Uji Multikolinieritas Uji Autokorelasi

Gambar 4.3 Grafik Normal P-P Plot setelah transformasi data Sumber : Data yang diolah penulis, 2009 Dari grafik normal P-P Plot diatas terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Ghozali 2005:91 mengemukakan bahwa pengujian Universitas Sumatera Utara multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor VIF dan korelasi diantara variabel independen. Jika nilai VIF 10 dan Tolerance 0.10 maka tidak terjadi multikolinieritas, dan sebaliknya. Selain itu suatu model dikatakan terdapat gejala multikolinieritas, jika korelasi diantara variabel bebas mempunyai korelasi lebih besar dari 0,9. Berikut disajikan table hasil pengujian. Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant LN_BBBL .734 1.362 LN_BTKL .946 1.057 LN_BOP .715 1.398 Sumber : Data yang diolah penulis, 2009 Dari hasil pengujian pada table diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas antara variabel bebas, dimana dengan dasar nilai VIF untuk setiap variabel bebas tidak ada yang melebihi 10, dan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,1. Oleh karena itu maka dapat dilakukan analisis lebih lanjut

c. Uji Autokorelasi

Ghozali 2005:95 menyatakan uji auto korelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan penganggu pada Universitas Sumatera Utara periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu time series, karena gangguan pada individukelompok cenderung mempengaruhi gangguan pada individukelompok yang sama pada perode berikutnya. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Jika DW batas atas d u , maka tidak ada autokorelasi. 2 Jika DW batas bawah d L , maka terjadi autokorelasi. 3 Jika d L DW d u, tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak. Tabel 4.7 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .765 a .585 .541 .29379 1.792 a. Predictors: Constant, LN_BOP, LN_BTKL, LN_BBBL b. Dependent Variable: LN_LK Sumber : Data yang diolah penulis, 2009 Universitas Sumatera Utara Dari table diatas dapat dilihat bahwa nilai statistic DW sebesar 1,792 du sebesar 1,65 diperoleh dari DW table pada α 0,05. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas