1. Fase febris Biasanya demam mendadak tinggi 2-7 hari, disertai muka kemerahan, eritema
kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia, dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farinf dan konjungtiva, anoreksia mual
dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam
dan perdarahan gastrointestinal. 2. Fase kritis
Terjadi pada 3-7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai dengan kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya
berlangsung selama 24-48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.
3. Fase pemulihan Bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke
intravaskuler secara perlahan-lahan pada 48-72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik kembali dan
dieresis membaik.
2.2.1. Nyamuk Sebagai Vektor Penyakit
Nyamuk termasuk kelas Insecta, ordo Diptera dan family Culicidae. Serangga ini kecuali dapat menggangu manusia dan binatang melalui gigitannya, juga dapat
berperan sebagai vektor penyakit pada manusia dan binatang yang penyebabnya terdiri atas berbagai macam parasit Gandahusada, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Di seluruh dunia terdpat lebih dari 2500 spesies nyamuk meskipun sebagian besar dari spesies-spesies nyamuk ini tidak berasosiasi dengan penyakit virus
arbovirus dan penyakit-penyakit lainnya. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vector utama, biasanya adalah Aedes spp., Culex spp., Anopheles spp., dan Mansonia spp
Sembel, 2009. Vektor DD dan DBD di Indonesia adalah nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor utama dan nyamuk Ae. albopictus sebagai vector sekunder
Depkes RI, 2010.
2.2.2. Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD
Sampai saat ini penyebaran dengue masih terpusat di daerah tropis, yaitu Australia Utara bagian timur, Asia Tenggara, India dan sekitarnya, Afrika, Amerika
Latin, dan sebagian Amerika Serikat. Menurut pendapat Gubler 1996 dalam Sembel 2009 mengemukakan bahwa urbanisasi yang cepat, penggunaan bungkus-
bungkus plastik yang nonbiodegra-dable tidak terurai secara biologis, peningkatan perjalanan dan perdagangan, serta kurangnya upaya pengendalian vektor telah
memberi kontribusi terhadap penularan penyakit ini. Para ahli mengemukakan bahwa pemanasan global akan dapat mempercepat
penyebaran demam dengue ke daerah-daerah beriklim dingin. Pemanasan global diprediksikan tidak hanya akan meningkatkan penyebaran nyamuk, tetapi juga akan
membuat ukuran nyamuk menjadi lebih kecil Sembel, 2009. Menurut Siregar 2004, penyebaran penyakit demam berdarah dengue DBD
di daerah perkotaan lebih intensif daripada di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan kepadatan jumlah penduduk di daerah perkotaan. Jarak antara rumah yang satu dan
Universitas Sumatera Utara
yang lain sangat berdekatan sehingga memudahkan nyamuk penular Demam Berdarah Dengue Aedes aegpyti menyebarkan virus dengue dari satu orang ke orang
lain yang ada disekitarnya jarak terbang nyamuk Aedes aegypti tidak lebih dari 100 meter.
2.3. Pengendalian Vektor Nyamuk