Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

(1)

TIFFANI APARTEMEN KEMANG JAKARTA SELATAN

TAHUN 2010

OLEH :

FRISTIYAN AHMAD DAULY NIM: 106101003323

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M


(2)

i Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Desember 2010


(3)

ii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, 17 Desember 2010

Fristiyan Ahmad Dauly, NIM : 106101003323

Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.

xix + 84 halaman, 14 tabel, 4 gambar, 4 lampiran. Abstrak

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan dapat menghambat pembangunan proyek, kerugian materi, kehilangan waktu, kecacatan yang dapat menurunkan kualitas hidup pekerja bahkan kematian. Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, diperoleh 22 kasus kecelakaan kerja dari 96 buruh konstruksi.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan Desember tahun 2010. Sampel penelitian sebanyak 60 orang dari total populasi sebesar 96 orang buruh konstruksi. Uji statistik menggunakan Chi Square untuk melihat adanya hubungan antara kedua variabel. Yaitu variabel umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja yang dihubungkan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 21 orang (35%) dan buruh konstruksi yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 39 orang (65%). Dari hasil uji statistik, variabel yang berhubungan dengan kecelakaan kerja adalah umur (Pvalue=0,003), masa kerja (Pvalue=0,007) dan lama jam kerja (Pvalue=0,000).

Untuk menurunkan angka kecelakaan kerja yang terjadi pada buruh konstruksi yaitu dengan cara mengadakan pelatihan kepada buruh konstruksi yang berumur muda dan meningkatkan frekuensi pelatihan K3 khusus mengenai pengetahuan, melakukan pengawasan yang lebih diprioritaskan kepada buruh konstruksi yang berumur kurang dari 29 tahun, memberikan waktu istirahat yang cukup untuk buruh konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal, membuat shift kerja, memberikan reward dan punishment kepada buruh konstruksi, dan menekankan kepada buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari untuk lebih berhati-hati dalam bekerja.


(4)

iii Daftar bacaan : (1986 - 2011)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

CONCENTRATION HEALTH AND SAFETY Undergraduate Thesis, December 17th 2010 Fristiyan Ahmad Dauly, NIM : 106101003323

Factors Associated With Work Accidents On Construction Workers at PT. PP (Persero) Tiffani Apartment Project, Kemang, South Jakarta in 2010.

xix + 84 pages, 14 tables, 4 images, 4 attachment. Abstract

Accidents are unexpected events and is not expected that in the event there is no element of premeditation, even more so in the form of planning. Accidents can inhibit project development, material losses, lost time, disability which can reduce quality of life for workers and even death. Based on PT. PP (Persero) Tiffani Apartment Project, Kemang, South Jakarta evaluation accidents form in April-September 2010, obtained 22 cases of work accidents than 96 construction workers. This research is quantitative research with cross sectional desaign.

The research was conducted at PT. PP (Persero) Tiffani Apartment Project, Kemang, South Jakarta in December 2010. The research sample of 60 construction workers from total population of 96 construction workers. Statistical test using Chi Square to see the relationship between two variables. That is the variable age, years of work units and long working hours are associated with workplace accidents on construction workers.

The result showed that the construction workers who suffered work accidents as many as 21 people (35%) and construction workers who not suffered work accidents as many as 39 people (65%). From the results of statistical tests, variables related to the accident were age (p value = 0.003), years of work (p value = 0.007) and longer working hours (p value = 0.000).

To reduce the number of accidents that occur on construction workers by training the young-old construction worker and increase the frequency of occupational health and safety training, to supervise a higher priority to the construction workers are younger than 29 years, providing adequate rest periods for construction workers who work more than the normal working hours, making the work shift, giving reward and punishment to the construction workers, and emphasizes the construction workers who worked > 8 hours / day to be more careful in the work.


(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN

KERJA PADA BURUH KONSTRUKSI DI PT. PP (PERSERO) PROYEK TIFFANI APARTEMEN KEMANG JAKARTA SELATAN

TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 17 Desember 2010

Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS Pembimbing 1

Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM Pembimbing 2


(6)

v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 17 Desember 2010

Penguji I,

Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS Pembimbing 1

Penguji II,

Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM Pembimbing 2

Penguji III,


(7)

vi

CURRICULUM VITAE

Nama : Fristiyan Ahmad Dauly Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 18 April 1988 Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. As-syafi'iyyah Gg. H. Muchtar No.4 Kelurahan Cilangkap, Jakarta Timur

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum menikah

Nomor Handphone : 085692840020, 02193421943 Email : fristiyan@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2006-Sekarang S1-Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2003-2006 SMA Daar El-Qolam Tangerang 2000-2003 MTS Daar El-Qolam Tangerang 1994-2000 SD Yasporbi I Jakarta Selatan PENGALAMAN ORGANISASI

2008-Sekarang Dewan Pembina Solidaritas Remaja Islam (SORIS)

2009-2010 Staf Ahli Departemen Agama BEM Jurusan Kesehatan Mayarakat 2009.

2008-2009 Staf Ahli Departemen Kesenian dan Keolahragaan BEM Jurusan Kesehatan Masayarakat 2008.

2008-2009 Staf Ahli Departemen Kaderisasi Komisariat Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (KOMFAKKES) PMII

2008-2009 Koordinator Publikasi Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I & II Kecamatan Paku Haji, Kabupaten Tangerang

2006-2007 Staf Ahli Departemen Kemahasiswaan BEM Fakulatas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2006

2006-2008 Staf Ahli Departemen Sosial Solidaritas Remaja Islam (SORIS)


(8)

vii

PENGALAMAN PELATIHAN DAN SEMINAR

2008 Pelatihan OSHAS 18001 dan ISO 14001 2008 Seminar Profesi K3 UIN Jakarta


(9)

viii

Lembar Persembahan

ِ ِ ِلا ِ َ ْ ِلا ِ ِ ِ ْ ِ

Anas ra. berkata, saya mendengar Rasulullah SAW

bersabda :

Allah SWT berfirman :

Wahai anak Adam selama engkau berdoa dan berharap

kepadaKu, niscaya kuampuni segala dosamu yang lalu

dan Aku tidak pedulikan lagi.

Wahai anak Adam jika dosamu membumbung setinggi

langit lalu engkau minta ampunanKu, pasti engaku

Kuampuni.

Wahai adan Adam jika engkau datang kepadaKu dengan

kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu

denganKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu

sedikitpun, pasti Aku mendatangimu dengan ampunan

sepenuh bumi pula.

