ANALISA PENDEKATAN KONSEP POLA TATA MASSA,TATA RUANG DAN BENTUK

B.2. ANALISA PENDEKATAN KONSEP POLA TATA MASSA,TATA RUANG DAN BENTUK

B.2. 1. Analisa Pengolahan Pola Tata Massa dan Tata Ruang Bangunan

Pola tata masa dan tata ruang bangunan dalam site, mengacu pada pola tata perumahan maupun ruang dalam arsitektur tradisional Lombok.

Alternatif :

A.

Gambar IV.14. Pola Perumahan Desa Adat Bayan

B.

Pola tata masa perumahan merupakan pola yang majemuk dengan pusat nya dikelilingi oleh bangunan penunjang lainnya. Bangunan utama berupa bale yang di kelilingi oleh berugaq, kandang dan lumbung.

Gambar IV.15. Analisa pola perumahan desa adat bayan lombok

Gambar IV.16. Pola Peruangan Tradisional Lombok

Gambar IV.16.a. Pola Tata Ruang rumah tradisional lombok

Pola tata ruang dalam rumah tradisional lombok, mengalami modifikasi letak akan tetapi tidak merubah fungsi dalam ruangnya.

Contoh : ruang sesando hanya menggunakan sesando kiri dari tata ruang aslinya yang mempunya sesando kanan dan kiri

Gambar IV.17a. Pola Tata Ruang Rumah Sumbawa,NTB

Analisa : Hampir sama dengan pola tata ruang

dalam rumah di lombok, tata ruang rumah tradisional Sumbawa pun mengalamu modifikasi berupa penambahan ruang dan analogi fungsi ruang.

di gunakan sebagai pola tata massa bangunan , sedangkan alternaif B dan C akan di baurkan ke dalam pola tata ruang bangunan terutama bangunan penginapan dan pengelola.

B.2.2. Analisa Penerapan Arsitektur Karakter Arsitektur Lombok dalam Arsitektur PostModern dan Kebudayaan

Dasar pertimbangan : Karakter arsitektur postmodern yang mengakomodasi arsitektur local

Jenis metode pergeseran budaya Karakter asitektur Lombok

Karakter arsitektur postmodern yang mengakomodasikan karakter arsitektur local

Ciri-ciri Arsitektur postmodern Ciri-ciri arsitektur postmodern adalah mengakomodasi fungsi dan bentuk

yang dirasa perlu untuk hadir dalam rancangan, misalnya arsitektur tradisional, simbolisme, dekorasi, dan sebagainya.

Ciri arsitektur postmodern yag dapat mengakomodasi karakter arsitektur local :

Ideological

a. Double coding of Style Bangunan post modern adalah suatu paduan dari dua gaya atau style, yaitu : Arsitektur modern dengan arsitektur lainnya.

b. Semiotic form Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud.

c. Tradition and choice Merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang.

d. Artist or client, Mengandung dua hal pokok yaitu: d. Artist or client, Mengandung dua hal pokok yaitu:

f. Piecemal Penerapan unsur–unsur dasar, secara sub–sub saja atau tidak menyeluruh. Unsur–unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan lain–lain. Stylitic ( Ragam )

a. Hybrid Expression, Penampilan hasil gabungan unsur–unsur modern dengan: - Vernacular - Local

b. Variable Space with surprise Perubahan ruang–ruang yang tercipta akibat kejutan, misalnya: warna, detail elemen arsitektur, suasana interior dan lain–lain.

c. Conventional and Abstract Form Kebanyakan menampilkan bentuk–bentuk konvensional dan bentuk– bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap artinya.

d. Eclectic, Campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi secara kontinu untuk menciptakan unity.

e. Pro Or Representation Menampilkan ciri–ciri yang gamblang sehingga dapat memperjelas arti dan fungsi.

f. Pro-metaphor Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang diterapkan pada desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan fungsi bangunan.

g. Pro-Historical reference Menampilkan nilai-nilai histori pada setiap rancangan yang menegaskan ciri-ciri bangunan.

h. Pro-simbolic , Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti dan yang dikehendaki perancang.

Design Ideas ( Ide-Ide Desain )

a. Contextual Urbanism and Rehabilitation Kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan dengan suatu lingkungan urban.

b. Functional Mixing b. Functional Mixing

d. Collage/Collision, Gabungan atau paduan elemen-elemen yang berlainan

Aliran dalam arsitektur postmodern yang mengakomodasi karakter

local : Historicism , pemakaian elemen-elemen klasik ( misalnya lonic,Doric

dan Corinthian ) pada bangunan yang digabungkan dengan pola-pola modern. Neo- Vernacularism, menghidupkan kembali suasana atau elemen tradisional dengan membuat bentuk dan pola-pola bangunan local. Contextualism ( Urbanist + ad Hoc ), memperhatikan lingkungan dalam penempatan bangunan sehingga didapatkan komposisi lingkungan yang serasi. Aliran ini sering juga di sebut dengan urbanism. Metaphor & Metaphisical, mengekspresikan secara ekplisit dan implicit ungkapan metafora dan metafisika ( spiritual ) ke dalam bentuk bangunan. Post Modern Space, memperlihatkan pembentukan ruang dengan mengkomplikasikan komponen bangunan itu sendiri.

Analisa : Dengan adanya ciri-ciri serta macam aliran dalam arsitektur post modern yang dapat mengakomodasikan karakter arsitektur local dalam proses perencanaan dan perancangan akan dapat mempengarui pada tampilan bangunan. Visualisasi bangunan nantinya akan mengalami modifikasi bentuk terkait dengan arsitektur local serta modfikasi ornament-ornamen dalam arsitektur lombok.

B.2.3. Analisa Pengolahan Tampilan Bangunan

Analisa tampilan bangunan bertujuan untuk menentukan bentuk dan massa bangunan yang akan digunakan dalam merencanakan dan merancang desain resort di gili meno.

Dasar pertimbangan :

Adaptasi karakter antara arsitektur local dengan arsitektur postmodern Kemudahan dalam struktur dan konstruksi

B.2.3.a. Analisa Pengolahan Bentuk dan Massa Bangunan Bentuk dasar bangunan akan muncul dari beberapa massa yaitu :

p Bentuk atap yang digunakan yaitu :

Atap miring Dapat berupa atap pelana, limasan atau panggang pe dari pelat atau lembaran monolitik, atau dari sebuah system balok, kaso dan pengikat, atau dari rangka ruang.

Bentuk

Keterangan - Mempunyai kekuatan visual, tidak dapat

disederhanakan - Karakter tidak formal, mengalir, kompak - Estetika tinggi - Bentuk tidak kaku, mempunyai nilai estetis yang

lebih terutama untuk memberikan kesan informal - Mempunyai bentuk yang murni dan rasionalistis, statis, netral, dan tidak mempunyai arah tertentu, stabil

- Kurang

memiliki

kemudahan dalam

pengembangan - Estetika cukup - Kesan; aktif, energik, tajam, serta mengarah - Ekspresif, stabil, dinamis dan seimbang, titik

pandang cenderung jatuh pada satu posisi - Kemudahan untuk pengolahan sirkulasi - Estetika tinggi - Kesan; statis, stabil, formal, mengarah ke monoton

dan massif (solid)

Tabel IV.6. Bentuk Dasar Bangunan

Atap dalam kategori ini berupa lengkungan, kubah, busur atau konstruksi cangkang, juga konstruksi atap tarik, atap yang dipikul udara dan struktur permukaan lipat.

Dinding Dasar pertimbangan Pemilihan bahan pengisi dinding :

ekologis yaitu, tahan terhadap cuaca, mudah didapat dan mudah dalam pengerjaan konstruksi, dapat diproduksi dilokasi bangunan serta murah. Bahan dan konstruksi sesuai element karakter arsitektur Lombok dan postmodern

Bidang dinding ada tiga, yaitu : Dinding masif

Dinding yang memiliki sedikit rongga dan biasanya diaplikasikan pada daerah tropika kering karena dinding jenis ini mampu menyimpan panas maupun dingin. Dinding berongga Lapisan luar dinding berongga biasanya tipis dan dapat terbuat dari batu bata, beton dan panel yang bertumpu pada rangka. Pengantar kelembaban pada jendela, elemen rangka, dan lain-lain harus dihindari. Dinding ringan Dinding ini biasanya terbuat dari anyaman tradisional dari bahan organic. Bahan yang biasanya digunakan adalah kayu, bambu, jalinan sabut kelapa, dan lain-lain.Tetapi bahan-bahan ini mudah diserang binatang dan cepat busuk. Namun dinding organic ini dapat diawetkan dengan memasukan bahan pengawet berupa bahan kimia yang dapat mematikan serangga dan jamur.

Analisa : Dinding menggunakan dinding berongga dan dinding ringan. Dinding ringan digunakan untuk tidak terlalu membebani struktur. Dinding berongga dipadukan dengan kaca sebagai elemen penyimpan panas pada siang hari dan menyalurkan panas kedalam ruangan pada malam hari. Dinding menyesuaikan dengan lingkungan sekitar yang telah ada sebelumnya.

Dasar pertimbangan :

a. Karakter fasad arsitektur local yang akan dikemas dalam arsitektur postmodern

b. material bangunan local dan postmodern

c. bentuk fasad arsitektur local yang akan di analogikan menggunakan aritektur postmodern

B.2.3.c. Analisa Pengolahan Ornamentasi Lokal

Dasar pertimbangan :

Jenis ragam hias local yang ada di Lombok

Respon :

a. Metrial yang digunakan dalam fasad bangunan resort akan menggambungkan antara material dalam karakter arsitektur local dan karakter arsitektur post modern

b. Analogi struktur atap yang terdiri dari kepala , badan dan kaki akan tetap digunakan sebagai struktur fasad resort akan tetapi hanya mengalami modifikasi dalam bentuk ban gunan yang dikemas dalam karakter arsitektur post

Dinding yang menggunakan anyaman bamboo ( reng ) dan gedeg dapan dig anti dengan menggunakan pasangan batu bata dan batu alam untuk memunculkan karakter local yang modern

Material konstruksi bangunan lebih banyak menggunakan bamboo, papan dan kayu dengan system struk tur ikat tanpa

Material local yang digunakan merupakan alang-alang yang biasa digunakan untuk menutupi atap dengan penampilan warna sesuai dengan aslinya.

Kepal a

Badan Kaki

bisa menjadi cirri khas lombok ( hanya sedikit mendapatkan pengaruh luar yaitu bali dan jawa )

Raga hias ( ornamentasi ) pada bangunan arsitektur local memiliki karakter yang berbeda-beda tiap ragamnya, yaitu :

Gambar IV.18. b. Pola Ornament Lombok , Naga

Analisa : Karakter ornament ini didasari oleh bentuk naga

yang melingkar dengan mengalami modifikasi tambahan pada bentuknya.

Gambar IV.18. a. Pola Ornament Lombok ,Slimpat

Analisa : Karakter ragam hias ini yaitu merupakan

bentuk stilasi bunga yang terdiri dari delapan lembar bunga

Gambar IV.19. a. Pola Ornament Lombok ,Wapak

Analisa : Karakter ragam hias ini merupakan stilasi

bunga yang terdiri dari 4 lembar bunga

Analisa :

Bentuk dan bahan bangunan disesuaikan dengan lingkungan setempat, dengan tambahan dan perubahan, tetapi tetap menarik. Bentuk dan bahan menggunakan karakter local yang dikemas dalam karakter arsitektur postmodern Bentuk dasar massa bangunan yaitu merupakan pengembangan dari bentuk segiempat yang dapat memberikan kesan sederhana (tenang, bentuk yang akrab dengan lingkungan), mudah diatur, memiliki optimasi ruang yang besar serta terkesan lapang (terbuka). Bentuk ini memungkinkan mengalami penambahan atau pengurangan (distilasi dan stilasi). Penutup atap direncanakan menggunakan bahan sirap, daun kelapa dan genting. Sirap dan daun kelapa digunakan untuk member kesan alami, serta memanfaatkan bahan yang ada dilingkungan sekitar. Sedangkan genting digunakan karena murah. Atap miring direncanakan sebagai bentuk atap. Sudut kemiringan minimal 30 agar air hujan dapat mengalir dengan lancar. Selain itu untuk menampilakan karakter local, atap menggunakan atap lumbung Tipe bangunan yang digunakan adalah tipe bangunan yang menyentuh tanah dan tipe bangunan panggung. Ornamentasi akan mejadi ragam hias pada bangunan dalam resort, khususnya sebagai estetika visualisasi bangunan dan interior bangunan.

B.2.3.d. Analisa Pengolahan Material Atap Dasar pertimbangan :

Bahan dasar atap yang digunakan ( referensi dengan karakter

Gambar IV.19. b. Pola Ornament Lombok ,Stilasi Tumbuh-tumbuhan

Karakter ragam hias ini merupakan stilasi dari berbagai tumbuh-tumbuhan. Karakter ini juga sudah banyak di gunakan.

digunakan Jenis atap yang dapat digunakan :

Atap genteng Atap genting dipilih karena mudah didapat, murah, dapat digunakan kembali dan memberi kenyamanan ruang dibawahnya.

Atap Daun/rumput Atap jenis ini berupa daun kelapa, alang – alang, ijuk, rumbia, sirap dan sebagainya. Memiliki keunggulan dalam penampilan yang berkesan alami, ringan serta mudah diperoleh.

Dinding

Dinding direncanakan memakai material batu bata, gedeg dan jalinan sabut kelapa. Sebagian juga dilapisi dengan cat atau dilapisi batu alam yang diberi pelapis anti lumut. Warna – warna yang dipilih adalah warna – warna alami dan lembut untuk memperkuat kesan alami dan selaras dengan alam. Beberapa bangunan menggunakan material bambu dan kayu.

C. ANALISA PENDEKATAN SISTEM STRUKTUR BANGUNAN Sistem struktur yang direncanakan berupa system struktur konstruksi

bangunan yang sesuai dengan criteria ekologi dan karakter arsitektur Lombok dalam arsitektur postmodern.

Dasar pertimbangan :

Disesuaikan dengan sistem konstruksi setempat Disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Pembuatan mudah dikerjakan Karakter arsitektur local ( arsitektur Lombok )

1) Atap ( Upper Struktur )

Beberapa jenis struktur atap yang dipertimbangkan antara lain :

Struktur dak beton/ beton bertulang, mempunyai bentangan yang cukup luas serta variasi desain yang fleksibel. Struktur rangka kayu, mempunyai bentangan yang tidak terlalu besar, berkesan alami. Struktur baja ringan, merupakan teknologi yang memadukan antara kekuatan, kemudahan pemasangan, serta keselamatan karena bahan ini cenderung ringan. Struktur space frame, konstruksi ringan, mempunyai bentang yang luas, serta mudah dalam pemasangan. Struktur shell/ cangkang, bentangan bisa disesuaikan, pemasangan dengan teknologi/ cukup rumit, namun kekuatannya serta keamananya baik.

Analisa karakter Upper struktur local : Konstruksi atap memakai apit udang (balok kayu yang melintang).Apad serambi di depan pintu masuk lumbung,t ugeh (tiang tegak di tengah atap), memakai bahan kayu.Iga-i ga (usuk) memakai bahan bambu, atau bahan dari kayu kelapa yang disebut seseh, kenca usuk, usuk paling luar dari atap dengan bahan kayu, kolong (listplank) dengan bahan bambu atau kayu, langit-langit dengan bahan kayu. Bahan tradisional yang biasa dipakai untuk penutup atap adalah alang- alang, sehingga warna atap adalah warna alami. Elemen-elemen konstruksi tersebut dikerjakan dengan sistem pasak, baji, serta tali pengikat, tanpa menggunakan paku besi. Ornamen yang biasa ditemukan pada atap lumbung ialah gegodeg, pada bagian pemubug (bagian atas atap lumbung). Ukiran pada bagian atas pintu lumbung dan kadang-kadang pada bagian luar dinding ruang penyimpan an padi. ( Sumber : Sulistyawati, Lumbung Tradisional Bali dan Perkembangannya, 1998 )

2) Pondasi ( Sub Struktur ) Pondasi batu kali, digunakan untuk bangunan 1 lantai, biasanya rumah tinggal. Pondasi foot plate, digunakan untuk bangunan 2 lantai seperti rumah tinggal maupun gedung-gedung lainnya. Pondasi sumuran, digunakan pada tanah yang lunak dan berbatu pada lapisan tanahnya. Pondasi ini juga dapat digunakan bila 4<Df/d<10, dengan Df adalah kedalaman pondasi dan d adalah diameter pondasi. Pondasi tiang pancang, digunakan pada bangunan dengan ketinggian >3 lantai, terutama pada tanah lunak dan pasir. Pondasi tiang ini ada 2 jenis, yaitu : tiang beton dan baja. Pelaksanaannya juga ada 2 jenis, yaitu dipancangkan (tiang pancang) dan dibor tanahnya (bor piled).

Apit-apit

Ulap-ulap Pintu Kuadi

Gambar IV.20. Upper struktur atap local lombok

Tinggi bagian tiang di bawah bale dibuat rendah, yaitu setinggi kaki menggantung pada saat duduk di atas bebaturan atau lantai sehingga memudahkan orang duduk. Lantai lumbung Bali pada umumnya kurang memiliki fungsi sehingga dibuat sederhana dengan pinggiran menggunakan bebatuan yang cukup keras, untuk menahan beban bangunan beserta isinya. Di bawah kaki tiang ditopang dengan sendi sebagai alas, berukuran sekitar dua kali sendi bangunan biasa. Tumpuan antara tiang lumbung dengan batu sendi dilapisi ijuk untuk mencegah kelembaban dan gangguan rayap atau serangga lainnya. Penopang sendi adalah pondasi dari pasangan jenis batuan keras yang disebut jongkok asu, memiliki ukuran yang lebih besar dari penampang sendi bangunan karena menerima beban paling berat dari bangunan. Untuk mendukung beban itu maka jongkok asu dibuat tertanam agak kedalam tanah kemudian ditutup dengan bebaturan/pondasi

Analisa :

Struktur konstruksi yang akan digunakan dalam perencanaan dan perancangan resort di gili meno antar lain :

Gambar IV.21. Sub struktur ( pondasi ) local lombok

Sendi

Jongkok Asu

Sendi

Saka

Bebatur

Ijuk

atap,hal ini menyesuaikan dengan kondisi iklim setempat serta kebutuhan fisik bangunan yang diperlukan. Pondasi direncanakan menggunakan pondasi batu kali, pondasi ini direncanakan karena bangunan yang akan dirancang merupakan bangunan tidak bertingkat selain itu konstruksi efisien dan murah. Untuk bangunan bertingkat menggunakan pondasi foot plate karena kondisi lingkungan yang berada di tepi pantai,untuk kestabilan kekuatan bangunan. Untuk material bangunan ekspos menggunakan kaca ,batu dan kayu.