Tidak adil maksud adil adalah muslim, sudah baligh, berakal sehat, tidak Tidak bi maksud Lafa ẓ al-jar Lafa ẓ ta’dīl

26 Ilmu Hadis Kurikulum 2013 3. Mengerti dengan sebab-sebab jar dan adil 4. Tidak fanatik pada yang di-ta’d īl atau sentimen pada yang di-tajrī 5. Mengenal orang yang di-ta’d īl atau di-tajrī .

F. Cara melakukan al-jar wa at-ta’d īl

1. Bersikap jujur dan proporsional, yaitu mengemukakan keadaan periwayat secara apa adanya. Muhammad Sirin seperti dikutip Ajjaj al-Khatib mengatakan: “Kita mencelakai saudaramu apabila kamu menyebutkan kejelekannya tanpa menyebutkan kebaikannya” 2. Cermat dalam melakukan penelitian. Ulama misalnya secara cermat dapat membedakan antara dha’ifnya suatu hadis karena lemahnya agama periwayat dan dha’ifnya suatu hadis karena periwayatnya tidak kuat hafalannya. 3. Tetap menjaga batas-batas kesopanan dalam melakukan al-jar wa at- ta’d īl. Ulama senantiasa dalam etik ilmiah dan santun yang tinggi dalam mengungkapkan hasil al-jar wa at-ta’d īl nya. Bahkan untuk mengungkapkan kelemahan para periwayat seorang ulama cukup mengatakan: “Tidak adanya keteguhan dalam berbicara” 4. Bersifat global dalam men-ta’d īl dan terperinci dalam men-tajrī . Dalam men-ta’d īl, misalnya Cukup mereka mengatakan “si fulan iqah atau adil ”. Alasannya tidak disebutkan karena terlalu banyak. Lain halnya dengan al- jar , umumnya sebab-sebab al-jar -nya disebutkan misalnya si “fulan itu tidak bisa diterima hadisnya karena dia sering teledor, ceroboh, lebih banyak ragu, atau tidak bi atau pendusta atau fasik dan lain sebagainya”.

G. Sebab-sebab seorang periwayat dikatakan “al-majr ūh ”

Ketidakabsahan dan tertolaknya periwayatan periwayat disebabkan karena :

1. Tidak adil maksud adil adalah muslim, sudah baligh, berakal sehat, tidak

fasik, menjaga mur ūah atau harga dirinya sebab dikatakan tidak adil adalah: bohong, muttahamun bi al-ka żbi dianggap bohong, fasiq, bid’ah, jahalah bi a w li ruw t.

2. Tidak bi maksud

bi adalah kuat menjaga hafalan atau tulisannya sekiranya dibutuhkan ad nya bisa menyampaikan secara langsung. Orang yang tidak bi disebabkan karena: fa syu al-gal , s ū’u al-hifẓi, gaflah, ka ratu al-auh m, dan mukh lafatu iq t 3. Tidak menjaga mur ū ̇ah dalam arti tidak berakhlakul karimah. 27 Buku Siswa Kelas XI MA Keagamaan

H. Tingkatan lafal yang digunakan untuk melakukan al-jar wa at-ta’d īl

1. Lafa ẓ al-jar

a. Lafa ẓ yang menunjukan penilaian jar yang paling ringan kejelekannya. Seperti: ful nun layyinu al- ad ī , fīhi iqatun, fi adī ihi aīf dan lain-lain. b. Lafa ẓ yang menunjukkan penilaian lemah terhadap periwayat dari segi hafalannya, seperti penegasan tidak ada hujjah atau yang menyerupainya seperti: a’ īfun, lahu man kir dan lain-lain. c. Lafa ẓ yang terang-terangan melarang hadisnya ditulis atau yang lainnya. Seperti: a’ īfun jiddan, ful nun l yuktabu adī uhu dan lain-lain. d. Lafa ẓ yang menunjukkan tuduhan berdusta seperti: laisa bi iqqah, yaskuru al- ad ī dan lain-lain. e. Lafa ẓ yang menunjukkan periwayat disifati berdusta seperti: ful nun każż bun, yak żibu, dan lain sebagainya. f. Lafa ẓ yang menunjukkan keterlaluan berdusta, seperti: ful nun akżabu an- n s. Periwayat yang berada pada dua tingkat pertama huruf a. dan b., sudah tentu tidak dapat dijadikan hujjah. hadis mereka ditulis hanya untuk i’tibar. Adapun sisanya, diterima juga tidak ditulis untuk dijadikan i’tibar. Karena hadis ini tidak kuat dan tidak dapat menguatkan hadis lainnya.

2. Lafa ẓ ta’dīl

a. Lafa ẓ yang menunjukkan igat mub lagah paling puncak atau atas dasar wazan af ’ala yang merupakan igat paling tinggi. Seperti, fulan a daqu ar- rij l, dan lain-lain b. Lafa ẓ yang diperkuat dengan satu atau dua sifat dari sifat iqah. Seperti: iqatun- iqatun, iqatun- bitun, iqatun-hujjatun dan lain-lain. c. Lafa ẓ yang menunjukkan pada satu sifat atas iqah tanpa ada penjelas. Seperti: iqatun, ujjatun. d. Lafa ẓ yang menunjukkan pada ta’dīl tapi tanpa menunjukkan adanya bi . Seperti: la ba`sa bihi. e. Lafa ẓ yang menunjukkan pada dekatnya tajrī . Seperti; ful nun syaikhun. Lafa ẓ-lafaẓ pada huruf a dengan huruf c periwayatnya dapat dijadikan hujjah, meskipun sebagian dari mereka ada yang lebih kuat dari sebagian yang lainnya. 28 Ilmu Hadis Kurikulum 2013 Adapun huruf d dan e periwayatnya tidak boleh dijadikan hujjah. Tetapi terkadang hadis mereka ditulis untuk diuji, meskipun tingkatan keempat berbeda dengan tingkatan periwayat yang ke 5.

I. Pertentangan antara al-jar wa at-ta’d īl :

► Jika dalam pandangan yang sama kemudian bertentangan antara mujarri dan mu’addil maka ulama berbeda pendapat tentang mana yang diterima, apakah mu’addilnya atau mujarri nya: a Pendapat Jumhur ahli hadis: menerima yang mentajr ī , biarpun mu’addilnya lebih banyak dari mujarri nya. b Pendapat kedua : menerima yang menta’d īl jika mu’addilnya lebih banyak jumlahnya. c Pendapat ketiga : mauq ūf, hingga ada yang diraji kan antara mujarri dan mu’addil ► Jika ada periwayat dulunya fasik kemudian taubat : Orang yang mengenal ketika masih fasik menganggapnya al-jar , dan orang yang mengenal ketika sudah taubat menganggapnya adil. seperti ini tidak bertentangan. ► Jika ada periwayat tidak bi fī al- ifżi dan bi fī al-kit bah: Orang yang pernah melihat kesalahan hadisnya karena ia meriwayatkan dari hafalannya, maka menganggapnya al-jar . Dan orang yang melihat ke a ī an hadis nya karena ia meriwayatkan dari tulisannya maka menganggapnya adil. seperti ini tidak bertentangan.

J. Kitab-kitab yang berisi tentang al-jar wa at-ta’d īlu

1. Kitab al-jar wa at-ta’d īlu secara umum.