Apabila nilai lebih besar dari 100, maka kebijakan persediaan terintegrasi yang
dimodelkan dengan model DWP merupakan strategi yang lebih baik. Tetapi sebaliknya, apabila nilai
kurang dari 100, maka kebijakan yang dimodelkan
dengan IDQ merupakan strategi yang lebih baik.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh total biaya gabungan minimum antara perusahaan dengan distributor dan rasio perbandingan biaya
sehingga dapat ditentukan strategi yang tepat antara model IDQ dan DWP
1.5 Kontribusi Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat membatu perusahaan dan para distributornya untuk mengetahui biaya total persediaan gabungan yang optimal
∗
dan mengetahui model yang lebih optimal antara model IDQ atau model DWP.
1.6 Metode Penelitian Penelitian ini bersifat literatur dan disusun berdasarkan rujukan pustaka, dengan
pendekatan sebagai berikut: a.
Menjelaskan perencanaan dan pengendalian persediaan b.
Menjelaskan model persediaan terintegrasi c.
Menjelaskan persediaan terintegrasi model IDQ
Identical Delivery Quantity
d. Menjelaskan persediaan terintegrasi model DWP
Delivery What is Produced
e. Menyelesaikan contoh kasus masalah persediaan terintegrasi antara suatu
perusahaan dengan distributornya dan membandingkan kedua model diatas. f.
Menarik kesimpulan dan saran.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Inventory
Persediaan 2.1.1
Pengertian dan Peranan Pengendalian Persediaan
Handoko 1984, hal: 333 menyatakan bahwa pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting. Karena persediaan phisik, banyak perusahaan
melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya
penyimpanan yang berlebihan dan mungkin mempunyai “
opportunity cost
” dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan. Demikian pula, bila
perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi dapat mengakibatkan pembelian meningkat dari terjadinya kekurangan bahan.
Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendaliaan bahan baku maupun
barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Secara teknis, i
nventory
atau persediaan adalah suatu teknik yang berkaitan dengan penetapan terhadap
besarnya persediaan bahan yang harus diadakan untuk menjamin kelancaran dalam kegiatan operasi produksi,
serta menetapkan jadwal pengadaan dan jumlah pemesanan barang yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Ciri khas dari model persediaan sendiri adalah solusi
optimalnya selalu difokuskan untuk menjamin persediaan dengan harga serendah rendahnya. Masalah yang dianalisa oleh sistem persediaan meliputi dua hal berikut:
1. Berapa banyak suatu item yang dipesan.
2. Kapan pesanan produksi dari suatu item harus dilakukan.
Adapun beberapa pengertian persediaan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a. Persediaan adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari
part atau bagian, bahan baku dan barang hasil produksi, sehingga perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien.
b. Persediaan adalah serangkaian kebijakan dengan sistem pengendalian yang
memonitor tingkat persediaan yang harus dijaga kapan persediaan harus diisi dan berapa pesanan yang harus dilakukan.
Ada beberapa terminologi di dalam sistem persediaan : 1.
Permintaan demand keputusan dalam persediaan mengenai jumlah pesanan dapat bersifat deterministik maupun probabilistik.
2. Waktu antara pemesanan lead time dilakukan dengan saat kedatangan
pemesanan. 3.
Tingkat penambahan repleshinment atau tingkat pengantian persediaan. 4.
Tingkat persediaan saat pemesanan reorder level harus dilakukan untuk menggantikan persediaan yang berkurang. Artinya persediaan saat pemesanan
sering disebut fungsi dari permintaan dan waktu antara pemesanan. 5.
Keamanan persediaan safety stock yang harus ditinggalkan dalam gudang untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan.
Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun barang jadi
dalam suatu aktifitas perusahaan. Ciri khas dari model persediaan adalah solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya yang serendah-
rendahnya Ristono, 2009, hal: 2.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Jenis-Jenis Persediaan
Handoko 1984 menjelaskan bahwa setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan
dapat dibedakan atas:
a. Persediaan bahan mentah
raw materials
, yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang
digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber- sumber alam atau dibeli dari
supplier
atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
b. Persediaan komponen-komponen rakitan
purchased partscomponents
, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
c. Persediaan bahan pembantu atau penolong
supplies
, yaitu persediaan barang- barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian
atau komponen barang jadi.
d. Persediaan barang dalam proses
work in process
, yaitu persediaan barang- barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
e. Persediaan barang jadi
finished goods
, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau
dikirim kepada pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Tujuan Persediaan
Pengendalian persediaan sangatlah penting karena yang menentukan kelancaran produksi. Pengendalian persediaan yang dijalankan memiliki tujuan-tujuan tertentu,
yaitu untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Pengelolaan persediaan adalah
kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan bahan bakupenolong yang tepat, dengan jumlah yang tidak terlalu besar dan tidak pula kurang atau sedikit
dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan. Tujuan dari pengelolaan persediaan
yaitu
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan
cepat. 2.
Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi. 3.
Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
4. Menjaga agar pembeli secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat
mengakibatkan ongkos menjadi besar. 5.
Menjaga supaya penyimpanan dalam
emplacement
tidak besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.
2.1.4 Fungsi Persediaan
Manajemen persediaan pada hakekatnya mencakup dua fungsi yang berhubungan dengan erat sekali yaitu perencanaan persediaan dan pengawasan persediaan
P.Siagian,1987. Secara khususnya persediaan dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya ke dalam empat jenis sebagai berikut Herjanto, 2004:
1.
Fluctuation stock
Merupakan persediaan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya dan untuk mengatasi jika terjadi kesalahan
Universitas Sumatera Utara
penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang.
2.
Anticipation stock
Merupakan jenis persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, seperti pada musim permintaan tinggi tetapi kapasitas produksi
pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku
sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi. Baroto 2002, menjelaskan bahwa seringkali perusahaan mengalami kenaikan permintaan
dilakukan program promosi. Untuk memenuhi hal itu, maka diperlukan sediaan produk jadi agar tak terjadi
stockout
. Keadaan yang lain adalah bila suatu ketika diperkirakan pasokan bahan baku akan terjadi kekurangan. Jadi,
tindakan menimbun persediaan bahan baku terlebih dahulu adalah merupakan tindakan rasioanal. Disamping itu, Handoko 1984 menyatakan bahwa
perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode pemesanan kembali
sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra atau
safety inventories
.
3.
Lot-size inventory
Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan pada saat itu. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan
dari harga barang potongan harga karena pembelian dalam jumlah
lot-size
yang besar atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.
4.
Pipeline inventory
Merupakan persediaan yang sedang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu digunakan. Misalnya: barang yang dikirim dari
pabrik menuju tempat penjualan yang dapat memakan waktu beberapa hari atau beberapa minggu.
Persediaan timbul akibat oleh tidak sinkronya permintaan dengan penyediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk menjaga keseimbangan
Universitas Sumatera Utara
permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan adanya sistem persediaan. Oleh karena itu terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai
fungsi persediaan Zulian Yamit, 1999,yaitu :
1. Faktor waktu
Menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai ketangan konsumen. Waktu diperlukan untuk membuat
jadwal produksi, memotong bahan baku, pengiriman bahan baku, dan pengiriman barang jadi ke konsumen. Persediaan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu
lead time
.
2. Faktor ketidakpastian waktu
Datang dari
suplier
menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan
pengiriman terhadap konsumen. Ketidakpastian waktu datang mengharuskan perusahaan membuat jadwal operasi lebih teliti pada
setiap level.
3. Faktor ketidakpastian pengguna
Berasal dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahaan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan
cacat dan berbagai kondisi lain.
4. Faktor Ekonomis
Terjadi akibat adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan
menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan harga. Selain
itu pengiriman dalam jumlah besar menyebabkan biaya transportasi lebih rendah sehingga sehingga menurunkan biaya. Persediaan
diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Komponen-Komponen Biaya Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Tanpa
memperhatikan bagaimana sifat kebutuhan, waktu tenggang dan lain-lain, umumnya terdapat empat komponen biaya persediaan. Adapun komponen-komponen biaya
persediaan adalah sebagai berikut Nasution
et al
, 2008:
1. Biaya Pembelian
Purchasing Cost
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli
dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini
akan diistilahkan sebagai
quantity discount
atau
price break
dimana harga barang per unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat.
Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan ke dalam biaya total sistem persediaan karena diasumsikan
bahwa harga barang per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu
misalnya satu tahun konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus dipesan.
2. Biaya Pengadaaan Procurement Cost
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai sumber barang, yaitu biaya pemesanan
Ordering Cost
bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar
supplier
dan biaya pembuatan
Setup Cost
bila barang yang diperoleh dengan memproduksi sendiri.
a. Biaya Pemesanan
Ordering Cost
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk
Universitas Sumatera Utara
menentukan pemasok
supplier
, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini
diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan.
b. Biaya Pembuatan
Setup Cost
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul di
dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya
Karena kedua biaya tersebut mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan barang, maka kedua biaya tersebut disebut sebagai biaya pengadaan
procurement cost
.
3. Biaya Penyimpanan
Holding Cost Carrying Cost
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biasanya biaya ini sebanding
dengan jumlah persediaan di dalam stok. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak
atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya-biaya ini
meliputi: a.
Biaya Memiliki Persediaan Biaya Modal Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana
modal perusahaan mempunyai ongkos
expense
yang dapat di ukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang
ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur
sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.
b. Biaya Gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga muncul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya di sewa, maka
Universitas Sumatera Utara
biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri, maka biaya gudang
merupakan biaya depresiasi.
c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena
hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
d. Biaya Kadaluarsa
Absolence
Barang yang disimpan akan mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik.
Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
e. Biaya Asuransi
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung
pada jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun
penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan
peralatan
handling
.
4. Biaya Kekurangan Persediaan
Shortage Cost
Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu dibutuhkan. Biaya ini pada dasarnya
Universitas Sumatera Utara
bukan biaya nyata riil, melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan, dimana jika terjadi kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan
menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu, tertundanya kesempatan mendapatkan keuntungan, serta kehilangan
konsumen karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari:
a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi
Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses
produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalti
p
atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan, misalnya:
Rpunit.
b. Waktu Pemenuhan
Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga
waktu yang menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu
yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan, misalnya: Rpsatuan waktu.
c. Biaya pengadaan darurat
Agar konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari
pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya
kekurangan persediaan dengan satuan, misalnya: Rpsetiap kali kekurangan.
Biaya persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel
incremental cost
, sedangkan biaya yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat
fixed
seperti biaya pembelian tidak akan mempengaruhi hasil optimal yang diperoleh sehngga tidak perlu diperhitungkan.
2.1.6 Model-Model Persediaan
Model persediaan akan sangat tergantung kepada sifat bahan atau barang, apakah barang tersebut bersifat permintaan bebas
independent
atau sebagai permintaan terikat
dependent
.
Permintaan independen atas produk atau barang merupakan permintaan yang bebas, dengan pengertian tidak ada keharusan untuk membelinya sebagai kepentingan
proses konversi. Sebagai contoh orang yang akan membeli mobil adalah bebas untuk membeli atau tidak, sama dengan orang akan membeli sepeda motor. Permintaan
dependen adalah permintaan terikat, disebabkan jika bahan atau barang tersebut tidak ada, maka proses konversi suatu perusahaan tidak akan dapat berjalan. Sebagai
contoh, manufaktur mobil membeli plat besi dan komponen untuk merakit mobil, apabila plat besi atau komponen tidak ada, maka proses konversi tidak dapat
dilaksanakan sehingga dikatakan plat besi dan komponen merupakan permintaan dependen dari manufaktur mobil.
