Berdasarkan Penduduknya Berdasarkan Batas Kerja Berdasarkan Kualitasnya

23 Di pasar tenaga kerja, permintaan dan penawaran secara bersama-sama menentukan jumlah tenaga kerja yang akan dipekerjakan serta upah yang akan mereka terima. Upah akan mengalami kenaikan dalam perjalanan waktu apabila kenaikan dalam permintaan tenaga kerja yang disebabkan oleh kemajuan teknologi dan pertambahan stok modal melampaui pertumbuhan angkatan kerja Bellante dan Mark Jackson, 1983:157. Dalam fungsi Cobb-Douglas Mankiw, 2006:55-56, jika modal dan tenaga kerja meningkat dalam proporsi yang sama, maka output meningkat menurut proporsi yang sama pula. Dengan kata lain, ketika perekonomian mengalami pertumbuhan yang mengesankan, pendapatan total pekerja dan pendapatan total pemilik modal tumbuh pada tingkat yang nyaris sama. Jadi dapat dipastikan bahwa apabila modal dan tenaga kerja di suatu bank syariah meningkat, maka akan menambah profit bagi perusahaan tersebut. Sehingga membuka lapangan pekejaan di suatu bank syariah bagi mahasiswa tamatan fakultas ekonomi bukanlah hal yang akan merugikan suatu bank syariah tetapi meningkatkan profit perusahaan.

2.5 Klasifikasi Tenaga Kerja

2.5.1 Berdasarkan Penduduknya

Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan penduduknya terdiri dari 2 dua jenis, antara lain sebagai berikut : 1. Tenaga kerja Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang 24 dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun. 2. Bukan Tenaga Kerja Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk diluar usia kerja, yaitu mereka yang berusia dibawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contohnya adalah anak-anak, para pensiunan dan para lansia lanjut usia.

2.5.2 Berdasarkan Batas Kerja

Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan batas kerja terdiri dari 2 dua jenis, antara lain sebagai berikut : 1. Angkatan Kerja Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang terlibat atau berusaha terlibat dalam suatu kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Menurut Mulyadi 2003:60 angkatan kerja terdiri dari golongan bekerja serta golongan menganggur dan mencari pekerjaan. 2. Bukan Angkatan Kerja Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak 25 mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan ini sewaktu-waktu dapat menawarkan jasa untuk bekerja.

2.5.3 Berdasarkan Kualitasnya

Klasifikasi tenaga kerja berdasarkan kualitasnya terdiri dari 2 dua jenis, antara lain sebagai berikut : 1. Tenaga Kerja Terdidik Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya dokter, guru dan lain-lain. 2. Kerja Terlatih Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Contohnya apoteker, ahli bedah, mekanik dan lain-lain. 3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandal tenaga saja. Contonya kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga dan lain-lain. Mahasiswa ekonomi sendiri termasuk dalam tenaga kerja yang bukan angkatan kerja yang nantinya akan menjadi tenaga kerja terdidik. 26 Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang telah mendapat gelar sarjana merupakan tenaga kerja terdidik. Melihat hal tersebut, mahasiswa ekonomi harus cermat dalam pemilihan pekerjaan apa dan bagaimana yang sesuai dengan ilmu yang didapatnya selama dibangku perkuliahan. Apalagi masalah ketenagakerjaan di Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas tenaga kerja, jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja dan persebaran tenaga kerja yang tidak merata. Melihat kekurangan tersebut dapat menjadikan motivasi mahasiswa untuk mengasah kemampuannya agar dapat bersaing di dunia kerja. Setiap perusahaan, khususnya bank syariah akan mencari tenaga kerja yang berkompeten dan professional dalam bidang ekonomi dan perbankan, terkhususnya dalam bidang syariah. Jadi apabila seseorang berminat untuk berkarir di bank syariah, tentunya harus memilih daya saing untuk masuk dan bekerja di bank syariah. Daya saing yang dimaksud disini yaitu mempunyai keterpaduan antara knowledge, skill dan ability dengan komitmen moral dan integritas pribadi. Syarat-syarat tersebut harus dimiliki agar menjadi SDM yang berkompeten dan profesional untuk bekerja di bank syariah. Sebagai mahasiswa yang akan menyelesaikan kuliahnya dan ingin bekerja di bank syariah haruslah mempunyai pemahaman tentang bank syariah itu sendiri. Sebab tanpa adanya pemahaman SDM tentang perbankan syariah, tidak mungkin suatu bank syariah dapat mencapai kesuksesan tanpa SDM syariah yang berkualitas. Oleh karena itu, SDM syariah sangatlah berpengaruh dalam suatu bank 27 syariah untuk pencapaian tujuannya karena betapa pun majunya teknologi, berkembangnya informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, namun apabila tanpa SDM syariah makan akan sulit bank syariah tersebut untuk mencapai tujuannya. SDM merupakan tulang punggung dalam menjalankan roda kegiatan operasioal suatu bank. Untuk itu penyediaan SDM banker sebagai motor penggerak operasional bank haruslah disiapkan sebaik mungkin sehingga mereka memiliki kemampuan dalam menjalankan setiap transaksi perbankan dengan baik. SDM syariah yang baik selalu melakukan sesuatu perencanaan berdasarkan syariat Islam. Serta menjadikan SDMnya itu sebagai SDM yang memiliki wawasan yang luas dan yang selalu tunduk terhadap aturan-aturan yang berlaku baik hukum pemerintah maupun hukum agama sehingga segala sesuatunya dilakukan dengan baik, benar, terencana dan terorganisir dengan rapi, maka akan terhindar dari keragu-raguan dalam memutuskan sesuatu.

2.6 Pengangguran