Hasil Analisa Data dan Pembahasan 1. Hasil Analisa Data Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan antibiotik dalam

5.2.3. Jenis Pekerjaan Responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui frekuensi responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.3. Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Responden Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase Pensiun Guru Pegawai Negeri Pelajar SD-SMA Mahasiswa Nelayan Petani Ibu Rumah Tangga Tidak Bekerja Anak yang tidak bersekolah 4 4 10 20 19 1 3 7 12 5.0 5.0 12.5 25.0 23.8 1.3 3.8 8.8 15.0 Total 80 100.0 Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan responden paling banyak adalah pelajar yaitu sebanyak 20 orang 25.0, sedangkan jenis pekerjaan responden yang paling sedikit adalah nelayan yaitu sebanyak 1 orang 1.3 dari keseluruhan 80 responden pada tahun 2012. 5.3. Hasil Analisa Data dan Pembahasan 5.3.1. Hasil Analisa Data Berdasarkan hasil penelitian diketahui frekuensi jenis antibiotik berdasarkan jenis pioderma dengan menggunakan rekam medis pada tabel 5.4-5.5 di bawah ini : Tabel 5.4. Distribusi frekuensi jenis antibiotik pada pasien pioderma Jenis Antibiotik Frekuensi Persentase Amoksisilin Eritromisin Gentamisin Klindamisin Siprofloksasin 13 16 5 20 26 16,3 20,0 6,3 25,0 32,5 Total 80 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahawa jenis antibiotik yang paling banyak diresepkan untuk infeksi pioderma adalah siprofloksasin dengan frekuensi sebanyak 26 orang 32,5 sedangkan jenis antibiotik yang paling sedikit diresepkan adalah gentamisin dengan frekuensi sebanyak 5 orang saja 6,3 dari keseluruhan 80 responden pada tahun 2012. Tabel 5.5. Distribusi frekuensi jenis pioderma yang paling sering Jenis Pioderma Frekuensi Persentase Folikulitis Furunkel Impetigo Karbunkel Selulitis 6 14 22 12 26 7,5 17,5 27,5 15,0 32,5 Total 80 100,0 Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa jenis pioderma yang paling banyak adalah selulitis dengan frekuensi sebanyak 26 orang 32,5 sedangkan jenis pioderma yang paling sedikit adalah folikulitis dengan frekuensi sebanyak 6 orang saja 7,5 dari keseluruhan 80 responden pada tahun 2012.

5.4. Pembahasan

Frekuensi responden berdasarkan umur menunjukan bahawa dari total 80 responden, pasien dalam kelompok umur 16-20 tahun merupakan yang paling banyak yaitu sebanyak 17 orang 21,3, sedangkan kelompok umur lebih dari 65 tahun merupakan jumlah yang paling sedikit yaitu sebanyak 1orang 1,3. Menurut Napierkowski pada tahun 2013, impetigo merupakan infeksi bakteri yang umumnya diderita oleh anak-anak khusunya anak-anak Sekolah Dasar SD. Beliau juga menyatakan bahwa anak-anak dan remaja yang aktif berolahraga seperti minat bermain sepak bola lebih rentan menderita infeksi kulit. Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh Spurling pada tahun 2009, anak-anak merupakan golongan yang paling sering menderita pioderma yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes dan ditransmisikan melalui kontak kulit atau melalui karier nasal. Di United Kingdom, insidensi Universitas Sumatera Utara infeksi kulit pada anak-anak pada tahun 2005 menunjukkan anggaran 75 per 100 000. Hal ini disebabkan kurangnya sanitasi dalam kalangan anak-anak dan kurang pengetahuan tentang cari menjaga kebersihan diri. Spurling, 2009. Berdasarkan hasil penelitian diketahui frekuensi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2 yang menunjukkan bahwa jenis kelamin responden paling banyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 42 orang 52,5, berbanding responden perempuan yaitu sebanyak 38 orang 47,5 dari keseluruhan 80 responden pada tahun 2012. Hal ini bersamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Napierkowski pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa , impetigo merupakan infeksi bakteri yang umumnya diderita oleh anak-anak dan dewasa laki-laki yang aktif berolahraga seperti minat bermain merebut, sepak bola, rugby, dan basket lebih rentan menderita infeksi kulit. Beliau juga menyatakan laki-laki lebih rentan menderita folikulitis karena laki-laki mempunyai folikel rambut yang tebal di daerah wajah berbanding perempuan. Oleh itu, laki-laki harus mencegah pencukuran dari berbagai arah pada wajah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui frekuensi responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.3 yang menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden paling banyak adalah pelajar yaitu sebanyak 20 orang 25,0, sedangkan jenis pekerjaan responden yang paling sedikit adalah nelayan yaitu sebanyak 1 orang 1,3 dari keseluruhan 80 responden pada tahun 2012. Data ini menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih mudah terkena infeksi bakteri disebabkan pioderma. Hal ini dapat disokong melalui penelitian yang dilakukan oleh Stulberg.D.L.et al, pada tahun 2002 yang menyatakan bahwa impetigo merupakan infeksi bakteri disebabkan pioderma yang sering pada anak- anak yang berusia dua hingga lima tahun. Selain itu, furunkel yang juga sejenis pioderma yang sering diinfeksi tetapi jarang pada pasien yang belum mencapai pubertas. Ini menunjukkan bahwa setelah remaja mencapai pubertas, mereka bisa saja menderita furunkel karena akan ada pertumbuhan akne yang menyebabkan abrasi kulit dan memudahkan bakteri untuk menginvasi kulit. Menurut Spurling pada tahun 2009, tahap pendidikan memainkan peranan yang penting dalam pasien yang menderita infeksi bakteri akibat pioderma. Ini juga menyokong data Universitas Sumatera Utara dari tabel 5.3 dimana tahap pengetahuan mengenai sanitasi dan kebersihan diri kurang dalam kalangan anak-anak dan remaja berbanding golongan dewasa. Berdasarkan hasil penelitian diketahui frekuensi jenis antibiotik berdasarkan jenis pioderma dengan menggunakan rekam medis melalui tabel 5.4 yang diatas dapat dilihat bahawa jenis antibiotik yang paling banyak diresepkan untuk infeksi pioderma adalah siprofloksasin dengan frekuensi sebanyak 26 orang 32.5 manakala jenis antibiotik yang paling sedikit diresepkan adalah gentamisin dengan frekuensi sebanyak 5 orang saja 6.3 daripada keseluruhan 80 responden pada tahun 2012. Menurut Lambert pada tahun 2011, prevalensi methicilin-resistant Staphylococcus aureus MRSA di Amerika Serikat meingkat dengan 94,000 kasus baru pada tahun 2005. Ini menunjukkan bahwa setiap masyarakat di dunia dan juga masyarakat di Indonesia mengalami resistansi antibiotik. Hal ini disebabkan karena penggunaan obat antibiotik sistemik yang tidak dibutuhkan pasien untuk mengobati infeksi bakteri disebabkan pioderma. Hal ini memicu penggunaan obat siprofloksasin sebagai drug of choice karena siprofloksasin merupakan antibiotik spektrum luas, yang berarti mereka efektif terhadap banyak bakteri. Siprofloksasin menghambat bakteri dengan mengganggu kemampuan mereka untuk membuat deoxyribonucleic acid DNA. Hal ini menyebabkan bakteri sulit untuk berkembang biak. Obat ini menimbulkan efek bakteriosidal Setiabudy, 2007. Menurut National Health Service NHS di United Kingdom, eritromisin merupakan antibiotik yang paling sering diresepkan tahun 2009. Ini memungkinkan para dokter untuk mencarikan alternasi obat anitibiotik lain seperti klindamisin untuk diberikan kepada pasien. Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa jenis pioderma yang paling banyak adalah selulitis dengan frekuensi sebanyak 26 orang 32,5, sedangkan jenis pioderma yang paling sedikit adalah folikulitis dengan frekuensi sebanyak 6 orang saja 7,5 dari keseluruhan 80 responden pada tahun 2012. Hal ini disokong oleh Napierkowski melalui penelitian beliau pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa selulitis berasosiasi dengan karbunkel dan furunkel yang sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan trauma penetrasi. Selain itu, selulitis juga berasosiasi dengan sinusitis yang paling sering dalam kalangan anak- Universitas Sumatera Utara anak. Beliau juga menyatakan bahwa impetigo merupakan infeksi bakteri yang umumnya diderita oleh anak-anak khusunya anak-anak Sekolah Dasar SD. Tambahan pula, anak-anak dan dewasa yang aktif berolahraga seperti minat bermain merebut, sepak bola, rugby, dan basket lebih rentan menderita infeksi kulit. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan antibiotik dalam

pioderma yang paling sering di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Haji Adam Malik Tahun 2012, dapat ditarik kesimpulan berikut: 1. Umur responden paling banyak adalah pada kelompok umur 16-20 tahun sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah kelompok umur 65 tahun. 2. Jenis kelamin responden paling banyak adalah laki-laki dibanding responden perempuan. 3. Jenis pekerjaan responden paling banyak adalah pelajar sedangkan jenis pekerjaan responden yang paling sedikit adalah nelayan. 4. Jenis antibiotik yang paling banyak diresepkan untuk infeksi pioderma adalah siprofloksasin sedangkan jenis antibiotik yang paling sedikit diresepkan adalah gentamisin. 5. Jenis pioderma yang paling banyak adalah selulitis sedangkan jenis pioderma yang paling sedikit adalah folikulitis.

6.2. Saran