(HR. Tirmidzi)

“Tulisan sederhana ini saya persembahkan untuk kedua

orang tua selalu memenuhi hari-hari dengan doa dan kasih

sayang, untuk adik-adikku tercinta, untuk my beloved


(10)

ix

KATA PENGANTAR ا ا ك ع ة رو ه

و ل اك هت

Dengan menyebut nama Allah SWT dengan segala Kekuatan dan Rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan ibadah kepada Allah Yang Maha Memiliki Segalanya.

Skripsi dengan judul ”Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010” disusun sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat kepada :

1. Keluargaku yang tiada letih melimpahkan kasih sayangnya, kebahagiannya, semangatnya, dan perjuangan serta pengorbanannya yang tiada terhingga untukku. Terutama untuk ibu dan ayahku yang selalu mendoakanku disetiap waktuku. Tak lupa pula tuk adikku yang memberikanku semangat baru untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga kalian selalu dimudahkan oleh ALLAH dalam menempuh jenjang pendidikan.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Pembimbing I yang selalu siap memberikan bimbingan dan pengarahan yang membangun dalam proses penyusunan skripsi, terima kasih bapak atas bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..

4. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Terima kasih kepada Ibu yang secara tulus dan penuh kesabaran membimbing dan mengajarkan banyak hal tentang kuliah dan kehidupan.

5. Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(11)

x

6. Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK selaku dosen penguji dalam sidang skripsi, terima kasih atas kesediaan Bapak menjadi penguji dan memberikan bimbingan, saran-saran, kemudahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi.

7. Bapak Mulyono selaku Safety Supervisor yang telah banyak membantu dalam hal pengambilan data, saran dan hal-hal lain yang sangat dibutuhkan untuk melengkapi skripsi penulis. Terima kasih atas semua waktu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

8. Bapak Arief Budiman selaku salah satu SHE-O PT. PP (Persero) yang sudah memberikan masukan kepada penulis.

9. Seluruh Karyawan, Staff dan pekerja di PT. PP (Persero) khususnya Proyek Tiffani Apartemen Kemang, terimakasih atas waktunya, bantuannya, dan perhatiannya.

10.For My Beloved Women, Ratih Swari Puspita yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, candaan yang bisa membuat penulis tidak jenuh dalam mengerjakan skripsi, yang selalu menemani penulis untuk mengerjakan skripsi. Semoga cita-cita kita bisa tercapai.

11.Sahabat-sahabat terbaikku (Nouval, Andi, Adit Gizi, Fauzi Oji, Iban, Rawar, Taufik, Yunus, Ali Imran, Luthfi, Tri, Zenal, Said ) yang tidak akan pernah terlupakan, yang selalu memberikan semangat, arahan dan bimbingan. Trimaksih telah menghibahkan kosan, printer, tinta dan kertas free untuk menyelesaikan skripsi penulis.

12.Teman- teman UIN, FKIK, Kesmas, K3 Yang telah banyak memberikan dukungan dan kebaikan selama perkuliahan hingga saat ini. Thanks 4 all.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain.

و ا ا ك ع ة رو ه

و ل اك هت

Jakarta, 17 Desember 2010


(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PANITIA SIDANG ... v

KURIKULUM VITAE ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 8

1.4. Tujuan Penelitian ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja ... 12

2.1.1. Model Teori Kecelakaan Kerja ... 12

2.1.2. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja ... 26

2.2.Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ... 28


(13)

xii

2.2.2. Jenis Kelamin ... 29

2.2.3. Masa Kerja ... 29

2.2.4. Lama Jam Kerja ... 30

2.2.5. Shift Kerja ... 30

2.2.6. Kebisingan ... 31

2.2.6.1Nilai Tingkat Baku Kebisingan ... 32

2.2.6.2Pengukuran Kebisingan ... 32

2.2.7 Pencahayaan ... 36

2.2.8 Lingkungan Kimia ... 37

2.2.9 Beban Kerja ... 37

2.2.10.1 Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja) ... 38

2.2.10.2 Evaluasi Tingkat Beban Kerja ... 40

2.2.10 Penggunaan APD ... 40

2.2.11 Unit Pekerjaan ... 41

2.3. Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 41

2.4. Kerangka Teori ... 45

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ... 46

3.2. Definis Operasional ... 47

3.3. Hipotesis ... 48

BAB IV METODOLGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 50

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

4.3. Populasi dan Sampel ... 50

4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 51

4.4.1. Data Kecelakaan Kerja, Umur, Unit Pekerjaan, Lama Jam Kerja, Masa Kerja dan Unsafe act ... 51


(14)

xiii

4.6. Analisis Data ... 53

BAB V HASIL 5.1. Gambaran Umum PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan ... 54

5.1.1. Visi dan Misi PT. PP (Persero) ... 55

5.1.2. Kebijakan Perusahaan ... 55

5.1.3. Karakteristik SMK3 dan Mutu PT. PP (Persero) ... 56

5.1.4. Sumber Daya Manusia ... 56

5.1.5. General Contractor ... 57

5.1.6. Pengembangan ... 57

5.1.7. Investor ... 58

5.1.8. Penunjang ... 58

5.1.9. Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O dan SS PT. PP (Persero) .... 58

5.2. Analisis Univariat ... 60

5.2.1. Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 60

5.2.2. Gambaran Umur Pekerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 61

5.2.3. Gambaran Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 62

5.2.4. Gambaran Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 63

5.2.5. Gambaran Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 64


(15)

xiv

5.3. Analisis Bivariat ... 65

5.3.1. Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 65

5.3.2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 67

5.3.3. Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 68

5.3.4. Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ... 69

BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian ... 71

6.2. Gambaran Kecelakaan Kerja, Umur, Masa Kerja, Unit Pekerjaan, Lama Jam Kerja, dan Unsafe Act pada Buruh Konstruksi ... 71

6.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja ... 72

6.3.1. Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja ... 72

6.3.2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja ... 74

6.3.3. Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja ... 75

6.3.4. Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja ... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 78

7.2. Saran ... 79


(16)

xv DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1.1 Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010 ……….

6

Tabel 2.1 Tingkat Paparan Kebisisnga ………... 33

Tabel 2.2 Estimasi Pengukuran Panas Metabolik ... 38

Tabel 2.3 Evaluasi Tingkat Beban Kerja ... 40

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 47 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Pada Buruh

Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 ……….

