Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening
( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN

MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

OLEH

FILDZAH FITRIA 130522034

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ PENGARUH PENERAPAN

GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN

DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
( Studi Pada Perusahaan Perbankan Y ang terdaftar di B ursa efek Indonesia)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna untuk menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya. Saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan

NIM: 130522034 Fildzah Fitria


(3)

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN

MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Good Corporate Governance

(GCG) berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai

variabel intervening pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 41 perusahaan dan dengan menggunakan metode purposive sampling sesuai dengan kriteria terdapat 30 perusahaan perbankan terpilih, dan dengan mengunakan tahun amatan 2011 s/d 2013 (3 tahun), maka akan di peroleh 90 data amatan sebagai sampling dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear. Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa penerapan Good Corporate Governance

(GCG) (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris,

proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) tidak ada pengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba, penerapan Good

Corporate Governance (GCG) (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional,

ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja keuangan sedangkan secara parsial hanya ukuran dewan komisaris dan Manajemen Laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.serta Manajemen laba hanya berfungsi sebagai variabel intervening pada variabel komite audit serta berpengaruh signifikan

Kata kunci: Good Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja


(4)

THE INFLUENCE OF THE APPLICATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON FINANCIAL PERFORMANCE BY USING

PROFIT MANAGEMENT AS INTERVENING VARIABLE (A Study of the Banking Company Registered in the Indonesian Stock

Exchange) ABSTRACT

This study aims to determine whether the Good Corporate Governance (GCG) effect on the financial performance of earnings management as an intervening variable banking companies listed on the Stock Exchange. The population used in this study were banking companies listed in the Indonesia Stock Exchange as many as 41 companies and using purposive sampling method in accordance with the criteria contained 30 banking companies selected, and by using the observations of 2011 s / d in 2013 (3 years), it will be obtained 90 observations as sampling the data in this study. Hypothesis testing is done by linear regression analysis. From the results of hypothesis testing is known that the application of Good Corporate Governance (GCG) (possession of directors, institutional ownership, board size, the proportion of independent board and audit committee) no effect partially or simultaneously to earnings management, the implementation of Good Corporate Governance (GCG) (holdings of directors, institutional ownership, board size, the proportion of independent board and audit committee) simultaneously have a significant effect on financial performance while partially only board size and Profit Management has no effect on the financial performance.as well as earnings management only serves as an intervening variable in the variable audit committee as well as a significant effect

Keywords: Good Corporate Governance, Earnings Management, and Financial


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening
( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia)” . Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, serta doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini.

Teristimewa untuk kedua orangtua saya yang sangat saya kagumi dan cintai, Ir.H. Fachrizal Budi dan Hj.Titi Suwarsini. Serta kedua Adik saya Fadiah Atikah dan Fachriansyah Ahmad.

Selain itu juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum,M.Ec.Ac,Ak,CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen,MAFIS,Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM,Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi,Ak dan Ibu Dra. Nurzaimah, MM,Ak Selaku Dosen Penguji dan Pembanding yang telah membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Friza Luthfi S.T yang sangat banyak memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. Serta teman-teman seperjuangan yang teristimewa yang telah memebrikan dorongan semangat dan canda tawa.

Penulis Menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu, penulis menghrarapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. walaupun demikian semoga bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, Agustus 2015 Penulis

NIM: 130522034 Fildzah Fitria


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ……… i

ABSTRAK ……… ii

ABSTRACT ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

LAMPIRAN ……… x

BAB. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 9

1.3 Tujuan Penelitian ……… 10

1.4 Manfaat Penelitian ……… 11

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ……… 12

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) ……… 12

2.2 Good corporate Governance ……… 14

2.2.1 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance …… 16

2.2.2 Penerapan Good Corporate Governance ………. 17

1. Kepemilikan Direksi ………17

2. Kepemilikan Institusional ………17

3. Ukuran Dewan Komisaris ………18

4. Proporsi Dewan Komisaris Independen ………...19

5. Komite Audit……..………...20

2.3 Kinerja Keuangan……... 21

2.4 Manajemen Laba ………21

2.5 Pengaruh Good Coporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja keuangan ………...21

2.6
Tinjauan Penelitian Terdahulu ………...22

2.7 Kerangka Konseptual ……….25


(8)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ……… 30

3.2 Lokasi Penelitian ………. 30

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Tabel ……… 31

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………. 33

3.4.1 Variabel Bebas (Independen) ………... …. 33

3.4.2 Variabel Intervening ………. 34

3.4.3 Variabel Terikat (Dependen) ……… 36

3.5 Metode Pengumpulan Data ………... 38

3.6 Pengujian Data ………... 38

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ……… 38

a. Uji Normalitas ……… 38

b. Uji Mulitikolineritas ………. 39

c. Uji Heterokedastisitas ……… 39

d. Uji Autokorelasi ………..……….. 40

3.6.2 Model Analisis ……… 40

3.6.3 Pengujian Hipotesis ……… 42

a. Pengujian Hipotesis secara Serempak (Uji F) …….. 42

b. Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji T)………… 44

c. Uji Path Analisis ……….. 47

d. Uji Determinasi R2 ……… 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ………. 49

4.2 Pengujian Asumsi Klasik ………. 50

4.2.1 Uji normalitas ……….. 50

a. Analisis Grafik ……….. 50

b. Analisis Statistik……….. 51

4.2.2 Uji Multikolinearitas ………. 52

4.2.3 Uji Heterokedastisitas ……… 54

4.2.4 Ujii Autokorelasi ……… 54

4.3 Uji Model Analisis ……….... 56

4.4 Pengujian Hipotesis dan Hasil Penelitian ..………. 63

4.5 Pembahasan ……… 66

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 69

5.2 Saran ……….. 70


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 23

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 31

Tabel 3.2 Definisi Operasional variabel 37

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik 49

Tabel 4.2 Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Variabel bebas (KD,

KI, UDK, PDKIn, KA, ML) Terhadap variabel Terikat KK 52 Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Variabel bebas (KD, KI, UDK, PDKIn, KA, ML) Terhadap variabel Terikat KK 53

Tabel 4.5 Tabel DW 55

Tabel 4.6 Koefisen Determinasi Variabel X1,X2,X3,X4,X5 Terhadap X656 Tabel 4.7 Uji Simultan Variabel X1,X2,X3,X4,X5 Terhadap X6 57

Tabel 4.8 Nilai Ftabel 57

Tabel 4.9 Uji Parsial Variabel X1,X2,X3,X4,X5 Terhadap X6 58 Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Variabel X1,X2,X3,X4,X5,X6 Terhadap

Y 60

Tabel 4.11 Uji Simultan Variabel X1,X2,X3,X4,X5,X6 Terhadap Y 60

Tabel 4.12 Tabel Ftabel 61


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 25

Gambar 4.1 P-Plot Variabel bebas (KD, KI, UDK, PDKIn, KA, ML) Terhadap variabel Terikat KK 56 Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas (KD, KI, UDK, PDKIn, KA, ML)

Terhadap variabel Terikat KK 54 Gambar 4.3 Uji Intervening 65


(11)

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN

MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Good Corporate Governance

(GCG) berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai

variabel intervening pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 41 perusahaan dan dengan menggunakan metode purposive sampling sesuai dengan kriteria terdapat 30 perusahaan perbankan terpilih, dan dengan mengunakan tahun amatan 2011 s/d 2013 (3 tahun), maka akan di peroleh 90 data amatan sebagai sampling dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear. Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa penerapan Good Corporate Governance

(GCG) (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris,

proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) tidak ada pengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba, penerapan Good

Corporate Governance (GCG) (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional,

ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja keuangan sedangkan secara parsial hanya ukuran dewan komisaris dan Manajemen Laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.serta Manajemen laba hanya berfungsi sebagai variabel intervening pada variabel komite audit serta berpengaruh signifikan

Kata kunci: Good Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja


(12)

THE INFLUENCE OF THE APPLICATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON FINANCIAL PERFORMANCE BY USING

PROFIT MANAGEMENT AS INTERVENING VARIABLE (A Study of the Banking Company Registered in the Indonesian Stock

Exchange) ABSTRACT

This study aims to determine whether the Good Corporate Governance (GCG) effect on the financial performance of earnings management as an intervening variable banking companies listed on the Stock Exchange. The population used in this study were banking companies listed in the Indonesia Stock Exchange as many as 41 companies and using purposive sampling method in accordance with the criteria contained 30 banking companies selected, and by using the observations of 2011 s / d in 2013 (3 years), it will be obtained 90 observations as sampling the data in this study. Hypothesis testing is done by linear regression analysis. From the results of hypothesis testing is known that the application of Good Corporate Governance (GCG) (possession of directors, institutional ownership, board size, the proportion of independent board and audit committee) no effect partially or simultaneously to earnings management, the implementation of Good Corporate Governance (GCG) (holdings of directors, institutional ownership, board size, the proportion of independent board and audit committee) simultaneously have a significant effect on financial performance while partially only board size and Profit Management has no effect on the financial performance.as well as earnings management only serves as an intervening variable in the variable audit committee as well as a significant effect

Keywords: Good Corporate Governance, Earnings Management, and Financial


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

“Kinerja keuangan adalah suatu kegiatan untuk melakukan kegiatan pelaporan keuangan menurut standar keuangan yang telah ditetapkan” (Riyanto, 1998:253).

“Performance/ kinerja keuangan bank sangat bersifat dinamis dan

tergantung pada konteks operasi dan sifat operasi (retail atau kredit – financial

service), serta skala operasi dan pasarnya. Hal ini mensiratkan bahwa

penelitian perlu dipertajam dengan mengarah pada penelitian bank menurut jenis, kelompok atau konteks tertentu, tidak bisa disama ratakan” (Tainio,1991).

“Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kinerja

keuangan Bank-Bank komersial di United State, oleh karena itu industri perbankan berusaha selalu menjaga ROA selalu dalam kondisi meningkat” (Scott, 2000: p:366-377).

Bicara tentang kinerja keuangan maka dapat dikaitkan dengan laporan keuangan. Sebagaimana laporan keuangan, menurut Schipper dan Vincent (2003) laporan keuangan (financial statements) merupakan alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen.

“Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal


(14)

yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan” (Tuti, 2009)

Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standards Board (FASB) bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk keputusan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggung jawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan ini diakui oleh investor, kreditur, supplier, organisasi buruh, bursa efek dan para analisis keuangan sebagai sumber informasi penting mengenai keberadaan sumber daya ekonomi perusahaan yang diharapkan berguna untuk pengambilan keputusan, dan informasi ini juga diharapkan menjadi pedoman bagi pemegang saham dan investor potensial untuk menentukan kepentingan investasi mereka terhadap saham emiten.

“Kinerja kuangan adalah merupakan ukuran prestasi perusahaan maka keuntungan adalah merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer. Kinerja keuangan juga akan memberikan gambaran efisiensi atas pengunaan dana mengenai hasil akan memperoleh keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih setelah pajak” (Horne,1998:9).


(15)

untuk mengetahui manajemen laba suatu Bank dilihat dari laporan keuangan Bank itu sendiri. Dengan demikian,

Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja keuangan perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999).

“Terdapat banyak kasus tindakan manajemen laba (earnings

management) yang telah memunculkan banyak kasus terutama pelaporan

akuntansi serta melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang terdeteksi adanya manipulasi” (Boediono,2005).

Fenomena ini menunjukan bahwa terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para penggunan laporan. Salah satunya penyebab kasus skandal tersebut adalah kurangnya penerapan good corporate governance.

Fenomena manajemen laba merupakan topik yang selama beberapa dekade terakhir ini sering muncul, baik dalam dunia akademik maupun bisnis. Penelitian telah menunjukkan bahwa manajemen laba semakin luas dan hampir ada dalam setiap pelaporan keuangan yang dilaporkan oleh perusahaan. Karena manajemen laba telah menjadi budaya perusahaan di seluruh dunia. Tidak hanya di negara dengan sistem bisnis yang sudah tertata, namun juga terdapat di negara dengan sistem bisnis yang sudah tertata, seperti halnya Amerika Serikat. Manajemen laba ini merupakan suatu permasalahan yang serius, karena rekayasa manajerial ini bisa merusak


(16)

tatanan ekonomi, etika dan moral. Rekayasa manajerial menyebabkan publik meragukan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan.

Praktek manajemen laba terjadi di hampir semua perusahaan. Hal ini didasari oleh oleh macam-macam motivasi yang melatarbelakangi. Selanjutnya, Watts dan Zimmerman (1986). Menyebutkan manajemen laba dilakukan berdasarkan tiga motivasi, yaitu:

1. Motivasi rencana bonus (bonus plan)

Motivasi rencana bonus (bonus plan) yaitu pemilihan metode akuntansi untuk menaikkan laba perusahaan. Jika besar bonus yang didapatkan manajer didasarkan pada laba perusahaan, maka manajer akan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba perusahaan.

2. Motivasi perjanjian hutang (debt covenant)

Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt

to equity besar maka manajer perusahaan tersebut

cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan laba perusahaan.

3. Motivasi biaya politik (political cost)

Motivasi biaya politik (political cost) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai biaya politis maka akan menurunkan laba yang bertujuan untuk meminimalkan biaya politik yang harus ditanggung oleh perusahaan. Selain itu, manajemen laba bisa digunakan untuk mengatasi persaingan dengan perusahaan asing yang menyebabkan perusahaan memilih kebijakan akuntansi yang menurunkan laba, sehingga terlihat bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan laba sebagai akibat persaingan dengan perusahaan asing.

Selain 3 faktor yang diajukan Watts dan Zimmerman. Selanjutnya, Scott (1986:296- 306) mengemukakan beberapa faktor lain yang memotivasi terjadinya manajemen laba, yaitu:


(17)

1. Taxation motivation

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajer perusahaan yang paling utama untuk melakukan manajemen laba.

