PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK KRETEK KUDUS (1908 – 1964)

KUDUS (1908 – 1964) SKRIPSI

Disusun Oleh : IMANIAR PURBASARI K.4406026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK KRETEK KUDUS (1908 – 1964)

Oleh : IMANIAR PURBASARI K4406026

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Leo Agung S, M.Pd. Drs. Djono, M.Pd NIP.195605151982031005

NIP. 196307021990031005

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Senin Tanggal : 01 Febuari 2010

Tim Penguji Skripsi :

Ketua : Drs. Hermanu Joebagyo, M. Pd .................................

Sekretaris : Musa Pelu, S. Pd, M. Pd .................................

Anggota I : Drs. Leo Agung S, M.Pd ..................................

Anggota II : Drs. Djono, M.Pd ..................................

Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19621126 198103 1 001

ABSTRAK

Imaniar Purbasari.PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK KRETEK KUDUS (1908-1964). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) sejarah pendirian industri rokok kretek Kudus, (2) kondisi industri rokok kretek Kudus awal dekade 1900-an, (3) sistem pemasaran rokok kretek Kudus dekade 1900-an, (4) perubahan manajemen industri rokok kretek Kudus sejak 1920-an.

Penelitian ini menggunakan metode historis, dengan langkah-langkah : (1) heuristik, (2) kritik, (3) interpretasi dan (4) historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sumber primer, sumber sekunder dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasi data sejarah.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa : (1) Industri rokok kretek Kudus berdiri sejak tahun 1908. Rokok kretek Kudus ditemukan oleh Haji Jamahri dan Mbok Nasilah. Nitisemito sebagai pendiri industri rokok kretek pertama di Kudus. Tahun 1914, Nitisemito membangun pabrik di desa Jati Kudus dengan nama pabrik Bal Tiga; (2) Bahan baku industri rokok kretek Kudus harus didatangkan dari luar daerah bahkan diimpor karena Kudus bukan merupakan penghasil bahan baku rokok kretek. Sistem produksi masih sangat sederhana dengan sistem abon. Sejak 1930, mulai diterapkan sistem pabrik; (3) Sistem pemasaran yang digunakan industri rokok kretek Kudus telah menerapkan sistem promosi modern dan sistem agen; (4) Pengusaha Tionghoa juga merambah industri rokok kretek Kudus mengikuti pengusaha pribumi. Kuatnya pengusaha Tionghoa industri rokok kretek Kudus, melemahkan posisi pengusaha pribumi. Kelangsungan usaha Tionghoa ini didukung oleh pemerintah dengan salah satu faktor, usaha Tionghoa memberikan pemasukan pajak yang besar bagi pendapatan negara. Dengan demikian, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dari tahun 1908-1964 industri rokok kretek Kudus mengalami masa pasang surut dari pengusaha pribumi ke pengusaha Tionghoa.

ABSTRACT

Imaniar Purbasari. THE DEVELOPMENT OF THE KRETEK CIGARETTE INDUSTRY IN KUDUS (1908-1964). Skripsi, Surakarta : Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas March Surakarta University, January 2010.

The purpose of this study is to determine : (1) history of the establishment of the kretek cigarette industry in Kudus, (2) the condition of the kretek cigarette industr y in Kudus early decade of the 1900’s, (3) the marketing system of kretek cigarette in decade of 1900’s, (4) the change in industrial management of kretek cigarettes industry since 1920’s.

This study use the historical methode, with the following steps : (1) heuristic, (2) critics, (3) interpretation, (4) historiography. The source of data were primary and secondary data, and interview. The technique of collecting data was literature study. The technique of analisys data was historycal analysis which focus in argumentation and interpreting of historical data.

Based on this research the results can be concluded : (1) The kretek cigarette industry in Kudus established since 1908. The kretek cigarettes was found by Haji Jamahri and Mbok Nasilah. Nitisemito was the founder of the first kretek cigarette industry in Kudus. In 1914, Nitisemito built a factory in the Jati village in Kudus with the name of Bal Tiga; (2) The materials of kretek cigarette kretek industry might be imported from the outside of Kudus. The system of production was simple with the abon system . Since 1930’s, the factory began to

be applied; (3) The system of marketing that had been used by the kretek cigarette industry had been implemented the systems of modern campaigns and agents; (4) The Tionghoa penetrated into the kretek cigarette industry in Kudus followed the native entrepreneurs. The power of Tionghoa enterpreneurs weakened the position of native enterpreuners. The existence of Tionghoa Industry was supported by the government since the industry gave a huge tax income to the country. Thus, it could be concluded that from 1908-1964, Kudus Kretek Cigarette Industry had undergone power shift from native to Tionghoa enterpreneur.

MOTTO

Sejarah adalah sebagai saksi dari Sang waktu, Obor daripada kebenaran, nyawa daripada ingatan, Sang Guru dari pada kehidupan, dan pembawa pesan daripada masa lampau.

(Cicero) Setiap orang punya jalan kehidupan masing-masing, selalu semangat berusaha, melakukan yang terbaik, berdoa dan mensyukuri nikmatNya, karena Allah mengerti apa yang terbaik untuk kita.

(Penulis)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan Kepada:

1. Ayah dan Ibuku tercinta.

2. Adikku tersayang.

3. Ery Syarif Hidayat.

4. Almamaterku.

5. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2006.

6. Sahabat dan Keluarga Besarku.

7. Pembaca

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skipsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Leo Agung S, M.Pd, Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Drs. Djono, M.Pd, Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Prodi Sejarah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Pihak PPRK yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan memberikan sumber-sumber yang saya butuhkan dalam penelitian ini.

