Kemudian pada tahun 1939, Oshsner dari USA telah menghubungkan kanker paru- paru dengan kebiasaan merokok disertai dengan hasil penelitian beliau.
Selain dari efek merokok aktif, negara Jepang telah melakukan penelitian pada efek merokok pasif. Pada tahun 1981, Hirayama telah mempublikasikan efek
dari merokok pasif melalui media.
18
18
2.2 Jenis Pemakaian Tembakau
2.2.1 Rokok Putih
Rokok putih merupakan jenis tembakau yang paling umum dikonsumsi dan meluas di seluruh dunia. Rokok putih diproduksi secara komersial dalam
skala yang besar. Rokok putih didesain dengan dibalut oleh kertas rokok dan disertai dengan satu penapis pada ujung pemegang.
1,14,15,18
Gambar 1: Rokok Putih Komersial
1
2.2.2 Rokok Cerutu
Rokok jenis ini dibuat dari tembakau yang dikeringkan melalui ventilasi udara dan dibalut dengan daun tembakau yang telah diproses
menjadi bentuk kertas. Rokok cerutu memerlukan waktu fermentasi yang
lebih panjang dibandingkan dengan rokok putih. Hal ini menyebabkan kandungan toksin dan bahan karsinogen yang tinggi dalam rokok cerutu.
Rokok cerutu sangat bervariasi dari segi bentuk, ukuran dan warna.
1,14,15,18
Gambar 2: Rokok cerutu
1
2.2.3 Bidi
Bidi juga dikenal sebagai rokok buatan sendiri. Bidi mengandung sejumlah kecil daun tembakau yang dikeringkan dengan sinar matahari dan
dipipihkan membentuk kepingan. Bidi digulung dengan daun tendu yang telah dikeringkan dan diikat dengan tali.
15
Walaupun bentuk dan ukuran bidi lebih kecil dibandingkan dengan rokok komersial, bidi menghasilkan asap
rokok dengan kandungan tar dan karbon-monoksida yang lebih tinggi.
1,14,15,18
Gambar 3: Bidi
1
2.2.4 Rokok Kretek
Rokok kretek sangat umum dijumpai di negara Indonesia. Jenis rokok ini mempunyai rasa cengkih yang khusus. Hal ini dikarenakan penambahan
bahan pengawet eugenol pada tembakau, dimana akan menyebabkan efek anastetik serta toksisitas yang lebih tinggi.
1,14,18
Gambar 4. Rokok kretek
1
2.2.5 Rokok Pipa
Jenis rokok pipa ini berbeda dengan shihsa. Jenis pipa ini dibuat dari bahan tanah liat. Pipa didesain adanya satu cawan bakar pada ujung yang
dihubungkan dengan pipa ke satu ujung yang lain. Tembakau yang dikeringkan dibakar dalam cawan bakar, kemudian perokok menghisap dari
ujung pipa.
1,14,15,18
Gambar 5a dan 5b: Rokok pipa
1
2.3 Sifat Fisik Pembakaran Rokok
Rokok yang terbakar merupakan suatu sistem yang kompleks di antaranya terjadi reaksi kimiawi dan reaksi fisik yang berlangsung pada waktu yang sama.
Daerah pembakaran dalam rokok dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu zona pembakaran dan zona pirolisisdistilasi.
Pada zona pembakaran, oksigen bereaksi dengan atom-atom karbon yang terkandung dalam senyawa tembakau dan menghasilkan gas karbon dioksida serta
karbon-monoksida sebagai hasil utama reaksi antara senyawa karbon dengan oksigen. Para peneliti telah melakukan penelitian pada temperatur pembakaran rokok.
Menurut penelitian Bogen 1929, temperatur yang terukur adalah 400ºC ; Cooper et a l 1 9 3 2 , 3 0 0 - 7 0 0 º C ; W e n u s c h 1 9 3 9 , 5 0 0 - 7 0 0 º C ; Wy n d e r 1 9 5 3 ,
966ºC; Lam 1955, 795-950ºC. Pada zona pirolisis belum terjadi reaksi antara atom karbon dengan oksigen.
Konsentrasi oksigen di zona ini relatif jauh lebih rendah. Dalam zona ini, temperatur mencapai antara 200-600ºC.
15
Asap terbentuk dari zona pirolisis merupakan 13 dari jumlah asap rokok yang terbentuk. Kandungan asap dari hasil pirolisis mengandung
lebih dari 75 hidrokarbon aromatik hidrosiklik seperti benzen dan toluen.
15, 17
2.4 Efek Merokok
Menurut penelitian para peneliti sedunia, merokok akan membawa dampak negatif yang fatal kepada perokok baik perokok aktif maupun perokok pasif. Dalam
penelitian WHO 2007, penelitian Geiss O, dan Kotzias D, resiko kesehatan pada
perokok pasif berkali-kali lipat lebih tinggi daripada perokok aktif.
15,17
Hal ini dikarenakan kandungan senyawa yang berdiameter lebih besar dari 0,1µm akan
tertapis oleh penapis pada ujung rokok.
14,15
Efek negatif yang diakibatkan oleh merokok dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelas, yaitu secara lokal dan sistemik.
2.4.1 Efek Sistemik Merokok
Efek negatif merokok yang paling sering dijumpai adalah kanker. Merokok menyebabkan kanker paru, kanker esofagus, kanker laring, dan kanker pankreas.
6,7,8
Menurut data dari negara Amerika, merokok merupakan faktor utama 90 pada pria dan 79 pada wanita penyebab kanker paru pada tahun 1989. Menurut penelitian
Garfinkel dan Bofetta 1990, kegiatan merokok jelas meningkatkan resiko kanker pada ginjal, hati, anus, penis, dan juga leukemia akut.
17
Kandungan senyawa kimia dalam asap rokok akan menyebabkan mutasi pada deoxyribonucleic acid DNA. Pada tahun 1982, Gairola telah melakukan suatu
penelitian eksperimental dan membuktikan transfomasi malignansi pada sel yang disebabkan induksi oleh asap rokok. Pada tahun yang sama, Departemen Kesehatan
Amerika juga melaporkan penyataan yang sama. Penelitian selanjutnya oleh Hoffmann dan Hecht 1990 membuktikan bahwa inhalasi asap rokok dalam waktu
yang panjang akan menginduksi pertumbuhan tumor. Selain dari kanker, penyakit sistemik yang bersifat non-kanker terutama
penyakit paru obstuktif kronis dan penyakit kardiovaskular terasosiasi dengan kebiasaan merokok.
17,19
17
Sejak tahun 1974, Niewoehner et al telah melakukan otopsi
pada perokok yang meninggal secara tiba-tiba. Pada perokok yang merokok lebih dari 20 tahun, injuri kronis pada paru termasuk:
a. Hipersekresi pada mukus.
b. Penebalan pada saluran penafasan yang menyebabkan penyempitan
serta obstruksi saluran penafasan. c.
Empisema, merupakan destruksi pada dinding alveoli menyebabkan proses ekshalasi yang tidak sempurna.
Asap rokok menginduksi sel inflamatori untuk melepaskan enzim elastase yang akan memecah elastin pada dinding alveoli. Oksidan dalam asap rokok akan
menginaktivasi enzim alfa-antitripsin yang berperan untuk menginhibisi kerja enzim elastase. Hal ini menyebabkan kerusakan pada dinding alveoli yang bersifat kronik.
17
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan peningkatan resiko terhadap penyakit kardiovaskular aterosklerosis jelas terbukti dengan penelitian-penelitian.
17
19
Studi yang dilakukan atas hubungan ini menyatakan bahwa merokok akan menyebabkan disfungsi pada vaskular endotelia,
8,17,20
gangguan pada hemostatik dan koagulasi,
8,17
serta abnormalitas pada sel-sel lipid. Manifestasi penyakit kardiovaskular meliputi angina, serangan jantung,
kegagalan jantung, dan kematian secara tiba-tiba. Penyakit serebrovaskular merupakan aterosklerosis yang melibatkan vaskularisasi otak manakala penyakit
perifer vaskular adalah aterosklerosis yang melibatkan vaskularisasi perifer.
8
20
Studi telah dijalankan terhadap masalah ini sejak tahun 1984 di Amerika. Pada seorang
perokok pria, ternyata menghadapi risiko 181 lebih tinggi dari bukan perokok.
17
Merokok juga menyebabkan masalah seksual dan reproduksi terutama pada wanita. Chow et al 1996 menyatakan bahwa mekanisme yang mungkin terjadi
meliputi efek toksisitas langsung pada sel ovum, gangguan pada motilitas saluran reproduksi, dan gangguan pada imunitas sehingga mengakibatkan infeksi pada tuba
Fallopi.
17
Pada wanita hamil, merokok dapat menyebabkan terjadi komplikasi pada bayi lahir, di antaranya retardasi pada bayi, berat lahir rendah, aborsi secara spontan, serta
risiko fatal pada infan.
20
Terbukti bahwa karbon-monoksida dalam asap rokok mampu menembus plasenta lalu mengikat pada hemoglobin janin.
20
Pengikatan karbon-monoksida pada hemoglobin terbentuknya karboksi-hemoglobin. Hal ini
menyebabkan molekul oksigen tidak dapat mengikat pada hemoglobin dan mengakibatkan kekurangan oksigen pada janin.
17,20
2.4.2 Efek Lokal Merokok pada Rongga Mulut