2. Initial Public Offering (IPO)

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai perusahaan yang melakukan penawaran. Pertama, untuk memperoleh tambahan dana. Tambahan dana tersebut digunakan untuk membiayai dan mengembangkan usaha. Saat ini, perusahaan cenderung lebih menyukai mencari modal di pasar modal dibandingkan dengan menggunakan dana pinjaman atau hutang. Kedua, membagi resiko perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik maka pemilik tidak lagi menanggung resiko perusahaan sendiri, karena akan ditanggung bersama dengan pemegang saham yang lain. Untuk melakukan IPO ini, perusahaan perlu menyediakan prospektus yang berisi informasi mengenai nilai dan kondisi perusahaan. Pada saat IPO, prospektus merupakan sumber satu-satunya yang dimiliki oleh calon investor. Minimnya sumber informasi yang tersedia ini mendorong manajer perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan cenderung menginformasikan hal yang positif agar calon investor merespon IPO ini secara positif. Manajer perusahaan akan menyembunyikan atau mengubah informasi yang dapat membuat calon investor mempunyai persepsi negatif terhadap perusahaan, yang dikhawatirkan akan mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut jatuh.

“Praktek manajemen laba telah mengikis kepercayaan investor dalam kualitas pelaporan keuangan dan menghambat kelancaran arus modal di pasar keuangan” (Jackson dan Pitman, 2001). “Akibat dari manajemen laba juga dapat mengurangi keandalan laba karena laba yang dilaporkan menjadi bias dan menyebabkan kesalahanpahaman dalam menggambarkan laba yang sebenarnya” (Rusmin,2010).

Salah satu tujuan mewujudkan good corporate governance adalah untuk mengurangi adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan.


(18)

Berdasarkan tujuan good corporate governance yaitu untuk mengurangi adanya tindakan manajemen laba, muncul harapan yang ingin diwujudkan dengan adanya sistem pengawasan dan pengendalian sebagai bagian dari prinsip good corporate governance, yaitu menurunnya manajemen laba dalam pengelolaaan sebuah perusahaan. Terlebih secara empiris memang terbukti bahwa penerapan yang konsisten dari good

corporate governance dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.

Kualitas laporan keuangan dapat meningkat karena penerapan yang konsisten dari good corporate governance dapat menghambat penyimpangan pada laporan keuangan, laporan keuangan yang menyimpang tidak menggambarkan nilai fundamental dari perusahaan.

Manajer perusahaan ingin menunjukkan kinerja yang baik dapat memodifikasi laporan keuangan agar menghasilkan laba seperti yang diinginkan oleh pemilik. Menurut Dechow (1994), manajer perusahaan sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan keuangan yang dibuatnya. Untuk melakukan manipulasi kinerja keuangan perusahaan, manajer perusahaan melakukan manipulasi laba yang sering diartikan sebagai manajemen laba.

Good corporate governance juga memberikan suatu struktur yang

memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari Bank, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. Kinerja keuangan ini dapat diukur oleh faktor keberadaan manajamen laba dan penerapangood corporate


(19)

kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan corporate governance sebagaimana peneltian dari Ruth (2013) menguji pengaruh implementasi corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahwa reputasi audit, serta indicator good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap manajmen laba.

Sertauli (2011) menguji analisis pengaruh mekanisme good corporate

governance terhadap manajemen laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahwa hanya komisaris

independen yang tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Daniel (2011) menguji pengaruh struktur kepemilikan ukuran perusahaan dan praktek corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bahwa secara simultan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan praktek corporate governance mempengaruhi kinerja keuangan

Tuti (2009) tentang mekanisme good corporate governance, manajmen laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia bahwa secara simultan dari kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit memberikan pengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba dan manajemen laba memberikan pengaruh negative tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.


(20)

Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Tuti (2009) yang telah menguji mekanisme good corporate governance manajmen laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan kepemilikan direksi, ukuran dewan komisaris dan manajemen laba sebagai variable intervening. Perbedaan juga terdapat pada periode peneltian yakni dari tahun 2011-2013 sedangkan sebelumnya 2006-2008 serta perbedaan tempat penelitian yaitu di sector perbankan yang terdaftar di BEI.

Beberapa alasan – mengapa peneliti memilih good corporate

governance pada bank menjadi perhatian sesuai kutipan yang peneliti

simpulkan yaitu: menurut Stijn (2010) adalah : a. Bank sebagai sebuah korporat.

1. GCG dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan biaya modal 
,sehingga dapat berdam pak terhadap biaya pinjaman yang 
disalurkan.

2. GCG dapat mempengaruhi kinerja bank yaitu berdampak pada 
biaya interm ediasi keuangan.

3. GCG dapat mempengaruhi bank dalam risk taking dan risk of 
financial crisis , baik untuk bank secara individu maupun bagi 
sistem perbankan nasional secara keseluruhan.

b. Perilaku Bank mempengaruhi situasi perekonomian.

1. Bank memobilisasi dan mengalokasikan tabungan masyarakat,sehingga bank merupakan sumber yang sangat penting dari pendanaan eksternal bagi perusahaan.

2. Bank dapat mengerahkan GCG di perusahaan – perusahaan ,terutama perusahaan kecil yang tidak memiliki akses langsung ke pasar keuangan.hal ini akan tercermin dalam pemberian pinjaman kepada perusahaan yang telah menjalankan GCG yang baik. c. GCG sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

bank.
D an beberapa catatan yang m enyebabkan pelaksanaan GCG bank menjadi sangat special adalah


(21)

lead to large output cost , more regulated dan Perbankan

menikmati manfaat dari jaring pengaman publik seperti lembaga penjamin simpanan, sehingga jaring pengaman publik dapat memicu terciptanya moral hazard.

Setelah membaca peneltian terdahulu, maka peneliti membuat judul baru yaitu pengaruh penerapan good corporate governance ( kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan manajemen laba sebagai variable intervening: studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah penelitian ini :

1. Apakah penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap manajemen laba?

2. Apakah penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap kinerja keuangan?

3. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan? 4. Apakah penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi,

kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh terhadap kinerja


(22)

keuangan dengan manajemen laba sebagai intervening?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui apakah penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi,kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja keuangan.

3. Untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

4. Untuk mengetahui apakah penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai intervening.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh diharapkan sebagai berikut:


(23)

masukan, khususnya mengenai pengaruh penerapan good

corporate governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan

perbankan yang terdaftar BEI melalui manjemen laba sebagai variabel intervening.

2. Bagi manajemen bank, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan dan menerapkan kebijakan dan strategi khususnya mengenai good corporate governance dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan bank,

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis khususnya yang berkaitan dengan good

corporate governance serta pengaruhnya kinerja keuangan dan


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Hubungan keagenan (agency relationship) didefinisikan oleh Jensen dan Meckling (1976) sebagai suatu kontrak antara satu atau lebih prinsipal (pemilik) yang melibatkan agen (manajer) untuk melakukan sesuatu atas nama prinsipal yang berhubungan dengan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. “Prinsip utama teori agensi adalah suatu hubungan kerja antara yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor (pemilik) dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer” (Elqorni, 2009).

Menurut teori agensi, agen harus bertindak secara rasional untuk kepentingan prinsipalnya. Agen harus menggunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik, dan tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perseroan. Dalam praktiknya dapat timbul masalah (agency problem), karena ada kesenjangan kepentingan antara pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan (return) yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan incentives atas perolehan dana pemilik perusahaan.


(25)

akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. “Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya” (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjebatani kepentingan prinsipal dan agen dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor ditugaskan untuk memonitor pekerjaan manajer melalui penilaian kewajaran atas laporan keuangan yang dibuat oleh agen. Selain itu, penerapan corporate governance menjadi sangat penting bagi perusahaan yang salah satu tujuannya adalah untuk menekan potensi konflik kepentingan.