8. Bapak Afif Masluri yang telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.

9. Bapak Hardi Cahyana dan Bapak Masturi yang telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.

10. Pihak Museum Kretek Kudus, Arsip Nasional Jawa Tengah, dan Perpustakaan Daerah Kudus yang telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.

11. Almamater Sejarah angkatan 2006 yang telah memberikan motivasi untuk meyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun

penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakannya. Penulis berharap semoga semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan sejarah.

Surakarta, 12 Januari 2010 Penulis

5. Manajemen Kelompok Tionghoa dalam Industri Rokok Kretek Kudus ....................................................................... 107

G. Perubahan Sosial Akibat Industri Rokok Kretek Kudus ...................... 109 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................

113

B. Implikasi ........................................................................................

115

116 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

C. Saran ..............................................................................................

118 LAMPIRAN ............................................................................................... 122

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Letak Geografis Kabupaten Dati II Kudus ....................... 122

2. Luas Daerah Kabupaten Dati II Kudus Menurut Kecamatan .......................................................................

123

3. Banyaknya Penduduk Kabupaten Dati II Kudus, 1905- 1964 .................................................................................

124

4. Peningkatan Jumlah Perusahaan Industri Rokok Kretek Kudus, 1914-1931 ...........................................................

124

5. Daerah Penghasil Tembakau Rakyat ............................... 125

6. Impor Cengkeh dan Produksi Kretek, 1921-1940 ...........

125

7. Impor Cengkeh dan Produksi Kretek, 1949 - 1963 .........

126

8. Konsumsi Tembakau untuk Firma-firma Kretek Daerah

Kudus, 1963 .................................................................... 126

9. Produksi Rokok Kretek, 1929 - 1934 .............................

127

10. Produksi Kretek dari Karisidenan-karisidenan, 1934 - 1961 ...............................................................................

127

11. Produsen-produsen Kretek di Daerah Kudus, 1963 ....... 128

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Kota Kudus ..................................................................... 120

2. Kudus dan Kota-kota yang Berdekatan di Jawa Timur dan Jawa Tengah .............................................................

130

3. Peta Persebaran Industri Besar dan Sedang Kabupaten Kudus .............................................................................

131

4. Perusahaan Rokok Kretek Bal Tiga Nitisemito (1914) dan Perusahaan Rokok Kretek Milik H M Muslich .........

132

5. Almarhum Nitisemito ...................................................... 133

6. Istana Kembar Nitisemito ................................................ 134

7. Abon dari Desa-desa di Kudus ......................................... 135

8. Peralatan Tradisional Industri Rokok Kretek Kudus ....... 137

9. Makam Sunan Kedu, tokoh pengenal tembakau di Kudus ...............................................................................

139

10. Bahan Baku Industri Rokok Kretek Kudus ...................... 140

11. Proses Pengerjaan Rokok Klobot Tradisional ................. 146

12. Bentuk-bentuk Promosi Tradisional Pabrik Rokok Bal Tiga ..................................................................................

147

13. Barang-barang Promosi/Reward Pabrik Rokok Bal Tiga 151

14. Bentuk-bentuk Produksi Rokok Klobot dan Rokok Kretek Industri Rokok di Kudus.......................................

152

15. Pabrik-Pabrik Rokok Kretek Kudus ................................ 154

16. Kantor PPRK 1943-sekarang ........................................... 155

17. Perusahaan Rokok Kretek Milik Tionghoa, Nojorono dan Perusahaan Kertas yang didirikan GAPRI dan Pemerintah Kudus.............................................................

157

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebiasaan merokok bagi sebagian orang Indonesia telah menjadikan masyarakat adicted untuk menghisap rokok. Banyak orang berpendapat, kalau tidak menghisap rokok badan jadi kurang enak, bahkan pikiran sering terasa semrawut. Rokok terutama rokok kretek agaknya telah menjadi sebuah kebutuhan bagi bangsa ini. Sebagai dampaknya, meluasnya pasaran rokok kretek di Indonesia. Tetapi masih sedikit sekali orang yang mengetahui maupun memperhatikan sumbernya.

Kudus merupakan satu kota kecil di sebelah Timur kota Semarang, yang mempunyai produk andalan dengan ciri khas dan keunikan yang tidak dimiliki daerah lain. Di mana produk tersebut : mempunyai daya saing handal dan dapat memberikan peluang kesempatan kerja kepada masyarakat lokal, mampu meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumber daya lokal dan kontribusi terhadap pemerintah, dan mempunyai pasar lokal regional maupun internasional. Komoditi produk yang mampu menyumbangkan devisa yang cukup besar tersebut adalah rokok. Produk andalan unggulan sektor industri sedang dan besar Kabupaten Kudus dipegang produk rokok kretek (Pemerintah Kabupaten Kudus : 2004, 78). Munculnya industri rokok kretek di wilayah Kudus mungkin diragukan, karena wilayah ini tidak mempunyai komoditi untuk menghasilkan bahan pembuat rokok kretek. Berkat kemampuan meramu bahan rokok kretek yang telah tersedia, maka tersohorlah nama Kudus menjadi daerah sentra produksi rokok kretek.

