Universitas Sumatera Utara BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Metodologi Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mempelajari
suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat adanya perlakuan tertentu. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis post test only group
control yang artinya nilai kekuatan impak sampel penelitian berperan sebagai variabel terikat yang diberikan post test perlakuan akhir tanpa terlebih dahulu
diberikan pre test perlakuan awal. Desain ini digunakan karena tidak mungkin dilakukan pengujian kekuatan impak pada tahap perlakuan awal pada sampel.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh antara beberapa kelompok perlakuan dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau
lebih kelompok perlakuan, kemudian hasil dari kelompok-kelompok perlakuan tersebut dibandingkan dengan satu sama lain.
.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa Penambahan Serat, dengan Penambahan Serat Kaca
1 Potongan Kecil 6 mm, Serat Kaca 3 Potongan Kecil 6 mm, Serat Poliester 1 Potongan Kecil 6 mm dan Serat Poliester 3
Potongan Kecil 6 mm
Kekuatan impak didapatkan dengan cara memberikan energi impak yang menyebabkan patahnya batang resin akrilik polimerisasi panas dengan bandul yang
berkekuatan 4 Joule yang diayunkan bebas tanpa beban. Pada tabel 1 terlihat Kekuatan impak terkecil resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat
kelompok A adalah sebesar 4,5 KJm
2
, sedangkan kekuatan terbesar adalah sebesar
Universitas Sumatera Utara
6,25 KJm
2
. Kekuatan impak terkecil resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca 1 6 mm kelompok B adalah sebesar 7 KJm
2
, sedangkan kekuatan terbesar adalah 9 KJm
2
. Kekuatan impak terkecil resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca 3 6 mm kelompok C adalah sebesar 6,5
KJm
2
, sedangkan kekuatan terbesar adalah 12 KJm
2
. Kekuatan impak terkecil resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat poliester 1 6 mm kelompok
D adalah sebesar 6,75 KJm
2
, sedangkan kekuatan terbesar adalah 8,75 KJm
2
. Kekuatan impak terkecil resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat
poliester 3 6 mm kelompok E adalah sebesar 5,5 KJm
2
, sedangkan kekuatan terbesar adalah 11,5 KJm
2
. Berdasarkan hal tersebut, terlihat kekuatan impak memiliki nilai yang bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pembuatan sampel yang tidak dapat dikendalikan selama penelitian berlangsung antara lain teknik pengadukan secara manual yang kecepatan
pengadukannya tidak dapat dikendalikan secara sempurna, kandungan monomer sisa yang berlebihan, micro porosity yang tidak terlihat dan banyaknya serat yang
terbuang pada saat proses pengepresan sehingga mempengaruhi kekuatan impak yang diperoleh dari setiap sampel.
20,26,38,49
Pada penelitian ini, teknik pengadukan secara manual merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya nilai kekuatan impak
yang bervariasi, hal tersebut disebabkan karena kekuatan dan kecepatan pengadukan tidak dapat disamakan pada setiap pembuatan sampel sehingga menyebabkan
campuran antara polimer dan serat menjadi tidak homogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vojvodic D 2008 yang dalam penelitiannya menggunakan bahan basis
resin akrilik polimerisasi panas Meliodent yang ditambahkan dengan serat kaca Kelteks menyatakan bahwa teknik pengadukan secara manual dapat menyebabkan
pencampuran serat dan polimer menjadi kurang homogen serta terperangkapnya udara didalam matriks polimer sehingga terjadi void atau rongga kosong yang dapat
mempengaruhi kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.
12
Selain teknik pencampuran yang kurang homogen, kandungan monomer sisa, besarnya penyerapan
monomer oleh serat yang tidak dapat terukur dan micro porosity yang tidak terlihat secara kasat mata pada penelitian ini juga dapat mempengaruhi kekuatan impak
Universitas Sumatera Utara
sehingga menghasilkan nilai yang bervariasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Raszewski Z dan Nowakowska 2013 yang dalam penelitiannya menggunakan bahan
basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas Villacryl yang ditambahkan serat kaca Atkin Pearce dan serat polietilen Kerr menyatakan kandungan monomer
sisa sebagai akibat perendaman serat didalam monomer metil metaklirat, besarnya penyerapan monomer dari serat dan micro porosity yang tidak terlihat dapat
menghasilkan kekuatan yang bervariasi dari tiap sampel.
49
Hal lain yang menyebabkan dihasilkannya nilai kekuatan impak yang bervariasi pada penelitian ini
adalah penyebaran serat ketika melakukan pengepresan, saat pengepresan dilakukan, sejumlah serat akan menyebar ke arah lateral dan keluar melewati mold sehingga
menyebabkan berkurangnya konsentrasi serat yang berbeda dalam tiap sampel. Pernyataan ini didukung oleh Alla, dkk 2012 yang menyatakan distribusi serat dapat
menjadi tidak homogen sebagai akibat pengepresan yang menyebabkan menyebarnya resin akrilik polimerisasi panas ke arah lateral dalam teknik compression moulding.
20
Pada tabel 2, nilai rerata dan SD dari kekuatan impak resin akrilik tanpa penambahan serat kelompok A adalah 5,29 ± 0,62 KJm
2
. Rerata dan standar deviasi SD dari kekuatan impak resin akrilik dengan penambahan serat kaca 1 6
mm kelompok B adalah 7,96 ± 0,71 KJm
2
. Rerata dan standar deviasi SD dari kekuatan impak resin akrilik dengan penambahan serat kaca 3 6 mm kelompok C
adalah 9,20 ± 1,78 KJm
2
. Rerata dan standar deviasi SD dari kekuatan impak resin akrilik dengan penambahan serat poliester 1 6 mm kelompok D adalah 7,62 ±
0,75 KJm
2
. Rerata dan standar deviasi SD dari kekuatan impak resin akrilik dengan penambahan serat poliester 3 6 mm kelompok E adalah 8,79 ± 2,07 KJm
2
. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan impak terbesar terdapat pada kelompok dengan
penambahan serat kaca 3 6 mm kelompok C apabila dibandingkan dengan kelompok resin akrilik tanpa penambahan serat kelompok A, kelompok resin akrilik
dengan penambahan serat kaca 1 6 mm Kelompok B, kelompok resin akrilik dengan penambahan serat poliester 1 6 mm kelompok D dan kelompok resin
akrilik dengan penambahan serat poliester 3 6 mm kelompok E. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pekka 1994 dan Chen 2000 yang dalam
Universitas Sumatera Utara
hasil penelitiannya menyatakan bahwa kekuatan impak akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya konsentrasi serat.
26,27
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Prasad H, dkk 2007 dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas Trevalon Hi yang
ditambahkan serat kaca E-glass yang sebelumnya telah direndam dalam cairan monomer metil metaklirat menunjukkan adanya peningkatan kekuatan impak.
50
Hal tersebut disebabkan karena adanya transfer beban antara serat kaca dengan matriks
polimer pada saat terjadi benturan. Transfer beban dapat terjadi karena adanya adhesi antara permukaan serat kaca dengan matriks polimer resin akrilik polimerisasi panas.
Adhesi yang baik dapat dicapai dengan melakukan preimpregnasi serat kaca dengan cairan monomer sebelum dicampurkan ke dalam polimer metil metaklirat sehingga
akan mengurangi void dalam matriks resin. Ketika beban diaplikasikan, modulus young dari ikatan antar atom polimer resin akrilik polimerisasi panas berada pada
titik terendah sehingga akan terjadi deformasi permanen karena beban yang diaplikasikan menyebabkan modulus young melewati batas ambang stress point.
Penambahan serat kaca yang memiliki modulus elastisitas yang tinggi menyebabkan peningkatan batas ambang stress point dari resin akrilik polimerisasi panas karena
akan terjadi transfer beban dari basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas ke serat kaca sehingga menyebabkan peningkatan kekuatan impak.
20,50,51
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nitanda dkk 1991 yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas Nissin Co yang
ditambahkan serat poliester Mitsubishi yang sebelumnya telah direndam dalam monomer metil metaklirat menyatakan adanya peningkatan kekuatan impak pada
bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
37
Peningkatan kekuatan impak tersebut disebabkan karena adanya transfer beban antara serat poliester dengan
matriks polimer ketika beban diaplikasikan. Transfer beban terjadi karena adanya ikatan adhesi parsial yang terjadi ketika serat poliester ditambahkan ke dalam matriks
polimer, sehingga ketika beban diterima oleh resin akrilik, serat poliester yang terdapat didalam matriks akan menyerap sebagian besar beban tersebut dan
meningkatkan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.
Universitas Sumatera Utara 5.2.2 Pengaruh Penambahan Serat Kaca 1 Potongan Kecil 6 mm, Serat
Kaca 3 Potongan Kecil 6 mm, Serat Poliester 1 Potongan Kecil 6 mm, dan Serat Poliester 3 Potongan Kecil 6 mm Terhadap
Kekuatan Impak
Bahan Basis
Gigitiruan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas
Hasil uji ANOVA satu arah pada tabel 4 menunjukkan adanya pengaruh penambahan serat kaca dan serat poliester terhadap kekuatan impak bahan basis
gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas karena diperoleh nilai signifikansi p = 0,001 p 0,05. Hasil uji LSD pada penelitian ini menunjukkan adanya perlakuan
yang bermakna antar beberapa kelompok, yaitu kelompok tanpa penambahan serat kelompok A dengan kelompok dengan penambahan serat kaca 1 6 mm kelompok
B dengan nilai p = 0,002 p 0,05, kelompok tanpa penambahan serat kelompok A dengan kelompok dengan penambahan serat kaca 3 6 mm kelompok C dengan
nilai p = 0,001 p 0,05, kelompok tanpa penambahan serat kelompok A dengan kelompok dengan penambahan serat poliester 1 6 mm kelompok D dengan nilai p
= 0,006 p 0,05, kelompok tanpa penambahan serat kelompok A dengan kelompok dengan penambahan serat poliester 3 6 mm kelompok E dengan nilai p
= 0,001 p 0,05. Adanya perlakuan yang bermakna pada kelompok resin akrilik polimerisasi
panas dengan penambahan serat kaca 1 6 mm dan serat kaca 3 6 mm disebabkan karena adanya silikon dioksida SiO
2
atau silika yang merupakan komponen utama dalam serat kaca yang merupakan gabungan dari polimer SiO
2 n
. Komponen ini memiliki kekakuan serta kekuatan yang tinggi yang menyebabkan serat kaca menjadi
lebih padat dan kuat sehingga mampu menyerap beban yang diterima oleh resin akrilik polimerisasi panas. Transfer beban dari bahan basis resin akrilik polimerisasi
panas akan meningkatkan kekuatan impak.
9,43,44
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus Z dan Eddy 2012 yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas GC America
yang ditambahkan serat kaca taiwan glass potongan kecil ukuran 2 mm, 4 mm, 6 mm dan 8 mm dengan konsentrasi 1. Hasil penelitian menunjukkan adanya
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kekuatan impak yang signifikan apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. kekuatan impak pada serat kaca ukuran 6 mm 1 adalah sebesar 6,65
KJm
2
.
10
Penelitian lain yang dilakukan oleh Makarem A. 2011 dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas Major Base 2 dengan tambahan serat
kaca K and C moulding Ltd potongan kecil 6 mm sebanyak 0.022 gm 1 yang sebelumnya telah di preimpregnasi mendapatkan adanya peningkatan kekuatan impak
yang signifikan pada kelompok resin akrilik yang ditambahkan serat kaca dibandingkan dengan kelompok resin akrilik yang tidak ditambahkan serat kaca,
besarnya nilai rerata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 8,866 ± 0.186 KJm
2
.
31
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dogan dkk 2006 yang menggunakan resin akrilik
polimerisasi panas Meliodent dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran berbeda, yaitu 2 mm, 4 mm dan 6 mm dengan konsentrasi 3. Nilai rerata terbesar
yang didapatkan dari penelitian tersebut yaitu sebesar 8,7 ± 0,13 KJm
2
pada kelompok serat kaca dengan ukuran 6 mm 3.
28
Nilai rerata kelompok dengan penambahan serat kaca 1 6 mm kelompok A pada penelitian ini adalah sebesar
7,96 ± 0,71 KJm
2
. Nilai ini lebih kecil dari nilai rerata hasil penelitian yang dilakukan oleh Makarem, hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan kondisi pada
saat melakukan penelitian seperti perbedaan teknik pengadukan. Pengadukan yang tidak homogen akan menyebabkan terjadinya pengurangan kekuatan impak.
20,37
Nilai rerata pada kelompok dengan penambahan serat kaca 3 6 mm kelompok C pada
penelitian ini adalah sebesar 9,20 ± 1,78 KJm
2
. Nilai ini lebih besar apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh dogan, dkk, hal ini mungkin
disebabkan karena tidak adanya perendaman serat dalam monomer metil metaklirat sebelum ditambahkan ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas
sehingga akan menyebabkan terjadinya polimerization shrinkage yang akan mengurangi ikatan adhesi antara serat kaca dengan matriks polimer sehingga
terbentuk void pada matriks resin yang akan mengurangi kekuatan impak.
20
Adanya perlakuan yang bermakna pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat poliester 1 6 mm dan serat poliester 3 6 mm
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena serat poliester memiliki ikatan rantai polimer yang kuat dan panjang serta persen kristalinitas yang tinggi. Ikatan rantai yang kuat disebabkan
karena susunan struktur molekulernya yang padat dan kompak sehingga akan menghasilkan daya tarik menarik antar molekul lebih besar. Semakin kuat ikatan
suatu rantai polimer, maka semakin besar resistensi mekanisnya, serta semakin panjang rantai polimer serat, maka akan menghasilkan ikatan antar molekul yang
besar juga. Semakin besar ikatan antar molekul polimer, maka semakin kuat suatu bahan, sehingga serat poliester mampu menyerap beban yang diterima oleh resin
akrilik polimerisasi panas, transfer beban yang terjadi akan meningkatkan kekuatan impak bahan basis resin akrilik polimerisasi panas.
35,36
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh San Chen dkk 2000 yang menggunakan resin akrilik polimerisasi panas Shofu Co yang
ditambahkan serat poliester IW71 USA potongan kecil dengan ukuran dan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu dengan ukuran 2 mm, 4 mm dan 6 mm dengan
konsentrasi 1, 2 dan 3 mendapatkan adanya peningkatan kekuatan impak yang signifikan seiring dengan bertambahnya panjang serat dan konsentrasi serat. Hasil uji
kekuatan impak pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat poliester 1 6 mm adalah sebesar 3,5 ± 0,37 KJm
2
, sedangkan pada kelompok serat poliester 3 6 mm adalah sebesar 7,67 ± 1,41 KJm
2
.
27
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dogan dkk 2006 dengan resin akrilik
polimerisasi panas Meliodent yang ditambahkan serat poliester Kordsa bentuk potongan kecil ukuran 6 mm dengan konsentrasi 3, nilai rerata kekuatan impak
yang dihasilkan adalah sebesar 6,9 ± 0,06 KJm
2
.
28
Nilai rerata kekuatan impak dari hasil yang didapatkan dari penelitian ini lebih besar apabila dibandingkan dengan
hasil yang didapatkan oleh San Chen dan Dogan, yaitu pada kelompok dengan penambahan serat poliester 1 6 mm kelompok D adalah sebesar 7,62 ± 0,75
KJm
2
, sedangkan pada kelompok serat poliester 3 6 mm kelompok E adalah sebesar 8,79 ± 2,07 KJm
2
. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan kondisi penelitian, yaitu penanganan serat dan kandungan resin akrilik. Chen dan Dogan tidak
merendam serat terlebih dahulu kedalam monomer metil metaklirat sebelum
Universitas Sumatera Utara
mencampur serat kedalam polimer resin akrilik polimerisasi panas, sedangkan pada penelitian ini dilakukan perendaman serat terlebih dahulu ke dalam monomer metil
metaklirat sebelum dicampurkan sehingga akan meningkatkan kekuatan impak. Hasil penelitian ini juga didukung oleh pernyataan Faot, dkk 2009 yang menyatakan
perbedaan kandungan monomer dan polimer resin akrilik polimerisasi panas akan menghasilkan kekuatan impak yang berbeda.
19
Pada penelitian ini, serat di preimpregnasi dengan menggunakan monomer metil metaklirat. Preimpregnasi
dengan menggunakan monomer metil metaklirat menyebabkan adanya kemungkinan terjadi void pada matriks resin. Hal ini disebabkan karena serat kaca dan serat
poliester bersifat hidrofobik, sehingga akan mengurangi penyerapan monomer metil metaklirat. Berkurangnya penyerapan monomer akan mengurangi adhesi antara serat
dengan matriks resin. Adhesi antara serat dan matriks polimer dapat diperkuat dengan menambahkan bahan silane-coupling agent pada serat kaca dan penambahan plasma
pada serat poliester. Penggunaan silane-coupling agent pada serat kaca dan plasma pada serat poliester dapat memodifikasi energi permukaan serat sehingga menjadi
lebih tinggi yang akan memperkuat adhesi antara serat dengan matriks resin, ikatan adhesi yang baik akan mengurangi void pada matriks resin sehingga menambah
kekuatan impak.
20,36
5.2.3 Perbedaan Pengaruh Penambahan Serat Kaca 1 Potongan Kecil 6 mm, Serat Kaca 3 Potongan Kecil 6 mm, Serat Poliester 1
Potongan Kecil 6 mm, dan Serat Poliester 3 Potongan Kecil 6 mm Terhadap Kekuatan Impak Bahan Basis Gigitiruan Resin
Akrilik Polimerisasi Panas
Hasil uji LSD pada tabel 5 menunjukkan adanya perlakuan yang bermakna antar beberapa kelompok, yaitu kelompok tanpa penambahan serat kelompok A
dengan kelompok dengan penambahan serat kaca 1 6 mm kelompok B dengan nilai p = 0,002 p 0,05, kelompok tanpa penambahan serat kelompok A dengan
kelompok dengan penambahan serat kaca 3 6 mm kelompok C dengan nilai p = 0,001 p 0,05, kelompok tanpa penambahan serat kelompok A dengan kelompok
Universitas Sumatera Utara
dengan penambahan serat poliester 1 6 mm kelompok D dengan nilai p = 0,006 p 0,05, kelompok tanpa penambahan serat kelompok A dengan kelompok dengan
penambahan serat poliester 3 6 mm kelompok E dengan nilai p = 0,001 p 0,05. Hasil uji LSD juga menunjukkan adanya beberapa perlakuan yang tidak
bermakna antar beberapa kelompok, yaitu antara kelompok B dan kelompok C dengan nilai p = 0,118 p 0,05, antara kelompok B dan kelompok D dengan nilai p
= 0,670 p 0,05, antara kelompok B dan kelompok E dengan nilai p = 0,291 p 0,05, antara kelompok C dan kelompok D dengan nilai p = 0,051 p 0,05, antara
kelompok C dan kelompok E dengan nilai p = 0,594 p 0,05 dan antara kelompok D dan kelompok E dengan nilai p = 0,143 p 0,05.
Secara statistik, hasil penelitian antara kelompok penambahan serat kaca 1 6 mm kelompok B dan serat kaca 3 6 mm kelompok C, kelompok penambahan
serat kaca 1 6 mm kelompok B dan serat poliester 1 6 mm kelompok D, kelompok penambahan serat kaca 1 6 mm kelompok B dan serat poliester 3 6
mm kelompok E, kelompok penambahan serat kaca 3 6 mm kelompok C dan serat poliester 1 6 mm kelompok D, kelompok penambahan serat kaca 3 6 mm
kelompok C dan serat poliester 3 6 mm kelompok E, kelompok penambahan serat poliester 1 6 mm kelompok D dan serat poliester 3 6 mm kelompok E
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Chen 2000, pada hasil penelitian yang
dilakukan oleh Chen, terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok serat kaca 1 6 mm dengan serat poliester 1 6 mm, kelompok serat kaca 1 6 mm dengan
serat poliester 3 6 mm, dan kelompok serat poliester 1 6 mm dengan kelompok serat poliester 3 6 mm. Pada hasil penelitian yang dilakukan Chen, nilai rerata
terbesar adalah pada kelompok dengan penambahan serat poliester 3 6 mm, sedangkan pada penelitian ini nilai terbesar terdapat pada kelompok dengan
penambahan serat kaca 3 6 mm. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena perbedaan cara pencampuran serat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen, proses
pencampuran serat menggunakan metode pencampuran mekanis yaitu dengan menggunakan electric mixer, sedangkan pada penelitian ini proses pencampuran serat
Universitas Sumatera Utara
menggunakan metode manual, yaitu pengadukan dengan bantuan semen spatel. Teknik pengadukan yang manual dapat menyebakan pencampuran yang kurang
homogen antara serat dengan matriks polimer resin akrilik polimerisasi panas sehingga menyebabkan terjadinya void dalam matriks resin yang akan mengurangi
kekuatan impak. Vojvodic D 2008 juga menyarankan penggunaan teknik pencampuran mekanis saat pengadukan monomer dan polimer supaya dough yang
dihasilkan lebih homogen dan tidak ada udara yang terperangkap.
12
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan penambahan serat kaca 1 atau penambahan serat poliester 1 pada bahan basis gigitiruan resin akrilik
polimerisasi panas akan meningkatkan kekuatan impak sehingga basis gigitiruan yang dihasilkan menjadi lebih kuat terhadap benturan. Penggunaan serat dengan
konsentrasi 3 juga menyebabkan penambahan kekuatan impak, tetapi semakin tinggi konsentrasi serat, maka semakin besar kemungkinan terjadinya penggumpalan
serat pada saat proses pengadukan monomer dan polimer sehingga menyebabkan terjadinya porositas yang terbentuk karena adanya rongga kosong void pada matriks
resin.
20
Hal ini terbukti dari hasil penelitian ini karena penambahan serat kaca dengan konsentrasi 3 memiliki nilai terkecil sebesar 6,5 KJm
2
dan nilai terbesar sebesar 12 KJm
2
dan penambahan serat poliester dengan konsentrasi 3 memiliki nilai terkecil sebesar 5,5 KJm
2
dan nilai terbesar sebesar 11,5 KJm
2
. Perbedaan nilai ini menunjukkan adanya serat yang menggumpal pada beberapa sampel pada saat
pengadukan monomer dan polimer, sehingga terjadi pengurangan kekuatan impak. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Stipho 1998 yang menyatakan
penambahan serat kaca dengan konsentrasi 1 akan menghasilkan kekuatan mekanis yang lebih baik daripada penambahan serat kaca dengan konsentrasi melebihi 5.
52
Teknik pengadukan manual akan memperbesar kemungkinan terjadinya void pada matriks resin sehingga dapat menyebabkan tidak adanya perbedaan yang
signifikan antara sampel dengan penambahan serat 1 dan 3. Kelemahan lainnya adalah kemungkinan posisi serat di dalam resin akrilik yang tidak terdistribusi merata
akibat penggunaan teknik compression molding. Menurut Vallitu et al, distribusi serat potongan kecil akan menyebar atau bergeser kearah lateral saat pengepresan.
Universitas Sumatera Utara
Penyebaran ini akan menyebabkan berkurangnya konsentrasi serat pada resin akrilik polimerisasi panas sehingga terjadi pengurangan kekuatan dari yang seharusnya.
26
Hal ini mungkin menyebabkan tidak adanya perbedaan yang signifikan secara statistik antara penambahan serat dengan 1 dan penambahan serat dengan
konsentrasi 3. Penggunaan teknik injection molding dapat mengurangi pembentukan void pada matriks resin sehingga dapat meningkatkan sifat mekanis
resin akrilik polimerisasi panas.
20
Penggunaan kompor yang menggantikan waterbath saat proses kuring karena keterbatasan penelitian serta diameter serat yang tidak
terukur pada penelitian ini juga dapat mempengaruhi kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.
Universitas Sumatera Utara BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan