Definisi Etiologi dan Histopatogenesis

Pada mukosa palatal, iritasi dari rokok akan menyebabkan hiperkeratosis dan stomatitis nikotina. Inflamasi pada orifis kelenja saliva akan memberikan gambaran bintik-bintik merah pada palatum. Lesi ini bersifat non-maligna dan reversibel. 10,11,21

2.5 Stomatitis Nikotina

2.5.1 Definisi

Stomatitis nikotina telah ditemukan sejak tahun 1941 oleh Thoma. 11 Beliau menyatakan stomatitis nikotina merupakan lesi yang terbentuk pada perokok pipa pada daerah mukosa yang tidak tertutup oleh gigitiruan. 11 Pada tahun 1958, Saunders menemui bahwa stomatitis nikotina yang terjadi pada palatum merupakan area kemerahan yang berbentuk sirkular pada orifis kelenjar mukus. 11 Prevelensi stomatitis nikotina sangat tinggi pada golongan perokok pipa dan reverse smokers. Asap rokok yang bersifat mengiritasi akan berkontak langsung pada mukosa palatum terutama pada daerah 23 posterior palatum keras. 10,11,21

2.5.2 Etiologi dan Histopatogenesis

Stomatitis nikotina merupakan lesi yang terbentuk akibat dari iritasi secara fisik dari asap rokok. 11 Menurut penelitian Ermala P dan Holsti LR, temperatur pembakaran tembakau pada ujung rokok adalah 650ºC 470º-812ºC. Pada ujung penapis rokok, temperatur inti batang rokok mencapai 824º-897ºC. Pada waktu inhalasi, asap rokok yang memasuki ke dalam rongga mulut mencapai 190ºC. 22 Temperatur asap yang tinggi berkontak langsung dengan mukosa palatal dan mengakibatkan iritasi. Hal ini menyebabkan terjadinya inflamasi pada orifis kelenjar saliva minor pada palatum keras. Pada gambaran mikroskopis, terlihat perubahan pada sel-sel yang mengelilingi orifis kelenjar minor. Sel skuamus pada dinding duktus kelenjar mengalami hiperplasia, mukosa keliling orifis mengalami parakeratosis. Hiperplasia pada dinding duktus kelenjar menyebabkan terjadi penonjolan di sekeliling orifis kelenjar minor. 10,21 21 Dalam gambaran mikroskopis, terlihat bahwa lumen dan orifis kelenjar tidak tertutup. Pada daerah jaringan sub epitelia, terjadi infiltrasi sel-sel inflamatori dari pembuluh darah ke dalam interselular, dilasi limfatik dan penumpukan sel mast. Reddy CRRM et al 1971 melakukan perbandingan gambaran histologis antara palatum sehat dengan palatum yang mempunyai lesi stomatitis nikotina., ternyata hanya jaringan pada palatum dengan lesi menunjukkan perubahan histologis yang tersebut. 10,11,21 Dalam penelitian Reddy CRRM dan Ramulu C, perubahan histologis pada jaringan hanya terjadi pada daerah 23 posterior palatum keras. Stomatitis nikotina tidak ditemui pada 13 anterior palatum keras dan palatum lunak. Hal ini disebabkan karena distribusi kelenjar saliva minor pada 13 palatum lunak yang rendah. 21 17,21

2.5.3 Gambaran Klinis