2.8 Alasan Remaja Menggunakan Narkoba
Banyak remaja yang menggunakan narkoba karena dorongan ingin tahu atau karena diolok-olok oleh teman sebaya sehingga ikut-ikutan meniru. Dari yang semula sekedar iseng
ini kemudian menjadi kebiasaan, dan akhirnya kecanduan yang kronis. Ada pula remaja yang menyalahgunakan narkotika karena sekedar ingin mendapatkan status sosial, pengakuan dan
gengsi, untuk gagah-gagahan atau mengikuti mode. Tetapi ada juga yang mengkonsumsi narkotika disebabkan oleh keinginan untuk menghindari kesulitan hidup da konflik-konflik
batin. Hermanwan 1986 menggemukakan sejumlah alasan remaja menggunakan narkotika,
diantaranya: a.
Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya atau riskan seperti misalnya berkelahi dan ngebut.
b. Untuk menantang atau melawan otoritas, misalnya orangtua, guru, dn hukum.
c. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks.
d. Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman
emosional. e.
Untuk berusaha agar menemukan arti dalam hidup. f.
Untuk mengisi kekosongan dan perasaan bosan karena kurang kesibukan g.
Untuk menghilangkan rasa frustasi dan kegelisahan yang disebabkan oleh suatu problem yang tidak dapat diatasi dan jalan-jalan pikiran yang buntu.
h. Untuk mengikuti kemauan teman dan memupuk solidaritas dengan teman.
i. Karena didorong oleh rasa ingin tahu dan iseng Afiatin,2008:15.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Faktor-Faktor Remaja Menggunakan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu fenomena yan terjadi, karena faktor yang secara kebetulan telah terjalin menjadi satu, sehingga berakibat demikina. Faktor-faktor ini
dapat dibagi menjadi beberapa bagian
1. Faktor Individu
Sudah menjadi suatu kodrat bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan raga. Idelanya roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia terdiri dari tiga aspek yaitu
kognisi berpikir, afeksi emosi dan perasaan dan konasi kehendak, kemauan dan psikomotor. Selain mengalami pertumbuhan fisik, manusia juga mengalami perkembangan
kejiwaannya. Didalam masa perkembangan kejiwaan inilah kepribadian terbentuk, dan terbentuknya kepribadian itu sangat dipenagruhi oleh dinamika perkembangan konsep
dirinya. Perkembangan ini dialami secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.
Dengan demikian, tidak ada manusia yang memiliki kesamaan secara mutlak antara seorang dengan yang lain. Mungkin kita jumpai ada orang-orang yang mirip. Mereka
memiliki persamaan dalam satu atau beberapa hal, yaitu bentuk fisik, sifat, sikap, pendapat atau kegemaran, juga watak, temperamen dan perilakunya, namun tidak dalam segala hal.
Dalam kaitannya dengan penyalahgunaan narkoba, faktor-faktor individu yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus. Antara lain:
I. Gangguan kepribadiaan
a. Gangguan cara berpikirnya: distorsi kognitif, keyakinancara berpikir yang salah
atau negative thinking, penalaran semaunya sendiri. Gangguan cara berpikir ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain
pandangan atau cara berpikir yang keliru atau menyimpang dari pandangan umum yang menjadi norma atau nilai-nilai hakiki dari apa yang dianggap benar
Universitas Sumatera Utara
oleh komunitasnya. Membuat alasan-alasan yang dianggap benar menurut penalarannya sendiri guna membenarkan perilakunya yang menyalahi norma-
norma yang berlaku. Dapat juga berupa pandangan-pandangan negative atau selalu berpikir negatif dan pesimistis. Dengan cara pandang dan cara berpikirnya
yang keliru, biasanya individu yang mengalami cara berpikir terdistorsi ini akan manghalalkan segala tindakannya dengan megumukakan alasan-alasan yang tidak
wajar. Mengabaikan norma yang ada dan membenarkan dirinya atas perilakunya yang salah itu berlandaskan alasan-alasan yang dibuat-buat sekehendak hatinya.
