RESPON KEMOTERAPI PENDERITA KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA
TAHUN 1997 – 2002
Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik SMF Penyakit Dalam
FK UNPAD RS Perjan Hasan Sadikin
I. LATAR BELAKANG
Di Amerika Serikat, kanker ovarium merupakan urutan ke tujuh kanker terbanyak.
1
Kanker epitelial ovarium merupakan penyebab utama kematian kanker ginekologis di Amerika Serikat dan merupakan urutan ke lima penyebab kematian karena kanker pada wanita. Pada
tahun 2001 diperkirakan terdapat 23,400 kasus baru kanker ovarium dan diperkirakan menyebabkan 13,900 kematian .
1,2
Insiden kanker ovarium meningkat dengan bertambahnya umur. Insidensi tertinggi didapatkan pada decade ke 8 yaitu sebesar 57100,000 wanita. Rata-
rata usia pada waktu diagnosis ditegakkan adalah 63 tahun dan 70 di antaranya datang dengan stadium lanjut.
2
Pengobatan primer terhadap kanker ovarium terdiri dari staging operasi dan sitoreduksi, sebagian besar diikuti dengan kemoterapi sistemik. Operasi inisial harus
merupakan staging lapatoromi yang menyeluruh, termasuk TAH total abdominal hysterectomy dan BSO bilateral salphingo-oophorectomy. Pada penderita usia muda yang
ingin mempertahankan fertilitas, USO unilateral salphingo-oophorectomy merupakan pilihan pada tumor stadium I, grade I, diikuti observasi saja karena kelangsungan hidup pada stadium
ini di atas 90 . NCCN. Pada penderita dengan stadium III atau IV, pada umumnya direkomendasikan operasi sitoreduksi. Kemoterapi neoajuvan dapat dipertimbangkan pada
penderita stadium III atau IV dengan bulky disease yang tidak memungkinkan tindakan operasi. Pada keadaan ini diagnosis patologis dapat ditegakkan dengan aspirasi jarum halus
atau parasentesis.
2
Penelitian GOG Gynecologic Oncology Group menunjukkan pada kanker ovarium stadium lanjut stadium III dan IV , kombinasi regimen CAP cyclophosphamide, adriamycin,
cisplatin memberikan respon yang lebih baik daripada regimen cyclophosphamide dan adriamycin respon keseluruhan sebesar 51 vs 26 dan memberikan kelangsungan hidup
yang lebih baik 15.7 bulan vs 9.7 bulan.
3
Penelitian paclitaxel pada kanker ovarium dimulai pada pengobatan penderita yang mengalami progresivitas dengan terapi cisplatin atau
dengan remisi kurang dari 6 bulan dengan respon antara 30 – 40. Penelitian – penelitian selanjutnya membandingkan respon kemoterapi regimen paclitaxel-platinum dengan regimen
tanpa paclitaxel. Regimen paclitaxel menunjukkan keunggulan dalam tingkat respon, remisi komplit, kelangsungan hidup bebas penyakit dan kelangsungan hidup keseluruhan. Pada
penelitian GOG, pemberian regimen paclitaxel-cisplatin pada penderita kanker ovarium stadium lanjut dan dengan prognosis buruk memberikan perbaikan kelangsungan hidup
selama 14 bulan dibandingkan regimen cyclophosphamide-cisplatin 38 bulan vs 24 bulan. Sejak pertengahan tahun 1990, kombinasi kemoterapi dengan paclitaxel dan platinum telah
diterima sebagai standard kemoterapi pada kanker ovarium di Amerika Serikat.
3
Perkembangan selanjutnya adalah penelitian-penelitian yang membandingkan regimen carboplatin-paclitaxel dan cisplatin-paclitaxel. Penelitian GOG 158, AGO
Arbeitsgemeinschaft Gynaekologische Onkologie dan Netherland-Danish membandingkan kedua regimen tersebut. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan tidak ada
perbedaan pada median time to pregression kedua regimen. Penelitian AGO menunjukkan keunggulan regimen carboplatin-paclitaxel dalam hal kualitas hidup dibandingkan cisplatin-
paclitaxel. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, saat ini regimen carboplatin-paclitaxel merupakan regimen terpilih pada kanker ovarium stadium lanjut.
3
Selama tahun 1997 – 2002, kanker ovarium menempati urutan ke 4 sampai ke 7 dari 10 kanker terbanyak di Rumah Sakit Kanker Dharmais .Kanker ovarium merupakan urutan ke
2 terbanyak kanker ginekologi setelah kanker serviks data dari Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Kanker Dharmais.Kanker ovarium merupakan urutan ke 2 terbanyak kanker ginekologis
setelah kanker serviks. Pada umumnya penderita datang dalam stadium yang lanjut sehingga memerlukan kemoterapi sistemik setelah terapi primer.
II. RUMUSAN MASALAH