BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pada bagian ini diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi lansia di kelurahan Padang Bulan
Medan, melalui pengumpulan data pada 35 responden yang terdiri dari lansia usia 60 tahun ke atas yang mengalami depresi dan tinggal bersama keluarga di
kelurahan Padang Bulan Medan. Penyajian data meliputi karakteristik deskripsi responden, pola komunikasi keluarga, tingkat depresi lansia dan hubungan antara
pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi lansia di kelurahan Padang Bulan Medan.
1.1 Karakteristik Responden Deskripsi karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin, agama,
suku, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebanyak 23 responden 65,7 berusia 60-74 tahun, 11 responden
31,4 berusia 75-90 tahun dan 1 responden 2,9 berusia 90 tahun ke atas. Sebanyak 28 responden 80 adalah perempuan dan 7 responden 20 laki-
laki. Sebanyak 24 responden 68,6 beragama Kristen dan 11 responden 31,4 beragama Islam. Sebanyak 28 responden 80 adalah suku Batak dan 7
responden 20 adalah suku Jawa. Sebanyak 16 responden 45,7 tingkat pendidikan SD, 8 responden 22,9 tingkat pendidikan SMA, 7 responden
20 tidak sekolah dan 4 responden 11,4 tingkat pendidikan SMP. Sebanyak 26 responden 74,3 tidak bekerja dan 9 responden 25,7 bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Kelurahan Padang Bulan Medan N=35
Data Demografi Responden
Frekuensi Persentase
Usia 60-74 th
75-90 th 90 th
23 11
1 65,7
31,4 2,9
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan 7
28 20,0
80,0 Agama
Islam Kristen
11 24
31,4 68,6
Suku Batak
Jawa 28
7 80,0
20,0 Tingkat Pendidikan
SD SMP
SMA Tidak Sekolah
16 4
8 7
45,7 11,4
22,9 20,0
Pekerjaan Bekeja
Tidak Bekerja 9
26 25,7
74,3
1.2 Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Tingkat Depresi Lansia di
Kelurahan Padang Bulan Medan Dalam penelitian ini, analisa dilakukan pada hubungan antara pola
komunikasi keluarga dengan tingkat depresi lansia. Hasil analisa pada hubungan antara kedua variabel tersebut diperoleh nilai sig 0,00 yang menunjukkan bahwa
korelasi antara pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi lansia bermakna. Nilai koefisien korelasi Pearson atau r sebesar -0,597 yang menunjukkan
korelasi negatif dengan kekuatan korelasi sedang. Nilai korelasi negatif
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan semakin besar nilai suatu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya. Pada hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi
lansia, nilai negatif berarti semakin fungsional komunikasi dalam keluarga lansia maka semakin rendah depresi yang dialami oleh lansia.
Tabel. 2 Hasil Analisa Hubungan antara Pola Komunikasi Keluarga dengan Tingkat Depresi Lansia di kelurahan Padang Bulan Medan N=35
Variabel 1 Variabel 2
R p-value
Keterangan Pola komunikasi
keluarga
Tingkat depresi lansia
-0,597 0,00
Korelasi bermakna,
dengan korelasi negatif dan
kekuatan korelasi sedang.
P0,05 1.3 Pola Komunikasi Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian pola komunikasi keluarga diperoleh hasil bahwa pola komunikasi keluarga fungsional, keluarga dapat saling berkomunikasi
dengan cukup terbuka dan jujur sebanyak 32 responden 91,4 menjawab setuju, 2 responden 5,7 menjawab tidak setuju dan 1 responden 2,9 menjawab
sangat tidak setuju.
Tabel. 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola Komunikasi Keluarga Fungsional di Kelurahan Padang Bulan Medan.
Pernyataan Sangat
tidak setuju
Tidak setuju
Setuju Sangat
setuju
N N
N N
1.Keluarga selalu
mendengarkan lansia. 7
20,0 23 65,7 5
14,3 2.Keluarga
sering berdiskusi.
2 5,7 13
34,3 16 45,7 5
14,3 3. Komunikasi bermanfaat 0
5 14,3 30
85,7 0
Universitas Sumatera Utara
bagi lansia. 4.Keluarga
memberikan saran bagi lansia.
9 25,7 18
51,4 8 22,9
5.Keluarga memberikan dukungan bagi lansia.
