9 b.
Cara panas 1.
Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3.
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada suhu
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40 - 50
o
C. 4.
Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 - 98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit . 5.
Dekoktasi Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama
≥ 30 menit dan suhu sampai titik didih air Depkes RI, 2000.
2.3 Insektisida
Secara umum insektisida dapat didefinisikan sebagai semua zat kimia atau bahan lain yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan
kepentingan manusia Munaf, 2009. Insektisida telah secara luas digunakan
Universitas Sumatera Utara
10 untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian.
Insektisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, lalat, kecoa, dan berbagai serangga lainnya, akan tetapi insektisida ini secara nyata
banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup Djunaedy, 2009. Dalam tujuan melindungi manusia dan kelestarian lingkungan, pemerintah
Indonesia telah menetapkan zat-zat kimia atau bahan lain yang termasuk dalam golongan insektisida. Walaupun insektisida ini manfaat cukup besar pada
masyarakat, namun dapat memberikan dampak negatif pada manusia dan lingkungan, disebabkan pengetahuan kesadaran para pengelola insektisida pada
umumnya masih rendah Munaf, 2009.Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan insektisida kimia tersebut maka perlu dicari alternatif yang lebih
aman. Dengan menggunakan insektisida nabati Syadana, dkk., 2014. Secara umum, insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap
pengganggunya.Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari
serangan organisme pengganggu Anggraeni, 2010. Untuk menghasilkan insektisida nabati dapat dibuat secara sederhana yaitu: a penggerusan,
penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. b rendaman untuk mendapatkan ekstrak dan c rebusan
bagian tanaman atau tumbuhan misalnya akar, batang, umbi, daun, biji, dan buah. Menurut Pasetriyani 2010 Cara kerja insektisida nabati sangat spesifik yaitu :
1. merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
Universitas Sumatera Utara
11 2.
menghambat pergantian kulit 3.
menganggu komunikasi serangga 4.
menyebabkan serangga menolak makan 5.
menghambat reproduksi serangga betina 6.
mengurangi nafsu makan 7.
memblokir kemampuan makan serangga 8.
mengusir serangga Repellent 9.
menghambat perkembangan patogen penyakit Insektisida nabati merupakan insektisida yang berbahan baku tumbuhan
yang mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada aspek fisiologis
maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Insektisida nabati bersifat mudah terurai di
alam, sehingga diharapkan tidak meninggalkan residu di tanah maupun pada produk pertanian, relatif aman terhadap organisme bukan sasaran termasuk
terhadap musuh alami hama sehingga dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan menjaga biodiversitas organisme pada agroekosistem, dapat dipadukan dengan
komponen pengendalian hama lainnya, mernperlambat resistensi hama dan dapat menjamin ketahanan dan keberlanjutan usaha tani Ambarningrum, 2011.
2.4 Dampak Negatif Insektisida