masih sangat kecil yaitu 28,8%, maka disarankan untuk menambah variabel lain sebagai proksi Corporate Governance misalnya pengungkapan laporan keuangan. Pengungkapan merupakan perwujudan prinsip tranparancy dalam Corporate Governance.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Pasar Modal. 2004. Kep-29/PM/2004. Pembentukan dan Pedoman Kerja Komite Audit.

Beasley, Mark S., 1996. An Empirical Analysis of the Relation Between The Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review Vol. 71, No. 4, October: 443-465.

Boediono, Gideon. S.B. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII, Solo.

Bryshaw, R. E dan Ahmed Eldin. 1989. The Smoothing Hipothesisand The Role of Exchange Differences. Journal of Business, Finance and Accounting, hal. 621-633.

Bursa Efek Jakarta. 2001. SE-008/BEJ/12-2001. Keanggotaan Komite Audit.

Carcello, Joseph V., Carl W. Hollingsworth, April Klein, and Terry L. Neal. 2006. Audit Committee Financial Expertise, Competing Corporate Governance Mechanisms, and Earnings Management. Available on-line at www.ssrn.com. Chtourou S. Marrakchi, Jean Bedard, and Lucie Courteau. 2001. Corporate

Governance and Earning Managemen. Working Paper.

http://papers.ssrn.com.

Cornett M.M., J. Marcuss, Saunder’s and Tehranian H. 2006. Earning Management,

Corporate Governance, and True Financial Performance.

http://papers.ssrn.com.

Daily Catherine M, and R Dalton. 1994. Corporate Governance and Bankrupt Firm: An Empirical Assesme. Strategic Management Journal. October vol 15 (8), 643-654.

_________, Spotliht on Corporate Governance, Business Horisons, Indiana University, 49, 91-95.

Daniri, Mas Achmad. 2006. Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Edisi 2. Ray Indonesia. Jakarta.


(3)

Darmawati, Deni. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Faktor Regulasi terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang.

Davidson III, Wallace N., Biao Xie, and Weihong Xu. 2004. Market Reaction to Voluntary Announcements of Audit Committee Appointments: The Effects of Financial Expertise. Journal of Accounting and Public Policy Volume 23 Juli- Agustus: 279-293.

Dechow, P.M. 1994. Accounting Earning and Cash Flow as Measures of Firm Performance: The Role of Accounting Accruals. Journal of Accounting and Economics. 18: 3-42.

_________, R.G. Sloan and A.P. Sweeney. 1996. Causes and Consequences of Earning Manipulation: An Analysis of Firm Subject to Enforcement Actions by the SEC. Contemporary Accounting Research, 13, 1-36.

Demzets, Harold and Kenneth Lehn. 1985. The Structure of Corporate Ownership:

Causes and Consequences. Journal of Political Economy, Vol. 93. No.6.

December, p 1155-1177.

Eisenberg, T., Sundgren,S., Wells, M.T., 1998. “Larger Board Size and Decreasing Firm Value in Small Firms. Journal of Financial Economics 48, 35-54.

Forum For Corporate Governance in Indonesia. 2001. Tata Kelola Perusahaan”.

Seri Tata Kelola Perusahaan. Jilid I Ed. 3. Jakarta.

Gabrielsen, Gorm, Jeffrey D. Gramlich and Thomas Plenborg. 2002. “Managerial Ownership, Information Content of Earning, and Discretionary Accruals in a

Non-US Setting. Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 29 No 7

and 8. September/October p. 967-988.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi III. 1-52, 79-134, 251-258. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Halim, Julia, Carmel Meiden dan Rudolf Lumban Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laboran Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ-45. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII. Solo.

Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII, Solo.


(4)

Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decitions. Journal of Accounting and Economics. 7: 85-107.

_________, and Wahlen, J.M. 1999. A Review of The Earning Management Literature and its Implication for Standard Setting, Accounting Horizon (December), 365-383.

Indriantoro, N. Dan Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Balai Penerbitan F.E. UGM. Yogyakarta.

Jansen, M.C., and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial and Economic, 3, 305-360.

_________. 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and The Failure of Internal Control System. The Journal of Finance Vol. 48, 813-880.

Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry. 1995. Akuntansi Intermediate. Jilid I Edisi 7, Binarupa Aksara. Jakarta.

Midiastuty, Pratana P., dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya.

Morck, R., A. Shleifer and R.W.Vishny. 1988. Management Ownership and Market Valuation: An Empirical Analysis. Journal of Financial Economics, Vol. 20. January/March, hal. 293-315.

Nasution, Marihot. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Artikel Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.

Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar.

Richardson, Vernon J. 1998. “Information Asymmetry and Earning Management:

Some Evidence”. Working Paper.

Santoso, Singgih. 2003. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media Komputindo. Gramedia. Jakarta.

Schipper, Khaterine and Linda Vincent. 2003. “Earnings Quality”. Accounting Horizons, Vol.17. Suplement. P 97-110.


(5)

Scott, R. William. 1997. “Financial Accounting Theory”. Prentice Hall International Inc. New Jersey.

_________. 2000. “Financial Accounting Theory” 2nd Edition. Prentice Hall International Inc. New Jersey.

Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business: A Sklil Building Approach. Third Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Setiwan, Wawan. 2006. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 6 No.2. 163-172. Setiawati, L. dan A. Na’im. 2000. Manajemen Laba. Journal Ekonomi dan Bisnis.

Mei: 159-176.

Shleifer, A. dan R.W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance, Vol 52. No 2. June 737-783

Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang.

Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makasar.

Vafeas, N. and Afxentiou. Z. 2000. The Association Between the SEC’s 1992 Compensation Disclosure Rule and Executive Compensation Policy Changes. Journal of Accounting and Public Policy, 17 (1), 27-54.

Veronica, Sylvia, dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Manajement). Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII, IAI, Solo.

_________, dan Yanivi S. Bachtiar. 2004. Good Corporate Governance Information Asymetry and Earnings Manajement. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VII, IAI, Denpasar.

Wahyudi, U. dan Pawestri, H.P. Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang.


(6)

Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Fimamcially Distressed Firm). Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang.

Warfield, T., J Wild, and K. Wild, 1995. Managerial Ownership, Accounting

Choices, and Informativeness of Earning”. Journal of Accounting and

Economics. Vol 20. No.1. July, p. 61-91.

Watts, Ross L and Jerold Zimmerman, 1986. Positive Accounting Theory”. Prentice Hall International Inc. New Jersey.

Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VII, IAI, Denpasar.

Wibisono, Haris. 2004. Pengaruh Earning Manajemen terhadap Kinerja di Seputar SEO. Tesis S2. Magister Sains Akuntansi UNDIP. Tidak Dipublikasikan. Wilopo. 2004. The Analysis of Relationship of Independent Board of Directors, Audit

Committee, Corporate Performance, and Discretionary Accruals. Ventura Vol. 7 No. 1, 73-83.

Xie, Biao, Wallace N. Davidson III, and Peter J. Dadalt 2003. Earning Management and Corporate Governance: The Committee. Journal of Corporate Finance Vol.9 June. P. 295-316.

Xu, Xiaonian and Wang, Yang. 1999. Ownership Structure, Corporate Governance: The Cases of Chinese stock Company. Working Paper.

Yermack, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies with Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-211.

Yu, Frank. 2006. Corporate Governance and Earning Management. Working Paper. . http://papers.ssrn.com//


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening , Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 170 122

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening
( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia)

1 33 101

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi Kasus Perusahaan Jasa yang Terdaftar pada BEI Tahun 2009 201

0 12 128

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 4 80

PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 2 26

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI).

0 0 15

PENGARUH LEVERAGE TERHADAP MANAJAMEN LABA DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 3 150

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KUALITAS LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013).

8 37 215

Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013

0 0 11

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Intervening - Unika Repository

0 1 17