11 kebutuhan yang telah didapat kemudian menyusun hal-hal yang diperlukan dalam
mengembangkan suatu produk. Tahap ketiga, adalah implementasi. Hasil dari desain penelitian kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
Tahap keempat adalah evaluasi. Hasil dari proses implementasi kemudian dievaluasi kelebihan dan kelemahannya. Tahap kelima yaitu revisi. Proses revisi
merupakan tahap akhir dari pengembangan suatu produk. Proses revisi ini didasari dari hasil evaluasi yang telah dilakukan. Jika hasil produk sudah diidentifikasi
kelebihan dan kelemahannya, maka produk perlu diperbaiki sebagai produk akhir yang layak untuk digunakan. Kelima tahap proses pengembangan ini merupakan
jembatan untuk menciptakan suatu produk yang baru sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sehingga menjadi produk yang lebih baik dan berkualitas.
2.1.2 Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan Emansipatoris merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana pembelajaran terfokus pada pemusatan perhatian siswa
sebagai subjek dalam pengalaman kemanusiaannya. Suprijono, 2016:51. Pendidikan Emansipatoris menempatkan guru dan siswa sebagai pembelajar
Winarti dan Anggadewi 2015:54, artinya dalam proses pembelajaran akan terjadi dialog antara keduanya sehingga pengalaman dan pemahaman kedua pihak
dapat berkembang. Tiga kata kunci utama dalam pendidikan emansipatoris, yaitu humanisasi,
kesadaran kritis dan mempertanyakan sistem. Pengertian humanisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penumbuhan rasa peri kemanusiaan.
Pendidikan Emansipatoris dengan prinsip humanisasi bertujuan mengajak siswa untuk mampu berpikir kritis dalam proses pencapaian pengetahuan. Selain itu,
12 Pendidikan Emansipatoris ini juga mengarahkan peserta didik pada penyadaran
kritis dalam memperoleh kebebasan untuk menemukan pengetahuannya. Pendidikan Emansipatoris dikembangkan dengan tujuan menghasilkan siswa yang
memiliki sikap kritis Suprijono, 2016. Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan mengarahkan siswa pada pertanyaan-pertanyaan yang logis sehingga mereka
dapat merespon dan menjabarkan pengetahuan yang dimilikinya. Pembelajaran IPA dapat mendorong siswa untuk mampu berpikir kritis melalui proses
pembelajaran tentang peran penting tumbuhan bagi makhluk hidup serta cara menjaga dan melestarikan alam di lingkungan sekitar. Pengetahuan siswa dapat
berkembang ketika siswa dapat belajar dari pengalaman sekitarnya, serta dapat saling bertukar pikiran dengan guru. Terjadinya dialog antara keduanya dapat
mengembangkan pemahaman dan pengalaman kedua belah pihak akan suatu realitias.
2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif PPR
Paradigma Pedagogi Reflektif PPR merupakan salah satu bentuk Pendidikan Emansipatoris Winarti dan Anggadewi, 2015:54. Paradigma
Pedagogi Reflektif PPR merupakan pola pikir paradigma = pola pikir dalam menumbuh kembangkan pribadi siswa pedagogi reflektif = kemanusiaan
Subagyo, 2010:39. Pembelajaran berpendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah proses pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang
studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa, sedangkan pengembangan nilai kemanusiaan
dikembangkan melalui dinamika pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran juga disertai dengan evaluasi Subagya, 2010: 51. Sehingga dapat
13 disimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah pendidikan yang
menekankan pada pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan kompetensi siswa melalui proses pembelajaran di sekolah. Penumbuhan nilai-nilai ini dilakukan
sesuai dengan konteks siswa dan materi pembelajaran, serta melalui pemberian pengalaman, refleksi, perwujudan aksi, dan evaluasi.
Pembelajaran berpendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR bertujuan untuk memperdalam pemahaman dan kemampuan siswa dalam
menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar siswa. Tujuan dari pembelajaran berpendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR terwujud dalam 3 unsur yaitu,
competence
kemampuan kognitif
, conscience
kemampuan afektif
,
dan
compassion
kemampuan psikomotorik. Penerapan Paradigma Pedagogi
Reflektif PPR dalam proses pembelajaran terbentuk dalam sebuah siklus yang terdiri atas 5 unsur pokok yaitu:
konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi P3MP, 2008: 8. Berikut merupakan skema siklus dalam PPR dan penjabarannya.
Skema siklus dalam Paradigma Pedagogi Reflektif PPR PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14 Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilakukan oleh guru
yang didukung keterbukaan diri dari siswa. Guru berperan sebagai fasilitator untuk mengamati sejauh mana pencapaian siswa akan perkembangan pribadi
siswa terhadap materi yang akan dipelajarinya atau yang diajarkan. Subagya, 2010: 43.
Pengalaman merupakan proses pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam memahami dan
mendalami materi yang dipelajarinya. Pengalaman dibedakan atas pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah
pengalaman yang dialami sendiri oleh siswa seperti kegiatan diskusi, dan pengamatan Subagya, 2010: 52. Sedangkan pengalaman tidak langsung ialah
pengalaman yang bukan berasal dari diri siswa, seperti mendengarkan, melihat, dan membaca Subagya, 2010: 52. Dalam hal ini tugas seorang guru hanya
sebagai fasilitator yang menyediakan pengalaman tersebut untuk siswa. Refleksi merupakan unsur terpenting dari proses pembelajaran dalam
pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. Dengan melakukan refleksi siswa diharapkan mampu memaknai proses pembelajaran yang telah mereka
pelajari. Hal ini tentu saja sangat menunjang pengembangan diri siswa. Maka refleksi merupakan tindakan yang sangat menentukan siswa untuk begerak dari
pengalaman ke perbuatan Subagya, 2011:34. Aksi merupakan tindakan yang dilakukan siswa sebagai hasil refleksi
yang telah dilakukan siswa. Peran guru dalam tahap aksi ini adalah membantu siswa dalam membangun tindakan nyata siswa berupa pemaknaan hidup, sikap,
dan nilai-nilai yang telah dipilih siswa menjadi bagian dari dirinya Subagya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15 2010:62. Evaluasi merupakan proses untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
pencapaian tujuan dalam Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dilakukan pada aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan nyata yang dilakukan siswa Subagya,
2010: 63-64. Dari uraian di atas, pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR tepat dijadikan sebagai pilihan pada proses pembelajaran terutama dalam
pendidikan karakter dan penanaman nilai dalam proses pembelajaran. Sekolah dan guru memiliki tanggung jawab dalam pengembangan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Oleh karena itu, pihak sekolah dan guru diharapkan mampu untuk mengembangkan sebuah sumber belajar yang dapat
digunakan oleh siswa dalam setiap proses pembelajarannya. Sumber belajar yang dikembangkan diharapkan tidak hanya mampu mengembangkan kognitif siswa
saja tetapi juga dapat mengembangkan sikap dan keterampilan siswa.
2.1.4 Pembelajaran