Prinsipnya asal ada alasan, maka tindakannya dapat dibenarkan. b.
Gangguan emosi Dengan adanya gangguan emosi, antara lain emosi labil, mudah marah,
mudah sedih dan seringkali putus asa, ingin menuruti gejolak hati, maka kemampuan pengontrolan atau penguasaan dirinya akam terhambat.
Gangguan emosi juga dapat terwujud melalui perasaan rendah diri, tidak mencintai diri sendiri mauun orang lain, tidak mengenal cinta kasih dan
simpati, tidak dapat berempati, rasa kesepian dan merasa terbuang. Tidak jarang orang yang mengalami gangguan emosi menjadi taku kehilangan
teman walau tahu temannya memiliki niat jahat atau berperilaku tidak sesuai dengan norma. Pengalaman yang menyakitkan hati yang
berkepanjangan, luka batin yang sangat dalam dapat menimbulkan gangguan emosi. Misalnya luka hati karena perlakuan orangtua yang
kelewat keras atau tidak adanya perhatian dari orangtua , ditinggalkan orang yang dikasihinya.
Universitas Sumatera Utara
c. Gangguan kehendak dan perilaku
Kehendak dan perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh fungsi fisiologis fisik, juga dipengaruhi oelh pikiran dan perasannya. Jadi kalau pikiran dan
emosinya sudah mengalami gangguan, maka dapat dipastikan perilaku atau keinginannya juga mengalami dampak dari gangguan pada pikiran
dan emosinya, sikap dan perilakunya akan terpengaruhi dan biasanya dapat terjadi kehilangan kontrol, sehingga bertindak tidak terkendali atau
bertindak sesuai dengan norma yang ada di dalam lingkungan. II.
Pengaruh Usia Dengan mencapai usia mendekati masa remaja, maka kelenjar kelamin mulai
menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seksual anak yang meningkat pada remaja. Dalam akil baligh
ini banyak perubahan yang terjadi. Perubahan secara fisik jelas terlihat dari bertambah tinggi, besar badan, tanda-tanda kelamin sekunder seperti
membesarnya payudara pada wanita dan tumbuhnya jakun pada pria. Diikuti oleh perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh
perkembangan kejiwaan anaka remaja itu. Pada saat-saat ini remaja mengalami perasaan ketidakpastian, disatu sisi merasa sudah bukan kanak-
kanak lagi, akan tetapi juga belum mampu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa karena memang masih sangat mudah dan kurang pengalaman.
Pada masa ini remaja lebih senang bergaul dengan teman-teman sebayanya, ingin jadi anak gaul yang diterima didalam lingkungannya dan mulai mencari
identitas dirinya. Ingin ngetrend dan mendapat pengakuan dari lingkungannya. Rasa ingin tahu besar dan suka coba-coba,kurang mengerti resiko disebabkan
kurangnya pengalaman dan penalaran. Dalam keadaan demikian, biasanya
Universitas Sumatera Utara
remaja mudah terjebak ke dalam kenakalan remaja ataupun penyalahgunaan narkoba.
III. Pandangan atau Keyakinan yang keliru
Ada banyak remaja yang mempunyai keyakinan yang keliru dan menganggap enteng akan hal-hal yang membahayakan, sehingga mengabaikan pendapat
orang lain, menganggap dirinya pasti dapat mengatasi bahaya itu, atau merasa yakin bahwa pendapatnya sendirilah yang benar, akibatnya mereka dapat
terjerumus ke dlam tindakan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. IV.
Religiusitas yang rendah Anak yang bertumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang religiusitasnya
rendah, bahkan tidak pernah mendapat pengajaran dan pengertian mengenai Tuhannya secara benar, maka biasanya memiliki kecerdasan spritual yang
rendah. Dengan demikian tidak ada patokan akan nilai-nilai yang dianutnya untuk bertindak, sehingga berperilaku sesuka hatinya, tidak tahu masalah yang
baik dan buruk dan tidak takut akan berbuat dosa.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan hidup mempunyai pengaruh besar terhadap jatuhnya anak remaja terhadap penyalahgunaan narkoba, terutama faktor keluarga, faktor lingkungan tempat
tinggal, keadaan di sekolah, pengaruh teman sepergaulan dan keadaan masyarakat pada umumnya.
I. Faktor Lingkungan Tempat Tinggal
Tempat tinggal di daerah hitam atau terlalu padat penduduk, suasana hiburan yang menggoda, bagi anak-anak remaja awal, kebiasaan hidup orang-orang
yang mempunyai aktivitas di tempat-tempat hiburan dan gayanya yang kurang pas bagi anak-anak, sudahlah jelas bahwa ia mempunyai dampak yang negatif.
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya dengan anak-anak yang berasal dari keluarga mampu yang dapat dengan mudah membuang uang dan mencari hiburan di night club,
diskotik, atau mencari tempat-tempat hiburan yang tidak sesuai dengan usianya, atau mengadakan pesta-pesta di rumah sendiri atau rumah teman,
mungkin juga di villa-villa mewah milik orang tuanya. Yang jelas akibatnya sama saja, yaitu hidup lepas kendali dan terjerumus dalam kenakalan remaja
dan penyalahgunaan narkoba. II.
Keadaan di Sekolah Sekolah yang merupakan tempat belajar mengajar, setelah 32 tahun tidak lagi
mendapat pendidikan budi pekerti, ditambah dengan perkembangan sosial di Indonesia yang tidak menentu ini. Tawuran dikalangan remaja sudah dapat
dikatakan mewabah kebanyak sekolah-sekolah dari tingkat Sekolah dasar sampai Sekolah tingkat menengah. Jadi bukan merupakan jaminan dengan
pergi kesekolah anak-anaknya atau remaja mengenal narkoba atau terlibat dengan kenakalan remaja.
Mengingat bahwa sekolah-sekolah juga menjadi target sasaran perdagangan narkoba, disamping adanya kemungkinan pihak sekolah berusaha melindungi
diri agar mendapat predikat sekolahan bagus, maka walaupun tahu ada muridnya yang menyalahgunakan narkoba, bukannya mencoba membuka
permasalahannya, tetapi dilakukan sebaliknya, menutupinya demi nama baik sekolah, kredibilitas guru dan pimpinan sekolah.
Dapat juga guru yang terlalu keras dan guru yang kurang atau tidak terlalu membekali anak didiknya dengan informasi yang akurat mengenai
penyalahgunaan narkoba. Masalah ini terjadi karena guru tidak memiliki informasi yang akurat, kalaupun memberikan informasi, biasanya hanya untuk
Universitas Sumatera Utara
tujuan menegakan disiplin yang ada disekolah dengan ancaman agar muridnya tidak coba-coba menggunakan dan kalau ketahuan menggunakan akan dipecat.
Lingkungan sekolah memiliki iklim belajr dan bersahabat, tetapi juga akan merupakan ajang persaingan yang keras, ada yang ingin berprestasi, ada yang
ingin terlihat bergengsi, ada yang ingin terlihat sok hebat dan ini akan membuat sebahagian siswanya mengalami frustasi, bahkan ada sebagian yang
ingin melarikan diri dari tuntutan untuk berprestasi. Murid yang demikian ini adalah murid yang memiliki resiko tinggi untuk menjadi anti sosial atau
terlibat ke dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. III.
Pengaruh Teman Sebaya Biasanya pergaulan dengan teman sebayanya yang berasal dari luar
sekolahnya. Teman-teman ini juga mempunyai pengaruh besar bagi anak-anak remaja, mereka merasa dekat satu sama lain dan biasanya sudah membentuk
kelompok geng, mereka mempunyai rasa senasib dan sepenaggungan, rasa solidaritas tiggi. Dengan demikian, mereka akan dengan mudahnya melakukan
hal-hal yang dianggap menyenangkan oleh kelompoknya. Mereka tidak memikirkan baik buruknya, tetapi memikirkan apa itu menyenangkan atau
tidak. Juga tidak mempertimbangkan akan adanya resiko-resiko bagi dirinya. Bahkan, untuk memenuhi kekeinginannya agar diterima kelompoknya, mereka
tidak segan-segan melakukan hal-hal yang sebenarnya disadari merupakan perbuatan yang tidak baik.
Dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan zat, teman kelompok sebaya peer geoup mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan
penyalahgunaan narkoba pada diri seseorang. Pada banyak kasus, perkenalan pertama dengan narkoba biasanya datang dari teman. Teman sebaya ini bisa
Universitas Sumatera Utara
berupa teman sekolah, teman sepermainan di lingkungan masyarakatnya, sesama anggota dari klub, kelompok atau geng tertentu yang rata-rata
memiliki usia, karakteristik, permasalahan dan pola pikir yang hampir sama. Pengaruh teman ini sangat sukar dilepaskan karena dapat menciptakan
keterikatan dan kebersamaan dalam diri remaja. Pengaruh teman ini tidak hanya dirasakan pada saat perkenalan pertama dengan narkoba, melainkan
juga menyebabkan seseorang tetap menggunakan atau mengalami
kekambuhan relapse.
Kebanyakan pecandu yang menjadi responden pada banyak penelitian menyatakan, bahwa mereka mencoba narkoba pertama kali karena ditawari,
dibujuk, dipaksa bahkan dijebak oleh teman atau kelompok sebayanya. Selain itu mereka menyatakan sulit untuk lepas dari ikatan kelompok sebayanya.
IV. Keadaan Masyarakat pada Umumnya
Dengan memasuki perkembangan jaman dan era globalisasi, teknologi informatika berkembang dengan cepat dan sedemikian canggih, juga media
cetak, media audiovisual memiliki jangkauan yang jauh lebih luas daripada sebelumnya, dan akibatnya banyak budaya asing masuk ke indonesia melalui
media tersebut. Bagi kawula yang belum matang dan masih belum kukuh kuat iman maupun masih kurang pengertian akan nilai-nilai luhur kebudayaan
Indonesia, akan denagn mudah mengadaptasi budaya-budaya luar yang kadang kurang pas bagi para remaja kini. Di dalam kehidupan malam, hiruk
piruk diskotik, night club dan tempat-tempat hiburan malam lainnya, pengedar narkoba juga semakin meningkat sehingga narkoba sangat mudah diperoleh
dan harganya juga bervariasi, ada yang murah dan ada yang mahal tergantung jenis dan khasiat narkoba tersebut. Dimulai dari iseng-iseng, ajakan teman,
Universitas Sumatera Utara
rasa ingin tahu tentang bagaimana narkoba tersebut maka tidak banyak akhirnya menjadi korban penyalahgunaan Narkoba yang kita temukan.
Para ahli mengatakan bahwa perubahan-perubahan nilai sosial sebagai konsekuensi modernisasi juga merupakan faktor yang turut berperan pada
penyalahgunaan narkoaba. Pada umumnya penyalah guna narkoba tidak lagi mematuhi sistem nilai yang dianut oleh orang tuanya. Mereka lebih dekat dan
cocok dengan sistem nilai dari kelompok sebayanya yang sering berperilaku anti sosial dan menyalahgunakan zat. Pada hakikatnya penyalah guna zat
merupakan ‘jeritan minta tolong’ dari remaja. Mereka menunjukkan ketidakmampuan menyesuaikan diri dan menjalin hubungan yang baik dan
stabil dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, mereka lalu bergabung dengan teman kelompok sebaya dan turut menyalahgunakan
narkoba. Bukan hanya remaja yang akhirnya lari ke dalam penyalahgunaan narkoba ini,
melainkan orang tua juga banyak yang terjerumus kedalamnya. Adanya tekanan batin karena sulitnya mencari nafkah, banyaknya beban tanggung
jawab yang berat dalam keluarga, terjadinya pengangguran atau pemutusan hubungan pekerjaan dapat menyebabkan frustasi pada seseorang dan akhirnya
mencari pelarian melalui tindakan-tindakan yang salah seperti mabuk- mabukan dan memakai narkoba Mastauli, 2007:40-47.