4 11,4 31
88,6 0 6.Keluarga berkomunikasi
terbuka dan jujur. 1
2,9 2 5,7
32 91,4 0
7.Keluarga menerima
perbedaan pendapat. 1
2,9 14 40,0 17
48,6 3 8,6
Hasil penelitian pola komunikasi keluarga diperoleh hasil bahwa pola komunikasi keluarga disfungsional, lansia sering menyimpulkan sendiri maksud
atau keinginan keluarga tanpa memperoleh penjelasan yang tepat dan jelas, sebanyak 19 responden 54,3 menjawab setuju, 15 responden 42,9
menjawab tidak setuju dan 1 responden 2,9 menjawab sangat setuju.
Tabel. 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pola Komunikasi Keluarga Disfungsional di kelurahan Padang Bulan Medan.
Pernyataan Sangat
tidak setuju
Tidak setuju
Setuju Sangat
setuju
N N
N N
8. Keluarga tidak peduli masalah lansia.
1 2,9
24 68,6 10
28,6 0 9. Lansia sering marah dan
frustasi. 4
11,4 13 37,1 16
45,7 2 5,7
10.Komunikasi menghakimi
dan menyalahkan lansia.
3 8,6
18 51,4 12
34,3 2 5,7
11. Keluarga membiarkan lansia sedih.
6 17,1 18
51,4 11 31,4 0
12. Diskusi menimbulkan pertengkaran.
6 17,1 18
51,4 11 31,4 0
13. Keluarga tidak dapat berkomunikasi terbuka dan
jujur. 6
17,1 26 74,3 2
5,7 1 2,9
14. Lansia menyimpulkan sendiri maksud keluarga.
15 42,9 19
54,3 1 2,9
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian diperoleh data bahwa sebanyak 25 responden 71,4 pola komunikasi fungsional dan sebanyak 10 responden 28,6 pola komunikasi
disfungsional yang terjalin dalam keluarga.
Tabel. 5 Gambaran Pola Komunikasi Keluarga Responden di kelurahan Padang Bulan Medan N=35
Pola Komunikasi Keluarga
Skor Frekuensi
Persentase
Disfungsional 14-35
10 28,6
Fungsional 36-56
25 71,4
1.4 Tingkat Depresi Lansia Berdasarkan hasil penelitian untuk tingkat depresi lansia diperoleh bahwa
lansia memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat, sebanyak 30 responden 85,7 menjawab ya dan 5 responden
14,3 menjawab tidak. Untuk pertanyaan lansia merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru, sebanyak 30 responden 85,7 menjawab ya dan 5
responden 14,3 menjawab tidak. Dan untuk pertanyaan lansia merasa sulit untuk berkonsentrasi sebanyak 30 responden 85,7 menjawab ya dan 5
responden 14,3 menjawab tidak.
Tabel. 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Depresi Lansia di kelurahan Padang Bulan Medan
Pertanyaan Ya
Tidak
N N
1.Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani.
22 62,9
13 37,1
2.Banyak meninggalkan kesenanganminat dan aktivitas.
28 80,0
7 20,0
3.Merasa bahwa kehidupan hampa. 20
57,1 15
42,9 4.Sering merasa bosan.
16 45,7
19 54,3
Universitas Sumatera Utara
5.Penuh pengharapan akan masa depan. 18
51,4 17
48,6 6.Mempunyai semangat yang baik setiap
waktu. 24
68,6 11
31,4 7.Diganggu oleh pikiran-pikiran yang
tidak dapat diungkapkan. 18
51,4 17
48,6 8.Merasa bahagia di sebagian besar waktu. 26
74,3 9
25,7 9.Merasa takut sesuatu akan terjadi.
18 51,4
17 48,6
10.Sering kali merasa tidak berdaya. 22
62,9 13
37,1 11.Sering merasa gelisah dan gugup.
12 34,3
23 65,7
12.Memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat.
30 85,7
5 14,3
13.Sering kali merasa khawatir akan masa depan.
12 34,3
23 65,7
14.Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat.
29 82,9
6 17,1
15.Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan.
23 65,7
12 34,3
16.Sering kali merasa merana. 10
28,6 25
71,4 17.Merasa kurang bahagia.
12 34,3
23 65,7
18.Sangat khawatir terhadap masa lalu. 11
31,4 24
68,6 19.Merasakan bahwa hidup ini sangat
menggairahkan. 22
62,9 13
37,1 20.Merasa berat untuk memulai sesuatu
hal yang baru. 30
85,7 5
14,3 21.Merasa dalam keadaan penuh
semangat. 22
62,9 13
37,1 22.Berpikir bahwa keadaan Anda tidak
ada harapan. 16
45,7 19
54,3 23.Berpikir bahwa banyak orang yang
lebih baik. 17
48,6 18
51,4 24.Sering kali menjadi kesal dengan hal
yang sepele. 14
40,0 21
60,0 25.Sering kali merasa ingin menangis.
18 51,4
17 48,6
26.Merasa sulit untuk berkonsentrasi. 30
85,7 5
14,3 27.Menikmati tidur.
19 54,3
16 45,7
28.Memilih menghindar dari perkumpulan sosial.
24 68,6
11 31,4
29.Mudah mengambil keputusan. 16
45,7 19
54,3 30.Mempunyai pikiran yang jernih.
27 77,1
8 22,9
Data yang di peroleh dari hasil penelitian adalah bahwa dari semua responden yang mengalami depresi, sebanyak 21 responden 60 mengalami
depresi ringan-sedang dan 14 responden 40 mengalami depresi berat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 7 Gambaran Tingkat Depresi Lansia di kelurahan Padang Bulan Medan N=35
Tingkat Depresi Lansia
Skor Frekuensi
Persentase
Ringan-Sedang 6-15
21 60,0
Berat 16-30
14 40,0
2.
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan pola komunikasi keluarga
dengan tingkat depresi lansia di kelurahan Padang Bulan Medan. 2.1 Hubungan Antara Pola Komunikasi Keluarga dengan Tingkat Depresi Lansia
di Kelurahan Padang Bulan Medan. Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa pola komunikasi
keluarga yang terdiri atas komponen pola komunikasi keluarga fungsional dan pola komunikasi keluarga disfungsional berhubungan secara negatif dengan
kekuatan korelasi sedang terhadap tingkat depresi lansia. Pada hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi lansia, nilai negatif berarti
semakin fungsional komunikasi dalam keluarga lansia maka semakin rendah depresi yang dialami oleh lansia.
Bila ditinjau dari komponen dalam variabel pola komunikasi keluarga, dimana 25 responden 71,4 memiliki pola komunikasi keluarga yang
fungsional, hasil penelitian ini sejalan dengan Friedman 1998 bahwa dalam keluarga dengan interaksi yang fungsional, sehat dan ideal dapat memenuhi
fungsi-fungsi yang umum. Kegiatan yang dapat terjalin dengan dilakukannya pola
Universitas Sumatera Utara
komunikasi fungsional, memiliki kecenderungan untuk mengalami depresi ringan- sedang.
Banyaknya persoalan hidup yang dihadapi oleh lansia pada proses menua dapat meningkatnya sensitivitas emosional seseorang, sering merasa tidak
berguna, sering marah dan tidak sabaran, merasa kehilangan peran dalam keluarga, mudah tersinggung, dan merasa tidak berdaya Tamher Noorkasiani,
2009. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan dan meningkatkan status mental lansia Maryam, dkk, 2008.
Pola komunikasi fungsional dapat menjadi indikator terlaksananya fungsi keluarga untuk mengantisipasi tekanan dan masalah yang harus dihadapi lansia
pada proses menua tersebut Friedman, 1998, agar lansia tidak mengalami depresi berat.
Berbeda dengan hasil penelitian Sarwito Rachmad Barmawi, 2009 terhadap Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia
di Desa Pabelan Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura II yang tujuannya menganalisis hubungan pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi pada
lanjut usia. Mengambil sampel sebanyak 35 responden. Diperoleh hasil penelitian tidak ada hubungan yang bermakna atau tidak signifikan antara pola komunikasi
keluarga dengan tingkat depresi pada lanjut usia . Hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan tingkat depresi lansia
tersebut sebenarnya dipengaruhi faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, motivasi, dukungan keluarga dan dukungan sosial
Tamher-Noorkasiani, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebanyak 23 responden 65,7 berusia 60-74 tahun, 11 responden 31,4 berusia 75-90 tahun dan 1 responden
2,9 berusia 90 tahun ke atas. Dari data di atas diperoleh bahwa lansia mengalami depresi usia 60-74 tahun sebanyak 65,7. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Cox 1984 dalam Tamher dan Noorkasiani 2009 bahwa semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan, hal ini
didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia
pertengahan menuju usia tua. Teori ini menekankan bahwa kestabilan sistem kepribadian sebagai individu, bergerak ke arah usia tua.
Sebanyak 28 responden 80 adalah perempuan dan 7 responden 20 adalah laki-laki. Dari data di atas diperoleh lansia perempuan yang mengalami
depresi sebanyak 80. Hal ini dikarenakan perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, sehingga
akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fitri 2011 pada subyek lanjut usia di panti werda, proporsi lanjut usia
wanita yang mengalami depresi lebih besar daripada proporsi lanjut usia laki-laki yang mengalami depresi. Banyaknya lanjut usia wanita yang mengalami depresi
disebabkan oleh perbedaan hormonal, efek-efek dari melahirkan dan perbedaan stressor psikososial.
Sebanyak 16 responden 45,7 tingkat pendidikan SD, 8 responden 22,9 tingkat pendidikan SMA, 7 responden 20 tidak sekolah dan 4
responden 11,4 tingkat pendidikan SMP. Dari data di atas diperoleh hasil
Universitas Sumatera Utara
lansia yang mengalami depresi tingkat pendidikan SD sebanyak 45,7. Hal ini sesuai dengan teori Tamher-Noorkasiani 2009 bahwa tingkat pendidikan juga
merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan
lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Sebanyak 26 responden 74,3 tidak bekerja dan 9 responden 25,7
bekerja. Dari data di atas lansia yang tidak bekerja mengalami depresi sebanyak 74,3. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya 2010
terhadap sindroma depresif pada lanjut usia di Puskesmas Padang Bulan Kota Medan bahwa sindroma depresif paling banyak terjadi pada lanjut usia yang tidak
bekerja 69,2 daripada yang bekerja. Berdasarkan analisa di atas dapat diasumsikan bahwa tingkat depresi lansia
memiliki penyebab yang multifaktor selain pola komunikasi keluarga dan mungkin memberi kontribusi bagi tingkat depresi lansia. Namun, dari penelitian
ini pola komunikasi keluarga merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi tingkat depresi lansia, karena semua hal yang menjadi penyebab lansia mengalami
depresi dapat didiskusikan bersama oleh keluarga dan lansia melalui komunikasi dalam keluarga.
Hasil analisa statistik dalam penelitian ini bahwa pola komunikasi keluarga yang terdiri atas komponen pola komunikasi keluarga fungsional dan pola
komunikasi keluarga disfungsional berhubungan secara negatif dengan kekuatan korelasi sedang terhadap tingkat depresi lansia r= -0,597. Hasil analisa
hubungan tersebut memiliki nilai signifikansi 0,00. Nilai signifikansi dapat
Universitas Sumatera Utara
diterima, dimana p0,05. Sehingga dapat disimpulakan bahwa hipotesa penelitian diterima, artinya bahwa pernyataan adanya hubungan pola komunikasi keluarga
dengan tingkat depresi lansia di kelurahan Padang Bulan Medan dapat diterima. 2.2 Pola Komunikasi Keluarga
Friedman 1998 mengatakan bahwa interaksi keluarga memiliki pengaruh bagi pola komunikasi keluarga. Menurut Curran 1983 dalam Friedman 1998
pola komunikasi keluarga sangat penting bagi kedekatan hubungan agar berkembang dan terpelihara juga untuk mengenal dan memberi respon terhadap
anggota keluarga. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 25 responden 71,4
memiliki pola komunikasi keluarga yang fungsional. Berarti dapat diasumsikan bahwa dalam keluarga lansia terdapat interaksi yang fungsional, sehat dan
idealnya dapat memenuhi fungsi-fungsi yang umum. Interaksi yang fungsional terdapat dalam sistem keluarga terbuka dan
mendorong pertumbuhan serta berubah bila kebutuhan muncul. Pola komunikasi keluarga fungsional merupakan support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan dan meningkatkan status mental lansia Maryam, dkk, 2008. Hasil distribusi frekuensi persentase pola komunikasi keluarga fungsional
bahwa keluarga dapat saling berkomunikasi dengan cukup terbuka dan jujur 32 responden 91,4 menjawab setuju, 2 responden 5,7 menjawab tidak setuju
dan 1 responden 2,9 menjawab sangat tidak setuju. Dari hasil di atas diperoleh bahwa keluarga dapat saling berkomunikasi dengan cukup terbuka dan jujur
91,4 menjawab setuju. Hal ini sesuai dengan pendapat Satir 1967 dalam
Universitas Sumatera Utara
Friedman 1998 yang menyatakan bahwa dengan adanya suatu keterbukaan dan kejujuran yang cukup jelas, anggota keluarga mampu mengakui kebutuhan dan
emosi satu sama lain dan hal ini baik bagi sistem keluarga maupun setiap individu.
