Sistem Manejemen Proses Identifikasi Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

1.4 1.4.1 1.4.2 Aspek Usia Pekerja yang mengalami kecelakaan berusia kurang dari 30 tahun Pekerja yang lebih muda kurang teliti dalam bekerja 2.85 2.8 2.9 0.49 0.51 1.5 1.5.1 1.5.2 Perilaku Buruk Pekerja menyalakan api pada tempat berbahaya merokok Pekerja melakukan pekerjaan secara tidak serius bermain, bercanda, mengobrol dll 3.85 3.7 4.0 0.48 0.52

2.3.2 Sistem Manejemen

1. Komitmen Perusahaan Mengenai Keselamatan Kerja Pengurus harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan menyediakan sumber daya yang memadai. Pengusaha dan pengurus perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang diwujudkan dalam : a. Menempatkan orgnisasi keselamatan kerja pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan. b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana – sarana lain yang diperlukan dibidang keselamatan kerja. c. Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab,wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan kerja d. Perencanaan keselamatan kerja yang terkoordinasi e. Melakukan penilaian kerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan kerja. Universitas Sumatera Utara Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa faktor komitmen merupakan salah satu faktor utama budaya keselamatan kerja, dimana tanpa dukungan dari pihak manajemen sangatlah sulit untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan program keselamatan kerja. Aspek komitmen perusahaan ditinjau berdasarkan hal – hal berikut ini : a. Kebijakan perusahaan tentang pelaksanaan keselamatan kerja di proyek kontruksi. Ukuran dari kebijakan perusahaan contohnya yaitu dengan adanya prosedur keselamatan kerja secara umum, menjamin seluruh pekerjaannya dengan pemberian asuransi keselamatan kerja, mengadakan hubungan kerjasama antara perusahaan dengan rumah sakit terdekat. Perusahaan yang kurang memiliki komitmen akan keselamatan pekerjaannya biasanya hanya mementingkan pekerjaan dapat selesai dengan baik, tidak memperhatikan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan. b. Pembatasan Finansial Ukuran penilaiannya berdasarkan atas alokasi biaya yang digunakan untuk penyediaan alat pelindung keselamatan kerja ataupun penyediaan sarana kesehatan seperti adanya kotak P3K. c. Pembuatan Aturan – Aturan Tentang Keselamatan Kerja Ukurannya penilainnya berdasarkan ketaatan perusahaan didalam melaksanakan undang – undang yang menjamin keselamatan kerja para pekerja dan keberlangsungan dan berkesinambungan dari pelaksanaan program kerja K3 yang dilaksanakan pada proyek kontruksi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan persyaratan, perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pengurus harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja. Keberhasilan program keselamatan kerja berkaitan dengan komitmen perusahaan tentang penyediaan sumber daya yang cukup untuk program keselamatan kerja. Hal – hal yang diperlukan antara lain kebijakan dan regulasi, kebutuhan sumber daya manusia, aspek financial, metoda, dll. d. Pelaksanaan Pekerjaan Sebelum proyek konstruksi dilaksanakan pengerjannya, manajemen perusahaan perlu untuk membuat perencanaan secara bertahap dan sistematis. Semua itu bertujuan supaya proses pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan. Adapun hal – hal yang dikaji adalah hal – hal yang berkaitan dengan : 1. Pelaksanaan pekerjaan yang tidak terstruktur dengan baik. 2. Karakteristik pekerjaan konstruksi. 3. Jadwal yang ketat. Tujuan dari pengkajian hal – hal diatas, bertujuan untuk menilai sejauh mana aplikasi penerapan keselamatan kerja dari perusahaan kontruksi terhadap pelaksanaan pekerjaan didalam proyek kontruksi. Berdasarkan persyaratan, penerapan awal system manejemen keselamatan kerja yang berhasil memerlukan rencana yang dapat dikembangkan secara Universitas Sumatera Utara berkelanjutan, dan secara jelas menetapkan tujuan serta sasaran system manajemen keselamatan kerja yang dapat dicapai: - Menetapkan sistem pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi atau tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan. - Menetapkan sarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan sasaran. e. Pelatihan Keselamatan Kerja Penerapan dan pengembangan sistem manajemen keselamatan kerja yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap Tenaga kerja diperusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting untuk menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan keselamatan kerja. Hal – hal yang ditinjau meliputi aspek dari pelatihan keselamatan kerja dan menjadi acuan didalam penilaian penerapan program keselamatan kerja perusahaan kontruksi, antara lain yaitu : - Kepedulian perusahaan dalam melakukan pelatihan keselamatan kerja - Training sesuai dengan standar yang berlaku - Intensitas pelaksanaan training. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kesuksesan safety program dapat diperoleh apabila semua pihak – pihak yang terkait diberikan pengetahuan dan training tentang keselamatan kerja untuk meningkatkan pengetahuan dan skill tentang keselamatan. f. Penjaminan Mutu Program Keselamatan Kerja Universitas Sumatera Utara Pada prinsipnya aspek penjaminan mutu adalah suatu hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program keselamatan kerja yang sesuai dengan kualitas yang ada. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan aspek pejaminan mutu dari program keselamatan kerja di lapangan, maka hal – hal yang menjadi acuan dalam penilaian didalam penelitian yaitu : 1. Permasalahan pengawasan pekerjaan yang dilakukan pekerja Hal ini secara umum menjelaskan tentang aktivitas pihak safety didalam melakukan pengawasan secara intensif yang pada intinya bertujuan untuk memantau kesalahan – kesalahan prosedur yang dilakukan oleh pekerja. Adapun hal – hal yang menjadi parameter penting yang perlu ditinjau, antara lain : - Jumlah petugas safety yang mengawasi pelaksanaan pekerjaan. - Intensitas pengawasan yang dilakukan dan daerah area pengawasan petugas safety. Kesuksesan pengawasan pekerjaan yang berkaitan dengan supervisor yang berkompeten dalam melakukan pengawasan, komunikasi dua arah listening and speaking dan memberikan contoh yang baik dalam pelaksanaan program keselamatan kerja. 2. Evaluasi dari penerapan keselamatan kerja Penerapan kinerja keselamatan kerja harus dilakukan secara periodic untuk mengetahui keberhasilannya terhadap pelaksanaan kegiatan pekerjaan kontruksi. Apabila implementasi program keselamatan kerja tersebut gagal untuk mengurangi tingkat kecelakaan maka evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kejadian dimasa lalu, Universitas Sumatera Utara seperti perubahan metoda kerja, ataupun pemasangan rambu keselamatan kerja. Tabel 2.2 Sub Faktor Untuk Sistem Manajemen No Deskripsi Sub Faktor Mean Impact Weight 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 Komitmen Perusahaan Kebijakan keselamatan kerja Perusahaan Pembatasan financial terhadap program Keselamatan Kerja Pembuatan aturan – aturan tentang Keselamatan Kerja 2.40 2.5 2.0 2.7 0.35 0.28 0.38 2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3 Pelaksanaan Pekerjaan Program – program kegiatan kerja tidak terstruktur dengan baik Karakteristik pekerjaan konstruksi Jadwal pelaksanaan yang ketat 3.03 2.9 2.7 3.5 0.32 0.30 0.38 2.3 2.3.1 2.3.2 2.3.3 Pelatihan Keselamatan Kerja Perusahaan tidak melakukan pelatihan keselamatan kerja terhadap pekerja Pelatihan keselamatan kerja tidak memenuhi standar. Kurangnya intensitas pelaksanaan pelatihan keselamatan kerja 2.73 2.5 2.7 3.0 0.31 0.33 0.37 Universitas Sumatera Utara 2.4 2.4.1 2.4.2 Penjaminan Mutu Kurangnya pengawasan pekerjaan yang dilakukan pekerja Evaluasi dari penerapan kinerja keselamatan kerja 3.10 2.9 3.3 0.47 0.53

2.3.3 Peralatan Dan Material