Pembelajaran Sastra di SMA .1 Tahap pembelajaran sastra di SMA
Jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan, dan
interest pengarang yang
bersangkutan. Ajaran moral ini dapat mencakup seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Persoalan hidup manusia ini dibedakan
menjadi persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan
lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya Nurgiyantoro, 1995: 323-324.
Teknik penyampaian moral bersifat eksplisit dan implisit, penyampaian langsung dan tidak langsung, secara terang-terangan atau terselubung
Nurgiyantoro, 1995: 267. Pada saat ini pembaca akan memahami dan menemukan pesan yang diungkapkan penulis dalam karya sastra.
2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA 2.2.5.1 Tahap pembelajaran sastra di SMA
Menurut Moody dalam Rahmanto, 1988:27 pemilihan bahan pembelajaran sastra harus didasarkan pada tiga aspek penting, yaitu bahasa, psikologi, dan latar
belakang kebudayaan para siswa. 1 Bahasa
Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. Oleh karena itu, agar
pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keterampilan atau semacam bakat khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasannya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya.
Bahasa sebuah karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra harus sesuai dengan tingkat sekolah siswa. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari
kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi wacana, ungkapan, dan referensi yang ada. Kejelian dalam menentukan kriteria bahan pembelajaran sastra tersebut akan
berdampak pada pemahaman siswa terhadap karya sastra yang sedang diajarkan. 2 Psikologi
Perkembangan psikologi setiap anak tentu berbeda. Dalam memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis ini memiliki pengaruh
yang besar terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat,
kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu,
karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran disarankan mampu mewakili tingkat psikologi anak, sehingga anak didik akan lebih mudah
memahami isi karya sastra tersebut. Moody dalam Rahmanto, 1988:30 membagi tahapan psikologis anak
menjadi empat tahapan, yaitu sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Tahapan pengkhayal 8 sampai 9 tahun. Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih
penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan. b Tahap romantik 10 smpai 12 tahun.
Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi
pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.
c Tahap realistik 13 sampai 16 tahun. Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan
sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk
memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata. d Tahap generalisasi umur 16 dan selanjutnya.
Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan
menganalisis suatu fenomena. Dengan meganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang
mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Latar belakang budaya Menurut Moody dalam Rahmanto, 1988: 31, latar belakang karya sastra
bisa meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungan, seperti geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara
berpikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olah raga, hiburan, moral dan etika. Menurutya, siswa akan tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang
yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan
mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian, pemilihan bahan pembelajaran sastra yang sesuai dengan latar
belakang budaya menjadi kunci sukses dalam mendidik anak.