BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada masa UU No.51974, peranan Presiden dan Mendagri sangat besar dan menentukan.
Pejabat-pejabat Sekretariat Kepresidenan, Departemen Dalam Negeri, Mabes ABRI sampai
Kodam pun turut ambil peranan. Pada saat UU tersebut digantikan UU No.2 tahun 1999, peranan anggota DPRD “tidak tertandingi”.Dalam
hampir setiap Pilkada tercium aroma tidak sedap; politik uang. Selain itu campur tangan elite partai,baik pusat maupun daerah,untuk
menentukan calon kepala daerah dan bahkan calon kepala daerah tak terpilih tak terhindarkan. Akibatnya , pilkada menjadi ajang transaksi-
dengan pengertian yang luas- yang melibatkan elite-elite politik.
1
Proses politik dibawah Orde Baru bukanlah demokrasi, terbukti dengan pelaksanaan beberapa pemilihan umum sebelumnya yang
kerap sekali terjadi penyimpangan- penyimpangan sehingga azas langsung, bebas dan rahasia luber tidak berjalan sebagaimana
1
Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung: Filosofi, Sistem Dan Problema Penerapan Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal viii
mestinya sehingga boleh disebut tidak memenuhi syarat demokrasi.
2
Salah satu produk reformasi yang dapat dilihat sebagai peningkatan kualitas demokrasi adalah Pemilihan Umum Kepala
Daerah Pemilukada. Undang - Undang No. 32 tahun 2004 ditetapkan pada Oktober 2004 memberikan perubahan yang sangat signifikan
dalam tata pemerintahan dan bahkan adanya pemilihan kepala daerah secara langsung. Ini berarti semangat untuk memberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi masyarakat daerah untuk berbenah sesuai dengan keinginannya. Dan pada akhirnya setiap kepala daerah akan terasa
lebih dekat dengan rakyat. Artinya semua kebijakan yang akan diambil Bergulirnya Era Reformasi yang menggantikan rezim
otoriter Orde Baru telah menjadi sebuah batu lompatan bagi perjalanan demokrasi di Indonesia.Terbukti pasca memasuki era Reformasi
praktek-praktek demokrasi yang sebelumnya menghadapi jalan buntu di Orde Baru secara perlahan mulai dijalankan.Salah satu contohnya
adalah pelaksanaan Pemilu yang lebih demokratis.
2
Adman Nursal, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 78.
kepala daerah benar - benar berdasarkan kebutuhan rakyat yang sesungguhnya
3
Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2008 perubahan kedua atas Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah dalam Pasal 59 1 Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik dan pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Perjalanan sistem politik di Indonesia
memasuki babak baru setelah Mahkamah Konstitusi MK pada hari Senin 230707. Tepat pada waktu ini Mahkamah Konstitusi
. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta
Pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh
sejumlah orang.Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut
peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
3
Zaenalariefin,weebly.com: Legal Opinion calon Independen Pemilukada, diunggah tanggal 18 juli 2013 pukul 21.42 Wib.
mengeluarkan Putusan Nomor 5PUU-V2007 tentang putusan perkara permohonan Pengajuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang
pada dasarnya merupakan putusan untuk melegitimasi secara tegas posisi calon perseorangan untuk dapat maju dalam sebuah pemilihan
kepala daerah gubernur, walikota, dan bupati tanpa partai politik. Putusan MK tersebut merupakan langkah maju dari pelembagaan
demokratisasi baik secara nasional maupun lokal.
4
Sistem baru calon independen ini akan membuka ruang demokrasi arus lokal yang melahirkan persaingan sehat sebagai upaya
mencari figur pemimpin berkualitas, guna menjawab tantangan daerah di tengah arus global. Persaingan melalui calon independen
berimplikasi positif sebagai solusi atas pembangunan lokal di saat dukungan sumber daya alam kita yang saat ini semakin terbatas.
Secara sederhana pengertian calon independen yang dimaksud di dalam keputusan Mahkamah Konstitusi adalah calon perseorangan
yang dapat berkompetisi dalam rekrutmen pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah melalui mekanisme pilkada tanpa
mempergunakan partai politik sebagai media perjuangannya.
