Perkembangan Ekonomi

G. Perkembangan Ekonomi

Perkembangan atau pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan perkapita. Jadi tujuan pembangunan atau perkembangan ekonomi disamping untuk menaikan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, tingkat teknoligi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap output itu sendiri. Sebenarnya masih ada faktor- faktor lain yang berpengaruh terhada penentuan tinggi rendahnya pendapatan nasional. Faktor-faktor ini berhubungan satu sama lain. Hubungan ini tidak hanya terjadi pada suatu saat, tetapi juga untuk suatu jangka waktu tertentu.

Diatas telah dikatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara. Faktor-faktor tersebut dapat

digolongkan menjadi 2 yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (seperti sistem hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintah dan lain-lain). Perkembangan ekonomi adalah suatu proses dimana dalam proses ini terdapat berbagai macam unsur. Agar perkembangan ekonomi dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka perlu diketahui bagaimana bekerjanyakekuatan- kekuatan dari faktor-faktor yang menentukan perkembangan ekonomi itu. Jadi ekonomi pembangunan atau ilmu yang mempalajari tentang pembangunan ekonomi tidak hanya menggambarkan jalannya perkembangan ekonomi saja, melainkan juga menganalisa hubungan sebab akibat dari faktor-faktor perkembangan tersebut.

Masalah selanjutnya adalah bagaimana pengembangan ekonomi itu dilaksanakan. Masalah ini menyangkut bidang kebijakan dimana kebijakan itu berbeda-beda tergantung pada keadaan, waktu dan tempat. Konsekuensinya kebijakan pembanguan ekonomi bagi suatu negara tertentu belum tentu dapat diterapkan bagi pembangunan ekonomi negara lain.

Situasi perekonomian Indonesia memburuk sejak awal 1998 hingga memasuki triwulan kedua. Depresiasi rupiah yang besar disertai kekeringan yang parah telah mengakibatkan inflasi yang tinggi selama lima bulan pertama tahun 1998. Selain itu kondisi keuangan sistem perbankan makin merosot seiring dengan makin dalamnya krisis ekonomi. Tekanan pada nilai tukar dan cadangan devisa juga semakin berat dengan tidak diakuinya kredit perdagangan dan kredit lainnya dari perbankan Indonesia oleh bank-bank asing.

H. Outlook Industri Pengolahan Tahun 2010 Industri manufaktur pada tahun 2009 mengalami banyak hambatan, seperti pasar ekspor yang melemah, persaingan yang ketat di pasar domestik, harga bahan baku yang tinggi, infrastruktur yang tidak memadai. Akibatnya pada tiga kwartal pertama 2009 hampir semua sektor industri manufaktur merosot.

Baik industri yang berorientasi ekspor maupun pasar dalam negeri, mengalami penurunan kinerja. Termasuk diantaranya industri otomotif yang pada tahun 2008 merupakan sektor industri pengolahan dengan tingkat pertumbuhan PDB tertinggi. Pada tahun 2009 sektor ini menurun lebih dari 5 persen padahal pada tahun sebelumnya tumbuh hampir 10 persen. Hanya beberapa setor yang tetap tumbuh pesat yaitu sektor industri makanan dan minuman yang meningkat sekitar 15 persen. Demikian juga kinerja ekspor sektor industri manufaktur terpuruk karena selama tiga kwartal pertama tahun 2009 turun hampir 20 persen.

Kondisi ini sebenarnya sudah diramalkan semenjak akhir tahun 2008 yang lalu, karena krisis finansial global memang sedang berlangsung. Akibatnya pasar ekspor terutama menurun drastis karena permintaan dinegara tujuan ekspor utama menurun drastis.

Memasuki kwartal IV, sejalan dengan mulai pulihnya ekonomi dunia maka industri manufaktur juga mulai bergairah kembali. Industri otomotif mampu memacu penjualan dalam tiga bulan terakhir sehingga total penjualan tahun 2009 melebihi perkiraan semula yaitu bisa mencapai 480 ribu unit atau Memasuki kwartal IV, sejalan dengan mulai pulihnya ekonomi dunia maka industri manufaktur juga mulai bergairah kembali. Industri otomotif mampu memacu penjualan dalam tiga bulan terakhir sehingga total penjualan tahun 2009 melebihi perkiraan semula yaitu bisa mencapai 480 ribu unit atau

Sejalan dengan membaiknya ekonomi dunia pada kwartal III 2009, maka ekspor kebali meningkat. Berbaggai produk industri manufaktur juga mulai pulih dalam kwartal ke IV sehingga secara keseluruhan kinerja ekspor membaik dibandingkan tiga kwartal pertama 2009. Diperkirakan dengan kecenderungan membaiknya ekonomi dunia maka sektor industri manufaktur akan tumbuh lebih baik pada tahun 2010 dibanding tahun 2009.

Pemberlakuan AC-FTA (Asia China Free Trade Area) menjadi ancaman bagi beberapa sektor manufaktur kalau tidak diantispasi dengan baik oleh pelaku usaha di sektor itu dan oleh Pemerintah. Dengan keterpurukan yang sudah berlarut-larut pada industri baja, tekstil dan sepatu, maka tanpa penanganan yang benar dalam menjalankan pasar bebas industri tersebut bisa makin terpuruk.

Namun secara umum AC-FTA (Asia China Free Trade Area) juga bisa membawa dampak positif kepada sektor industri manufaktur lainnya yang membutuhkan bahan baku impor dari Cina. Dengan harga bahan baku yang lebih murah maka produk hilir bisa ditekan harganya sehingga daya beli masyarakat makin besar. Pada gilirannya hal ini akan berdampak positif kepada industri manufaktur pembuatnya.

Sebenarnya keterpurukkan industri bukan hanya setelah ACFTA (Asia China Free Trade Area ) diberlakukan, sebelumnya industri tekstil, sepatu, dan baja sudah mulai terpuruk karena kurang bsia bersaing dibandingkan negara produsen lainnya di Asia. Maka penanganan dampak negatif ACFTA bisa dihindari jika industri tersebut melakukan pembenahan. Apabila pasar ekspor kembali sehat pada tahun 2010 dan pasar domestik masih bisa tumbuh positif karena daya beli masyarakat yang masih berkembang, maka pada tahun 2010 diperkirakan sektor industri manufaktur bisa tumbuh sekitar 5 persen.

I. Hasil Penelitian Terdahulu

Risdian (2008) mengadakan penelitian dengan judul Analisis Efisiensi Sektor Industri Pengolahan di Eks. Karesidenan Surakarta Tahun 2002-2006. Hasil analisis menunjukan bahwa input (modal dan tenaga kerja) dan output (PDRB) terhadap industri pengolahan pada eks. Karesidenan Surakarta, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, Boyolali, Klaten dan Sragen menunjukan efisiensi selama tahun 2002-2006 dan efisiensi variable input dan output ditunjukan pada nilai 100%. Berdasar hasil penelitian tersebut, maka penelitian mengajukan saran-saran antara lain : daerah yang telah menunjukan efisiensi 100% pada variable input dan outputnya agar untuk mempertahankan untuk jangka panjang. Pada daerah yang kurang efisien yang disebabkan oleh surplus tenaga kerja maka disarankan untuk disesuaikan atau dikurangi. Untuk investasi yang mengalami deficit maka penambahan pada investasi lebih ditingkatkan.

Iwan Setyawan (2005) mengadakan penelitian dengan judul Analisis Kontribusi Variabel-Variabel yang mempengaruhi sektor perdagangan di Kabupaten Karanganyar (1989-2003). Hasil penelitian berdasarkan dari data yang ada maka diperoleh koefisien-koefisien regresi sebagi berikut, jumlah penduduk koefisiennya sebesar 24,3948; SIUP koefisiennya sebesar 0,1804; jumlah alat transportasi bus dan truk koefisiennya sebesar 4,9294; dan jumlah pasar koefisien regresinya sebesar 2,4230; setelah dilakukan uji t berdasarkan hasil olah data ternyata variable jumlah penduduk, SIUP, alat transportasi bus dan truk, serta jumlah pasar secara signifikan berpengaruh positif terhadap sektor perdagangan di Kabupaten Karanganyar dengan tingkat keyakinan 95%. Uji ekonometrika juga menunjukan tidak adanya gangguan multikoliniearitas, gangguan heteroskedastisitas dan gangguan autokorelasi. Melihat hasil analisa data ini, maka diharapkan pemerintah Kabupaten Karanganyar dapat meningkatkan pendidikan dan keterampilan masyarakat dan menambah lapangan pekerjaan sehingga akan berpengaruh positif pada pendapatan dan daya beli penduduk di Kabupaten Karanganyar, mendorong dan menumbuhkan perdagangan Kabupaten Karanganyar dengan mempermudah pengurusan SIUP, menata kembali trayek-trayek angkutan umum guna kelancaran transportasi, disamping itu pemerintah Kabupaten Karanganyar diharapkan bias menambah jumlah pasar yang ada guna mempermudah perputaran barang dan bertambah pula lapangan usaha bagi masyarakat di Kabupaten Karanganyar.