BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Data demografi menunjukan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari
penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat menujukan jumlah
remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15 populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja
umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10-19 tahun adalah 22, yang terdiri dari 50,9 remaja laki-laki dan 49,1 remaja
perempuan Soetjiningsih, 2007:1. Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual,
maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan
terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Datangnya haid pertama menarche dapat menimbulkan reaksi yang positif
maupun negatif bagi remaja perempuan. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapat informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak akan
mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi maka akan merasakan pengalaman yang negatif. Kematangan
seksual yang terlalu cepat atau lambat juga dapat mempengaruhi kehidupan psikososialnya, yaitu status mereka di dalam kelompok sebayanya.
Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, mulai muncul kecemasan-kecemasan dan
1
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan-pertanyaan seputar menstruasi, mimpi basah, ukuran buah dada, penis dan lain sebagainya. Selain tertarik kepada dirinya juga muncul perasaan tertarik
kepada teman sebaya yang berlawanan jenis, walaupun masih disembunyikan, karena itu mereka menyadari masih terlalu kecil untuk berpacaran.
Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang membutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja
mereka dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu: mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua, membentuk identitas untuk tercapainya integritas diri
dan kematangan pribadi. Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan
dengan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri. Erikson mengatakan bahwa pada saat memasuki usia remaja, remaja akan dihadapkan pada suatu
pertanyaan yang sangat penting yaitu tentang “Siapa aku?”. Dengan demikian remaja harus berusaha menemukan jawabannya baik untuk dirinya sendiri maupun bagi
masyarakat sekitarnya Soetjiningsih, 2007: 45-48. Masa remaja adalah masa yang penting karena merupakan masa peralihan
kemasa dewasa. Berbagai masalah dan perubahan-perubahan baik fisik, biologik, psikologik maupun sosial, harus dihadapi remaja dalam perjalanan hidupnya menuju
masa dewasa. Dalam pada masa itu mereka menjadi tanggungjawab orang tua dan dewasa lainya dalam masyarakatnya sampai dia dewasa dan dapat mandiri
Moersintowarti, 2008: 169. Timbulnya masalah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat
kompleks, yang terjadi pada masa remaja. Secara garis besar, faktor tersebut adalah adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa
remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks,
Universitas Sumatera Utara
orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu, karena ketidaktahuannya serta membaiknya sarana komunikasi dan
transportasi akibat kemajuan teknologi menyebabkan banjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi Moersintowati, 2008:173.
Orang tua merupakan faktor penentu keberhasilan program pembinaan kesehatan remaja atau siswa, karena orang tua yang paling dekat dengan siswa.
Penyuluhan secara langsung melalui media massa, koran, majalah, TV maupun radio, dan ceramah di sekolah.
Program yang dapat diberikan adalah penyuluhan bagi orang tua siswa salah satunya mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Selain orang tua, guru
adalah ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan siswa di sekolah, maka perlu diberikan pelatihan khusus bagi mereka agar dapat membantu melaksanakan
berbagai kegiatan tertentu, misalnya: pengamatan Observasi. Pengamatan siswa secara sepintas lalu, misalnya : keadaan umum murid, baik keadaan penampilan
umum atau kebersihan diri dan kebiasaan perilaku hidup sehat siswa sehari-hari, apakah ada siswa yang prilakunya menyimpang, apakah ada siswa yang mempunyai
masalah baik kesehatan maupun psikososialnya, dll Moersintowarti, 2008: 206. Pada studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SD Swasta Harapan Medan
didapatkan bahwa program kesehatan reproduksi remaja belum terlaksana di SD tersebut. Karena itu belum ada kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua siswa
dalam melakukan pendidikan kesehatan reproduksi terhadap siswa, termasuk di dalamnya adalah upaya mempersiapkan masa pubertas pada siswa kelas 6 SD Swasta
Harapan Medan.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumasan Masalah