4
Zaenalariefin.weebly.com: legal opinion calon independen pemilukada, diunggah tanggal 18 juli 2013 pukul 22.05
Pemilukada mempunyai tujuan agar setiap warga daerah dapat memilih kepala pemerintahan daerah secara langsung tanpa proses
perwakilan. Pemilihan kepala daerah yang dimaksud adalah pemilihan kepala daerah tingkat I Gubernur dan kepala daerah tingkat II
Bupati Walikota.Azas langsung yang terdapat dalam Pemilukada merupakan semangat baru dalam demokrasi di Indonesia.Karena dalam
pelaksanaan Pemilu sebelumnya warga daerah tidak dapat memilih kepala daerah secara langsung melainkan melalui wakil-wakil rakyat di
tingkat daerah DPRD. Dalam sebuah pelaksanaan Pemilu partai politik menjadi salah
satu instrumen yang paling penting.Partai politik berperan sebagi peserta pemilu yang saling berkompetisi untuk memenangkan pemilu
tersebut.Berbeda halnya dengan pemilu Presiden, pemilu Kepala Daerah tidak hanya diikuti oleh calon dari wakil partai politik
melainkan juga calon dari perseorangan Independen.Diperbolehkannya calon perseorangan dalam
Pemilukada membuat kompetisi Pemilu semakin menarik.Karena dengan demikian calon kepala daerah tidak hanya berasal dari partai
politik melainkan juga dapat berasal dari perorangan ataupun sekelompok orang yang berada diluar partai politik.Namun walaupun
jalur perorangan di Pemilukada telah dibuka, kemenangan dalam Pemilukada selalu didominasi oleh calon- calon dari partai politik.Hal
ini membuktikan bahwa partai politik menjadi faktor yang sangat penting dalam memenangkan sebuah pemilukada.
Sekalipun faktor Partai Politik merupakan faktor penting dalam memenangkan sebuah Pemilukada, faktor individu juga menjadi faktor
yang tidak kalah pentingnya. Yang dimaksud dengan faktor partai politik adalah meliputi faktor ideologi partai hingga mesin politik
partai tim pemenangan pemilu. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor individu adalah karakteristik ataupun kepribadian calon yang
diusung oleh partai politik tersebut. Jadi adalah sebuah hal penting bagaimana sebuah partai politik mengambil sebuah kebijakan yang
tepat dalam menentukan calon yang akan diusung dalam Pemilukada. Rekrutmen politik dalam menentukan calon yang akan diusung
tentunya harus menentukan faktor kesamaan visi- misi terhadap partai politik hingga faktor kepribadian calon dimata masyarakat. Namun
dalam era politik modern seperti sekarang ini faktor perorangan lebih dominan dibandingkan dengan faktor partai politik. Dengan kata lain
masyarakat lebih melihat faktor perorangan dari pada faktor partai politik yang mengusungnya sebagai bahan pertimbangannya dalam
menentukan pilihan. Dengan demikian calon yang lebih familiar dimata masyarakat memiliki peluang yang lebih besar untuk
memenangkan pemilukada. Inilah yang terkadang membuat partai politik lebih memilih calon yang berada diluar partainyabukan kader
untuk diusung dalam pemilukada dan memilih calon lain yang bukan kader yang dianggap lebih familiar dan dianggap lebih menjual secara
politis di mata masyarakat. Setiap partai politik tentunya memiliki cara yang berbeda
dalam mengambil kebijakan untuk menentukan calon yang diusung dalam pemilukada. Namun pada umumnya setiap partai politik
memulai rekrutmen politik dengan tahapan yang sama yaitu dengan membuka pendaftaran secara umum bagi kandidat-kandidat yang mau
bertarung dalam Pemilukada
5
5
Hasil pengamatan selama PKL di DPD PDIP Sumatera Utara
. Selanjutnya nama- nama yang mendaftar tersebut digodok dikelola di jajaran pengurus partai untuk
kemudian ditentukan siapa kandidat yang dinilai paling layak dan mempunyai peluang paling besar untuk mendapat respon positif dari
masyarakat pemilih. Tentunya setiap partai politik mempunyai indikator tersendiri dalam proses penggodokan nama- nama calon yang
mendaftar. Untuk menguji tingkat kelayakan para calon, setiap partai
politik pada dasarnya akan melakukan evaluasi terhadap nama- nama calon tersebut.
Pentingnya sosok calon dalam menarik perhatian masyarakatpemilih membuat partai politik menjadi sangat selektif
dalam menentukan calon yang akan diusungnya. Sehingga tidak heran apabila nama kandidat calon yang akan diusung oleh partai politik baru
diumumkan menjelang batas akhir pendaftaran yang diselenggarakan oleh lembaga penyelenggara Pemilu Komisi Pemilihan Umum. Ini
menunjukan bahwa penentuan calon yang akan diusung memiliki serangkaian kebijakan politik yang kompleks yang sebelumnya telah
dielaborasi di tingkat jajaran pengurus partai politik. Kebijakan penentuan calon yang akan diusung adalah sebuah hal serius bagi
partai politik. Karena apabila calon yang diusung telah terbukti familiar dimata masyarakat dan mendapat respon positif dari pemilih
maka kemungkinan untuk memenangkan pemilu menjadi lebih terbuka.
Menjadi pemenang dalam setiap Pemilukada merupakan salah satu tujuan utama setiap partai politik. Hal ini tentu berkaitan tentang
keinginan setiap partai politik yang ingin berkuasa dalam pemerintahan.Persaingan dalam merebut kekuasaan inilah kemudian
yang menjelma menjadi sebuah kompetisi.Kemenangan dalam Pemilukada berarti membuka peluang untuk meraih kekuasaan di
tingkat pusat.Karena kekuasaan di tingkat pusat sangat ditentukan oleh akumulasi dari kekuasaan yang dipegang di tiap daerah.Oleh sebab itu
ajang Pemilukada selalu mendapat perhatian serius bagi setiap partai politik.Bahkan hampir setiap calon yang diusung oleh partai poltik
dalam pemilukada tidak hanya sekedar melibatkan pengurus partai ditingkat daerah melainkan juga melibatkan kebijakan pengurus partai
ditingkat pusat. Pada tahun 2013 Sumatera Utara Sumut sebagai salah satu
daerah tingkat I Provinsi di Indonesia melaksanakan Pemilukada.Seperti halnya dalam Pemilukada-Pemilukada terdahulu
setiap partai politik telah sibuk menjaring calon-calon yang layak diusung untuk bertarung dalam Pemilukada tersebut.Tujuannya jelas
untuk mencari calon terbaik yang dianggap mempunyai nilai yang paling menjual dalam kesempatan memenangkan Pemilukada.Indikator
yang biasanya digunakan mulai dari tingkat popularitas calon, tingkat kapasitas dan kapabilitas calon, hingga mengikutsertakan faktor
finansial yang dimiliki oleh calon tersebut. Faktor-faktor tersebut jelas sangat berhubungan dalam mendukung strategi yang akan digunakan
partai politik dalam memenangkan Pemilukada, tak terkecuali PDI Perjuangan.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebenarnya dapat dikategorikan sebagai partai yang cukup lama dalam sejarah
pepolitikan di Indonesia. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia yang berdiri
pada tanggal 10 Januari 1973.
6
Sebagai partai yang memiliki keterwakilan besar ditingkat pusat dan ditingkat daerah Sumatera Utara Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan sudah pasti ingin memenangkan Pemilukada Sumut yang akan dilaksanakan pada tahun 2013. Partai ini juga
mempunyai kesempatan besar untuk memenangkan Pemilukada Sumut karena mempunyai nama besar dan kader yang loyal, walaupun partai
ini juga harus berkoalisi dengan partai-partai agar memenuhi syarat Partai “Wong cilik” ini mengikuti
Pemilu pertamanya ditahun 1999 yang menjadi pemilu pertama pasca digulirkannya era reformasi. Sekalipun partai ini menjadi pemenang
dalam pemilu legislatif pada saat itu partai ini hanya mampu mendudukan calon presiden yang diusung menjadi wakil presiden saja
pada tahun 1999.
6
Hasil laporan PKL di DPD PDIP Sumatera Utara tahun 2010
untuk mencalonkan wakilnya. Oleh sebab itu partai ini menjadi begitu selektif dalam menentukan calon yang akan diusung dalam Pemilukada
Sumut agar mampu meraup suara terbanyak. Seperti yang kita ketahui bahwa Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi terbesar di
Indonesia dan memiliki keberagaman baik etnisitas maupun agama, toleransi masyarakat masih sangat terjaga dalam setiap sendi
sosial.Bisa dikatakan bahwa Sumut merupakan barometer kerukunan di republik ini.Sehingga sangat menarik untuk meneliti Provinsi
Sumatera Utara ini. Dari penjelasan-penjelasan yang telah diurakan diatas adalah
menjadi hal menarik bagi penulis untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik PDI Perjuangan dalam menentukan
pasangan Calon Gubernur Cagub dan Calon Wakil Gubernur Cawagub yang akan diusung dalam Pemilukada Sumatera Utara.
2. Perumusan Masalah