3. Sifat bahan baku, apakah cepat mengalami kerusakan durable good atau
tahan lama undurable good. Barang yang tidak tahan lama tidak dapat disimpan lama, oleh karena itu bila bahan baku yang diperlukan tergolong
barang yang tidak tahan lama maka tidak perlu disimpan dalam jumlah banyak.
Sedangkan untuk bahan baku yang sifatnya tahan lama, tidak ada salahnya perusahaan menyimpannya dalam jumlah yang besar. Agar kontinuitas produksi tetap
terjaga, maka untuk berjaga-jaga perusahaan sebaiknya memiliki apa yang dinamakan dengan persediaan cadangan safety stock. Persediaan cadangan atau disebut pula
persediaan pengaman adalah persediaan minimal bahan baku yang dipertahankan untuk menjaga kontinuitas produksi.
2.3 Jenis-Jenis Persediaan
Handoko 1984 menjelaskan bahwa setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan
dapat dibedakan atas:
1. Persediaan bahan mentah raw materials, yaitu persediaan barang-barang
berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam
atau dibeli dari supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan purchased partscomponents, yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu
produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong supplies, yaitu persediaan barang-
barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses work in process, yaitu persediaan barang-
barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih
lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi finished goods, yaitu persediaan barang-barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
2.4 Komponen Biaya Persediaan Inventory Cost
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem
persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan Nasution, 2009:
2.4.1 Biaya Pembelian Purchasing Cost
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan
barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini biasa disebut sebagai quantity discount
atau price break dimana harga barang per unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian
tidak dimasukkan ke dalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unit dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen
biaya pembelian untuk periode waktu tertentu misalnya 1 tahun konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi berapa banyak barang yang harus dipesan.
2.4.2 Biaya Pengadaan Procurement Cost
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya pemesanan ordering cost bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar
supplier dan biaya pembuatan setup cost bila barang yang diperlukan diperoleh dengan memproduksi sendiri.
1. Biaya pemesanan ordering cost
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok
supplier, pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap
kali pemesanan.
2. Biaya pembuatan setup cost
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul di dalam pabrik yang
meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.
Karena kedua biaya tersebut mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan barang, maka kedua biaya tersebut disebut sebagai biaya pengadaan procurement
cost.
2.4.3 Biaya penyimpanan Holding CostCarrying Cost
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Besar kecilnya biaya penyimpanan sangat tergantung pada jumlah rata-rata barang
yang disimpan. Semakin banyak rata-rata persediaan, maka biaya penyimpanan menjadi besar dan sebaliknya. Biaya ini meliputi:
1. Biaya Memiliki Persediaan Biaya Modal
Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos expense yang dapat diukur dengan suku
bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya
memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.
2. Biaya Gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Biaya gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya
merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
3. Biaya Kerusakan dan Penyusutan
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan
dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
4. Biaya Kadaluarsa Absolence
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa
biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
5. Biaya Asuransi
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang
diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
6. Biaya Administrasi dan Pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan
biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.
2.4.4 Biaya Kekurangan Persediaan Shortage Cost
Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang ditimbulkan sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan atau biaya yang timbul
apabila persediaan yang tidak dapat mencukupi permintaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan
kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari:
1. Kuantitas yang tidak dapat Dipenuhi
Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini
diistilahkan sebagai biaya penalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan misalnya: Rpunit.
2. Waktu Pemenuhan
Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut
dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan
misalnya: Rpsatuan waktu.
3. Biaya Pengadaan Darurat
Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan
biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan dengan satuan misalnya: Rpsetiap kali
kekurangan. Kadang-kadang biaya ini disebut juga biaya kesempatan opportunity cost.
Ada perbedaan pengertian antara biaya persediaan aktual yang dihitung secara akuntansi dengan biaya persediaan yang digunakan dalam menentukan kebijaksanaan
persediaan. Biaya persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel incremental cost, sedangkan
biaya yang bersifat konstan seperti biaya pembelian tidak perlu diperhitungkan karena tidak mempengaruhi hasil optimal yang diperoleh.
2.5 Hubungan antara Tingkat Persediaan dan Total Biaya
Pada pengendalian persediaan, persoalan utama yang ingin dicapai adalah meminimumkan total biaya operasi perusahaan. Hal ini berkaitan dengan berapa
jumlah barang yang harus dipesan dan kapan pemesanan itu harus dilakukan.
Keputusan mengenai besarnya jumlah persediaan menyangkut dua kepentingan yaitu kepentingan pihak yang menyimpan dengan pihak yang
memerlukan barang. Keputusan itu bisa dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Jumlah barang yang dipesan harus ditentukan dan waktu pada saat
pemesanan barang masuk konstan. 2.
Jumlah barang yang dipesan dan waktu pesanan harus ditentukan.
Salah satu pendekatan terhadap kedua keputusan ini adalah memesan dalam jumlah yang sebesar-besarnya untuk meminimumkan biaya pemesanan. Cara lainnya
adalah memesan dalam jumlah sekecil-kecilnya untuk meminimumkan biaya pemesanan. Tindakan yang paling baik akan diperoleh dengan mempertemukan kedua
titik ekstrim tersebut Supranto, 1988.
Gambar 2.1 berikut memperlihatkan hubungan antara tingkat persediaan dan total biaya Siagian, 1987.
Biaya Rp Total Inventory Cost
Total Biaya Holding Cost
Minimum
Ordering cost Pesanan Optimum
Tingkat Persediaan Q
Gambar 2.1 Hubungan antara Tingkat Persediaan dan Total Biaya
Pada gambar 2.1 terlihat bahwa jika Q semakin besar, berarti pemesanan akan semakin jarang dilakukan, sehingga biaya pemesanan ordering cost akan semakin
kecil. Sebaliknya jika Q semakin kecil, berarti pemesanan akan semakin sering dilakukan, sehingga biaya pemesanan yang dikeluarkan akan semakin besar.
Akibatnya jika Q semakin besar bergeser ke kanan, maka kurva ordering cost semakin menurun.
Biaya penyimpanan holding cost digambarkan sebagai sebuah garis lurus yang dimulai pada tingkat persediaan nol Q = 0. Hal ini disebabkan karena
komponen biaya ini secara langsung tergantung pada tingkat persediaan rata-rata. Semakin besar jumlah barang yang dipesan akan mengakibatkan semakin besar
tingkat persediaan rata-rata, sehingga biaya penyimpanan akan semakin besar, yang mengakibatkan kurva holding cost semakin meningkat.
Dari gambar 2.1 terlihat bahwa antara holding cost dan ordering cost berhubungan terbalik dimana jumlah keduanya akan menghasilkan kurva total
inventory cost yang convex Mulyono, 2004. Jadi tinggi jarak kurva total inventory cost pada setiap titik Q merupakan hasil penjumlahan tinggi jarak kedua kurva
komponen biaya tersebut secara tegak lurus. Solusi optimal dari fungsi tujuan akan ditemukan pada saat total inventory cost minimum Subagyo dkk, 2000.
2.6 Model-Model Persediaan