61

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta

Selatan 2010 ………...

62

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 ………...

63

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 ………..

64

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 ………

65

Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ………….

66

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ….

67

Tabel 5.8 Tabulasi Silang Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek


(17)

xvi

Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 …. Tabel 5.9 Tabulasi Silang Antara Lama Jam Kerja dengan

Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ………..


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological……… 18 Gambar 2.2 Loss Causation Model Bird & Germain (1990) ……… 25 Gambar 2.3 Kerangka Teori ………. 45 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ………. 47


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Surat Penerimaan dari PT. PP (Persero) Lampiran 3 Analisis Univariat


(20)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semul yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (PERMENAKER No. 03 /MEN/1998). Menurut Suma’mur (1996), definisi kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau unsur perencanaan, sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan sampai skala paling berat.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian yang langsung nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat


(21)

kecelakaan kerja sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring dengan berkembangnya dunia industri di Amerika (Saehu, 2011).

Menurut Estimasi International Labour Organization (ILO), sebanyak 2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja tiap tahunnya. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahunnya ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta terkena penyakit akibat kerja (PAK). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kecelakaan kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-keselakaan kerja setiap tahunnya mencapai lebih dari US$ 1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). (Mayulu, 2011 dan Yanri, 2006)

Pada tahun 2009, pemerintah mencatat 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut mengalami tren menurun sejak 2007 yang sempat mencapai 83.714 kasus dan menurun pada 2008 yang hanya 58.600 kasus. Namun Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengakui bahwa kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara lain (Aryono, 2011). Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun. Tahun 2000 terjadi 98.902 kasus, tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002


(22)

terjadi 103.804 kasus, tahun 2003 terjadi 105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418 kasus, tahun 2005 terjadi 99.023 kasus, tahun 2006 terjadi 95.624 kasus, dan semester pertama 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus (Zubaedah, 2009). Namun, menurut data terakhir yang dilaporkan pada tahun 2008 adalah sebanyak 93.823 kasus kecelakaan kerja. Terjadi peningkatan signifikan dari tahun 2007 yang hanya 83.714 kasus. Kasus kematian akibat kecelakaan kerja juga mengalami peningkatan dari sebelumnya pada tahun 2007 sebanyak 13.251 kasus menjadi 14.451 kasus pada tahun 2008. (Mayulu, 2011)

Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI, jumlah kecelakaan kerja yang berujung pada kematian mencapai 2.974 kasus dengan total asuransi yang dikeluarkan mencapai Rp 44,24 miliar. Sementara itu, jumlah pekerja yang ada di DKI mencapai 2.331.580 jiwa. Angka ini meningkat dari dua tahun sebelumnya. (Bataviase, 2011)

Kepala Disnaker dan Trans DKI Deded Sukendar memberi contoh kejadian pada 2007, jumlah kecelakaan kerja mencapai 9.480 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 734 pekerja cacat fungsi, 529 kasus cacat sebagian, empat kasus cacat tetap, dan 634 kasus meninggal dunia. Sementara sebanyak 7.519 kasus atau 79 persen, sembuh dari kecelakaan. Dari data-data diatas, bisa diketahui bahwa kinerja penerapan K3 di perusahaan Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Padahal, jika kita menyadari secara nyata bahwa volume kecelakaan kerja juga menjadi kontribusi untuk melihat kesiapan daya pesaing. Jika volume ini masih tinggi, Indonesia bisa kesulitan dalam menghadapi pasar global. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus


(23)

kecelakaan kerja (Warta Ekonomi, 2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan.

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan (zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%). Pada umumnya kecelakaan kerja terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi. (Effendy, 2011)

Faktor yang mempengaruhi kecelakaan menurut Surry dalam Colling (1990) fenomena kecelakaan dihasilkan dari interaksi host (pekerja) berupa umur, jenis kelamin, masa kerja, dan tingkat pendidikan, agent (mesin/pekerjaan) berupa unit kerja dan waktu kerja, dan faktor-faktor lingkungan berupa fisik, kimia, dan biologi. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Modelyang terdiri dari : Lack of Control (kurang kendali), Basic Causes


(24)

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya beberapa faktor yang telah disebutkan diatas berhubugan dengan terjadinya kecelakaan pada pekerja. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) terdapat hubungan antara umur dan masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sari (2000) terdapat hubungan antara shift kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja di Perusahaan Keramik PT. X Cikarang. Hasil peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) terdapat hubungan yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber).

PT PP (Persero) didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan berdasarkan Akta No 48 dari 26 Agustus 1953. Dalam rangka memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1960, PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan berubah menjadi PN Pembangunan Perumahan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1971, PN Pembangunan Perumahan berubah dan menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero), yang disahkan melalui Akta No 78 tanggal 15 Maret 1973. Perusahaan bisnis inti jasa konstruksi. Selama lebih dari lima dekade, PT PP (Persero) telah menjadi pemain kunci dalam usaha konstruksi nasional. Beberapa mega proyek telah dibangun di masa itu. Kemudian, mulai tahun 1991, usaha PT PP (Persero) diversifikasi, termasuk sewa ruang kantor di Plaza PP dan pengembangan bisnis perumahan di daerah Cibubur, dan juga pendirian beberapa anak perusahaan melalui kemitraan dengan perusahaan asing, antara lain PT PP Taisei Indonesia Konstruksi dan PT Mitracipta Polasarana.


(25)

Proyek yang dibangun oleh PT. PP (Persero) adalaha Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel dan Samudera Beach Hotel, gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta, dan salah satunya proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan. Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan berada di Jl. Antasari, Kemang Jakarta-Selatan, proyek dimulai pada bulan April 2010. Proyek ini mempunyai 46 lantai.

Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, masih didapatkan kasus kecelakaan kerja yang cukup signifikan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 1.1.

Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010

Bulan

Kecelakaan Fatal Cidera

ringan Berat

April - - -

Mei - 2 -

Juni - 3 -

Juli - 7 -

Agustus - 6 -

September - 4 -

Sumber : PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kasus kecelekaan di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010 tercatat 22 kasus kecelekaan kerja dari 96 buruh konstruksi. Hal ini belum sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menekan angka kecelakaan kerja hingga


(26)

Zero Accident. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

1.2 Rumusan Permasalahan

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan yang dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan yang menyangkut aspek kecelakaan kerja/keselamatan kerja. Kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat pembangunan proyek, kerugian materi, kehilangan waktu, kecacatan yang dapat menurunkan kualitas hidup pekerja bahkan kematian. Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, diperoleh 22 kasus kecelakaan kerja dari 96 buruh konstruksi.

Sejak tahun 2006 pemerintah terus meningkatkan pengawasan ketenagakerjaan, sehingga angka kecelakaan kerja bisa ditekan menuju nihil kecelakaan kerja (zero accident). Namun, faktanya PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan belum sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menekan angka kecelakaan kerja hingga Zero Accident

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus kecelakaan kerja tersebut, selain itu belum dilakukannya


(27)

penelitian pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

1.3 Pertanyaan Penilitian

1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun2010?

2. Bagaimana gambaran umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010?

3. Apakah ada hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010?

4. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010?

5. Apakah ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010?

6. Apakah ada hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010?


(28)

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

2. Diketahuinya gambaran umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

3. Diketahuinya hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

4. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

5. Diketahuinya hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.


(29)

6. Diketahuinya hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.

1.5 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Perusahaan

Memberikan informasi dan rekomendasi kepada PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan terkait hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan pengembangan bidang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

1.4.2 Bagi Peneliti

1. Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah, khususnya dalam bidang K3.

2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan.

1.4.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Sebagai referensi keilmuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja.

2. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa.


(30)

3. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan di bidang Kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta karena masih ditemukannya 22 kasus kecelakaan kerja pada buruh konstruksi dalam rentang waktu 5 bulan. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2010 di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain Cross sectional (potong lintang). Data-data tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chi square untuk melihat hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen. Populasi penelitian adalah buruh konstruksi PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010 dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner terkait variable yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari profil perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan data pendukung lainnya.


(31)

12 2.1 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. (Bab I pasal 1 butir 6 ).

2.1.1 Model Teori Kecelakaan Kerja

Dalam keselamatan di Industri, ada dasar pemikiran bahwa sebenarnya kecelakaan dapat dicegah yang kemudian dituangkan ke dalam berbagai program pencegahan kecelakaan, sebelum memahami bagaimana kecelakaan itu dapat dicegah, terlebih dahulu kita harus memahami urutan bagaimana kecelakaan terjadi dan penyebabnya. Colling (1990) telah mencatat teori-teori kecelakaan sebagai berikut:

1) Teori Domino Heinrich

Dalam buku The Origin of Accident (1928) Heinrich mengemukakan bahwa terdapat rangkaian lima faktor penyebab kecelakaan. Kunci agar


(32)

kecelakaan dapat dicegah yaitu dengan cara menghilangkan faktor utama yakni tindakan tidak aman dan bahaya mekanik dan atau fisik yang berkontribusi 98% terhadap terjadinya kecelakaan. Dari suatu proses H.W. Heinrich (1931) berpendapat bahwa kecelakaan pada pekerja terjadi sebagai rangkaian yang saling berkaitan. Mekanisme terjadinya kecelakaan

diuraikan dengan “Domino Sequence” berupa:

a. Ancestry and environment, yakni pada orang yang memiliki sifat tidak baik (misalnya keras kepala) yang diperoleh karena faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seorang pekerja kurang hati-hati, dan banyak membuat kesalahan.

b. Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan tersebut di atas yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.

c. Unsafe act and mechanical or physical hazards, tindakan yang berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya.

d. Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja. Pada umumnya disertai dengan kerugian.

e. Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka atau berat, kecacatan dan bahkan kematian.

Pada teori Heinrich, dapat digambarkan bahwa akar permasalahan dari terjadinya suatu kecelakaan adalah manusia sebagai faktor utama penyebab kecelakaan. Diyakini biasanya manusia memiliki sifat yang memiliki


(33)

kecenderungan untuk menimbulkan kecelakaan. Selanjutnya dari sifat yang dimiliki manusia tersebut dapat berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.

Birds, memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian. Dalam teorinya, Birds itu mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktik di bawah standar atau

unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.

2) Human Error Model

Russel Ferrel (dalam Colling, 1990), menyatakan bahwa kecelakaan merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab-penyebab merupakan kesalahan manusia. Kesalahan manusia ini disebabkan oleh salah satu dari 3 (tiga) situasi ini:

a. Overload (beban yang berlebihan) yang merupakan ketidaksesuaian dari kapasitas manusia dan beban yang ditujukan padanya.

b. Tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang dikarenakan ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia tujukan.

c. Aktivitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik karena ia tidak tahu apa yang lebih baik maupun karena ia dengan sengaja mengambil risiko.


(34)

Overload dapat dipelajari di dalam model ini dengan melihat sumber-sumber dari beban: beban tugas, beban dari lingkungan di sekitar, beban dari dalam diri sendiri dan beban situasi. Sumber dari beban ini kemudian bisa dibandingkan dengan sumber-sumber dari kapasitas. Ini merupakan dukungan alami seseorang. Keadaan fisiknya, pikiran-pikirannya, tingkat pelatihannya, ada tidaknya pengaruh obat-obatan dan polusi, jumlah tekanan, dan kelelahan. Dan semua ini terjadi saat seseorang berada dalam dukungan tertentu yang mendorong dan memotivasi.

Ketidakcocokan bisa dipelajari di dalam model ini dengan melihat pada dasar-dasar ketidakcocokan yang bisa jadi muncul diantara pendorong dan tanggapan yang diminta, atau dengan melihat ketidakcocokan di dalam situasi kerja.

Aktivitas yang tidak semestinya dapat dipelajari di dalam bagian-bagian dari apakah seseorang mengetahui atau tidak aktivitas yang benar atau sengaja atau tidak ia mengambil kesempatan, keputusan-keputusan di dalam bagiannya bisa jadi karena ia merasa situasi tersebut memiliki kemungkinan bahaya yang relatif rendah, atau karena ia merasa potensi untuk terjadi kecelakaan relatif rendah. Ini kemudian menjadi masalah sifat situasi.

3) Teori Kecelakaan Model Petersen

Model ini berbeda dari model Ferrell, dimana model ini menyertakan 2 (dua) kemungkinan penyebab kecelakaan seperti yang dikemukakan dari teori domino: kesalahan manusia atau kesalahan sistem.


(35)

Penyebab-penyebab kecelakaan dan atau insiden dapat bersumber dari salah satu atau keduanya.

Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia ada 3 (tiga) kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan keputusan yang keliru. Beban yang berlebih kurang lebih seperti Ferrell Model.

Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga yaitu keputusan yang keliru. Kategori ini mengajukan bahwa para pekerja sering melakukan kesalahan melalui keputusan-keputusan secara sadar atau tidak sadar. Berkali-kali pekerja akan memilih untuk mengerjakan tugas dengan tidak aman karena sederhana saja, ini lebih masuk akal dalam situasi mereka mengerjakannya dengan tidak aman daripada mengerjakannya dengan aman, dikarenakan tekanan dari teman, prioritas sistem dimana mereka berada, tekanan produksi, dan lain-lain. Teori ini mengadopsi teori Ferell yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan manusia. Teori ini mengkategorikan tiga kelompok besar penyebab kecelakaau yaitu

overload (sama dengan teori Ferell), ergonomic, dan pengambilan keputusan yang salah. Teori ini mengemukakan bahwa pengambilan keputusan yang salah pada suatu kondisi yang disadari atau tidak bertindak tidak aman.

4) Model Epidemiologi

Teori ini dikembangkan oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit dengan faktor lingkungan atau kombinasi dengan karakteristik situasional termasuk risk assessment


(36)

yang dapat menjadi penyebab atau pengendali terjadinya kecelakaan. Suatu model epidemiologi untuk penyebab kecelakaan telah dirancang oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry (dalam Colling, 1990). Menurutnya, fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak diharapkan, tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi

host (pekerja), agent (mesin/pekerjaan), dan faktor-faktor lingkungan. Definisi ini lebih dirasa lebih mendekati dari defenisi epidemiologi sebagai studi tentang interaksi sekelompok orang, agen, dan lingkungan yang menyebabkan penyakit.

Menurut pendekatan ini, cedera dan kerusakan merupakan petunjuk dari kecelakaan yang dapat diukur, tetapi kecelakaan itu sendiri tindakannya tidak diharapkan, tidak dapat dihindari, dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi dari korban atau penyebab kerusakan dan faktor-faktor lingkungan disertai dengan situasi yang melibatkan pengambilan risiko dan persepsi terhadap bahaya. Model ini sejalan dengan yang digunakan untuk studi penyakit. Dalam menerapkan pendekatan ini seseorang mencari suatu penjelasan untuk terjadinya suatu kecelakaan beserta sekelompok orang (korban kecelakaan), agen, dan faktor lingkungan.


(37)

Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 :

Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological

(Sumber: Industrial Safety-Management and Technology, Colling, 1990)

a. Faktor pekerja, meliputi: - Umur

Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian kecelakaan kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur muda mempunyai kecepatan reaksi/respon yang lebih tinggi (Hunter, 1975). Dan pada umumnya, kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi akan menurun pada usia 30 tahun atau lebih.

PEKERJA

-Umur -Jenis Kelamin -Masa Kerja -Tingkat Pendidikan

PEKERJAAN -Unit Kerja -Waktu Kerja

LINGKUNGAN

-Fisik -Biologi -Kimia


(38)

Berbeda dengan pendapat di atas, Dessler (1998) dalam Sukamto mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir tahun 60 dan 70. ILO (1989) dalam Arifin menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja.

- Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan kekuatan kerja ototnya. Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam analisis kejadian kecelakaan. Daya tahan, ukuran, dan postur tubuh laki-laki dan wanita berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peraturan jam kerja yang tidak diperbolehkan untuk wanita (Surya, 1972).

- Masa kerja

Pengaruh masa kerja dan pengalaman kerja terhadap kejadian kecelakaan sangat sulit untuk ditarik kesimpulannya, karena faktor-faktor yang berbeda yang mempengaruhi kecelakaan misalnya kebanyakan pekerja yang tidak berpengalaman dan masih muda dengan pekerja yang berpengalaman dan sudah dewasa. Untuk membedakan pengaruh karena umur dan pengalaman kerja ternyata sangat sulit. Berdasarkan berbagai penelitian, meningkatnya


(39)

pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka

kecelakaan kerja (Suma’mur, 1981). - Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi timbulnya kecelakaan karena akan berpengaruh pada pola berpikir dan cara menghindari terjadinya kecelakaan. Pendidikan juga berpengaruh terhadap lapangan dan jenis pekerjaan. Masalah lain yang perlu diperhatikan masih beragamnya penempatan pekerja yang berasal dari sekolah teknik dan non-teknik pada industri. Pekerja dengan latar belakang pendidikan teknik kecenderungan untuk mengalami kecelakaan lebih rendah dibanding pekerja yang berlatar belakang non-teknik (Simanjuntak, 1985).

- Kelelahan

Kelelahan merupakan keadaan umum pada individu yang sudah

tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya. Menurut Suma’mur

(1985), kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai dengan penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Sedangkan Grandjean (1983), menyatakan bahwa kelelahan merupakan fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis yang sering menyebakan timbulnya kecelakaan. Kelelahan akan mengurangi kesiagaan yang bisa menimbulkan kecelakaan dalam bekerja.


(40)

- Antropometri

Kurniawan (1983) menyatakan bahwa dengan ukuran tubuh manusia dapat dibuat suatu rancangan alat-alat kerja yang sepadan/sesuai bagi pekerja yang akan menggunakannya dengan kemungkinan terciptanya kenyamanan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, serta estetika kerja. Ukuran antropometri berbeda menurut bangsa, jenis kelamin, dan umur.

- Kapasitas kerja

Kemampuan tiap pekerja berbeda-beda. Hal itu sangat tergantung pada keterampilan, keserasian keadaan gizi, jenis kelamin, umur, dan ukuran-ukuran tubuh (Suma’mur, 1991).

b. Faktor pekerjaan, meliputi : - Beban kerja dan jenis pekerjaan

Menurut Sastrowinoto (1985), beban kerja adalah volume yang dibebankan kepada seorang pekerja dan hal ini merupakan tanggung jawab dari pekerja tersebut. Beban kerja harus seimbang dengan kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan atau kegagalan dalam

pelakasanaannya. Sedangkan Suma’mur (1988) menyatakan bahwa

jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja.

- Lama jam kerja

Dalam hal ini, lama jam kerja adalah lamanya waktu yang dipergunakan untuk bekerja dan tidak termasuk waktu istirahat.


(41)

Menurut Suma’mur (1987), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam

seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih dari 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan diikuti dengan meningkatnya angka sakit dan kecelakaan (Sastrowinoto, 1985).

- Waktu kerja

Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam. Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing bergiliran dan lama kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan jumlah kelompok kerja. Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja (Achmadi, 1991).

- Alat kerja

Pada perusahaan industri, peranan alat kerja (mesin atau alat-alat) merupakan hal yang penting disamping pekerjanya. Menurut Budiono (1989), terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan karena faktor selain manusia hanya 10%.

c. Faktor lingkungan, meliputi - Faktor kimia

Faktor kimia dapat disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk faktor kimia


(42)

dapat digolongkan ke dalam zat-zat yang korosif, mudah terbakar/meledak, dan lain-lain.

- Faktor fisika a. Penerangan

Penerangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan cahaya. Penerangan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tergantung dari jenis dan sifatnya. Untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah 100-3.000 lux (KepMenKes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002).

b. Suhu ruangan

Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 18 – 28 0C. Temperatur efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima oleh tubuh dalam ruangan. Hal itu akan memberikan efek aman bagi orang yang berada dalam ruangan (KepMenKes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002).

c. Kebisingan

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia. Hal itu akan menimbulkan gangguan perasaan, komunikasi, hilangnya pendengaran sementara atau menetap sehingga risiko terjadinya kecelakaan kerja akan semakin meningkat. Tingkat kebisingan di ruangan kerja yang diizinkan maksimal 85 dBA (KepMenKes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002)


(43)

- Faktor biologi

Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain yang diperlukan atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi atau hasil produksi.

5) Loss Causation Model

Loss Causation Model berisikan petunjuk yang memudahkan penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan faklor penting dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model, yang terdiri dari:

1) Lack of Control (kurang kendali)

Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam meneegah terjadinya kecelakaan. Penyebab lack of control yaitu:

a. Inadequate programe

Hal ini dikarenakan program yang tidak bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup.

b. Inadequate programe standards

Tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas atau standar tidak baik.


(44)

c. Inadequate compliance -with standards

Kurangnya pemenuhan standar merupakan penyebab yang sering terjadi.

2) Basic Causes: (penyebab dasar)

Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh:

a. Personal factor, faktor kepemirnpinan atau kepengawasan.

b. Job factor, tidak sesuainya design engineering.

3) Immediate Causes

Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila kontak dengan bahaya. Immediate causes meliputi faktor sub-standard

dan faktor kondisi. Faktor substandard diantaranya tindakan tidak aman seperti mengoperasikan unit tanpa ijin, faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain. Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2Loss Causation Model Bird & Germain (1990)

LACK OF CONTROL

BASIC CAUSES

IMMEDIATE

CAUSES INCIDENT LOSS

Inadequate programe Inadequate programe standarad Inadequate compliance with standards Personal factors Job factors Substandards Act Substandard Conditions Contact with energy or substance People Property Process


(45)

Salah satu teori diatas mungkin tidak dapat mencukupi untuk dapat menjelaskan kejadian kecelakaan. Kombinasi dari teori-teori diatas perlu dipakai untuk menjawab mengapa suatu kecelakaan dapat terjadi (combination Theori) (ILO, 1989).

2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja bersifat jamak, karena pada kenyataannya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak disebabkan hanya satu faktor, tetapi banyak faktor yang saling berkaitan untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1962 dalam

Suma’mur (1995), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan menjadi 4 macam

penggolongan, yaitu :

1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Akibat Kerja a. Terjatuh.

b. Tertimpa benda jatuh.

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh. d. Terjepit oleh benda.

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. f. Pengaruh suhu tinggi.

g. Terkena arus listrik.


(46)

i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.

2. Klasifikasi Menurut Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik. b. Alat angkut dan alat angkat.

c. Peralatan lain, misalnya instalasi pendingin dan alat-alat listrik. d. Bahan-bahan atau zat-zat radiasi.

e. Lingkungan kerja.

f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut. g. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau

data tak memadai.

3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan a. Patah tulang.

b. Dislokasi atau keseleo. c. Regang otot atau urat. d. Memar dan luka dalam lain. e. Amputasi.

f. Luka-luka lain. g. Luka di permukaan. h. Gegar dan remuk. i. Luka bakar.

j. Keracunan-keracunan mendadak (akut). k. Akibat cuaca.


(47)

l. Mati lemas.

m. Pengaruh arus listrik. n. Pengaruh radiasi.

o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya. 4. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka Di Tubuh

a. Kepala, Leher, dan Badan. b. Anggota atas.

c. Anggota bawah. d. Banyak tempat. e. Kelainan umum.

f. Letak lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi tersebut.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja 2.2.1 Umur

Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian kecelakaan kerja. Menurut Hunter dalam Arifin (2005) Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur muda mempunyai kecepatan reaksi/respon yang lebih tinggi. Dan pada umumnya, kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi akan menurun pada usia 30 tahun atau lebih. Berbeda dengan pendapat di atas, Gary Dessler dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan


(48)

turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir tahun 60 dan 70. ILO (Arifin, 2005) menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja. Oborno dalam Arifin (2005) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergea-gesa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang.

2.2.2 Jenis kelamin

Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan kekuatan kerja ototnya. (Silastuti, 2006)

2.2.3 Masa kerja

Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya masa kerja dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat

kerja yang bersangkutan (Suma’mur 1989). Menurut M. A. Tulus dalam Kadarwati (2006), masa kerja dapat dikategorikan, menjadi :

1. Masa kerja baru : < 6 tahun 2. Masa kerja sedang : 6 – 10 tahun


(49)

3. Masa kerja lama : > 10 tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang.

2.2.4 Lama Jam Kerja

Menurut Suma’mur (1987), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih dari 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan diikuti dengan meningkatnya angka sakit dan kecelakaan.

2.2.5 Shift kerja

Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam. Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing bergiliran dan lama kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan jumlah kelompok kerja. Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Arifin, 2005). Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja (Benny dan Achmadi, 1991). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Halinda (2000) terdapat hubungan antara shift kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di Perusahaan Keramik PT. X Cikarang.


(50)

2.2.6 Kebisingan

Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia. Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau menetap. Bunyi didengar sebagai rangsangan pada telinga oleh getaran- getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi- bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz) dan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam desibel (db). Telinga manusia mampu mendengar frekuensi- frekuensi diantara 16- 20.000 Hz. (Suma’mur, 1996)

Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga dapat dianalisis dan dicari pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah dengan menggunakan sound level meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah desibel (dBA). Alat ini mampu mengukur kebisingan diantara 30 -130 dBA dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain adalah yang


(51)

dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose meter (Depnaker, 2004).

2.2.6.1Nilai Tingkat Baku Kebisingan

Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Intensitas kebisingan yang dianjurkan bedasarkan Kep. MenKes. No. 55 tahun 1999 adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja. Adapun tingkat paparan kebisingan maksimal selama satu hari pada ruang proses produksi yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Tingkat Paparan Kebisingan

No Tingkat Kebisingan (dBA) Pemaparan Harian

1 85 8 jam

2 88 4 jam

3 91 2 jam

4 94 1 jam

5 97 30 menit

6 100 15 menit

Sumber : Kep. MenKes RI No 261/MenKes/SK/II/1999

2.2.6.2Pengukuran Kebisingan

Pengukuran adalah kunci dalam meminimalkan risiko yang ditimbulkan oleh kebisingan. Pengukuran kebisingan tidak jauh


(52)

berbeda dengan survey bising. Untuk lebih memadai, pengukuran kebisingan harus dapat mengidentifikasi pekerja yang terekspos pada tingkatan yang berbahaya (tidak standar) dan menghasilkan informasi yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan. Contoh dari peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan adalah penurunan pajanan kebisingan; pelindung telinga; tanda zona wajib memakai pelindung telinga; pembekalan /pelatihan terhadap karyawan.

1. Alat Pengukur Kebisingan

Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan

Sound Level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.

Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah


(53)

chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga.

Adapun operasional pengkuran dapat dilakukan sebagaimana Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.: Kep-48/MENLH/11/1996 sebgai berikut :

a. Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah penentuan standar yang akan diacu dalam survei.

b. Pemeriksaan instrumen. Hal ini meliputi pemeriksaan batere sound level meter (SLM) dan kalibrator, serta aksesories misalnya windscreen, raincover, dan lain-lain.

c. Kalibrasi instrumen. Hal ini harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah pengukuran berlangsung.

d. Pembuatan denah lokasi dan titik dimana pengukuran dilakukan. e. Bila pengukuran dilakukan dengan free-field microphone

(standar IEC) maka SLM diarahkan lurus ke sumber. Sedangkan jika mikropon yang digunakan merupakan random incidence microphone (ANSI), maka SLM harus diorientasikan sekitar 70o - 80o terhadap sumber bising.

f. Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih dari satu arah, maka sangat penting untuk memilih mikropon dan mounting yang tepat yang memungkinkan untuk mencapai karakteristik

omnidirectional terbaik.


(54)

h. Pemilihan respons detektor yang sesuai, F atau S untuk mendapatkan pembacaan yang akurat.

i. Hindarkan refleksi baik dari tubuh operator maupun blocking

suara dari arah tertentu.

j. Saat pengukuran berlangsung, selalu perhtikan haal-hal berikut: (a) Hindari pengukuran dekan bidang pemantul; (b). Lakukan pengukuran pada jarak yang tepat, sesuai dengan standar atau baku mutu yang diacu; (c). Cek bising latar; (d). Pastikan 77 tidak terdapat perintang terhadap sumber bising yang diukur; (e). Selalu gunakan windshield (windscreen), dan (f). Tolak pembacaan overloud.

k. Laporan harus terdokumentasi dengan baik. Laporan ini sedikitnya harus terdiri dari: (a). Sket pengukuran (meliputi orientasi dan kedudukan SLM, luas ruangan atau tempat pengukuran dilakukan serta kedudukan sumber bising); (b). Standar yang diacu; (c). Identitas instrumen; jenis dan nomor seri; (d). Metode kalibrasi; (e). Weighting network dan respons detektor yang digunakan; (f). Deskripsi jenis suara (impulsif, kontinyu, atau tone); (g). Data bising latar; termasuk chart yang digunakan untuk perhitungan; (h). Kondisi lingkungan; tekanan atmosfir; (i). Data obyek yang diukur (jenis mesin, beban, kecepatan, dll); (j). Tanggal pengukuran dan nama operator.


(55)

2.2.7 Pencahayaan

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda- benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja. Menurut ILO, beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja (Arifin, 2005). Selain itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur,

1996). Penerangan di tempat kerja merupakan salah satu faktor yang perlu diupayakan penyempurnaannya. Penerangan yang baik mendukung kesehatan kerja dan memungkinkan tenaga kerja bekerja dengan lebih aman dan nyaman, yang antara lain disebabkan karena mereka dapat melihat obyek yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya tambahan, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan.

Akibat- akibat penerangan yang buruk adalah:

1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. 2. Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata. 3. Kerusakan alat penglihatan.


(56)

2.2.8 Lingkungan kimia

Faktor kimia merupakan salah satu faktor yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks, hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi. (Arifin, 2005)

2.2.9 Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari- hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima seorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba,2000).

Everly dkk dalam Munandar (2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara kuantitatif yaitu timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit,


(57)

sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas atau tugas tidak menggunakan ketrampilan atau potensi dari pekerja. Beban kerja fisikal atau mental yang harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan.

2.2.11.1 Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja)

Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986 yang dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2

Estimasi Pengukuran Panas Metabolik

A Body position and movement Kcal/min*

Sitting 0.3

Standing 0.6

Walking 2.0 -3.0

Walking uphill Add 0.8 per meter rise B Type of work

Average

Kcal/min Range kcal/min

Hand work Light Heavy

0.4 0.9

0.2 – 1.2 Work one arm

Light Heavy

1.0 1.8

0.7 – 2.5 Work both arms

Light Heavy

1.5 2.5

1.0 – 3.5 Work whole body

Light Moderate Heavy Very Heavy 3.5 5.0 7.0 9.0

2.5 – 9.0

C Basal metabolism 1.0

D Sample calculation** Average Kcal/min

Assembling work with heavy hand tools

0.6 3.5


(58)

Standing Two arm work Basal metabolism Total

1.0

5.1 kcal/min

* For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8 m2 body surface (19.4 ft2)

** Example of measuring metabolic heat production of worker when performing initial screening

Sumber: NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986

Selain estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986, panas metabolisme dapat diukur melalui perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi. Penilaian beban kerja dilakukan dengan pengukuran berat badan tenaga kerja, pengamatan aktifitas tenaga kerja dan kebutuhan kalori berdasarkan pengeluaran energi sesuai tabel perhitungan beban kerja. Pengamatan aktifitas kerja dilakukan dengan cara pengamatan pada kategori jenis pekerjaan dan posisi badan pekerja setiap jam, kemudian posisi dan lama gerakan tersebut dicatat dan dihitung.

2.2.11.2 Evaluasi Tingkat Beban Kerja

Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan hasil estimasi pengukuran panas metabolisme menurut NIOSH 1986 sesuai dengan kategori OSHA pada tabel 2.3. (Vanani, 2008)


(59)

Tabel 2.3 Tingkat Beban Kerja No Pengukuran Panas

Metabolik

Tingkat Beban Kerja 1 < 200 kcal/jam Ringan 2 200 - 350 kcal/jam Sedang 3 350 - 500 kcal/jam Berat 4 > 500 kcal/jam Sangat Berat

Sumber : OSHA dalam Vanani, 2008

2.2.10 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Suma’mur (1996), APD adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.


(60)

Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah sebagai berikut:

1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya. 2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.

3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja.

4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya.

5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan menggunakan alat pelindung diri.

2.2.11Unit Pekerjaan

Unit pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber) dengan Pvalue sebesar 0,014

2.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan penyebabnya. Akan tetapi kecelakaan merupakan kejadian yang dapat dicegah (ILO,1989:14).


(61)

Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja harus ditujukan untuk mengenal dan menemukan penyebabnya, bukan menemukan gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminir (Depnaker, 1996). Menurut Suma’mur (1989), yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja antara lain sebagai berikut :

1. Peraturan perundangan

Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK dan pemeriksaan kesehatan.

2. Standarisasi

Yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarats keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.

3. Pengawasan

Yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Pengawasan bersifat teknik

Yaitu yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau


(62)

penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis

Yaitu yang mliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis

Yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan

7. Penelitian secara statistic

Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya.

8. Yaitu yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan

Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.

10.Penggairahan

Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.


(63)

11.Asuransi

Yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan keselamatan cukup baik.

12.Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

Yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pigak yang bersangkutan. Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, dan pengusaha serta buruh


(64)

2.3 Kerangka Teori

Berdasarkan teori dikatakan oleh Russel Ferrel serta Surry (dalam colling;1990), faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, meliputi, : umur, jenis kelamin, unit pekerjaan, shift kerja, massa kerja, kebisingan, pencahayaan, lama jam kerja, faktor kimia dan beban kerja. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sumber : Surry (dalam colling;1990) dan Russel Ferrel

Umur Jenis Kelamin

Beban Kerja Shift Kerja

Faktor Kimia Pencahayaan Masa Kerja Kebisingan

Penggunaan APD Lama Jam Kerja

Unit Pekerjaan


(1)

Lampiran 3 dan 4

ANALISIS UNIVARIAT

Kecelakaan Kerja

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 21 35.0 35.0 35.0

tidak 39 65.0 65.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid muda 32 53.3 53.3 53.3

tua 28 46.7 46.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Masa Kerja

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baru 30 50.0 50.0 50.0

Sedang 10 16.7 16.7 66.7

lama 20 33.3 33.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Unit Pekerjaan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid struktur 23 38.3 38.3 38.3

arsitektur 21 35.0 35.0 73.3

mekanikal/elektrikal 16 26.7 26.7 100.0


(2)

Lama Jam Kerja

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak normal 32 53.3 53.3 53.3

normal 28 46.7 46.7 100.0


(3)

ANALISIS BIVARIAT Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Umur

Crosstab

kecelakaan

kerja Total ya tidak

umur klompok muda Count 17 15 32

% within umur klompok

53.1% 46.9

% 100.0%

tua Count 4 24 28

% within umur klompok

14.3% 85.7

% 100.0%

Total Count 21 39 60

% within umur klompok

35.0% 65.0

% 100.0% Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.902(b) 1 .002

Continuity Correction(a) 8.268 1 .004

Likelihood Ratio 10.491 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .002

Linear-by-Linear

Association 9.737 1 .002

N of Valid Cases 60

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.80. Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for umur klompok (muda / tua) 6.800 1.918 24.115 For cohort kecelakaan kerja = ya 3.719 1.418 9.750 For cohort kecelakaan kerja = tidak .547 .367 .815


(4)

Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Masa Kerja

Crosstab

kecelakaan kerja

Total ya tidak

masa kerja klompok

baru Count

16 14 30

% within masa kerja klompok 53.3% 46.7% 100.0%

sedang Count 3 7 10

% within masa kerja klompok 30.0% 70.0% 100.0%

lama Count 2 18 20

% within masa kerja klompok 10.0% 90.0% 100.0%

Total Count 21 39 60

% within masa kerja klompok 35.0% 65.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10.037(a) 2 .007

Likelihood Ratio 11.018 2 .004

Linear-by-Linear Association 9.859 1 .002

N of Valid Cases 60


(5)

Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Unit Pekerjaan

Crosstab

kecelakaan kerja Total

ya tidak

unit pekerjaan struktur Count 10 13 23

% within unit

pekerjaan 43.5% 56.5% 100.0%

arsitektur Count 7 14 21

% within unit

pekerjaan 33.3% 66.7% 100.0%

mekanikal/elektrika

l

Count

4 12 16

% within unit

pekerjaan 25.0% 75.0% 100.0%

Total Count 21 39 60

% within unit

pekerjaan 35.0% 65.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.456(a) 2 .483

Likelihood Ratio 1.473 2 .479

Linear-by-Linear Association 1.427 1 .232

N of Valid Cases 60


(6)

Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Lama Jam Kerja Crosstab

kecelakaan kerja Total

ya tidak

lama jam kerja kelompok

tidak normal Count

19 13 32

% within lama jam

kerja kelompok 59.4% 40.6% 100.0%

normal Count 2 26 28

% within lama jam

kerja kelompok 7.1% 92.9% 100.0%

Total Count 21 39 60

% within lama jam

kerja kelompok 35.0% 65.0% 100.0% Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 17.908(b) 1 .000

Continuity Correction(a) 15.686 1 .000

Likelihood Ratio 20.054 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 17.610 1 .000

N of Valid Cases 60

a Computed only for a 2x2 table

b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.80. Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for lama jam kerja

kelompok (tidak normal / normal) 19.000 3.829 94.289 For cohort kecelakaan kerja = ya 8.313 2.121 32.579 For cohort kecelakaan kerja = tidak .438 .284 .673