Analisis Data Ujicoba Instrumen Tes

4.7 Analisis Data Ujicoba Instrumen Tes

4.7.1 Analisis Validasi Item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Terdapat dua jenis validitas, yaitu: (1) validitas logis yang terdiri dari validitas isi dan validitas konstrak, (2) validitas empiris yang terdiri dari validitas “ada sekarang” dan validitas predictive.Adapun yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas logis.

Rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut

𝑟 𝑥𝑦 = √{𝑁Σ𝑋 2 − (Σ𝑋) 2 2 − (Σ𝑌) 2 }{𝑁Σ𝑌 (Arikunto, 2013: 87)

Keterangan : r xy : Koefisien korelasi skor butir soal dan skor total. N : Banyaknya subjek/siswa

ΣX : Jumlah skor tiap butir soal.

ΣY : Jumlah skor total. ΣXY

: Jumlah perkalian skor butir dengan skor total. ΣX 2 : Jumlah kuadrat skor butir soal.

ΣY 2 : Jumlah kuadrat skor total.

Hasil perhitungan r xy dikonsultasikan pada Tabel kritis rproduct moment dengan taraf signifikan α = 5%.Jika r xy >r tabel maka butir soal tersebut valid.

4.7.2 Analisis Reliabilitas Tes

Suatu tes dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali atau dengan kata lain bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Untuk menguji apakah suatu tes reliabel atau tidak maka dilakukan uji reliabilitas.

Reliabilitas instrumen dianalisis dengan menggunakan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen soal bentuk uraian yang skornya bukan hanya 0 atau 1, yaitu:

Keterangan : r 11 : Reliabilitas instrumen yang dicari n : Banyaknya butir soal N : Jumlah peserta

X : Skor total

I : Nomor butir soal Σ𝜎 2

𝑖 : Jumlah varians skor tiap-tiap butir soal 𝜎 2 𝑡 : Varians total

(Arikunto 2013: 122)

Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu nilai r 11 dikonsultasikan dengan harga r tabelproduct moment. Jika r 11 >t tabel maka butir soal yang diujicobakan reliabel.

4.7.3 Analisis Daya Pembeda Item

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi atau kelompok atas (upper group) dengan siswa yang berkemampuan rendah atau kelompok bawah (lower group).

Daya beda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Apabila terdapat tanda negatif pada daya beda soal, berarti soal tersebut tidak dapat membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai. Atau dengan kata lain, siswa yang kurang pandai bisa mengerjakan soal, tetapi siswa yang pandai justru tidak bisa mengerjakan soal. Dalam hal ini tidak ada siswa yang bodoh.

1,00 Daya pembeda

Daya pembeda Daya pembeda negatif

tinggi (positif) Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa

rendah

yang pandai saja. Soal yang mempunyai daya pembeda paling besar yaitu 1,00 merupakan soal di mana seluruh keompok atas mampu menjawab soal tersebut dengan benar, dan seluruh kelompok bawah menjawab salah.

Berikut kriteria yang digunakan sebagai patokan pada umumnya adalah sebagai berikut:

Daya Pembeda( D )

Kriteria

Sangat baik (excellent)

Baik (good)

Cukup (satistifactory)

Jelek (poor)

Bertanda negative

Jelek Sekali

(Arikunto 2013: 226-232) Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung besar kecilnya angka indek diskriminasi soal uraian dapat dipergunakan rumus sebagai berikut:

D : daya pembeda M A : rata-rata skor kelompok atas M B : rata-rata skor kelompok bawah

maks : skor maksimal Butir soal yang digolongkan sebagai soal yang baik dan ideal untuk siswa

adalah butir soal yang mempunyai daya pembeda 0,40 sampai dengan 0,70 (Arikunto 2013: 232).

4.7.4 Analisis Tingkat Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index) (Arikunto, 2013: 223).Soal yang baik adalah soal yang tidak telalu sukar maupun tidak terlalu mudah.Jika soal terlalu mudah, siswa tidak terangsang untuk menyelesaikan, dan jika terlalu sulit siswa menjadi putusa asa dan tidak bersemangat untuk menyelesaikannya. (Arikunto, 2013: 222)

Menurut (Arikunto, 2013: 223), rumus untuk mencari indeks kesukaran adalah sebagai berikut.

Keterangan: P: indeks kesukaran

B: banyaknya peserta yang menjawab soal dengan benar JS : banyaknya seluruh peserta tes Menurut (Arikunto, 2013: 225), klasifikasi taraf kesukaran adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Klasifikasi Taraf Kesukaran

Indeks Diskriminasi ( D)

Klasifikasi

0,00 ≤ P< 0,30

Soal sukar

0,31 ≤ D< 0,70

Soal sedang

0,71 ≤ D< 1,00

Soal mudah