Menurut Lance Castle (1982 : 60), pada abad 19 Kudus menjadi salah satu wilayah jalur perdagangan di pantai utara Jawa. Tahun 1880-an sampai 1980-an industri rokok kretek di Kudus mulai berkembang. Ditemukannya tembakau berakibat kepada semakin meningkatnya kegemaran orang mengkonsumsi tembakau. Perkembangan ini menumbuhkan kemampuan masyarakat Kudus untuk membuat rokok tradisional. Rokok klobot merupakan jenis rokok pertama Menurut Lance Castle (1982 : 60), pada abad 19 Kudus menjadi salah satu wilayah jalur perdagangan di pantai utara Jawa. Tahun 1880-an sampai 1980-an industri rokok kretek di Kudus mulai berkembang. Ditemukannya tembakau berakibat kepada semakin meningkatnya kegemaran orang mengkonsumsi tembakau. Perkembangan ini menumbuhkan kemampuan masyarakat Kudus untuk membuat rokok tradisional. Rokok klobot merupakan jenis rokok pertama

Munculnya industri rokok kretek Kudus pertama oleh pengusaha kretek pribumi, secara otomatis membawa perubahan bagi masyarakat Kudus yang semula bertani menjadi buruh pabrik. Keberadaan perusahaan rokok kretek Kudus tersebut telah memperbaiki kesejahteraan penduduk sekitar Kudus. Industri pabrik kretek merupakan industri padat karya, yang awalnya mempekerjakan pekerja di sekitar district Kudus yang disebut dengan abone yang bertugas menerima jatah bahan baku pembuat rokok kretek untuk dibagikan kepada para buruh rumahan dan mengumpulkan serta menyetorkan rokok kretek yang telah jadi ke pabrik pemesan (Amen Budiman & Onghokham : 1987, 112).

Suatu keajaiban tercermin bahwa segala bahan-bahan untuk membuat rokok kretek seperti : tembakau, cengkeh dan daun klobot tidak terdapat dan ditanam di daerah Kudus sendiri melainkan didatangkan dari wilayah luar Kudus. Asal mula industri rokok kretek Kudus dapat dipahami melalui peranan bakat dagang penduduk Kudus, termasuk kedudukan mereka sebagai perantara dengan pasaran luar baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur sebagai daerah penghasil tembakau. Didatangkannya bahan pembuat rokok kretek dari wilayah luar Kudus, bertujuan untuk mendapatkan kualitas terbaik dari produksi rokok kretek Kudus (Marcel Bennhoff : 1983, 240).

Industri rokok kretek Kudus yang mayoritas dipegang oleh pribumi mulai tahun 1880 tersebut merupakan kebanggan bagi pengusaha pabrik kretek pribumi

dan kota Kudus. Pengusaha pabrik kretek pribumi adalah orang-orang yang mampu memajukan dirinya sendiri, orang yang tadinya tidak berharta, tidak mempunyai bekal ilmu pengetahuan yang memadai, tetapi berkat keuletan kerja, dengan perasaan dagangnya yang cerdik dan tajam mereka mampu mengumpulkan kekayaan dengan mendirikan pabrik besar yang dijaga dan dipeliharanya dari kecil. Semangat mempertahankan apa yang telah dibangun oleh pengusaha pribumi sangatlah kuat dan telah tertanam kuat dalam sanubari mereka (Amen Budiman & Onghokham : 1987, 107). Berkat penciptaan pengusaha pabrik kretek pribumi mengenai perataan pemakaian cengkeh dan penentuan syarat- syarat pembuatannya, pengusaha rokok kretek pribumi telah memberi rasa khas kepada jenis produksi rokok kretek Kudus. Dengan variasi tertentu dan sesuai dengan bahan dan kadar campuran yang tepat, terutama komposisi sausnya untuk pembasah tembakau, rahasia rokok kretek dijaga ketat oleh masing-masing pembuatnya pengusaha pribumi pabrik rokok kretek Kudus (Marcel Bennoff : 1983, 240).

Tidaklah menjadi sesuatu yang berlebihan jika para pengusaha pabrik kretek pribumi tersebut mendapatkan tempat yang layak dihadapan penguasa pada waktu itu, karena keberhasilannya di bidang ekonomi. Sayangnya, kondisi tersebut tidak terjadi entah karena pengaruh kedudukan pribumi yang selalu ditempatkan pada struktur sosial terendah, para pengusaha pabrik kretek pribumi ini harus tunduk pada penguasa dan golongan yang ada diatasnya. Perjuangan untuk memperbaiki kondisi pengusaha pabrik kretek pribumi ini sebagai seorang usahawan besar nampaknya masih mengalami kesulitan. Walaupun demikian semangat pengusaha pabrik kretek pribumi untuk mengembangkan industri rokok kretek Kudus tetap berkobar kuat di dalam sanubari mereka.

Tahun 1908, perjuangan pengusaha pabrik kretek pribumi dalam mengembangkan industri rokok kretek Kudus mulai menampakkan hasil yang gemilang. Ditandai dengan berdirinya pabrik rokok kretek yang tergolong jenis industri besar milik Nitisemito dengan merk produksi Bal Tiga. Pabrik rokok kretek Bal Tiga berkembang menjadi satu-satunya industri rokok kretek terbesar di Kudus pada masa itu. Pengusaha pabrik kretek pribumi asli Kudus, pada Tahun 1908, perjuangan pengusaha pabrik kretek pribumi dalam mengembangkan industri rokok kretek Kudus mulai menampakkan hasil yang gemilang. Ditandai dengan berdirinya pabrik rokok kretek yang tergolong jenis industri besar milik Nitisemito dengan merk produksi Bal Tiga. Pabrik rokok kretek Bal Tiga berkembang menjadi satu-satunya industri rokok kretek terbesar di Kudus pada masa itu. Pengusaha pabrik kretek pribumi asli Kudus, pada

Nasib baik para pengusaha pabrik kretek pribumi pada waktu itu memunculkan kepercayaan orang untuk beradu nasib di bidang industri rokok kretek. Keberhasilan pengusaha pabrik kretek pribumi tersebut menarik golongan lain di luar pribumi yaitu etnis Tionghoa untuk beradu nasib pada industri rokok kretek. Akibat kesulitan fiskal (baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan), kesukaran untuk mendapatkan cengkeh yang sebagian besar didatangkan dari daerah luar, serta persaingan dengan pusat-pusat produksi rokok kretek di luar wilayah Kudus menjadi penyebab kegagalan pabrik kecil milik pengusaha pribumi dan menguntungkan munculnya perusahaan bermodal besar. Dalam waktu yang relatif singkat, pengusaha pabrik kretek Tionghoa berusaha mengikuti jejak keberhasilan pengusaha kretek pribumi. Keuntungan golongan Tionghoa yang telah terkenal dengan stereotip kemapanan manajemen ekonominya membawa mereka melesat bagaikan roket dalam berbagai bidang ekonomi. Selain itu, sejak pemerintahan kolonial dalam struktur sosial mereka ditempatkan pada golongan kedua yang memungkinkan mereka menjadi kekuatan ekonomi penghubung antara kolonial dan rakyat pribumi. Ditambah lagi dengan ciri khas etnis Tionghoa yang cenderung mengeksklusifkan diri, memandang rendah golongan pribumi asli, dan hanya mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri khususnya kepentingan ekonomi (Charles A Coppel : 1994, 39).

Sekitar tahun 1920-an, masyarakat Tionghoa di Hindia Belanda sempat kehilangan sejumlah hak istemewanya dalam usaha perdagangan (monopoli candu dan usaha penggadaian). Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Keputusan yang menguntungkan mereka seperti : dihapuskannya pembatasan tempat tinggal, ruang gerak dan pendidikan, memberikan keleluasaan bagi mereka dan akan mengubah bidang usaha mereka dari yang lama ke yang baru. Salah satu di antaranya adalah usaha penyediaan barang mentah bagi kaum pribumi.

Berdirinya industri rokok kretek milik Tionghoa, secara tidak langsung berdampak negatif terhadap industri rokok kretek pribumi. Persaingan antara kedua pihak berlangsung dalam kondisi yang cukup berat. Industri rokok kretek pribumi banyak mengalami kerugian secara ekonomi, karena kekuatan modal Tionghoa yang dirasa cukup berat untuk diimbangi oleh pengusaha pribumi yang hanya mengandalkan modal kecil.

Pada tahun 1918, persaingan pengusaha pabrik kretek pribumi dan pengusaha pabrik kretek Tionghoa mencapai puncaknya, hingga menjadi salah satu faktor penting penyebab munculnya kerusuhan hebat yang meledak di Kudus pada tanggal 31 Oktober tahun itu juga. Diperkirakan hal tersebut terjadi akibat adanya suatu prosesi keagamaan warga Tionghoa yang berbaris di depan Menara Kudus, ketika umat Islam sedang melakukan ibadah. Hal tersebut dianggap telah menghina Nabi dan Islam secara terbuka. Yang akhirnya mendorong para santri dengan pimpinan kiai dari wilayah sekitar kompleks makam Sunan Kudus. Korban berjatuhan di antara kedua belah pihak, sejumlah rumah dan pabrik terbakar. Pengusaha-pengusaha pribumi yang dicurigai berperan terhadap aksi tersebut (sebagian pengusaha pribumi seorang Islam reformis) diajukan ke muka pengadilan dan dijatuhi hukuman. Kondisi tersebut semakin memperburuk kedudukan pengusaha kretek pribumi yang telah kalang kabut dibuat karena kekuatan pengusaha pabrik kretek Tionghoa, hingga harus mengalami kemunduran. Berlawanan dengan kondisi pengusaha kretek pribumi, pengusaha kretek Tionghoa berhasil memperkuat posisi mereka dalam industri rokok kretek Kudus akibat peristiwa tersebut (Lance Castle : 1982, 103).

Industri rokok kretek ini bisa maju berkat melimpahnya tenaga sumber daya manusia di wilayah ini, industri ini menyerap sedikit demi sedikit tenaga kerja yang sebagian besar terdiri dari kaum perempuan, gadis desa tanpa keahlian. Mereka dibayar rendah, sesuai dengan hasil pekerjaan mereka tiap harinya dan mulai dibangun suatu jaminan kerja. Penggunaan tenaga ini tetap dilestarikan pengusaha Tionghoa industri rokok kretek Kudus, demi menjaga kesempatan kerja dan keseimbangan sosial diseluruh wilayah Kudus (Marcel Bennoff : 1983, 241).

Pasar perdagangan industri rokok kretek Kudus dari masa ke masa berkembang dikalangan para agen, warung, dan pedagang asongan. Di setiap kampung dan desa sudah terdapat banyak penjual rokok. Di kota khususnya penjual rokok tersebar di berbagai penjuru, mulai dari kios-kios kecil penjual rokok, warung penjual barang kelontong, sampai kedai nasi dimana biasanya para konsumen rokok sering membeli rokok sebatang sebagai pelengkap setelah makan nasi. Selama perkembangannya tahun 1950-an, pasar perdagangan industri rokok kretek Kudus tidak hanya terbatas dalam negeri, tapi juga meluas ke berbagai negara. Ekspor hasil produksi rokok kretek Kudus telah sampai ke Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Saudi Arabia, Thailand, Malaysia, Singapura, Jepang, dan Filipina (Amen Budiman & Onghokham : 1987, 196).

Ambruknya perusahaan rokok kretek pribumi, termasuk Bal Tiga disusul kemajuan pabrik rokok kretek Tionghoa. Tahun 1930 berdiri pabrik rokok kretek Minak Djinggo milik Tionghoa Kho Djie Siong. Minak Djinggo melesat jauh disusul dengan kemajuan pabrik rokok kretek lain Djamboe Bol, Nojorono, Sukun, Djarum. Dengan berbagai sistem perpabrikan modern mereka berhasil mengembangkan industri rokok kretek Kudus, hingga mampu bersaing dengan industri rokok kretek di daerah lain. Djarum yang berdiri tahun 1950 oleh Oei Wie Gwan menjadi pabrik rokok kretek Kudus terbesar dan terkemuka di Indonesia, bahkan di mancanegara. Pabrik rokok Djarum milik pengusaha pabrik kretek Tionghoa ini berkembang pesat sampai dengan pewarisan industri ini oleh generasi kedua tahun 1964, dengan mengembangkan kombinasi kerja padat karya yang mempekerjakan ratusan tenaga kerja dan padat modal yang dioperasikan tenaga profesional. Dalam pengolahan limbah, Djarum berhasil membangun saluran limbah ramah lingkungan. Dalam upaya mengembangkan usaha, peningkatan kesejahteraan pekerja, dan peningkatan kinerja, Djarum merekrut tenaga profesional dan terus melakukan pelatihan rutin pada mereka. Djarum juga menyediakan jasa transportasi untuk sarana antar jemput buruh. Penetapan standar upah bagi pekerja disesuaikan dengan kemampuan dan kepentingan seluruh anggota. Djarum juga memberikan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan buruhnya. Sukses sistem pabrik kretek milik Tionghoa dengan Ambruknya perusahaan rokok kretek pribumi, termasuk Bal Tiga disusul kemajuan pabrik rokok kretek Tionghoa. Tahun 1930 berdiri pabrik rokok kretek Minak Djinggo milik Tionghoa Kho Djie Siong. Minak Djinggo melesat jauh disusul dengan kemajuan pabrik rokok kretek lain Djamboe Bol, Nojorono, Sukun, Djarum. Dengan berbagai sistem perpabrikan modern mereka berhasil mengembangkan industri rokok kretek Kudus, hingga mampu bersaing dengan industri rokok kretek di daerah lain. Djarum yang berdiri tahun 1950 oleh Oei Wie Gwan menjadi pabrik rokok kretek Kudus terbesar dan terkemuka di Indonesia, bahkan di mancanegara. Pabrik rokok Djarum milik pengusaha pabrik kretek Tionghoa ini berkembang pesat sampai dengan pewarisan industri ini oleh generasi kedua tahun 1964, dengan mengembangkan kombinasi kerja padat karya yang mempekerjakan ratusan tenaga kerja dan padat modal yang dioperasikan tenaga profesional. Dalam pengolahan limbah, Djarum berhasil membangun saluran limbah ramah lingkungan. Dalam upaya mengembangkan usaha, peningkatan kesejahteraan pekerja, dan peningkatan kinerja, Djarum merekrut tenaga profesional dan terus melakukan pelatihan rutin pada mereka. Djarum juga menyediakan jasa transportasi untuk sarana antar jemput buruh. Penetapan standar upah bagi pekerja disesuaikan dengan kemampuan dan kepentingan seluruh anggota. Djarum juga memberikan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan buruhnya. Sukses sistem pabrik kretek milik Tionghoa dengan

Keadaan ini, memang cukup miris bagi usahawan pribumi bila diketahui sejarah pepabrikan rokok kretek Kudus yang mulanya adalah hasil penciptaan mereka. Walaupun dapat dikatakan bahwa pribumi juga mendukung keberhasilan industri rokok kretek Kudus milik Tionghoa. Dengan alasan dari buruh, pemegang pembukuan, mandor dipegang oleh orang-orang pribumi. Orang Cina sebagai golongan minoritas di tanah air ini, dalam penguasaan industrinya masih sangat bergantung pada kemurahan hati pelindung pribumi yang memegang kekuasaan di bidang politik dan pemerintahan. Keberhasilan pengusaha Tionghoa disatu sisi memang membuka peluang bagi rakyat pribumi dan membawa kemajuan bagi industri rokok kretek di Kudus. Namun, disisi lain di bidang ekonomi pengusaha Tionghoa sedikit menutup pertumbuhan yang lebih baik bagi industri milik golongan menengah milik pribumi di Kudus. Kelompok Tionghoa memang banyak menarik keuntungan dari sistem kolonial yang diterapkan masa lalu, terutama dalam persaingan dengan pengusaha pribumi dalam pembuatan rokok kretek spesialisasi Kudus.

Akibat generasi muda pribumi yang berbeda sekali dengan kaum Tionghoa, dalam hal ini menjadi saingan mereka. Sedari awal mereka tidak pernah dibimbing dalam teknik perdagangan yang sesuai dengan tuntutan pasaran yang semakin kompleks, serta tidak tersedianya modal yang mencukupi untuk mereka mengadakan resesi sementara waktu. Lain halnya dengan orang-orang Tionghoa mempunyai jiwa semangat pembaharuan yang kuat sesuai dengan cara yang telah diterapkan kelompok mereka. Keberhasilan mereka terletak pada kemampuan mereka yang sangat tinggi untuk menyesuaikan diri dengan konjungtur yang ada, berkat kemampuan keuangan, diikuti dengan mekanisme solidaritas yang bersifat kekerabatan dan turun-temurun tersebut. Pada kenyataannya struktur sosial masyarakat Jawa kurang memberi kesempatan begerak menurut kesadaran kelas. Kedudukan para pedagang dan pengusaha kurang begitu berarti dan tidak mendapatkan pengakuan yang selayaknya. Dengan majunya pendidikan yang diterima masyarakat pribumi pasca kemerdakaan, Akibat generasi muda pribumi yang berbeda sekali dengan kaum Tionghoa, dalam hal ini menjadi saingan mereka. Sedari awal mereka tidak pernah dibimbing dalam teknik perdagangan yang sesuai dengan tuntutan pasaran yang semakin kompleks, serta tidak tersedianya modal yang mencukupi untuk mereka mengadakan resesi sementara waktu. Lain halnya dengan orang-orang Tionghoa mempunyai jiwa semangat pembaharuan yang kuat sesuai dengan cara yang telah diterapkan kelompok mereka. Keberhasilan mereka terletak pada kemampuan mereka yang sangat tinggi untuk menyesuaikan diri dengan konjungtur yang ada, berkat kemampuan keuangan, diikuti dengan mekanisme solidaritas yang bersifat kekerabatan dan turun-temurun tersebut. Pada kenyataannya struktur sosial masyarakat Jawa kurang memberi kesempatan begerak menurut kesadaran kelas. Kedudukan para pedagang dan pengusaha kurang begitu berarti dan tidak mendapatkan pengakuan yang selayaknya. Dengan majunya pendidikan yang diterima masyarakat pribumi pasca kemerdakaan,

Pengusaha pribumi sebagai pihak yang lebih lemah butuh bimbingan dan contoh yang baik dalam pengembangan usaha demi tercapainya pembangunan ekonomi nasional yang baik dan tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka diambil judul

”Perkembangan Industri Rokok Kretek Kudus 1908-1964”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :

1. Bagaimana pembentukan industri rokok kretek Kudus?

2. Bagaimana kondisi industri rokok kretek Kudus awal dekade 1900?

3. Bagaimana sistem pemasaran rokok industri rokok kretek Kudus dekade 1900?

4. Bagaimana perubahan manajemen industri rokok kretek Kudus sejak 1920-an?

C. Tujuan Penelitian

Dalam hubungannya dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan :

a. Menjelaskan pembentukan industri rokok kretek Kudus.

b. Menjelaskan kondisi industri rokok kretek Kudus awal dekade 1900.

c. Menjelaskan sistem perdagangan rokok industri rokok kretek Kudus dekade 1900.

d. Menjelaskan perubahan manajemen industri rokok kretek Kudus sejak 1920-an.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat :

1. Memberi tambahan pengetahuan ilmiah yang berguna dalam pengembangan ilmu sejarah khususnya yang berkaitan dengan perkembangan industri rokok kretek Kudus 1908-1964.

2. Menambah khasanah pustaka mengenai rokok kretek dan industri rokok kretek Kudus.

3. Memberikan sumbangan wawasan ilmu pengetahuan tentang perkembangan industri rokok kretek di Kudus.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP UNS.

2. Memanfaatkan pengalaman masa lalu sebagai pegangan dalam menghadapi permasalahan di masa sekarang.

3. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan bagi perkembangan industri rokok kretek yang ada di Indonesia dan di Kudus pada khususnya.

4. Dapat memberikan informasi tentang perkembangan industri rokok kretek Kudus 1908-1964.

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Tinjauan Pustaka

1. Industrialisasi

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang diyakini mampu membawa kemajuan dalam perekonomian suatu negara. Sektor industri memiliki variasi produk yang beraneka ragam dan mampu memberikan manfaat kepada pemakainya, memberikan keuntungan yang lebih menggiurkan, serta pengendaliannya cenderung lebih mudah karena tidak bergantung pada alam. Keungggulan sektor industri inilah yang menjadi arah pembangunan bangsa Indonesia di samping memajukan sektor lain sebagai penyeimbang selarasnya proses pembangunan bangsa seutuhnya.

Industrialisasi merupakan proses peralihan susunan masyarakat yang mampu mengubah kedudukannya dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yang menyediakan bahan baku ataupun barang jadi. Dalam implementasinya ada empat argumentasi atau basis teori yang melandasi kebijakan industrialisasi. Teori yang dimaksud adalah (1) keunggulan komparatif yaitu pengembangan industri berdasar pada keunggulan komparatif yang dimiliki; (2) argumentasi keterkaitan industrial yaitu mengaitkan pengembangan industri satu dengan sektor lain agar terjadi perkembangan yang maksimal; (3) penciptaan tenaga kerja yaitu memprioritaskan pengembangan industri yang banyak menyerap tenaga kerja; (4) loncatan teknologi yaitu pengembangan industri dengan pemanfaatan kemajuan teknologi yang tinggi (Dumairy, 1996 : 228).

Menurut Bintarto, dalam Arin Astuti (2003 : 17), bahwa dalam suatu industrialisasi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :

a. Tersedia bahan baku.

b. Tersedia sumber tenaga kerja, baik alam maupun manusia.

c. Tersedia tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli untuk mengolah sumber-sumber yang tersedia.

d. Tersedia modal.

e. Organisasi yang baik untuk melancarkan dan mengatur segala sesuatu dalam bidang industri.

f. Keinsyafan dan kejujuran untuk melancarkan dan mengatur segala sesuatu dalam bidang industri.

g. Mengubah agraris menjadi industri. Proses industrialisasi bukan saja bergeser dari sektor pertanian ke sektor industri, melainkan mencakup pergeseran struktur industri dari waktu ke waktu sehubungan dengan dimilikinya keunggulan komparatif dan akibat pergeseran dari kegiatan produksi yang bersifat padat karya dan berteknologi rendah kearah kegiatan yang padat modal dan berteknologi tinggi.

Dalam Ensiklopedia Indonesia (1996 : 1442), industri mengandung arti bagian dari proses produksi yang tidak secara langsung mengambil atau mendapatkan barang-barang dari alam, akan tetapi pekerjaan bahan dasar atau bahan baku secara mekanis atau kimiawi sehingga menjadikannya lebih berharga untuk digunakan manusia. Menurut Dumairy (1996 : 27), istilah industri mempunyai dua arti yaitu : (a) himpunan-himpunan perusahaan sejenis, dan (b) sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi.

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa industri merupakan suatu proses produksi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, dan barang setengah jadi, menjadi barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi dibanding dengan asalnya sekaligus menambah daya guna suatu barang.

Menurut Aryad Lincoln dalam Arin Astuti (2003 : 18), industri nasional dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1) Industri dasar meliputi : industri mesin dan logam dasar dan kelompok industri kimia dasar. Industri ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri, bersifat padat modal, berteknologi tinggi dan dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru dan kegiatan ekonomi lainnya.

2) Industri kecil yang meliputi : industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan baku, industri galian bukan logam, industri 2) Industri kecil yang meliputi : industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan baku, industri galian bukan logam, industri

3) Industri hilir meliputi industri pengolahan sumber daya alam. Industri hilir diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, dan memeratakan teknologi.

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan per unit usaha, industri dapat dikelompokkan menjadi empat lapisan, yaitu :

a) Industri besar jika mempekerjakan 100 orang atau lebih

b) Industri sedang jika mempekerjakan 99 sampai 20 orang

c) Industri kecil jika mempekerjakan 19 sampai 5 orang

d) Industri rumah tangga jika mempekarjakan kurang dari 3 orang (Dumairy, 1996 : 232).

Menurut Mubyarto (1987 : 206), industri kecil adalah industri yang diusahakan terutama untuk menambah pendapatan keluarga. Menurut Lance Castle (1982 : 162), industri besar adalah industri yang mempekerjakan paling sedikit 50 orang buruh atau dengan kapasitas 5 tenaga kuda atau lebih.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa dalam proses industrialisasi terjadi pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri. Industrialisasi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, menjadi obat untuk mengatasi masalah pembangunan ekonomi. Dengan memperhatikan berbagai faktor seperti : kondisi ketersediaan bahan mentah, ketersediaan teknologi, kecakapan tenaga kerja, dan kecukupan modal, maka proses industrialisasi akan mencapai keseimbangan yang didukung pengembangan sektor lain. Kelancaran industrialisasi dapat tercapai apabila didukung sektor-sektor lain, seperti : surplus tenaga kerja di sektor pertanian dapat ditarik dalam sektor industri, dan kebutuhan sektor pertanian dapat dicukupi oleh sektor industri. Sehingga dalam kondisi nyata terjadi pembangunan ekonomi negara yang tidak berat sebelah.

Proses industrialisasi yang terjadi dalam penelitian ini merupakan proses muncul dan berkembangnya industri rokok kretek Kudus. Munculnya industri rokok kretek Kudus menarik suatu perubahan dalam masyarakat yang mulanya Proses industrialisasi yang terjadi dalam penelitian ini merupakan proses muncul dan berkembangnya industri rokok kretek Kudus. Munculnya industri rokok kretek Kudus menarik suatu perubahan dalam masyarakat yang mulanya

2. Manajemen

Setiap orang selalu berusaha mencapai hasil yang terbaik dalam masa hidupnya. Untuk mencapainya, maka perlu adanya manajemen dalam diri masing- masing. Manajemen terdapat hampir dalam semua aktivitas manusia. Begitu juga dengan suatu perusahaan atau usaha, perkembangan keberhasilan atau kegagalan suatu industri tidak dapat terlepas dari pelaksanaan manajemen. Kekuatan manajemen yang dijalankan akan bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan berdasarkan pada strategi yang dijalankan. Untuk mencapai sasaran, hasil, dan tujuan yang diinginkan perlu adanya suatu perencanaan dan pertimbangan. Melalui manajemen kita mampu mengarahkan segala sumber daya yang ada.

Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan- tindakan perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lain (George R Terry, 1979 : 4). Manajemen menurut Stoner dalam T. Hani Handoko (2003 : 8), mendefinisikan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Menurut Horold Koontz dan Cyril O'donnel ( http://www.geocities.com : 14/7/2009), manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Menurut Luis Gulick dalam T.Hani Handoko (2003 : 11), manajemen merupakan ilmu Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan- tindakan perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lain (George R Terry, 1979 : 4). Manajemen menurut Stoner dalam T. Hani Handoko (2003 : 8), mendefinisikan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Menurut Horold Koontz dan Cyril O'donnel ( http://www.geocities.com : 14/7/2009), manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Menurut Luis Gulick dalam T.Hani Handoko (2003 : 11), manajemen merupakan ilmu

Langkah penting yang dapat dilakukan dalam menejemen perusahaan yaitu mengidentifikasi sasaran yang akan dicapai dan melaksanakan pencapaian sasaran itu dengan sebaik-baiknya. Untuk mencapai sasarannya diperlukan kerjasama semua komponen yang ada. Planning atau perencanaan menjadi langkah awal penetapan arah dan susunan apa yang akan dilakukan dan menjadi kewajiban masing-masing komponen sesuai dengan kemampuan agar dihasilkan kerja yang maksimal. Organizing atau pengorganisasian menjadi langkah kedua dalam mengorganisasikan kerja komponen menjadi suatu gerak kerja yang terarah menuju pencapaian sasaran. Actuating, menggerakkan masing-masing komponen agar dapat diadaptasikan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Controlling atau pengawasan merupakan suatu usaha mengawasi gerak kerja agar kegiatan tetap berjalan menuju ke arah sasaran ataupun memperbaiki kondisi agar sasaran yang diperoleh lebih maksimal (G. Terry, 1986 : 35). Dengan langkah-langkah manajemen di atas, maka diharapkan usaha dan perusahaan dapat mencapai sasaran yang diinginkan yaitu kemajuan dan tetap bertahannya perusahaan di era globalisasi dan persaingan yang semakin ketat.

Manajemen menyebabkan kesadaran terhadap kemampuan kita, memberi arah pelaksanaan pekerjaan yang lebih baik, dan mengurangi hambatan yang mungkin dihadapi, serta mencapai tujuan yang dikehendaki sesuai rencana. Kebanyakan perusahaan dan usaha dapat mencapai kesuksesan dengan mendayagunakan manajemen secara efektif.

Manajemen dalam suatu perusahaan atau usaha dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :

a. Manajemen keuangan, merupakan sistem pengaturan dan pengelolaan uang dalam suatu organisasi, serta proses pengambilan suatu keputusan dengan menggunakan informasi akuntansi untuk membantu pengelolaan organisasi dalam mencapai tujuan usaha atau a. Manajemen keuangan, merupakan sistem pengaturan dan pengelolaan uang dalam suatu organisasi, serta proses pengambilan suatu keputusan dengan menggunakan informasi akuntansi untuk membantu pengelolaan organisasi dalam mencapai tujuan usaha atau

b. Manajemen operasional atau lebih sering disebut manajemen produksi. Manajemen produksi merupakan segala pengaturan perusahaan yang berhubungan dengan semua kegiatan dari pembuatan rencana-rencana produksi, proses produksi, sampai dengan hasil produksi yang siap dijual. (Moekijat, 1989 : 29)

c. Manajemen strategi adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan (Lawrence R. Jauch, 1997 : 6). Cara yang ditempuh dalam manajemen strategi dapat dilakukan dengan proses perencanaan strategi sebelum menentukan sasaran dan mengambil keputusan. Dalam prosesnya perlu memperhatikan kesesuaian yang layak antara sasaran, sumber daya perusahaan, dan peluang pasar yang terus berubah. Dengan memperhatikan hal tersebut maka suatu perusahaan akan mempertajam kemampuan bisnis dan memperlancar produksi perusahaan, sehingga menghasilkan laba dan pertumbuhan usaha yang memuaskan. (Philip Kotler, 1994 : 44)

d. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), merupakan suatu pengaturan mengenai peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan. MSDM adalah ilmu atau seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Malayu P. Hasibuan, 1996 : 1). Sedang menurut T. Hani Handoko (1996 : 4), MSDM meliputi kegiatan penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan indibidu dan organisasi.

e. Manajemen pemasaran, merupakan pelaksanaan kegiatan perusahaan yang mengarahkan aliran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan sebaik- e. Manajemen pemasaran, merupakan pelaksanaan kegiatan perusahaan yang mengarahkan aliran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan sebaik-

Dalam pelaksanaan manajemen suatu perusahaan, banyak dijumpai pandangan atau konsep yang berbeda mengenai teori manajemen yang ada. Setiap pandangan dimungkinkan berguna bagi berbagai masalah yang berbeda satu sama lain. Teori manajemen sebagai acuan pelaksanaan manajemen dapat dibedakan menjadi tiga aliran, yaitu :

1) Menggunakan teori manajemen organisasi klasik. Dengan teori Fayol yang mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi yang kompleks. Mooney, mengungkapkan bahwa manajemen merupakan sebuah organisasi kelompok yang tergabung untuk tujuan tertentu, sehingga perlu dibentuk suatu aturan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Follet, mendefinisikan manajemen dengan metode psikologi perusahaan, industri dan pemerintah. Barnard menggunakan pendekatan sistem dalam manajemen industri (T. Hani Handoko, 2003 : 45).

2) Menggunakan teori manajemen hubungan manusiawi sebagai akibat munculnya ketidakpuasan teori sebelumnya dalam menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Tokohnya : Mayo dan Hugo yang lebih menekankan pada psikologi industri, hubungan manusiawi dalam manajemen industri untuk meningkatkan produktivitas dari sumber daya industri yaitu tenaga manusia. (T. Hani Handoko, 2003 : 49)

3) Menggunakan teori manajemen modern. Di mana berkembang dengan memadukan teori manajemen hubungan manusia dengan manajemen ilmiah, yang meliputi operation research, manajemen sciense dan management operasi. (T. Hani Handoko, 2003 : 53).

Perubahan manajemen dalam dunia industri sifatnya biasa, ada yang bersifat evolusioner dan revolusioner. Perubahan dalam manajemen suatu industri dapat Perubahan manajemen dalam dunia industri sifatnya biasa, ada yang bersifat evolusioner dan revolusioner. Perubahan dalam manajemen suatu industri dapat