Pengujian Koefisien Regresi secara Serentak uji F Pengujian Koefisien Regresi Secara Individual Uji t

akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 3.537 jiwa, ceteris paribus .

2. Pengujian Hipotesis Kedua

H : β 3 ≤ 0 Jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan H 1 : β 3 Jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa koefisien regresi variabel jumlah penduduk JP mempunyai tanda positif dan besarnya adalah 0,101054, sedangkan nilai t hitungnya adalah 2,053874 dengan nilai probabilitas 0,0419. Dengan menggunakan α= 5 diperoleh t tabel sebesar 1,980, maka t hitung lebih besar dari t tabel, yaitu 2,053874 1,980, serta nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, sehingga H ditolak dan H 1 diterima, atau hipotesis kedua diterima. Nilai koefisien variabel JP sebesar 0,101054 berarti bahwa setiap peningkatan jumlah penduduk sebesar 1.000 orang akan meningkatkan jumlah penduduk miskin sebanyak 101 jiwa, ceteris paribus.

3. Pengujian Hipotesis ketiga

H : β 4 ≥ 0 Pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan H 1 : β 4 Pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa koefisien regresi variabel pendidikan AMH mempunyai tanda negatif dan besarnya 3255,415, sedangkan nilai t hitungnya adalah 3,431454 dengan nilai probabilitas sebesar ,0008. Dengan menggunakan α= 5 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,980, maka t hitung lebih besar daripada t tabel, yaitu 3,431454 1,980, serta nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Variabel pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, sehingga H ditolak dan H 1 diterima, atau hipotesis ketiga diterima. Nilai koefisien regresi variabel AMH sebesar 3255,415 berarti bahwa peningkatan pendidikan sebesar 1 persen akan mengurangi jumlah penduduk miskin sebanyak 3.255 jiwa, ceteris paribus.

4. Pengujian Hipotesis Keempat

H : β 5 ≥ 0 Desentralisasi fiskal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan H 1 : β 5 Desentralisasi fiskal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel desentralisasi fiskal DF adalah 80035,18, sedangkan nilai t hitungnya adalah 2,072044 dengan nilai probabilitas 0,0402. Dengan menggunakan α= 5 diperoleh nilai t tabel sebesar 1,980, mak t hitung lebih besar dari t tabel 2,072044 1,980 serta nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Variabel desentralisasi fiskal memiliki tanda positif, hal tersebut menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori dimana seharusnya desentralisasi fiskal berpengaruh negatif terhadap kemiskinan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa desentralisasi fiscal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, sehingga hipotesis keempat ditolak. Nilai koefisien regresi sebesar 80035,18 menunjukkan bahwa peningkatan derajat desentralisasi fiskal sebanyak 1 persen akan meningkatkan kemiskinan sebanyak 800,35 jiwa, ceteris paribus.

4.4 Interpretasi Hasil

Model regresi kemiskinan mampu dioperasikan karena memenuhi asumsi klasik, yaitu BLUE Best Linear Unbiased Estimate. Nilai koefisien regresi sangat tinggi 0,98 menunjukkan kemampuan variasi variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Secara statistik, variabel independen yaitu pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, AMH, dan desentralisasi fiskal secara bersama-mama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa semua variable independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan α = 5. Semua variable memiliki tanda yang sesuai dengan teori kecuali variable desentralisasi fiscal yang tidak sesuai dengan teori. Semua variabel dummy berpengaruh signifikan, artinya bahwa memang terdapat perbedaan karakteristik dan sumber daya antar wilayah. Kemiskinan dalam penelitian ini diukur dengan banyaknya jumlah penduduk miskin menurut kriteria BPS. BPS menggunakan pendekatan pengeluaran atau konsumsi yang mendasarkan pada kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka usaha untuk menurunkan angka kemiskinan dapat ditempuh dengan meningkatkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga daya beli masyarakat dapat meningkat. Dari hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh hasil bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti 2008, Agrawal 2008 dan Hadi Sasana 2009. Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan sesuai dengan harapan adanya efek menetes ke bawah trickle down effect , dimana pertumbuhan ekonomi diyakini mampu mengatasi masalah-masalah pembangunan antara lain masalah kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan output secara nasional, output akan meningkat apabila faktor-faktor produksi pembentuknya juga mengalami peningkatan baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu faktor produksi yang dibutuhkan dalam meningkatkan output yaitu tenaga kerja. Peningkatan produksi berarti menunjukkan peningkatan produktivitas, peningkatan produktivitas berarti pendapatan tenaga kerjapun meningkat. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan daya beli tenaga kerja sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhannya. Dari hasil pengujian hipotetis kedua diperoleh hasil bahwa jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan angka kemiskinan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti 2008 dan Wongdesmiwati 2010. Adanya hubungan positif antara jumlah penduduk dengan jumlah penduduk miskin menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah penduduk, maka jumlah penduduk miskin juga akan meningkat. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Malthus dimana ia meyakini jika pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka suatu saat nanti sumber daya alam akan habis, dan menyebabkan semakin parahnya kemiskinan. selain itu, menurut Sadono Sukirno 1997 jumlah penduduk yang besar akan mengakibatkan banyaknya pengangguran dan menurunnya produktivitas.