Hasil distribusi frekuensi persentase pola komunikasi keluarga disfungsional bahwa lansia sering menyimpulkan sendiri maksud atau keinginan keluarga tanpa
memperoleh penjelasan yang tepat dan jelas, 19 responden 54,3 menjawab setuju, 15 responden 42,9 menjawab tidak setuju dan 1 responden 2,9
menjawab sangat setuju. Dari hasil di atas diperoleh bahwa lansia sering menyimpulkan sendiri maksud atau keinginan keluarga tanpa memperoleh
penjelasan yang tepat dan jelas 19 responden 54,3 menjawab setuju. Hal ini dikarenakan komunikasi disfungsional yang dilakukan oleh keluarga adalah
pengungkapan perasaan yang tidak jelas. Pengungkapan perasaan harus diungkapkan dengan cara yang jelas sehingga perasaan tersebut dapat diketahui
Friedman, 1998. 2.3 Tingkat Depresi Lansia
Tingkat depresi lansia dalam penelitian ini diukur berdasarkan skala depresi geriatrik Yesavage 1983 dimana instrumennya disusun secara khusus digunakan
pada usia lanjut untuk memeriksa depresi dan dikategorikan menjadi depresi ringan-sedang dan depresi berat. Hasil penelitian adalah bahwa sebanyak 21
responden 60 depresi ringan-sedang dan 14 responden 40 depresi berat . Dari hasil penelitian adalah bahwa 21 responden 60 termasuk kategori
depresi ringan-sedang. Hasil ini di pengaruhi oleh mekanisme koping pada usia
Universitas Sumatera Utara
lanjut yaitu faktor-faktor usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan dukungan keluarga sesuai dengan teori teori Tamher-Noorkasiani 2009.
Dukungan keluarga dapat berupa komunikasi keluarga. sesuai dengan teori Curran 1983 dalam Friedman 1998 dimana komunikasi yang sehat adalah
komunikasi yang jelas dan kemampuan mendengar satu sama lain. Hasil distribusi frekuensi persentase untuk tingkat depresi lansia diperoleh
bahwa lansia memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat 30 responden 85,7 menjawab ya dan 5 responden 14,3
menjawab tidak. Dari data di atas diperoleh bahwa lansia memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat 30 responden 85,7
menjawab ya. Ini sesuai dengan penelitian Suhartini 2004 yang menemukan bahwa lansia dengan aktifitas sosial tidak aktif lebih banyak yaitu 66,7
dibandingkan lansia dengan aktifitas sosial aktif. Untuk pertanyaan lansia merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru
30 responden 85,7 menjawab ya dan 5 responden 14,3 menjawab tidak. Dari data di atas diperoleh bahwa lansia merasa berat untuk memulai sesuatu hal
yang baru 30 responden 85,7 menjawab ya. Ini sesuai dengan teori Tamher dan Noorkasiani 2009 memasuki usia tua, individu menarik diri dari masyarakat,
sehingga memungkinkan individu untuk menyimpan lebih banyak aktivitas- aktivitas yang berfokus pada dirinya dalam memenuhi kestabilan pada stadium
ini. Untuk pertanyaan lansia merasa sulit untuk berkonsentrasi 30 responden
85,7 menjawab ya dan 5 responden 14,3 menjawab tidak. Dari data di atas
Universitas Sumatera Utara
lansia merasa sulit untuk berkonsentrasi 30 responden 85,7 menjawab ya. Kuntjoro 2002 mengatakan pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka
ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN