Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia

(1)

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI

(Studi Pada Kantor Camat Medan Helvetia)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

DODY SYAHDIANTO 070903033

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Alhamdulillahirabbil’alamin . segala puji hanya milik allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia”.

Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi gelar sarjana serta sebagai wahana untuk mengaktualisasikan diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian, pengumpulan literatur, maupun penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan, arahan, dan motivasi dari semua pihak, sehingga kesulitan dan kendala yang penulis alami dapat teratasi dan karya ilmiah inipun dapat terselesaikan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M. Si, selaku Ketua departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan sebagai


(3)

dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP , selaku Sekretaris Departemen Ilmu Adminstrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen Wali yang telah memberikan arahan dan membimbig penulis selama masa perkuliahan.

4. Untuk Kak Mega, Kak Dian dan juga Bang Arza yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Untuk Dosen – Dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah berperan dalam membimbing dan berbagi ilmu pendidikan.

6. Arrahman Pane S. STP. MAP selaku Camat Medan Helvetia dan juga Bang Awaluddin selaku staf Kecamatan yang telah memberikan izin dan banyak membantu kepada penulis selama masa penelitian.

7. Untuk Para Pegawai Kantor Camat Medan Helvetia yang telah membantu ketika melakukan penelitian dan wawancara seluruh informan yang telah meluangkan waktu.

8. Teristimewa Ucapan Terima kasih sebesar – besarnya kepada kedua orang tua saya Ramsuwadi (Bapak) dan Riyani (Mamak) yang telah memberikan kasih sayang dan mengajari bagaimana santun dalam kehidupan serta nasehat – nasehat yang beliau berikan kepada penulis, Rasa sabar mereka yang berlebih terhadap penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terima Kasih ya Allah engkau telah mengkaruniakan kepadaku kedua orang tua yang hebat dalam hidup ini.


(4)

9. Terima Kasih juga buat kakak Desa Mandasari , abang Dando Suwondo, dan kakak kecil saya Dian juliani, bahagia bisa hidup dan mempunyai orang – orang sekitar seperti kalian. Buat keponakan O’om, Zikri dan juga Saif tanpa disadari kalian juga termasuk pemberi motivasi penulis secara tidak langsung hehe.

10. Terima Kasih Buat Tim Sebelas, Lintang, Fauzy, Boby, Ilham, Afaf, Dewi, Tuti, Tika, Titin, Via. Aku yakin persahabatan kita tidak akan pernah putus, banyak kenangan yang pernah kita lalui bersama dan kata pamungkas “Jangan Pernah Pertanyakan Rasa Kesetiakawananku”

11. Terima Kasih juga buat kawan – kawan Administrasi Negara 2007 lainnya.

12. Buat KAM NEGARA dan juga SPARTA terima kasih udah menjadi wadah bagi aspirasi kepentingan kita.

13. Terima Kasih Buat kawan – kawan PEMA FISIP USU kepemerintahan Ananta Purba, maaf ga bisa disebutin satu persatu.

14. Terima Kasih buat Kawan – Kawan seperjuangan AN 08 dan juga AB 09

15. Terima kasih juga buat adik – adik AN 10 dan AN 11 yang telah menemani penulis selama penyelesaian tugas akhir ini.

16. Buat kawan – kawan rumah Beringin dan juga BERLAND TEAM Mas Erik, Mas Angga, kk Cypoet, Agung, Weli dan yang lainnya. Tanpa kalian mungkin hidup ini akan terasa datar dalam pergaulan, terima kasih atas canda tawa dan motivasinya.

17. Nah, yang terakhir ini mungkin agak panjang dalam perkataan, THANKS A LOT buat Mr. Bambang Hermanto S.Sos yang telah sangat sangat banyak membantu penulis


(5)

dalam penyelesaian pengerjaan tugas akhir ini. Buat si brew Achmad Fauzy Ichsan a.k.a wk makasih udah jadi sahabat ane baik susah maupun senang, Buat Zikri Akbar udah bisalah dikurangin spot jantung itu :D Buat Tino Saragih udah bisa ente nok cepat – cepat tamat dari Fisip.

Medan Juli 2013

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1Latar Belakang ... 1

I.2. Rumusan Masalah ... 6

I.3..Tujuan Penelitian ... 6

I.4..Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Good Governance….………..8

II.1.1. Pengertian Governance ... 8

II.1.2. Pengertian Good Governance. ... 9


(7)

II.1.4 Prinsip-prinsip Good Governance ... 13

1I.2. Efektifitas Kerja ... 17

1I.2.1. Pengukuran Efektivitas Kerja ... 18

II.3. Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja ... 20

II.4.Hipotesis ... 20

II.5 Defenisi Konsep ... 21

II.6 Defenisi Operasional ... 22

II.7 Sistematika Penulisan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

III.1 Bentuk Penelitian ... 26

III.2 Lokasi Penelitian ... 26

III.3 Populasi dan Sampel ... 26

III.3.1 Populasi ... 26

III.3.2.Sampel ... 27

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27

III.5. Teknik Penentuan Skor………. 28

II.6. Teknik Analisis Data………29


(8)

1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Helvetia ... 32

2. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Helvetia ... 33

3. Kependudukan ... 36

4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja ... 42

5. Kepegawain ... 46

6. Dinas/Instansi Kecamatan Medan Helvetia ... 50

BAB V PENYAJIAN DATA ... 51

A. Kriteria Responden ... 51

B. Uraian Kuesioner ... 54

C. Pengukuran Skor ... 72

BAB VI ANALISA DATA... 78

i.Koefisien Korelasi Product Moment ... 78

ii.Koefisien Determinan ... 81

iii.Uji Hipotesis (Uji T) ... 83

BAB VI PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran... 85


(9)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DODY SYAHDIANTO 070903033

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP - PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI (Studi Pada Kantor Camat Medan Helvetia)

Good governance merupakan acuan dasar bagi setiap pelayan publik dalam menjalankan tujuan dan fungsi dari pelayan publik itu sendiri. Diharapkan dengan adanya prinsip – prinsip

good governance dapat meningkatkan kualitas dari pelayan publi sehingga masyarakat sebagai objek dari pelayanan tadi dapat mendapatkan pelayanan yang baik dan maksimal dari setiap pelayan publik.

Lokasi penelitian ini adalah Kantor Camat Medan Helvetia yang terletak di Jalan Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah± 1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2 penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah populasi sebanyak 25 orang yang meliputi keseluruhan pegawai yang ada di kantor Camat Medan Helvetia. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.

Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,505 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 2,80 dimana adanya

hubungan antara penerapan prinsip - prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai.


(10)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DODY SYAHDIANTO 070903033

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP - PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI (Studi Pada Kantor Camat Medan Helvetia)

Good governance merupakan acuan dasar bagi setiap pelayan publik dalam menjalankan tujuan dan fungsi dari pelayan publik itu sendiri. Diharapkan dengan adanya prinsip – prinsip

good governance dapat meningkatkan kualitas dari pelayan publi sehingga masyarakat sebagai objek dari pelayanan tadi dapat mendapatkan pelayanan yang baik dan maksimal dari setiap pelayan publik.

Lokasi penelitian ini adalah Kantor Camat Medan Helvetia yang terletak di Jalan Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah± 1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2 penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah populasi sebanyak 25 orang yang meliputi keseluruhan pegawai yang ada di kantor Camat Medan Helvetia. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.

Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,505 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 2,80 dimana adanya

hubungan antara penerapan prinsip - prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 yang dimulai pelaksanaannya pada tanggal 1 Januari 2001 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, membawa implikasi bahwa pemerintah daerah dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota diberikan wewenang yang luas untuk mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Sehingga pemerintah daerah harus mendorong terciptanya prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) dengan melakukan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD melalui prinsip demokrasi, peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemerataan ekonomi dan kesejahteraan, keadilan sosial dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia. Dalam hal ini tujuannya adalah agar daerah otonom lebih mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara adil dan merata, taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta terbukanya kesempatan kerja. Untuk itu Pemerintah daerah (kabupaten/kota) hendaknya dapat mengefektifkan kinerjanya guna menyelenggarakan ketatapemerintahan yang baik (good governance) serta memberikan pelayanan publik yang berkualitas.

Dampak pelaksanaan otonomi daerah sangat besar karena pelimpahan kewenangan pada pemerintahan daerah dapat memberikan keleluasaan untuk melaksanakan pembangunan daerah sesuai dengan karakteristik serta permasalahan daerah yang bersangkutan. Hal ini juga dikuatkan oleh PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan wajib dan pilihan yang akan


(12)

memberika kawalan untuk mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah.

Hakikat otonomi daerah pada dasarnya adalah bagaimana mendekatkan ke pemerintahan serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan yang sudah diberikan kepada daerah itu menjadi urusan dan tanggung jawab pemerintah daerah yang bersangkutan. Masyarakat tidak lagi hanya menyesuaikan kepada pelayanan yang akan dibuat oleh pemerintah akan tetapi mereka diharapkan dapat sekaligus ikut dalam proses penetapan perencanaan pembangunan dan bagaimana pembangunan itu akan dilakukan, masyarakat juga harus diberikan akses dalam menilai serta mengawal bagaimana pelayanan pemerintah itu dilakukan serta bagaimana ditingkatkan. Dalam hal ini hubungan pemerintah dengan masyarakat tidak lagi seperti hubungan top-down tetapi menjadi suatu hubungan yang bersifat partnership. Untuk ini perlulah penguatan institusi pemerintah daerah dalam hal ini kelembagaan dan kapasitas institusi pemerintah daerah.

Pada saat krisis terjadi, ada wacana yang menyebutkan bahwa asal muasal krisis adalah kurangnya kualitas “governasi” atau governance kita. Baik di sektor pemerintah maupun di sektor bisnis. Bertolak dari proses reformasi 1998 yang menginginkan suatu perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan yang lebih tr ansparan, berkeadilan dan akuntabel, maka tuntutan akan adanya pemerintahan yang baik (good governance) menjadi relevan berhubungan satu dengan yang lainnya. Tujuan reformasi untuk penguatan peran masyarakat dengan penerapan demokrasi rakyat tidak tercapai jika tidak didukung oleh suatu pemerintahan yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.


(13)

Dalam waktu terakhir ini, telah terjadi perubahan paradigma organisasi dalam berbagai aspek, dari segi manajemen perubahan, dari organisasi yang bersifat sentralisasi ke organisasi yang bersifat desentralisasi, gaya kerja organisasi yang kaku berubah menjadi lebih fleksibel, kekuatan organisasi yang sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi kini bergeser pada kemampuan organisasi untuk mengadaptasi perubahan. Faktor politik yang mempengaruhi perubahan peran organisasi dalam hal ini dimana organisasi publik menuntut penerapan Good Governance. Good governance dimaksud adalah merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good and service

disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan) sedangkan praktek terbaiknya adalah “good governance” (kepemerintahan yang baik).

Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance. Dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance, diharapkan dalam menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep good governance harus ada dukungan komitmen dari semua pihak yaitu negara (state)/pemerintah (government), swasta (private) dan masyarakat (society). Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas, profesional dan etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian penerapan good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara merupakan tantangan tersendiri. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan Negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab serta bebas KKN.


(14)

Efektivitas kerja yang didefinisikan sebagai penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya dimana selama dipengaruhi pikirannya, tenaga, cara yang paling cepat (waktu) serta kondisi ruangan yang dapat mendukung semangat kerja pegawai. Dengan adanya standar manajemen dapat merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja agar hasil akhir memuaskan pada pihak-pihak yang mendapat pelayanan. Dengan semakin efektifnya kerja para pegawai dapat menjadikan organisasi semakin tangguh mencapai tujuannya dan berbagai sasarannya. Dengan adanya manajemen suatu organisasi semakin mampu berperan dengan tingkat efektivitas yang tinggi. Oleh karena itu tanpa manusia dalam suatu organisasi maka tujuan organisasi yang telah ditentukan tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya manusia merupakan salah satu unsur organisasi yang paling dinamis, artinya menginginkan perubahan, dengan demikian kedudukan manusia dalam organisasi tidak dapat disamakan dengan unsur-unsur lain. Sehingga dalam organisasi pengelolaan manusia sebagai sumber daya organisasi agar memiliki kemampuan untuk mewujudkan good governance dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance yang diantaranya adalah akuntabilitas, transparansi, fairness atau keadilan, responsivitas atau ketanggapan.

Seiring dengan banyaknya keluhan masyarakat terkait dengan kurangnya efektivitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintahan seharusnya menjadi dasar kepada penggunaan system pemerintahan yang lebih menunjang dalam meningkatat efektifitas kerja dari pegawai itu sendiri dalam hal memberikan pelayanan publik kepada setiap masyarakat. Seperti misalnya pada pelayanan identitas masyarakat yang dilakukan di Kantor Camat, baik itu Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan pengurusan identitas lainnya.

Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari Kecamatan Medan


(15)

Sunggal. Sebelum menjadi kecamatan defenitif terlebih dahulu melalui proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991 tanggal 05 Pebruari 1991 dan Keputusan Walikota Medan Nomor : 138/595/SK/1991 tanggal 20 Maret 1991 dirubah namanya menjadi Perwakilan Kecamatan Medan Helvetiadan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991 didevinitifkan menjadi kecamatan Medan Helvetia yang diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1991 yang terdiri atas 7 (tujuh) Kelurahan yaitu : Kelurahan Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwi Kora, Cinta Damai, Tanjung Gusta dan Sei Sikambing C-II.

Tentunya tujuan dari pembentukan kecamatan Medan Helvetia guna lebih memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Untuk melakukan hal tersebut tentunya harus memiliki visi yang jelas agar tujuannya dapat tercapai dengan maksimal. Cara pandang jauh kedepan, kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan oleh Kantor Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Penetapan visi mencerminkan apa yang ingin dicapai, memberikan arah dan fokus strategis yang jelas, berorientasi terhadap masa depan dan selanjutnya diharapkan mampu menumbuhkan komitmen dilingkungan kantor Kecamatan Medan Helvetia.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disebutkan bahwa good governance akan tercapai apabila setiap organisasi dan orang-orang didalamnya selalu menerapkan prinsip-prinsip good governance. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pelaksanaan


(16)

dengan judul : “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Kantor Camat Medan Helvetia Kota Medan)”

1.2 Rumusan Masalah

Menurut Arikunto (1998 : 17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan suatu penelitian.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah: “Apakah Ada Pengaruh Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance

terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Camat Medan Helvetia Kota Medan)?”

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance di Kantor Camat Medan Helvetia.

2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia.


(17)

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang menggunakannya.

3. Secara Praktis, bagi Kantor Camat Medan Helveia, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan sumbangsih pemikiran, informasi dan saran.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Good Governance

II.1.1 Pengertian Governance

Konsep governance bukanlah konsep baru, konsep governance sama luasnya dengan peradaban manusia, salah satu pembahasan tentang good governance dapat ditelusuri dari tulisan J.S Endarlin (Setyawan, 2004:223) governance merupakan suatu terminologi yang digunakan untuk mengganti istilah government, yang menunjuk penggunaan otoritas politik, ekonomi dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah kenegaraan.

Governance yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencangkup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutamakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.

Defenisi lain menyebutkan governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan social yang melibatkan pengaruh sector negara dan sector non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Defenisi ini mengasumsikan banyak aktor yang terlibat dimana tidak ada yang sangat dominan yang menentukan gerak aktor lain. Pesan pertama dari terminology

governance membantah pemahaman formal tentang berkerjanya institusi-institusi negara.

Governance mengakui bahwa didalam masyarakat terdapat banyak pusat pengambilan keputusan yang berkerja pada tingkat yang berbeda (Winarno, 2002:122).


(19)

Governance sebagai proses pengambilan keputusan dan proses yang mana keputusan itu diimplementasikan, maka analisis governance difokuskan pada faktor-faktor formal dan informal yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan implementasinya serta struktur formal dan informal yang disususun untuk mendatangkan implementasi keputusan.. Governance dapat digunakan dalam beberapa konteks seperti coorporate governance, international governance, national governance dan local governance (Mardiasmo, 2002:14).

Menurut Kooiman (Setyawan, 2004 : 224) mengatakan governance merupakan serangkaian proses interaksi social politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Governance merupakan mekanisme-mekanisme, proses-proses dan institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan mereka serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka (Setyawan, 2004:12). Dalam konteks ini governance memeiliki hakikat yang sesuai yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi serta dengan pengakuan hak berlandaskan pada pemerintahan hukum

II.1.2 Pengertian Good Governance

Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu Gubernare yang diserap oleh bahasa inggris menjadi govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan), direct

(mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan.

Governance pada dasarnya pertama kali digunakan adalah di dunia usaha atau korporat. Manajemen professional yang diperkenalkan pasca perang dunia II dengan prinsip dasar


(20)

“memisahkan kepemilikan dengan kepengelolaan” benar-benar menjadikan setiap korporat menjadi usaha-usaha yang besar, sehat dan menguntungkan. Gerakan ini dimulai secara besar-besaran di Amerika, khususnya setelah para titians entrepreneur mengalami kegagalan besar mempertahankan kebesaran untuk mempertahankan bisnisnya. Salah satu contohnya adalah Henry Ford II gagal mempertahankan kebesaran bisnisnya karena ia tidak mengenal manajemen professional.

Good Governance sebagai suatu bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut sebagai adminstrasi pembangunan, yang menempatkan peran pemerintah sentral yang menjadi

Agent of change dari suatu masyarakat berkembang/developing di dalam Negara berkembang.

Agent of change karena perubahan yang dikehendakinya, menjadi planned change (perubahan yang berencana), maka disebut juga Agent of Development. Agent of Development diartikan sebagai pendorong proses pembangunan dan perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program, proyek-proyek, dan peran perencanaan dalam anggaran.

Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab (2002:34) menyebut Good Governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun Administrative, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan Good Governance sebagai hubungan sinergis dan konsturktif diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat.


(21)

Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan (2005:114), mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggungjawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administrasi. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP, disebutkan : Tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka. Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan masyarakat.

Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan bahwa suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi pembangunan masyarakat yang solid dan bertanggung jawab secara efektif melalui pembuatan peraturan dan kebijakan yang absah dan yang merujuk pada kesejahteraan rakyat, pengambilan keputusan, serta tata laksana pelaksanaan kebijakan.

Pengertian good governance diatas merupakan suatu pemahaman atau pijakan dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Good governance sebenarnya mempunyai makna sebagai kepengelolaannya atau kepengarahannya yang baik bukan kepemerintahan yang baik. Memang pemahaman ini mempunyai perbedaan dengan pemahaman dasar di lingkungan kita selama ini, antara lain yang diperkenalkan oleh lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawaasn Keuangan dan Pembangunan.


(22)

O’Brien (Nugroho:2005:142) mendefinisikan Good Governance adalah penjumlahan dari cara-cara dimana individu-individu dan institusi-institusi baik privat maupun public mengelola urusan-urusan bersamanya.

II..1.3 Aspek-Aspek Good Governance

Good Governance menurut definisi dari World Bank dalam Kurniawan (2005:14), adalah

“The way state power is used in managing economic and social resources for development and society”. Sementara UNDP mendefinisikan sebagai “The exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nations affair at all levels”. Dari pengertian tersebut, secara fungsional aspek-aspek good governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan, atau justru sebaliknya dimana pemerintahan tidak berfungsi secara efektif dan terjadi in efisiensi.

Berdasarkan definisi terakhir ini, governance mempunyai tiga kaki (three legs), yaitu:

1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan (decision making processes) yang memfasilitasi terhadap equity, poverty dan quality of live.

2. Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan. 3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.

Dari aspek pemerintah (governance), good governance dapat dilihat melalui aspek:

1. Hukum/kebijakan ditujukan pada perlindungan kebebasan sosial, politik dan ekonomi. 2. Administrative competence and tranparency. Kemampuan membuat perencanaan dan

melakukan implementasi secara efisien, kemampuan melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin dan model administrasi serta keterbukaan informasi.


(23)

3. Desentralisasi. Desentralisasi regional dan dekosentrasi di dalam departemen.

4. Penciptaan pasar yang kompetitif. Penyempurnaan mekanisme pasar, peningkatan peran pengusaha kecil dan segmen lain dalam sektor swasta, deregulasi, dan kemampuan pemerintah dalam mengelola kebijakan makro ekonomi.

II.1.4 Prinsip-Prinsip Good Governance

Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tangkilisan (116) adalah bahwa Negara merupakan institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.

Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan

Good Corporate Governance. Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance Corporate adalah: transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas.

Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkan bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala Negara prinsip-prinsip tersebut lebih luas menurut


(24)

UNDP melalui LAN yang dikutip Tangkilisan (115) menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan pokok karakteristik Good Governance, yaitu:

1. Partisipasi (Participation)

Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif

2. Penerapan Hukum (Fairness).

Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.

3. Transparansi (Transparency)

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

4. Responsivitas (Responsiveness)

Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus mencoba untuk melayani setiap

stakeholders.

5. Orientasi (Consensus Oreintation)

Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.


(25)

6. Keadilan (Equity)

Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di dalam pemerintahan.

7. Efektivitas (Effectivness)

Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.

8. Akuntabilitas (Acoountability)

Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat sipil (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

9. Strategi visi (Strategic vision)

Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.

10.Saling keterkaitan

Bawa keseluruhan ciri good governance tersebut diatas adalah saling memperkuat dan saling terkait dan tidak berdiri sendiri. Misalnya, informasi semakin mudah diakses berarti transparasi semakin baik, tingkat partisipasi akan semakin luas, dan proses pengambilan keputusan akan semakin efektif. Partisipasi yang semakin luas akan berkontribusi kepada dua hal, yaitu terhadap pertukaran informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan dan memperkuat keabsahan atau legitimasi atas berbagai


(26)

keputusan yang ditetapkan. Tingkat legitimasi keputusan yang kuat pada gilirannya akan mendorong efektifitas pelaksanaanya. Kelembagaan yang responsive harus transparan dan berfungsi sesuai dengan aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku agar keberfungsiannya itu dapat bernilai dan berkeadilan.

Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.

Good governance berkenaan dengan masalah bagaimana suatu organisasi ditata dan bagaimana tatanaan tersebut berproses jadi prinsipnya adalah implementasi sudah sesuai dengan rencana, apakah hasil yang diperoleh benar-benar bermanfaat bagi masyarakat (Winarno, 2002:53).

Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai kualifikasi profesional mengarah kepada kinerja SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada dalam organisasi publik sehingga dalam penyelenggaraan good governance didasarkan pada kinerja organisasi publik yaitu responsivitas (responsivinies), responsibilitas (responsibility), dan akuntabilitas (accountability ).

Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan mandat, wewenang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah ke-delapan dari Good Governance adalah membangun the professional government, bukan dalam arti pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan


(27)

yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.

Agenda selanjutnya adalah good governance sebuah upaya baik untuk meningkatkan pemerintah disetiap tingkat, namun demikian, harus disadari tujuan dari good governance untuk menjalankan pekerjaan pemerintah yang baik yang bersih berdasarkan hukum yang berlaku agar tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan dalam pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

II.2 Efektivitas Kerja

Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu: ”effective” yang berarti berhasil ditaati, mengesahkan, mujarab dan mujur. Dari sederet arti diatas, yang paling tepat adalah berhasil dengan baik. Jika seseorang dapat bekerja dengan baik maka ia dapat dikatakan bekerja dengan efektif. Amin Tunggul Widjaya (1993:32) mengemukakan: “Efektivitas adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan, melakukan sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan”. Selanjutnya Permata Wesha (1992:148) mengatakan : Efektivitas adalah keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan hasil yang diharapkan. Untuk melihat Efektivitas kerja, pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan pertimbangan sosial.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan kerja yang ditetapkan. Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu sesuai yang telah diharapkan, artinya pelaksanaan suatu


(28)

tugas ditandai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakannya, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu. Hal ini lebih menekankan pada penyelesaian tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Sarwoto (1990:126) mengistilahkan efektivitas dengan “berhasil guna”, yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dalam pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Efektivitas kerja berhubungan dengan hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah efektivitas kerja tidak dapat dipisahkan dengan efisiensi kerja. Efisiensi kerja berhubungan dengan biaya, tenaga, mutu dan pemikiran. Jadi efektivitas kerja adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau efektivitas kerja juga dapat diartikan dengan hasil guna penekannya pada efeknya, atau hasil tanpa perlu memperdulikan pengorbanan yang perlu diberikan oleh hasil tersebut.

II.2.1 Pengukuran Efektivitas Kerja

Pada dasarnya Efektifitas kerja dimaksudkan untuk mengukur hasil pekerjaan yang dicapai sesuai dengan rencana, sesuai dengan kebijaksanaan atau dengan kata lain mencapai tujuan, maka hal itu dikatakan efektif. Nilai efektivitas pada dasarnya ditentukan oleh tercapainya tujuan organisasi serta faktor kesesuaian dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Jadi Efektifitas kerja pada tiap-tiap organisasi akan berbeda-beda antara organisasi satu dengan organisasi yang lainnya, tergantung pada jenis dan sifat dari organisasi yang bersangkutan.


(29)

Menurut Campel yang dikutip Richard M, Steers (1998:45)untuk mengukur Efektifitas kerja, ada beberapa variabel yang biasa dipergunakan, yaitu:

1. Kesiagaan

Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa organisasi mampu menyelesaikan sebuah tugas khusus jika diminta.

2. Kemangkiran

Frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan pada saat jam kerja. 3. Motivasi

Kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan.

4. Kepuasan kerja

Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa dihargai karena pekerjaan mereka. 5. Beban Pekerjaaan

Beban pekerjaan yang diberikan pimpinan kepada bawahan sesuai dengan kemampuan seseorang dan sesuai dengan jumlah kelompok mereka.

6. Waktu menyelesaikan tugas

Waktu merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat penting sebab dapat dilihat apakah waktu yang digunakan suatu organisasi sudah dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh setiap anggota berorganisasi.


(30)

II.3 Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja

Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi publik menyangkut pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama, yaitu untuk menciptakan suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efisiensi, pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif. Dengan pengertian lain Good Governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintah seperti organisasi publik pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang mencakup kepemimpinan, struktur organisasi dan sumber daya manusianya.

Berdasarkan kajian teoritis, diindikasikan bahwa apabila pemimpin organisasi publik, struktur organisasi dan sumber daya manusianya memahami dan menerapkan good governance

dalam melaksanakan tugasnya, maka akan tercipta prinsip Good Governance yang berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai dari organisasi itu sendiri.

II.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2005:70) menyebutkan “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dan harus diuji kebenarannya melalui pengujian hipotesis.


(31)

1. Hipotesis Nihil (Ho):

“Tidak ada pengaruh positif antara pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance dan efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia”.

2. Hipotesis Alternatif (Ha):

“Ada pengaruh positif antara pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance dan efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia”.

II.5 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun, konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu sama lainnya.

Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari peneliti ini adalah:

1. Prinsip-prinsip Good Governance, adalah suatu karakteristik atau ukuran pokok dari pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

2. Efektivitas Kerja pegawai, adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai yang telah diharapkan, dimana pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakannya, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.


(32)

II.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel diukur. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni satu variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi dan satu variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi.

1. Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah Penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yang dimana penulis hanya mengambil 5 indikator dari prinsip-prinsip good governance yaitu:

a. Akuntabilitas.

yaitu terukurnya kinerja, sumber daya dan kewenangan yang digunakan oleh Kantor Camat Medan Helvetia.

b. Transparansi atau keterbukaan

yaitu keterbukaan informasi kepada masyarakat terkait seluruh kegiatan Kantor Camat Medan Helvetia.

2. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Efektivitas Kerja Pegawai, yaitu pencapaian atau hasil kinerja dengan tingkat prestasi yang ditunjukkan pegawai. Efektivitas kerja pegawai dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:

Menurut Campel yang dikutip Steers untuk mengukur efektivitas kerja ada beberapa variabel yang bisa digunakan, yaitu:

a. Kesiagaan

Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa organisasi mampu menyelesaikan sebuah tugas khusus jika diminta.


(33)

b. Kemangkiran

yaitu frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan pada saat jam kerja.

c. Semangat kerja

yaitu kecenderungan anggota kerja organisasi berusaha lebih keras mencapai sasaran organisasi termasuk perasaan terikat. Semangat kerja adalah gejala kelompok yang melibatkan kerja sama dan perasaan memiliki.

d. Motivasi

yaitu kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan.

e. Kepuasan kerja

yaitu tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa dihargai karena pekerjaan mereka.

f. Keahlian dan fasilitas yang tersedia

yaitu kemampuan pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan fasilitas yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaannya.


(34)

yaitu merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat penting sebab dapat dilihat apakah waktu yang digunakan suatu organisasi sudah dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh setiap anggota berorganisasi.

II.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secar singkat dapat diketahui sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional dan systematika penulisan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan Sample teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik Analisis data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang relefan dengan topik penelitian .


(35)

BAB V PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB VI ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.

BAB VII PENUTUP


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang penulis gunakan adalah bentuk penelitian korelasional, yaitu penelitian yang tujuannya adalah untuk melihat apakah ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dan untuk memperkuat hipotesis tersebut, maka penulis menggunakan analisis kuantitatif sehingga diharapkan dapat menjelaskan apakah ada pengaruh pelaksanaan

Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia.

III.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kantor Camat Medan Helvetia yang terletak di Jalan Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah± 1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2.

III.3 Populasi dan Sampel III.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf pegawai Kantor Camat Medan Helvetia yang berjumlah 25 orang.


(37)

III.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai refresentatif dari seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi.

Menurut Arikunto, bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasi lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10-15 persen atau 20-25 persen sampel atau lebih.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, dimana dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara yang dilakukan adalah:

a) Angket (kuesioner), yaitu mengajukan pertanyaan secara tertutup yang disebarkan kepada pegawai Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.

b) Metode wawancara(interview), yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan memiliki relevansi terhadap masalah penelitian. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang diperoleh dari: a) Penelitian kepustakaan yang bersumber dari buku-buku.

b) Dokumentasi dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.


(38)

III.5 Teknik Penentuan Skor

Untuk menganalisa data yang diperoleh, dianalisis dengan analisis kuantitatif dengan melihat korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Teknik penentuan skor dalam penelitian ini adalah dengan memakai skala ordinat untuk menilai secara umum jawaban dari angket. Adapun penentuan skor adalah:

− Jawaban a diberi skor 5 − Jawaban b diberi skor 4 − Jawaban c diberi skor 3 − Jawaban d diberi skor 2 − Jawaban e diberi skor 1

Untuk penentuan klasifikasi jawaban variable didasarkan atas skala interval dengan terlebih dahulu menghitung panjang kelas (p) yang ditentukan dengan:

s banyakkela

g ren

p= tan ….

Rentang = skor maksimum – skor minimum

5 1 5−

=

p

8 , 0 = p

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel, yaitu:


(39)

Kategori jawaban responden

Kategori Nilai

Sangat Tinggi 4,24 - 5,00

Tinggi 3,43 – 4,23

Sedang 2,62 – 3,42

Rendah 1,81 – 2,61

Sangat Rendah 1,00 – 1,80

III.6 Teknik Analisa Data

III.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara variable digunakan analisis korelasi

Product Moment sebagaiman disebutkan Sugiyono dengan rumus sebagai berikut:

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

− − − = Y Y n X X n Y X XY n r Keterangan :

r = Koefisien korelasi antara X dan Y


(40)

Y = Skor Variabel terikat (Efektifitas Kerja)

n = Jumlah Responden

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka sebagai berikut:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,00

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

Dengan nilai r yang diperoleh, maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila nilai r tersebut signifikan, artinya hipotesis alternatif (Ha) diterima.

III.6.2 Koefisien Determinan

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya hubungan variable bebas dengan variable terikat, maka digunakan uji determinasi (D) dimana :


(41)

( )

r 2x100%

D= xy

Keterangan:

D = Koefisien Determinan

r = Koefisien korelasi Product Moment antara X dan Y

III.6.3 Uji “t”

Untuk menguji keberartian koefisien antara variable, digunakan uji statistic t dengan rumus:

2

1 2

r n r t

− − =

(Sutrisno hadi,2001:365) Kriteria pengujian adalah:

- jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis alternatif ditolak. - jika harga t hitung > t tabel maka hipotesis alternatif diterima.


(42)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN MEDAN HELVETIA 1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Helvetia

Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan memiliki luas 1.156,147 Hadanmerupakan pecahan dari Kecamatan Medan Sunggal.

Sebelum menjadi kecamatan defenitif terlebih dahulu melalui proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991 tanggal 05 Pebruari 1991 dan Keputusan Walikota Medan Nomor : 138/595/SK/1991 tanggal 20 Maret 1991 dirubah namanya menjadi Perwakilan Kecamatan Medan Helvetiadan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991 didevinitifkan menjadi kecamatan Medan Helvetia yang diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1991 yang terdiri atas 7 (tujuh) Kelurahan yaitu : Kelurahan Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwi Kora, Cinta Damai, Tanjung Gusta dan Sei Sikambing C-II.

Adapun kantornya telah menempati bangunan permanen yang terletak di Jalan Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah± 1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2 dan dibangun atas bantuan partisipasi pihak ketiga/masyarakat yang diresmikan pemakaiannya pada tanggal 04 Juni 1992.


(43)

Sejak terbentuknya Perwakilan Kecamatan Medan Helvetia dari tahun 1991 sampai sekarang, wilayah ini telah dipimpin oleh beberapa Camat. Daftar nama Camat yang pernah memimpin di Kecamatan Medan Helvetia sejak mulai terbentuk hingga sekarang adalah :

Tabel 1

Nama Camat yang Memimpin Kecamatan Medan Helvetia Dari Tahun 1991 - Sekarang

No Nama Pejabat Masa Bakti

1 NURHANA SIAGIAN BA 1991 – 1997

2 Drs. ZAINAL AZHAR 1997 – 2001

3 Drs. SAID CHAIDIR 2001 – 2003

4 Dra. SITI MAHRANI HASIBUAN 2003 – Desember 2009 5 M. REZA HANAFI S.STP.M.AP 2009 –2012 6 ARRAHMAAN PANE, S.STP. MAP 2012 - SEKARANG

2. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Helvetia

Wilayah-wilayah yang berdekatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Helvetia adalah :


(44)

- Sebelah Utara : Kecamatan Sunggal Kab Deli Serdang - Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Sunggal

- Sebelah Timur : Kecamatan Medan Barat dan Medan Petisah - Sebelah Barat :Kecamatan Sunggal Kab Deli Serdang

Kecamatan Medan Helvetia terbagi menjadi 7 (tujuh) Kelurahan dan 88 lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Adapun luas wilayah Kecamatan Medan Helvetia adalah 1.156,147 Ha.


(45)

Berikut ini kami tampilkan Tabel Kelurahan, Lurah, Luas Lahan dan Jumlah Lingkungan di Kecamatan Medan Helvetia hingga saat ini, yaitu:

Tabel 2

Nama Kelurahan, Lurah, Luas Lahan dan Jumlah Kepala Lingkungan Di Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011

No Kelurahan Nama Lurah

Luas wilayah

(Ha)

Lingkungan

1 Helvetia SYARIFUDDIN S, S.Sos 125 12

2 Helvetia Tengah IRFAN JAMAL ZEBUA, SE 150 22

3 Helvetia Timur ANDRY FEBRIANSYAH, S.STP, MAP 182,25 13

4 Tanjung Gusta RISWAN SIHOMBING 220 7

5 Cinta Damai RANTO NAINGGOLAN 180 8

6 Dwi Kora IRFAN ABDILLA, S.STP 200 12

7 Sei Sikambing C-II HALOMOAN PANGARIBUAN, SE 98,90 14


(46)

Salah satu faktor penting di wilayah Kecamatan Medan Helvetia secara geografis juga berbatasan dengan wilayah Kabupaten Deli Serdang dan ini adalah letak yang sangat strategis yaitu merupakan pintu masuk dan keluar dari wilayah Deli Serdang maupun Kota Binjai.

3. Kependudukan

Data penduduk merupakan salah satu data pokok dalam perencanaan pembangunan karena penduduk merupakan objek dan subjek dalam pembangunan.

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Sesuai dengan hasil registrasi penduduk Kelurahan Tahun 2008 ada kenaikan jumlah penduduk di Kecamatan Medan Helvetia dari tahun – tahun sebelumnya. Pada bulan Desember tahun 2012 jumlah penduduk yang teregritasi berjumlah 191,475 jiwa yang terdiri dari laki-laki 96,060jiwa dan perempuan 95,415 jiwa

0 50 100 150 200 250

125

182.25

182 180

200

98.98

99

L

u

as (

H

a)


(47)

Berikut ini grafik perkembangan penduduk Kecamatan Medan Helvetia dari Tahun 2008, 2009, 2010, dan 2012.

140.000 150.000 160.000 170.000 180.000 190.000 200.000

2009 2010 2011 2012 163.279 172.671 183.127 191475 J uml a h

Grafik Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2008 - 2012

No Nama Wilayah Jumlah Pemilik Kartu

Keluarga

Jumlah Anggota Kartu Keluarga

Wil. Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

03 MEDAN HELVETIA

1001 HELVETIA 3,995 990 4,985 10,450 10,668 21,118 1002 HELVETIA TENGAH 8,017 1,951 9,968 20,759 20,974 41,733 1003 HELVETIA TIMUR 6,286 1,084 7,370 15,491 15,205 30,696 1004 TANJUNG GUSTA 5,570 889 6,459 14,324 13,898 28,222


(48)

Tabel 3

Keadaan Penduduk Kecamatan Medan HelvetiaTAHUN 2012

Sumber : data Kecamatan Medan Helvetia

95415 96060 Perempuan Laki-laki 1005 CINTA DAMAI 4,745 917 5,662 12,354 12,259 24,613 1006 DWIKORA 5,614 970 6,584 13,752 13,708 27,460 1007

SEI SIKAMBING C II

3,605 754 4,359 8,930 8,703 17,633

Total Per Kecamatan

37,832 7,555 45,387 96,060 95,415 191,475


(49)

b. Tenaga Kerja

Berikut ini grafik jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Medan Helvetia pada tahun 2012.

c. Agama

Mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Helvetia ini pada tahun 2012.

Islam berjumlah 125.518 jiwa (65,47%),

Protestan 54.415 jiwa (28,51%),

Katolik 6.352 jiwa (3,46%),

Hindu 516 jiwa (0,26%),

Budha 3.771 jiwa (2.31%),

0,24% 8,95%

35,69% 0,12%

0,29%

0,16% 54,55%


(50)

Berikut ini Grafik persentase penduduk berdasarkan agama di Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2012.

Kecamatan / Kelurahan Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghuchu Aliran

Kepercayaan

MEDAN HELVETIA

HELVETIA 12394 7952 726 12 34 0 0

HELVETIA TENGAH

23960 15809 1662 45 257 0 0

HELVETIA TIMUR

21712 7196 712 56 1020 0 0

TANJUNG GUSTA

20225 7201 694 54 48 0 0

CINTA DAMAI

11068 10176 1365 114 1890 0 0

DWIKORA 21310 4385 820 53 892 0 0

SEI

SIKAMBING C II

14849 1696 373 182 533 0 0

Jumlah per Kecamatan

125518 54415 6352 516 4674 0 0


(51)

Fasilitas Rumah Ibadah di Kecamatan Medan Helvetia

Tahun 2012

No Rumah Ibadah Jumlah Keterangan

1 MESJID 51

2 MUSHOLLA 20

3 GEREJA 31

4 PURA -

JUMLAH 102

Islam

Protestan

Katolik

Hindu


(52)

d. Etnis

Penduduk Kecamatan Medan Helvetia cukup heterogen, terbukti dengan banyaknya suku/etnis yang hidup dan tinggal di wilayah Kecamatan Medan Helvetia ini. Adapun suku bangsa yang terbesar adalah :

Suku Jawa dengan jumlah 56.267 jiwa (34.42%), Suku Tapanuli Utara 42952 jiwa (26,28%), Suku Mandailing 14813 jiwa (9,06 %), Suku Melayu 12876 jiwa ( 7,88 %), Suku Karo 10511 jiwa (6,43 %),

Suku Aceh 8899 jiwa (5,44 %),

Suku Minang 8745 jiwa (5,35 %), Suku Dairi 3780 jiwa (2.31 %), dansuku lainnya sebesar 2.82%.

4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Di dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, Camat Kecamatan Medan Helvetia selalu berpedoman kepada Tugas dan Fungsi serta Visi dan Misi yang ada.

a. Tugas Pokok dan Fungsi

Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 5.


(53)

Camat mempunyai fungsi :

1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum. 3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan. 4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan.

6. Membina penyelenggaraan pemerintahan kelurahan.

7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan kelurahan.

8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Visi dan Misi Visi

Visi adalah cara pandang jauh kedepan, kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan oleh Kantor Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Penetapan visi mencerminkan apa yang ingin dicapai, memberikan arah dan fokus strategis yang jelas, berorientasi terhadap masa depan dan selanjutnya diharapkan mampu menumbuhkan komitmen dilingkungan kantor Kecamatan Medan Helvetia.

Dengan berpedoman pada visi RPJMD Pemko Medan 2011-2015dan memperhatikan tugas pokok dan fungsi Kecamatan Medan Helvetiadalam


(54)

mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan tahun 2011-2015, maka visi Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011-2015 ditetapkan sebagai berikut:

MEWUJUDKAN KECAMATAN MEDAN HELVETIA SEBAGAI MINIATUR KOTA MEDAN YANG BERDAYA SAING, NYAMAN, PEDULI, DAN SEJAHTERA

Miniatur Kota Medan yang berdaya saing, nyaman, peduli, dan sejahtera mengandung makna bahwa seluruh masyarakat Medan Helvetia mampu menghadapi tantangan globalisasi di tengah-tengah masyarakat luas serta mampu menciptakan kenyamanan lingkungan sekitarnya walaupun masyarakat Kecamatan Medan Helvetia terdiri dari berbagai macam ragam suku etnis dan agama serta tingginya kepedulian kepada sesama tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya sehingga tercipta kesejahteraan di tengah-tengah masyarakat Kecamatan Medan Helvetia.

• Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh organisasi, sesuai visi yang telah ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.Untuk mencapai visi tersebut di atas, maka Kecamatan Medan Helvetiamenjabarkannya dalam beberapa Misi yang akan dilaksanakan selama periode Renstra Tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Pelayanan prima kepada masyarakat.


(55)

• Tujuan Dan Sasaran Kecamatan Medan Helvetia

Dengan memperhatikan Visi dan Misi Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011-2015, tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang adalah sebagai berikut:

1. MisiPertama:Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat. Dengan tujuan :

a. Meningkatkan Kualitas pelayanan administrasi Pemerintahan bagi masyarakat kecamatan Medan Helvetiadengan sasaran :

Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja aparatur pelayanan publik di Kelurahan dan Kecamatan Medan Helvetia.

b. Meningkatkan SDM Aparatur Pelayanan Publik dengan sasaran:

Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur pelayanan publik di Kelurahan dan Kecamatan Medan Helvetia.

c. Meningkatkan koordinasi dan konsulidasi lintas sektoral dibidang Pemerintahan dan Pembangunan Kecamatan Medan Helvetia dengan sasaran :

Meningkatkan peran serta instansi lintas sektoral dalam pembangunan kecamatan.

2. Misi Kedua :

Meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat Kecamatan Medan Helvetia yang kondusif dengan tujuan :


(56)

a. Meningkatkan situasi kehidupan yang nyaman di tingkat Kelurahan dan Kecamatan dengan sasaran :

Meningkatnya efektivitas implementasi pelaksanaan ketentuan perundang-undangan tentang hewan berkaki empat

b. Meningkatnya efektivitas implementasi pelaksanaan peraturan daerah tentang IMB

c. Meningkatnya kerukunan, suasana kehidupan yang harmonis dan saling menghormati baik intern maupun antar umat beragama.

c. Struktur Organisasi 5. Kepegawaian

Daftar Nama Pegawai pada Kantor Camat Medan Helvetia Tahun 2013

NO Nama/NIP JABATAN

1. ARRAHMAA PANE, S.STP. MAP

19790621 199711 1 0001

CAMAT

2. SUSI AGUSTINA, S.Sos

19690823 198903 2 002

SEKCAM

3. UNTUNG S MANURUNG, S.Sos

19770709 199803 1 002

KASI PMK


(57)

19630202 198602 1 003

5. ERWIN SALEH, SSTP

19830324 200212 1 003

KASI PEMERINTAHAN

6 ABDILLAH H. PURBA, SSTP

19830714 200112 1 001

KASI KESSOS

7 MUHAMMAD LUDFI, ST

19740606 200903 1 004

KASUBBAG

UMUM

8. NORA SONDANG, SH

19820610 200604 2 007

KASUBBAG

PENRAM

9. MUHAMMAD RIDHOI PURBA, SE

19820508 200902 1 007

KASUBBAG KEUANGAN

10. TIROSMA SILITONGA

19701111 199403 2 002

BENDAHARA

11. ZAIRUL LAHMY LUBIS, SE

19770630 201101 1 014

STAF KESOS

12. SEPTIKA EKA RAHAYU

19860901 201001 2 018

STAF PEMERINTAHAN


(58)

19720111 200801 1 003

14. ZULFIKAR, Amd

19751224 201001 1 008

STAF KESOS

15. NELIWATI

19730912 200701 2 006

STAF UMUM

16. DIANA VIERA

19720525 200701 2 029

BEND. PENYIMPAN BARANG

17. SRI HANIFAH

19730928 200701 2 002

STAF PEMERINTAHAN

18. MUHAMMAD FADLI

19840930 201101 1 021

STAF TRANTIB

19. R. DEDI HANDOKO

19781128 200701 1 023

STAF TRANTIB

20. ABDULLAH

19620615 200701 1 019

STAF TRANTIB

21. SAID STAF TRANTIB


(59)

(HONORER)

23. ANDHIKA PRIHATIN STAF PEMERINTAHAN

(HONORER)

24. SYAHRIL RAMADHAN

SEMBIRING KELOKO, SE

STAF KECAMATAN

(HONORER)

25. AWALLUDDIN STAF KECAMATAN

(HONORER)

Personil Kelurahan, Lurah dan Jumlah PNS Kelurahan Di Kecamatan Medan Helvetia

No Kelurahan Nama Lurah Jlh

PNS

Keterangan

1 Helvetia Syarifuddin S, S.Sos 7

2 Helvetia Tengah Irfan Zamal Zebua, SE 9

3 Helvetia Timur Andry Febriansyah, S.STP, MAP 6

4 Tanjung Gusta Riswan Sihombing 6

5 Cinta Damai Ranto Nainggolan 8

6 7

Dwi Kora

Sei Sikambing C-II

Irfan Abdilla, S.STP Halomoan Pangaribuan, SE

8

6


(60)

6. Dinas/Instansi Kecamatan Medan Helvetia

Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, tidak terlepas dari unsur Muspika serta instansi vertikal dan lintas sektoral sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah.

• Koramil 07/MT

• Kapolsekta Medan Helvetia • Kacabdiknas

• Puskesmas/Puskesmas Pembantu • Kantor Urusan Agama

• Pengawas PLKB • Mantri Statistik • PPL Pertanian


(61)

BAB V

PENYAJIAN DATA

Penulis akan menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan selama penulisan skripsi ini dengan menyebarkan kuesioner. Adapun variabel penelitian yaitu

a. Variabel bebas / Good Governance (X) terdiri atas 12 pertanyaan. b. Variabel terikat / Efektifitas Kerja (Y) terdiri atas 14 pertanyaan.

Dalam bab ini digambarkan data – data yang diperoleh. Penguraian berupa data karakteristik responden dan data variabel penelitian yang menggunakan tabel tunggal. Data yang diperoleh tergolong dalam skala ordinal yang didapat dari sampel sebanyak 25 orang.

A. Kriteria Responden

Penyajian karakteristik responden bertujuan untuk mengenal ciri – ciri khusus yang dimiliki responden sehingga meudahkan untuk mengadakan analisis.


(62)

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia

Pada tabel diatas terlihat bahwa jumlah responden berumur 20 – 30 tahun berjumlah 8 orang (32%). Berumur 31 – 40 tahun berjumlah 9 orang (36%), berumur 41 – 50 tahun berjumlah 5 orang (20%) dan >50 tahun berjumlah 3 orang (12%).

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Pria 16 64 %

Wanita 9 36 %

Jumlah 25 100 %

Sumber : Kuesioner 2013

Pada tabel diatas terlihat bahwa responden pria berjumlah 16 orang (64%) dan responden wanita berjumlah 9 orang (36%).


(63)

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) Diploma (D1/D3) Sarjana (S1) S2/S3 Lainnya (SMP/SMA) 3 9 2 11 12 % 36 % 8 % 44%

Jumlah 25 100 %

Sumber : Kuesioner 2013

Pada tabel diatas terlihat bahwa responden yang berpendidikan Diploma berjumlah 3 orang (12%) responden yang berpendidikan Sarjana berjumlah 9 orang (36%) responden yang berpendidikan S2 / S3 berjumlah 2 orang (8%) dan yang berpendidikan lainnya (SMP/SMA) berjumlah 11 orang (44%).

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Golongan

Golongan Jumlah Persentase (%)

Honorer I II III IV 3 3 7 11 1 12 % 12 % 28 % 44 % 4 %

Jumlah 25 100 %


(64)

Pada tabel diatas terlihat bahwa responden dengan golongan honorer berjumlah 3 orang (12%) golongan I berjumlah 3 orang (12%) golongan II berjumlah 7 orang (28%) golongan III berjumlah 11 orang (44%) dan golongan IV berjumlah 1 orang (4%).

B. Uraian Kuesioner

B1. Good Governance (Variabel X)

Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Keterbukaan Pimpinan Dalam Memberikan Informasi Kepada Masyarakat.

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 6 24 %

2 Baik 18 72 %

3 Cukup Baik 1 4 %

4 Kurang Baik 0 0 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %

Sumber : Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 6 orang (24%) yang menjawab baik berjumlah 18 orang (72%) dan yang menjawab cukup baik berjumlah 1 orang (4%). Maka dapat dikatakan bahwa tingkat keterbukaan pimpinan dalam memberikan infomasi kepada masyarakat tergolong baik.

Tabel 6. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyebaran Informasi Di Kantor Camat Medan Hevetia


(65)

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 5 20 %

2 Baik 16 64 %

3 Cukup Baik 4 16 %

4 Kurang Baik 0 0 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %

Sumber : kuesioner 2013

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 5 orang (20%) yang menjawab baik berjumlah 16 orang (64%) dan yang menjawab cukup baik berjumlah 4 orang (16%). Maka dapat dikatakan bahwa tingkat penyebaran informasi di kantor Camat Medan Helvetia tergolong baik.

Tabel 7. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kordinasi dan Komunikasi Atasan Ke Bawahan .

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 7 28 %

2 Baik 16 64 %

3 Cukup Baik 2 8 %

4 Kurang Baik 0 0 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %


(66)

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 7 orang (28%) yang menjawab baik berjumlah 16 orang (64%) dan yang menjawab cukup baik berjumlah 2 orang (8%). Maka dapat dikatakan bahwa kordinasi dan komunikasi atasan ke bawahan di kantor Camat Medan Helvetia berjalan dengan baik.

Tabel 8. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Koordinasi dan Komunikasi Bawahan ke Atasan

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 10 40 %

2 Baik 12 48 %

3 Cukup Baik 3 12 %

4 Kurang Baik 0 0 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %

Sumber : Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 10 orang (40%) yang menjawab baik berjumlah 12 orang (48%) dan yang menjawab cukup baik berjumlah 3 orang (12%). Maka dapat dikatakan bahwa koordinasi dan komunikasi yang dilakukan bawahan ke atasan di kantor Camat Medan Helvetia berjalan dengan baik.

Tabel 9. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kelengkapan Informasi Di Kantor Camat Medan Helvetia


(67)

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 10 40 %

2 Baik 13 52 %

3 Cukup Baik 2 8 %

4 Kurang Baik 0 0 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %

Sumber : Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 10 orang (40%) yang menjawab baik berjumlah 13 orang (52%) dan yang menjawab cukup baik berjumlah 2 orang (8%). Maka dapat dikatakan bahwa tingkat kelengkapan informasi di kantor Camat Medan Helvetia tergolong baik.

Tabel 10. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Peran Pemimpin Dalam Memantau dan Memperhatikan Kinerja Pegawai

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 7 28 %

2 Baik 14 56 %

3 Cukup Baik 3 12%

4 Kurang Baik 1 4 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %


(68)

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 7 orang (28%) yang menjawab baik berjumlah 14 orang (56%) yang menjawab cukup baik berjumlah 3 orang (12%) dan yang menjawab kurang baik berjumlah 1 orang (4%). Maka dapat dikatakan bahwa peran pemimpin dalam memantau dan memperhatikan kinerja pegawai di kantor Camat Medan Helvetia berjalan dengan baik.

Tabel 11. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Respon Masyarakat Terhadap Setiap Program atau Kegiatan Yang Dilaksanakan Di Kantor Camat Medan Helvetia

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 5 20 %

2 Baik 14 56 %

3 Cukup Baik 6 24%

4 Kurang Baik 0 0 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %

Sumber : Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 5 orang (20%) yang menjawab baik berjumlah 14 orang (56%) dan yang menjawab cukup baik berjumlah 6 orang (24%). Maka dapat dikatakan bahwa respon masyarakat terhadap setiap program atau kegiatan yang dilaksanakan di kantor Camat Medan Helvetia tergolong baik.

Tabel 12. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kinerja Pegawai Dalam Memberikan Pelayanan Publik


(69)

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 4 16 %

2 Baik 15 60 %

3 Cukup Baik 5 20 %

4 Kurang Baik 1 4 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %

Sumber : Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 4 orang (16%) yang menjawab baik berjumlah 15 orang (60%) yang menjawab cukup baik berjumlah 5 orang (20%) dan yang menjawab kurang baik berjumlah 1 orang (4%). Maka dapat dikatakan bahwa tingkat kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan publik berjalan dengan baik.

Tabel 13. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Partisipasi Para Pegawai Terhadap Setiap Keputusan Yang Diambil Oleh Pimpinan Di Lingkungan Internal Kantor Camat Medan Helvetia

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 3 12 %

2 Baik 13 52 %

3 Cukup Baik 4 16 %

4 Kurang Baik 0 0 %

5 Tidak Baik 5 20 %


(70)

Sumber : Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 3 orang (12%) yang menjawab baik berjumlah 13 orang (52%) yang menjawab cukup baik berjumlah 4 orang (16%) dan yang menjawab tidak baik berjumlah 5 orang (20%). Maka dapat diakatakan bahwa partisipasi para pegawai terhadap setiap keputusan yang diambil oleh pimpinan di lingkungan internal Kantor Camat Medan Helvetia berjalan dengan baik.

Tabel 14. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Para Pegawai Terhadap Setiap Keputusan Yang Diambil Oleh Pimpinan Di Lingkungan Internal Kantor Camat Medan Helvetia

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 2 8 %

2 Baik 20 80 %

3 Cukup Baik 3 12 %

4 Kurang Baik 0 0 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %

Sumber : Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 2 orang (8%) yang menjawab baik berjumlah 20 orang (80%) dan yang menjawab cukup baik berjumlah 3 orang (12%). Maka dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan para pegawai terhadap setiap keputusan yang diambil oleh pimpinan di lingkungan internal kantor Camat Medan Helvetia berjalan dengan baik.


(71)

Tabel 15. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemahaman Para Pegawai Tentang Sasaran Dan Tujuan Dari Setiap Program Di Kantor Camat Medan Helvetia

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 2 8 %

2 Baik 23 92 %

3 Cukup Baik 0 0 %

4 Kurang Baik 0 0 %

5 Tidak Baik 0 0 %

Jumlah 25 100 %

Sumber : Kuesioner 2013

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat baik berjumlah 2 orang (8%) yang menjawab baik berjumlah 23 orang (92%). Maka dapat dikatakan bahwa pemahaman para pegawai tentang sasaran dan tujuan dari setiap program di kantor Camat Medan Helvetia berjalan dengan baik.

Tabel 16. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Proses Evaluasi Terhadap Setiap Kebijakan Yang Diambil Di Lingkungan Kantor Camat Medan Helvetia

No Jawaban Responden Jumlah Persentase (%)

1 Sangat baik 4 16 %

2 Baik 14 56 %

3 Cukup Baik 7 28 %


(1)

iii. Uji Hipotesis (Uji T)

Uji hipotesis dalam koefisien korelasi adalah untuk menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 25 orang, maka perlu di uji signifikansinya.

Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini kita menggunakan uji t untuk menguji hipotesis penelitian yakni: adanya korelasi atau hubungan yang signifikan antara good governance dengan efektifitas kerja pegawai yang secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :

t =

�√�−2 √1−�2

t =

0,505√25−2 �1−(0,505)2

t =

2,422

√0,74497

t = 2,80

Berdasarkan ketentuan pengujian hipotesis : :

- Jika ρ ≠ 0 maka H0 (Hipotesa Nol) ditolak dan H1 (Hipotesa Alternatif) diterima, artinya ada pengaruh antara penerapan good governance dengan efektifitas kerja pegawai.

- Jika ρ = 0 maka H0 (hipotesa Nol) diterima dan H1 (Hipotesa Alternatif) diterima, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara penerapan good governance dengan efektifitas kerja pegawai.


(2)

Dengan demikian t-hitung > t-tabel (2,96>2,00), maka, H0 ditolak dan H1 dengan demikian terdapat pengaruh antara pelaksanaan Good Governance terhadap efektifitas kerja pegawai di kantor Camat Medan Helvetia.

Gambar 1 : Daerah Keputusan dengan nilai kritis, 2,000

Daerah penolakanH0 Daerah penolakan H0

Daerah penerimaan H0

-2,80 -2,00 2,00 2,80

Berdasarkan gambar diatas, nilai thitung ternyata terletak pada daerah penolakan H0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara good governance terhadap efektifitas kerja pegawai di kantor Camat Medan Helvetia.


(3)

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pengumpulan data hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang telah disusun, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan berhubungan dengan penelitian tentang pengaruh penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap efektifitas kerja pegawai, yaitu:

1. Pelaksanaan prinsip-prinsip good governance mempunyai pengaruh positif terhadap efektifitas kerja pegawai pada kantor Camat Medan Helvetia. Ini berarti bahwa semakin baik pelaksanaan prinsip-prinsip good governance maka semakin baik pula efektifitas kerja yang ditunjukkan o l e h p e g a w a i d i kantor c a m a t Medan Helvetia. Dengan kata lain apabila salah satu variabel mengalami peningkatan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami peningkatan.

2. Kemudian untuk efektifitas kerja pegawai (variabel Y) di kantor Camat Medan Helvetia telah berjalan dengan cukup baik. Namun hendaknya aparat kantor lebih meningkatkan kinerja dan tanggung jawab di dalam penyelenggaraan pelayanan public.

3. Berdasarkan perhitungan korelasi diketahui bahwa r hitung sebesar 0,505 yang nilainya lebih besar dari r table yaitu sebesar 0,291 pada taraf signifikan 5% atau α = 0,05, sehingga Ha diterima.


(4)

4. Berdasarkan uji signifikansi dapat diketahui bahwa t hitung senilai 2,80 pada taraf signifikan 5% atau α = 0,05. Hal ini mendukung hipotesis penelitian bahwa ada hubungan antara penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap efektifitas kerja pegawai pada kantor Camat Medan Helvetia.

5. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (D), diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip good governance memberikan kontribusi terhadap efektifitas kerja pegawai, yaitu sebesar 25,5%. Sedangkan sisanya sebesar 74,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar lingkup penelitian.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap kinerja organisasi , maka terdapat beberapa saran yang penulis kemukakan sebagai bahan masukan dalam peningkatan efektivitas kantor Camat Medan Helvetia yaitu sebagai berikut:

1. Hendaknya kantor Camat Medan Helvetia lebih mengoptimalkan pelaksanaan good governance dengan demikian pelayanan yang diberikan akan lebih berkualitas.


(5)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi, Sofian. 1996. Membangun Martabat Manusia; Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Handoko. T. Hani. 1992. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Liberti.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Penerbit Pembaruan. Mulyawan, Budi. 2009.Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Organisasi

(Studi pada Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Palembang). Medan: FISIP-USU.

Nugroho. T. Rianto. 2004. Kebijakan Publik, Formulas, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia.

Sarwoto. 1990. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Siagian Sondang. P. 1996. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung agung.

Sinambela, Lijan P. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Sudjana. 2002. Statistika. Bandung: Tarsito.


(6)

Steers, Richard M. 1998. Efektivitas Organisasi, Terjemahan. Jakarta: PPm Erlangga.

Tambunan, Roy Liston. 2011. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir). Medan: FISIP-USU.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grassindo.

Wahab, Solihin Abdul. 2002. Analisis Kebijakan Negara. Jakarta: Rieneka Cipta.