Model persediaan dibagi menjadi dua macam, yaitu model persediaan deterministik dan model persediaan probabilistik Taha, 1982
Gambar 2.1 Model-Model Persediaan
Permintaan Deterministik
Probabilistik Statis
Dinamis
Stasioner
Non Stasioner
Universitas Sumatera Utara
1. Model Persediaan Deterministik
Model persediaan deterministik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan pesanan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya. Model ini terdiri
atas dua, yaitu:
a. Deterministik Statis
Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap periode diketahui secara pasti dan bersifat konstan.
b. Deterministik Dinamik
Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap periode diketahui secara pasti, tetapi bervariasi satu periode ke
periode lainnya.
Perkembangan model-model persediaan deterministik diawali dengan pengembangan model EOQ
Economic Order Quantity
. Model ini dapat menentukan jumlah pesanan yang ekonomis, yaitu jumlah pesanan yang memenuhi biaya total
persediaan minimum dengan mempertimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, sehingga diharapkan tidak akan ada kekurangan persediaan. Demikian
halnya dengan model IDQ dan DWP termasuk pada jenis model persediaan deterministik yang berasumsi pada data permintaan, rata-rata produksi serta biaya
setup pada perusahaan juga biaya order pada distributor diketahui secara pasti dan konstan.
2. Model Persediaan Probabilistik
Model persediaan probabilistik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya sehingga
perlu didekati dengan distribusi probabilitas. Model ini terdiri atas dua, yaitu:´
Universitas Sumatera Utara
a. Probabilistik
Stationary
Pada model ini tingkat permintaan bersifat random, dimana
probability density function
dari permintaan tidak di pengaruhi oleh waktu setiap periode.
b. Probabilistik
Nonstationary
Pada model ini tingkat permintaan bersifat random, dimana
probability density function
dari permintaan bervariasi dari satu periode ke periode lainnya
2.2 Model Persediaan Terintegrasi
2.2.1 IDQ
Identical Delivery Quantity
Model atau strategi IDQ adalah dimana jumlah produk sama pada setiap pengirimannya. Asumsi penting dalam mengembangkan model ini adalah perusahaan
harus mengetahui jumlah permintaan dalam suatu periode tertentu, serta biaya pesan dan biaya simpan dari distributor. Model dari nilai optimal total biaya gabungan untuk
strategi IDQ adalah :
∗
= 2 . . ∝. � + 1 1 − + 2
− 1 + �
Keterangan : D : Jumlah permintaan dari distributor pertahun.
S : Biaya produksi pada perusahaan per
set up
Rpunit. : Biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada perusahaan per
tahun Rpunit. α : Perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi.
k : Jumlah pengiriman dari distributor dalam sekali produks. β : Perbandingan biaya penyimpanan persediaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 DWP
Delivery What Produced
Strategi DWP adalah dimana jumlah pengiriman kepada distributor adalah tidak sama pada setiap pengiriman. Pada setiap pengiriman, semua persediaan yang tersedia pada
perusahaan dikirim langsung ke distributor. Nyoman Pujawan,2005. Model dari nilai optimal dari total biaya gabungan untuk strategi DWP sebagai
berikut ;
∗
� = 2 . . + 1 − 1 +
�
2
1 + �
2
1 + 1 −
�
2
Keterangan : D : Jumlah permintaan dari distributor pertahun.
S : Biaya produksi pada perusahaan per
set up
Rpunit. : Biaya penyimpanan persediaan per unit produk pada perusahaan per
tahun Rpunit. α : Perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi.
k : Jumlah pengiriman dari distributor dalam sekali produks. β : Perbandingan biaya penyimpanan persediaan.
γ : Perbandingan antara permintaan dan rata-rata produksi.
2.2.3
Rasio Perbandingan Biaya antara Model Matematis IDQ dan DWP
Untuk dapat menentukan strategi mana yang terbaik maka dilakukan perhitungan rasio biaya yang dirumuskan sebaggai berikut:
=
∗ ∗
� × 100
Apabila nilai R lebih besar dari 100 maka kebijakan persediaan terintegrasi yang dimodelkan dengan model DWP adalah strategi yang lebih baik. Sebaliknya, apabila
nilai R kurang dari 100 maka kebijakan yang dimodelkan dengan IDQ merupakan strategi yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Manajemen Distribusi