3. Faktor Keluarga
Keluarga mempunyai peranan terpenting didalam pendidikan dan pembentukan karakter anak. Dari sejak lahirlah si anak diasuh didalam keluarga sehingga pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya tidak terlepas dari apa yang disediakan dan diberikan keluarganya. Dengan kata lain, karakter atau kepribadian anak terbentuk oleh pola asuh yang sejak kecil
Universitas Sumatera Utara
diperolehnya, walaupun anak mempunyai watak atau sifat bawaan yang diperoleh dari orangtuanya, namun pengaruh lingkungan mempunyai andil yang besar dalam perkembangan
dan pembentukan kepribadian. Departemen Kesehatan RI dalam Afiatin,2008:13 memberikan deskripsi terhadap
keluarga yang merupakan faktor resiko tertinggi bagi penyalahgunaan narkoba yaitu komunikasi antar anak dan orangtua kurang efektif, hubungan ayah dan ibu kurang harmonis,
lingkungan keluarga terlalu permisif atau terlalu otoriter dan orangtua atau anggota keluarga lainnya telah menggunakan narkoba. Karakteristik-karakteristik seperti yang disebutkan
sebagai faktor protektif keluarga mengantarai hubungan orangtua dengan kasih sayang dan kekuatan ikatan dengan keluarganya serta memperoleh norma-norma yang jelas berkaitan
dengan masalah penyalahgunaan narkoba, remaja menjadi lebih tangguh untuk dapat menolak terhadap bujukan penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya karakteristik-karakteristik
yang telah disebutkan sebagai faktor resiko keluarga mengantarai hubungan remaja dengan keluarga, khususnya orangtua menjadi kurang kondusif dan rentan untuk menjadi
penyalahguna narkoba juga. Salah satu indikator yang penting pada resiko keluarga adalah apabila dalam keluarga tersebut terdapat anggota keluarga yang telah menyalahgunakan
narkoba, maka remaja tersebut beresiko tinggi untuk menyalahgunakan narkoba juga, atau disebut sebagai remaja kelompok beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba.
4. Faktor Ketersediaan Narkoba
Tidak bisa dipungkiri bahwa ketersedian dan mudahnya mendapatkan narkoba bagi remaja menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penyebab terjadinya penyalahgunaan
narkoba di kalangan remaja. Biasanya para remaja mendapatkan informasi tentang narkoba dalam pengedaran dan pemakai yang berasal dari teman sebaya.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pengaruh adanya narkoba terhadap perilaku penyalahgunaan dikalangan remaja adalah sebagai berikut:
Mudahnya mendapatkan jenis dari narkoba.
Adanya persepsi bahwa dengan mengkonsumsi dapat menyelesaikan persoalan.
Anggapan ini mungkin saja benar, namun perlu diketahui bahwa hilangnya persoalan itu hanya sesaat dan tidak menyelesaikan masalah yang sesungguhnya.
Cara menggunakan narkoba yang sangat mudah, misalnya diisap, disuntik, ditelan dan
sebagainya.
Peredaran pengedar narkoba yang sudah masuk ke pelosok wilayah dimana berkumpulnya remaja.
2.10 Adiksi 2.10.1 Pengertian Adiksi