Corporate governance yang merupakan konsep yang

didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan


(26)

bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain

corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau

menurunkan biaya keagenan (agency cost).

2.2 Good Corporate Governance

Persepsi Good dalam good corporate governance adalah pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan, menunjukan kepatutan dan keteraturan operasional perusahaan sesuai dengan konsep

corporate governance.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia/ FCGI) berpendapat Good corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan

Menurut Johnson,et al (2000) bahwa pelaksanaan corporate

governance dalam sistem hukum yang lemah menyebabkan dampak krisis

ekonomi yang sangat meluas ketika terjadinya krisis ekonomi di Asia. Kualitas pelaksanaan corporate governance yang lemah menjadi alasan kuat bagi terjadinya krisis mata uang dan menurunnya kinerja pasar modal selain berbagai alasan ekonomi lainnya.

Menurut Surya dan Yustiavandana (2006) keberadaan mekanisme

corporate governance diharapkan dapat menciptakan manajemen yang efektif


(27)

peningkatan kapabilitas sekaligus kelancaran keadaan finansial dari suatu perusahaan yang berjalan secara aktif. Hal ini dapat dicapai dengan adanya penerapan prinsip-prinsip GCG secara mantap dan menyeluruh.

Prinsip – prinsip dasar penerapan Good Corporate Governance yang dikemukakan oleh Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI) adalah sebagai berikut:

1. Fairness (kewajaran)

Prinsip Good corporate governance ini menjadikan kunci untuk memonitori dan menjamin perlakuan yang adil diantara beragam kegiatan dan kepentingan dalam perusahaan. Akan tetapi fairness mempunyai syarat untuk menjadikan prinsip ini berjalan efektif seperti adanya peraturan dan perundang-undangan yang jelas, tegas, konsisten, dan dapat ditegakan secara baik serta efektif.

2. Disclosure and Transparancy ( Pengungkapan dan

transparansi)

Prinsip good corporate governance ini membahas mengenai keterbukaan atas pengungkapan informasi , artinya perusahaan wajib melakukan pemberitahuan yang terbuka baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Keberhasilan dalam keterbukaan informasi ini, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada berbagai pihak internal maupun eksternal.

3. Accountability (Akuntabilitas)

Prinsip ini membahas tentang kejelasan fungsi, struktur, system, dan pertanggung jawaban organ perusahaan sehingga kegiatan kinerja perusahaan berjalan dengan efektif. Artinya sering sekali ada kesalahpahaman bertindak dalam keterbatasan fungsi dari jabatan masing-masing.

4. Responsibility (responsibilitas)

Prinsip ini meliputi pemahaman dalam menjalankan pengolahan perusahaan secara kerja sama antara pemegang saham dan pemegang kepentingan perusahaan lainnya untuk menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. perusahaan juga harus mematuhi peraturan dan perundang- undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga mendapatkan kesinambungan


(28)

usaha dalam jangka panjang serta pengakuan dari good

corporate citizen.

5. Independency (independen)

Prinsip ini dimana pengolahan perusahaannya dilaksanakan secara professional, yang artinya semua kegiatan kerja dilakukan hanya untuk tercapainya kesejahteraan perusahaannya dan bukan karena kepentingan hal internal ataupun eksternal yang tidak berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip korporasi yang sehat.

2.2.1 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance

Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari penerapan Good

Corporate Governance yang baik, antara lain:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan

shareholders’s value dan deviden

Good corporate governance pada dasarnya memiliki tujuan

untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Selain itu, Secara umum penerapan good corporate governance yang konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing 2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan


(29)

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap perusahaan

5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Dari berbagai tujuan tersebut, tujuan utama yang hendak dicapai adalah untuk pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu perusahaan.

Pelaksanaan Good Corporate Governance yang baik adalah merupakan langkah penting dalam membangun kepercayaan pasar (market convidence) dan mendorong arus investasi internasional yang lebih stabil, bersifat jangka panjang.

2.2.2 Penerapan Good Corporate Governance 1. Kepemilikan direksi

Didalam sebuah perusahaan system pengolahan dan kegiatan yang dilakukan berdasarkan prinsip korporasi dan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, didalam suatu perusahaan juga ada namanya kebijakan dan strategi perusahaan serta visi dan misi, hal ini ditentukan oleh dewan direksi perusahaan. Ini lah yang disebut kepemilikan direksi segala sesuatu yang dilakukan dan diputuskan harus melalui dewan direksi dan tentunya melalui kesepakatan bersama.

2. Kepemilikan Institusional


(30)

menyangkut masalah siapa yang seharusnya mengendalikan terlaksananya kegiatan korporasi dan mengapa harus dilakukan pengendalian terhadap terlaksananya kegiatan korporasi yang dimaksud siapa (who) adalah para pemegang saham dan mengapa

(why) adalah hubungan antara pemegang saham dengan berbagai

pihak yang berhubungan dengan perusahaan.

Kepemilikan institusional bisa disebut sebagai investor institusional, yang juga sering disebut investor canggih

(sophisticated). Yang artinya para investor instituisional lebih tepat

dan cepat dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non-institusional. Investor institusional mempunyai akses untuk mendapatkan sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui kegiatan pengolaan laba lebih cepat dan lebih muda dari investor individual.

Tindakan pengawasan para investor institusional dapat mempengaruhi kinerja manager yang langsung berpengaruh terhadap managemen laba yang berakibat pada kinerja keuangan perusahaan. Kepemilikan institusional ini diukur dengan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh jumlah saham perusahaan.

3. Ukuran dewan komisaris

Menurut Priana (2009) ukuran dewan komisaris suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Jika


(31)

perusahaan memiliki ukuran dewan komisaris yang besar, maka perusahaan tersebut tidak bisa berkoordinasi, komunikasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki dewan komisaris kecil. Tentu saja perusahaan yang memiliki dewan komisaris besar mempunyai nilai perusahaan yang rendah dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai dewan komisaris kecil.

Semakin besar ukuran dewan komisarisnya maka semakin besar beban diskresi managerial yang terjadi. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa ukuran dan komposisi dewan komisaris secara significan berpengaruh terhadap kinerja dengan adanya penurunan biaya ke agenan (agency cost).

4. Proposi Dewan komisaris independen

Komisaris independen atau disebut dewan komisaris luar. Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang bukan dari pegawai atau orang yang berhubungan langsung dengan perusahaan, dan tidak juga mewakili pemegang saham. Artinya dewan komisaris independen adalah seorang yang ahli dibidang pengolaan kinerja perusahaan serta pengalamannya dianggap berguna bagi perusahaan tersebut tetapi dari perusahaan yang berbeda.

Komisaris independen biasanya berguna dalam melerai sengketa antara komisaris dalam, atau antara pemegang saham dan


(32)

dewan komisaris, mereka berguna dalam menyikapin permasalahan dalam perusahaan karena bersikap adil, professional, objektif .

Peranan proposi dewan komisaris independen sama halnya dengan ukuran dewan komisaris. Tingkat tinggi dan rendahnya nilai perusahaan berpengaruh dengan banyaknya dan kecilnya dewan komisaris.

5. Komite audit

Anggota tambahan yang dibuat dewan komisaris adalah komite audit. Komite audit dibentuk untuk melakukan tugas pemeriksaan dan penelitian yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi direksi dalam kegiatan pengolaan perusahaan dan kegiatan menyangkut pengolaan sistem pelaporan perusahaan. Komite audit memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.

Komite audit biasanya berasal dari kalangan luar perusahaan yang mempunyai ahli, karena menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Komite audit harus bebas dari pengaruh dewan direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab pada dewan komisaris. Fungsi dari komite audit ini dibentuk untuk mencapai kualitas audit pada perusahaan, dan tugas dari komite audit tidak jauh dari prinsip- prinsip good


(33)

2.3 Kinerja Keuangan

Menurut Mulyadi (1997) pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi, dan karyawan yang berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuanganan di dalam perusahaan itu. Pengukuran kinerja keuangan mempunyai arti yang penting bagi pengambilan keputusan baik bagi pihan intern maupun ekstern. Dalam perusahaan yang dijadikan sebagai acuan penilaian untuk mengetahui kondisi keuangan, operasi dan hasil usaha perusahaan adalah laporan keuangan.

2.4 Manajemen Laba

Earnings management atau juga disebut sebagai Manajemen Laba.

Mempunya definisi yang luas, salah satunya teori Copeland (1968:10) yang mengatakan “ Some Ability to Increase or Decrease Report Net Income at

will ” , yang maknanya manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk

memaksimalkan maupun meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajer.

2.5 Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan

Good corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi


(34)

manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Penarapan

good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional,

ukuran dewan komisaris,proporsi dewan komisaris independen serta komite audit) memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba. “Dengan menerapkan

good corporate governance diharapkan dapat mengurangi dorongan untuk

melakukan tindakan manipulasi oleh manajer, sehingga kinerja yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan bersangkutan” (Jensen, 1993).

2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian dari Tuti (2009) yang telah menguji mekanisme good corporate governance manajmen laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.


(35)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan kepemilikan direksi, ukuran dewan komisaris dan juga penambahan manajmen laba sebagai intervening serta pengurangan kepemilikan managerial. Perbedaan juga terdapat pada periode peneltian yakni dari tahun 2011-2013 sedangkan sebelumnya 2006-2008 serta perbedaan tempat penelitian yaitu di sektor perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Tabel 2.1 : Peneltian Terdahulu

Judul Penelitian Peneliti Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Pengaruh Implementasi Corporate Governance terhadap Manajemen Laba

Pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek indonesia

Ruth Rogarate M.L.T (2013) Variabel Independen : Reputasi audit, indikator corporate governance Variabel Dependen : Manajemen Laba

Secara parsial ,hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa hanya reputasi audit yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan indicator corporate governance lainnya memiliki pengaruh terhadap manajamen laba . secara simultan , corporate governance terbukti berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

Analisis pengaruh mekanisme good

corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di bursa efek indonesia Sertauli vovalina (2011) Variabel Independen : kebijakan institusional, dewan komisaris ,komisaris independen,ko mite audit Variabel Dependen : Manajemen Laba

Hasil penelitian menunjukan bahwa variable kepemilikan institusional berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba, variable dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, variable komite audit berpengaruh signifikan posisitif terhadap manajemen laba dan variable komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajmen laba.

Judul Peneltian Peneliti Variabel Peneliti

Hasil Penelitian

Pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan praktek

Daniel pasarelia tarigan Variabel Independen : stuktur

Secara parsial struktur kepemilikan,ukuran perusahaan dan praktek corporate


(36)

corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia

(2011) kepemilikan,u kuran perusahaan dan praktek corporate governance Variabel Dependen : Kinerja keuangan governance tidak mempengaruhi kinerja keuangan

Secara simultan struktur kepemilikan,ukuran perusahaan dan praktek corporate governance mempengaruhi kinerja keuangan

Judul Peneliti Peneliti Variabel penelitian

Hasil penelitian

Mekanisme good corporatte governance pada manajemen laba dan

kinerja keuangan perusahaan manufaktur di

Bursa Efek Indonesia

Tuti Sriwedari (2009) Variabel Independen: kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit Variabel dependen: manajemen laba dan kinerja keuangan

(1) kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (2) proporsi dewan komisaris independen memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (3) komite audit memberikan pengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba, (4)) secara simultan dari kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independent dan komite audit memberikan pengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba, dan (6) manajemen laba memberikan pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan


(37)

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dideskripsikan melalui gambar dan penjelasan dasar penarikan hipotesis.

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini Good Corporate Governance merupakan konstruk atau variable laten dengan proksi atau indikator yang dijelaskan dengan arah panah pada gambar 2.1 yang terdiri atas kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit, serta manajemen laba sebagai

variable intervening. Menurut Rully dan Poppy (2014, 14) bahwa Variable intervening menggunakan model regresi linier yaitu merupakan analisis

Kepemilikan Direksi (X1,1)

Kepemilikan Institusional (X1,2)

Ukuran Dewan komisaris (X1,3)

Proposi Dewan Komisiaris independen (X1,4)

Komite audit (X1,5)

Manajemen laba

(I)

Kinerja Keuangan


(38)

regresi yang harus menggunakan analisis jalur (path analysis).

“Tidak ada hal yang membuat dewan direksi (eksekutif) berfikir seperti yang dipikirkan pemegang saham, sebaik pemegang saham itu sendiri” (Brigham dan Houston,2009).

Jadi, para eksekutif (manajer) seharusnya memegang sebagian dari resiko keuangan seperti halnya pemegang saham. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para pemegang saham (principal) karena manajer (agent) akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja.

Namun Shleifer and Vishny (1997) juga menjelaskan bahwa semakin banyak proporsi kepemilikan oleh manajer, semakin sedikit pemegang saham dapat menekannya untuk berbuat sesuai kepentingan mereka. Dengan demikian Kepemilikan Direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Menurut Boediono (2005) kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen.

“Menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor insitusional dapat membatasi perilaku para manajer” (Cornett, et al, 2003).


(39)

Cornett et al (2006) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk mengurangi perilaku oportunistis atau mementingkan diri sendiri dan membuat mereka fokus terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Ujiyantho dan Pramuka ( 2007 ) mengemukakan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu Utama dari efektifitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi efektifitas mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen.

Berdasarkan hasil penelitian mereka bahwa makin banyaknya dewan komisaris dalam perusahaan berhasil mengurangi manajemen laba yang terjadi. Hal ini menunjukan bahwa komisaris independen telah efektif dalam menjalankan tanggung jawabnya mengawasi kualitas pelaporan keuangan demi membatasi manajemen laba di perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena dengan makin banyaknya anggota komisaris independen maka proses pengawasan yang dilakukan dewan ini makin berkualitas dengan makin banyaknya pihak independen dalam perusahaan yang menuntut adanya transparansi dalam pelaporan keuangan perusahaan.

“Teori keagenan mempertimbangkan independensi dari manajemen sebagai sebuah karakteristik dewan yang krusial dari perspektif aturan


(40)

pemonitoran dewan” (Fama dan Jensen,1983).

Para dewan independen memikul tanggung jawab monitoring dan evaluasi pada manajemen . Hasil penelitian empiris atas Elloumi dan Gueyie ́ (2001) menunjukkan bahwa para dewan komisaris dari perusahaan yang mengalami keadaan kesulitan keuangan memiliki anggota eksternal (independen) yang lebih sedikit. Dengan demikian proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Berdasarkan Peraturan BI No.8/4/PBI/2006 menyatakan tentang tugas komite audit adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan proses pelaporan keuangan.

Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja perusahaan .Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Cornertt et al (2006) menemukan adanya pengaruh mekanisme corporate governance terhadap penurunan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba.

Return on Assets (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja

keuangan perbankan karena Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan


(41)

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Penelitian Arnawa (2006) menggunakan ratio Return On assets (ROA) sebagai salah satu proksi untuk menilai kinerja bank. Dimana rasio ROA yang rendah juga diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba.

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, serta tinjauan pustaka, maka peneliti mangajukan hipotesis:

5. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap manajemen laba.

6. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit) berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja keuangan.

7. Manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

8. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen,komite audit) berpengaruh terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai intervening.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah assosiatif kausal. “Penelitian asosiatif adalah penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih, desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi yang lain” (Erlina,2008:34).

Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Good Corporate Governance (GCG) dengan indikator Kepemilikan

institusional, Kepemilikan Direksi, Proporsi dewan komisaris independen, Ukuran dewan komisaris, dan Komite Audit. Dan manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan proksi discreationary accruals (DA) sebagai variable intervening, serta kinerja keuangan yang di proksikan dengan rasio ROA (return on asset) sebagai variabel dependen. Untuk ketepatan perhitungan sekaligus mengurangi human error di pergunakan alat statistika yaitu program SPSS dengan tingkat signifikan pada confidence 95% dengan Alpha 0.05.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2011 , 2012 , dan tahun 2013 sejumlah 41 bank yang diperoleh dari media internet dengan cara men-download melalui situs www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai


(43)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di BEI tahun 2011, 2012 hingga 2013 sejumlah 41 bank.

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

No Kode Bank Kriteria Sampel

1 2

1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk ฀ ฀ 1 2

AGRS PT Bank Agris Tbk ฀ ฀ -

3 BABP PT Bank MNC Internasional Tbk. ฀ ฀ 2 4

BACA Bank Capital Indonesia Tbk ฀ ฀ 3

5

BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk ฀ ฀ 4

6

BBCA Bank Central Asia Tbk ฀ ฀ 5

7

BBKP Bank Bukopin Tbk ฀ ฀ 6

8

BBMD PT Bank Mestika Dharma Tbk. ฀ ฀ -

9

BBNI Bank Negara Indonesia Tbk ฀ ฀ 7

10 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk ฀ ฀ 8 11

BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ฀ ฀ 9

12 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk ฀ ฀ 10 13

BBYB PT Bank Yudha Bhakti Tbk. ฀ ฀ -

14 BCIC Bank Mutiara Tbk ฀ ฀ 11

15

BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk ฀ ฀ 12

16

BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk ฀ ฀ 13

17

BINA PT Bank Ina Perdana Tbk. ฀ ฀ -

18

BJBR

Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten

Tbk ฀ ฀ 14

19 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk ฀ ฀ - 20

BKSW PT Bank QNB Indonesia Tbk ฀ ฀ 15

21

BMAS PT Bank Maspion Indonesia Tbk. ฀ ฀ -

22

BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk ฀ ฀ 16

23


(44)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan (kriteria) yang digunakan sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak delisting pada tahun 2011 sampai dengan 2013.

2. Perusahaan perbankan yang tidak mencantumkan data lengkap seperti: laporan keuangan 2011-2013, menunjukan informasi kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proposi dewan komisaris independen, komite audit

24

BNGA Bank CIMB Niaga Tbk ฀ ฀ 18

25

BNII Bank Internasional Indonesia Tbk ฀ ฀ 19

26

BNLI Bank Permata Tbk ฀ ฀ -

27

BSIM Bank Sinarmas Tbk ฀ ฀ 20

28 BSWD Bank of India Indonesia Tbk ฀ ฀ 21

29

BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk ฀ ฀ 22

30

BVIC Bank Victoria International Tbk ฀ ฀ 23

31

DNAR PT Bank Dinar Indonesia Tbk. ฀ ฀ -

32

INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk ฀ ฀ 24

33

MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk ฀ ฀ 25

34

MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk ฀ ฀ 26

35

MEGA Bank Mega Tbk ฀ ฀ 27

36 NAGA PT Bank Mitraniaga Tbk. ฀ ฀ -

37

NISP Bank OCBC NISP Tbk ฀ ฀ 28

38

NOBU PT Bank Nationalnobu Tbk. ฀ ฀ -

39

PNBN Bank Pan Indonesia Tbk ฀ ฀ 29

40

PNBS PT Bank Panin Syariah Tbk. ฀ ฀ -

41


(45)

adalah sebanyak 30 (tiga puluh) perusahaan. Tahun amatan yang digunakan adalah 3 (tiga) tahun berturut-turut dari tahun 2011 – 2013, sehingga jumlah sampel yang di observasi adalah sebanyak 90 sampel.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari :

3.4.1 Variabel bebas (independen)

“Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen” (Supranto, 2000). Variabel independen pada penelitian ini adalah good corporate governance

yang diproksikan dengan kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit.

1. Kepemilikan Direksi (KD) merupakan persentase kepemilikan saham oleh direksi atau esekutif perusahaan

KD= x 100%

2. Kepemilikan institusional (KI) merupakan persentase kepemilikan saham oleh perusahaan lain atau institusi lain atau entitas lain di luar perusahaan

KI = x 100%

3. Ukuran Dewan Komisaris (UDK) merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (Beiner, et al,2003)


(46)

4. Proporsi dewan komisaris independen (PDKIn) merupakan persentase jumlah dewan komisaris independen yang ada di perusahaan tersebut,

PDKIn = x 100%

5. Komite Audit (KA) merupakan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen.

KA = x 100%

3.4.2 Variabel intervening

Variabel intervening adalah variabel antara atau mediating. Variabel Intervening dalam peneltian ini adalah manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual (DA) yang menggunakan model Modified Jones (Jones modifikasian) dan pilihan peneliti menggunakan model ini di karenakan relative lebih sederhana dan juga banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti lainnya untuk menghitung discretionary accrual (DA)

1.“Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan” (Wibisono, 2004). Dalam penelitian ini diproksikan dengan discretionary accrual (DA). Manajemen laba, diukur melalui discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba. ”Rumus untuk menghitung nya adalah dengan menggunakan model


(47)

karena dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model – model lainnya” (Dechow,1994). 


TAit = Nit – CFOit ...(1)

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi Cross Sectional Ordinary Least Squre (OLS ) sebagai berikut:

TAit/Ait-1=

...(2)

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accrual (NDA) dapat dihitung dengan rumus:

Accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus : NDAit=

...(3)

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit= TAit/Ait-1-NDAit…....……….(4) Keterangan:

DAit = Discretionary Accrual perusahaan i pada periode ke t

NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktifitas operasi perusahaan i pada periode ke t


(48)

= Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t

= Aktiva tetap perusahaan pad periode ke t

= Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t = Error

3.4.3 Variabel terikat (dependen)

“Variabel terikat adalah jenis variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas” (Supranto, 2000). Variabel terikat disebut juga variabel Y.

Kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan dengan rasio ROA (return on asset).
K inerja perbankan sendiri sering dinilai terkait erat dengan tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan rasio keuangan yaitu rasio ROA (Return on Asset).

ROA = EBIT X 100% Assets Keterangan:


CFROA =Cash flow return on assets EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak Asset = Total Aset


(49)

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Penelitian

Definisi Parameter Skala

Ukuran

Variabel Independen

(KD) Kepemilikan Direksi

Kepemilikan Direksi (KD) merupakan persentase kepemilikan saham oleh direksi atau eksekutif perusahaan

x 100% Rasio

(KI)Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional (KI) merupakan persentase kepemilikan saham oleh perusahaan lain atau institusi lain atau entitas lain diluar perusahaan

x 100% Rasio

(UDK) Ukuran dewan komisaris

Ukuran dewan komisaris (UDK) merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan

Jumlah anggota dewan

komisaris Nominal

(PDKIn) Proporsi dewan komisaris independen

Proporsi dewan komisaris independen (PDKin) merupakan persentase jumlah dewan komisaris independen yang ada di perusahaan

x 100% Rasio

(KA) Komite Audit Komite audit merupakan persentase jumlah komite audit yang beraal dari komisaris independen

x100% Rasio

Variabel intervening

Manajemen Laba Manajemen laba, diukur melalui discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba .Rumus untuk menghitung nya

adalah dengan menggunakan model Modified Jones (Jones modifikasian)

DAit= TAit/Ait-1-NDAit Rasio

Variabel Dependen

Kinerja Keuangan kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan dengan rasio ROA (return on asset)

ROA = EBIT X 100% rasio

Total Assets

3.5 Metode Pengumpulan Data


(50)

dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap kedua, pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari media internet dengan cara men-download melalui situs www.idx.co.iduntuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang telah dipublikasikan.

3.6 Pengujian Data

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang di peroleh dalam penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar, dan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Uji Asumsi Klasik. “Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kiteria ekometrik, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang diperlukan dalam metode OLS” (Ananta, 1987). Uji Asumsi Klasik meliputi :

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini berdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui 2 (dua) cara yaitu analisis grafik dan analisis statistic (uji one sample kolmogrov smirnov) (Gozhali,2005).


(51)

Menurut Ghozali (2005) bahwa pengujian normalitas data dalam penelitian ini dengan melihat melalui sebaran plot pada Graph P-P Plot berbentuk linier dan bertumpu disekitar garis diagonal P-P Plot, maka dikatakan berdistribusi normal. b. Uji Statistik

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi,variable pengganggu atau residual distribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample kolmogrov smirnov test. Dengan melihat asymp.sig maka dapat dikatakan berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan apakah nilai dari dari masing- masing variabel bebas mempunyai persoalan multikolinearitas. Karena data yang dikatakan multikolinearitas tidak bagus. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance

inflation factor (VIF). Menurut Gozhali (2005), pada umumnya

jika VIF<10 maka tidak terjadi multikolinearitas , sedangkan nilai

tolerance >10 maka tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut


(52)

omoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengidindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya (Gozhali,2005).

Pendeteksian autokorelasi pada kasus ini digunakan uji durbin Watson. Jika nilai DWhitung > DWtabel dengan melihat nilai dL maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi.

3.6.2 Model Analisis

Rully dan Poppy (2014, 14) bahwa Variable intervening menggunakan model regresi linier yaitu merupakan analisis regresi yang harus menggunakan analisis jalur (path analysis).

“Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi


(53)

juga secara tidak langsung” (Robert,1993).

Untuk menguji hipotesis, maka model penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Good Corporate Governance (kepemilikan direksi (KD), kepemilikan institusional (KI), ukuran dewan komisaris (UDK), proporsi dewan komisaris independen (PDKin), komite audit (KA)) terhadap manajemen laba digunakan alat analisis regresi linear berganda . Model persamaan regresi tersebut sebagai berikut :

DA = βo + β1KD + β2KI + β3UDK + β4PDKin + β5KA+ e

Keterangan:

DA = Discretionary accruals KD = Kepemilikan direksi KI = Kepemilikan institusional UDK = Ukuran dewan komisaris

PDKin = Proporsi dewan komisaris independen KA = Komite Audit

= Konstanta

= Koefisien regresi = Error

2. Penerapan good corporate governance (kepemilikan direksi (KD), kepemilikan institusional (KI), ukuran dewan komisaris (UDK), proporsi dewan komisaris independen (PDKin),


(54)

komite audit (KA)) terhadap kinerja keuangan melalui manajemen laba sebagai intervening. Model persamaan regresi linear sebagai berikut :

ROA= βo + β1KD + β2KI + β3UDK + β4PDKin + β5KA + β6DA +e

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis , “metode analisis data yang digunakan adalah regresi Uji hipotesis terhadap suatu variabel umumnya berupa uji perbedaan antara nilai sampel dengan populasi atau nilai data yang diteliti dengan nilai ekspektasi peneliti” (Erlina, 2007: 113).

a. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan F tabel. Bentuk pengujiannya sebagai berikut:

1. a. H0 : b1 = = = 0, artinya secara simultan, kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba

b. Ha : minimal satu ≠ 0, artinya secara simultan, kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen,


(55)

komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

c. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%,jika nilai sig. F > 0,05 maka H0 diterima, artinya secara simultan variabel bebas berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F ≤ 0,05 maka Ha diterima, artinya secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

2. a. H0 : b1 = = = 0, artinya secara simultan kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.

b. Ha : minimal satu ≠ 0, artinya secara simultan, kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

c. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%,jika nilai sig. F > 0,05 maka H0 diterima, artinya secara simultan variabel bebas berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F ≤ 0,05 maka


(56)

Ha diterima, artinya secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α) = 5 %. Kriteria penilaian hipotesis pada uji- F :

a. H0 diterima (Ha ditolak) jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 % b. H0 ditolak (Ha diterima) jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 % b. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji T)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

1. A. b1 = Kepemilikan direksi

H0 : = 0, artinya kepemilikan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Ha : ≠ 0, artinya kepemilikan direksi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

b2= Kepemilikan institusional

H0 : = 0, artinya kepemilikan intitusional tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba

Ha : ≠ 0, artinya kepemilikan intitusional berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba


(57)

H0 : = 0, artinya ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba Ha : ≠ 0, artinya ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba

b4= Proporsi dewan komisaris independen

H0 : = 0, artinya proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba

Ha : ≠ 0, artinya proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba

b5= Komite audit

H0 : = 0, artinya komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba

Ha : ≠ 0, artinya komite audit berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba

2. B. b1 = Kepemilikan direksi

H0 : = 0, artinya kepemilikan direksi berpengaruh tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

Ha : ≠ 0, artinya kepemilikan direksi berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan


(58)

H0 : = 0, artinya kepemilikan intitusional tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen laba

Ha : ≠ 0, artinya kepemilikan intitusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

b3= Ukuran dewan komisaris

H0 : = 0, artinya ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Ha : ≠ 0, artinya ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

b4= Proporsi dewan komisaris independen

H0 : = 0, artinya proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

Ha : ≠ 0, artinya proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

b5= Komite audit

H0 : = 0, artinya komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

Ha : ≠ 0, artinya komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

Kriteria pengambilan keputusan adalah:


(59)

b. Jika thitung> ttabel, Ha diterima H0ditolak, untuk α = 5%

c. Uji Path Analisis

Teknik analisis jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X2 terhadap Y serta dampaknya kepada X2

(Intervening) . Analisis korelasi dan regresi yang merupakan

dasar dari perhitungan koefisen jalur. Analisis jalur merupakan analisis untuk mengetahui efek langsung dan tidak langsung serta total efek dari suatu variabel terhadap variabel lain. Manajemen dikatakan sebagai variabel intervening jika: nilai koefisien standardized beta P2 X P3 > P1, dengan catatan koefisien standardize beta P2 dan P3 signifikan, maka berpengaruh secara langsung.

d. Uji Determinasi (R²)

Untuk regresi dengan variabel bebas lebih dari dua maka digunakan adjusted R² sebagai koefisien determinasi. Pengujian adjusted R² digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Adjusted R² berkisar antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ adjusted R² ≤ 1). Hal ini berarti bila adjusted R² = 0 menunjukan tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan


(60)

bila adjusted R² semakin besar mendekati satu, menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dan bila adjusted R² semakin kecil mendekati nol, menunjukan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Penelitian

Data variable ini ditunjukan melalui statistic deskriptif yang menggambarkan informasi karakteristik variable dalam penelitian ini yakni: Kepemilikan direksi (KD) sebagai X1, kepemilikan institusional (KI) sebagai X2, ukuran dewan komisaris (UDK) sebagai X3, proporsi dewan komisaris independen (PDKIn) sebagai X4, komite audit (KA) sebagai X5, kinerja keuangan (KK) sebagai Y2 dan manajemen laba (ML) sebagai X6, antara lain meliputi nilai minimum, maksimun, rata- rata , standar deviasi yang ditunjukan oleh Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KD 90 .49170 .99996 .7803280 .16153780

KI 90 .01340 .66600 .2530078 .17230857

UDK 90 2.00 8.00 4.8889 1.64518

PDKIn 90 .33300 .80000 .5752800 .09875735

KA 90 .16670 .85710 .5826633 .15674505

ML 90 -.26983 1.55482 .0346233 .18687294

KK 90 -.07580 .05150 .0194922 .01755654

Valid N (listwise) 90

Sumber: Hasil penelitian,2015 (Data diolah SPSS 17)

Dari tabel 4.1 statistik deskriptif dapat dijelaskan bahwa jumlah sampel data adalah 90 diambil dengan menggunakan jenis data sekunder dan


(62)

menunjukan bahwa nilai manajemen laba maximum sebesar 1,554, nilai minimunnya sebesar -0,269 dan nilai rata-rata sebesar 0,034. Dengan nilai manajemen laba rata-rata yang positif maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang dijadikan observasi dalam penelitian ini rata-rata melakukan aktivitas manajemen laba dalam bentuk peningkatan laba (income increasing

accruals).

4. 2 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini berdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui 2 (dua) cara yaitu analisis grafik dan analisis statistic

(uji one sample kolmogrov smirnov) (Gozhali,2005).

c. Analisis Grafik

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(63)

Menurut gambar dibawah menyatakan data normal. Karena alur plot menyebar akan tetapi mengikuti garis diagonal.

Sumber: Hasil penelitian,2015 (Data diolah SPSS 17) Gambar 4.1 P-Plot Variabel Bebas (KD,KI,UDK,PDKIn,KA,ML)

Terhadap Variabel Terikat KK

d. Uji Statistik

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi,variable pengganggu atau residual distribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample kolmogrov


(1)

72 BDMN 2011 73.80% 26.20% 8 50% 66.67%

73 BEKS 2011 98.66% 1.34% 4 75% 75%

74 BJBR 2011 75% 25% 5 60% 50%

75 BKSW 2011 91.45% 8.55% 4 75% 66.67%

76 BMRI 2011 60% 40% 7 57.14% 66.67%

77 BNBA 2011 90.50% 9.50% 3 66.67% 66.67%

78 BNGA 2011 96.92% 3.08% 8 50% 66.67%

79 BNII 2011 97.29% 2.71% 7 57.14% 60%

80 BSIM 2011 66.55% 33.45% 3 66.67% 50%

81 BSWD 2011 94.80% 5.27% 4 75% 66.67%

82 BTPN 2011 61.54% 38.46% 6 50% 40%

83 BVIC 2011 67.44% 32.56% 4 75% 66.67%

84 INPC 2011 52.62% 47.38% 6 50% 50%

85 MAYA 2011 92.01% 7.99% 3 66.67% 33.30%

86 MCOR 2011 87.86% 12.14% 4 50% 66.67%

87 MEGA 2011 57.82% 42.18% 3 66.67% 66.67%

88 NISP 2011 85.10% 14.90% 7 57.14% 50%

89 PNBN 2011 84.28% 15.72% 4 50% 80%


(2)

xvi

Lampiran 4 Regresi SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KD 90 .49170 .99996 .7803280 .16153780

KI 90 .01340 .66600 .2530078 .17230857

UDK 90 2.00 8.00 4.8889 1.64518

PDKIn 90 .33300 .80000 .5752800 .09875735

KA 90 .16670 .85710 .5826633 .15674505

ML 90 -.26983 1.55482 .0346233 .18687294

KK 90 -.07580 .05150 .0194922 .01755654

Valid N (listwise) 90

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .01535526

Most Extreme Differences Absolute .126

Positive .099

Negative -.126

Kolmogorov-Smirnov Z 1.198

Asymp. Sig. (2-tailed) .113

a. Test distribution is Normal.


(3)

REGRESI KD, KI, UDK, PDKIn, KA, ML TERHADAP KINREJA

KEUANGAN

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .485a .235 .180 .01590059 1.856

a. Predictors: (Constant), ML, UDK, KD, PDKIn, KA, KI

b. Dependent Variable: KK

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .060 .021 2.807 .006

KD -.047 .014 -.435 -3.295 .001 .528 1.895

KI -.021 .014 -.205 -1.478 .143 .478 2.092

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .006 6 .001 4.250 .001a

Residual .021 83 .000

Total .027 89

a. Predictors: (Constant), ML, UDK, KD, PDKIn, KA, KI


(4)

(5)

REGRESI KD, KI, UDK, PDKIn, KA TERHADAP MANAJEMEN LABA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .102a .010 -.048 .19134942 2.041

a. Predictors: (Constant), KA, PDKIn, KD, UDK, KI

b. Dependent Variable: ML

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .032 5 .006 .177 .971a

Residual 3.076 84 .037

Total 3.108 89

a. Predictors: (Constant), KA, PDKIn, KD, UDK, KI

b. Dependent Variable: ML

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .173 .257 .673 .503

KD -.042 .173 -.036 -.243 .808 .528 1.894

KI -.079 .170 -.073 -.463 .645 .479 2.087

UDK -.006 .014 -.050 -.405 .686 .765 1.307


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening , Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 170 122

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 41 110

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bei Dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening

6 48 113

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 14 22

“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012.

1 8 16

this PDF file PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ( Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di Bursa efek Indonesia) | Taufiq | Jurnal Telaah dan Rise

0 0 10

PENGARUH IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2017

0 3 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening , Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening , Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 13