Komposisi Armada Perikanan Aceh Wilayah Perikanan Selat Malaka
Gambar 4. Komposisi Armada Perikanan Aceh Wilayah Perikanan Selat Malaka
Secara umum kebijakan perikanan di kondisi keseimbangan. Oleh karena itu, Indonesia umumnya dan di Aceh khususnya
penduga MSY bisa jauh lebih tinggi dari lebih berpihak pada pertumbuhan jangka
kondisi yang sebenarnya (over estimated), pendek. Hal ini telah memicu pola produksi
Wiadnya (2006) menyatakan formulasi kebi- yang
jakan perikanan tangkap di Indonesia dikem- menyebabkan daya dukung lingkungan hidup
eksploitatif, dan
ekspansif
yang
bangkan berdasarkan catch-effort dan model mulai menurun. Bagaimanapun, setiap prog-
Tangkap Maksimum Lestari (MSY) yang ram pembangunan yang berorientasi pada
mengandung beberapa kelemahan dan beresiko pertumbuhan bukan hanya berdampak positif
tinggi terhadap keberlanjutan dan keuntungan tetapi juga membawa konsekuensi biaya yang
jangka panjang. Penduga MSY saja, jelas tidak cukup tinggi akibat kerusakan lingkungan.
cukup kuat untuk menjadi patokan dalam Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
mengambil keputusan mengenai perlu tidaknya menggunakan model Schaefer untuk menduga
dilakukan ekspansi penang-kapan. potensi MSY(Maximum Sustainable Yield),
Dalam prakteknya, system kuota seperti juga dilakukan oleh banyak institusi
output sebesar 80% dari MSY tidak efektif, perikanan di dunia.
kenyataannya banyak wilayah pengelolaan Dengan memperhatikan prinsip keha-
perikanan mengalami over eksploitasi. Namun ti-hatian, sasaran pengelolaan perikanan tang-
demikian, didorong oleh keinginan mening- kap Indonesia telah ditetapkan sebesar 80%
katkan GNP dari hasil perikanan tangkap, maka dari potensi MSY. Namun demikian, keba-
mempunyai kebijakan nyakan jenis perikanan tangkap di Indonesia
DKP
cenderung
perikanan tangkap yang ternyata mengeksploitasi stok ikan yang
intensifikasi
mendorong produksi besar-besaran. Kebijakan mengalami penurunan, bukan yang berada pada
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421
ini diarahkan kepada wilayah pengelolaan yang Pemanfaatan sumberdaya perikanan di diperkirakan masih kurang dieksploitasi.
wilayah perikanan Selat Malaka Aceh telah Harus dipahami bahwa, bila stok
mengalami kelebihan eksploitasi, utamanya di mulai menipis maka diperlukan waktu yang
perairan dekat pantai, akibat kelebihan lama
kapasitas armada tangkap ukuran kecil. penangkapan dihentikan. Karenanya, DKP
untuk pulih
kembali,
meskipun
Pemberian izin kapal ukuran 5 GT ke perlu mempertimbangkan untuk menggeser
bawah agar dapat dibatasi, dan mengawasi kebijakan pengelolaan perikanan dalam rangka
batas pengoperasian kapal-kapal ikan ukuran pemulihan stok sebagai berikut : 1) pergeseran
lebih besar untuk tidak beroperasi pada orientasi kebijakan perluasan usaha menuju
kawasan dibawah 4 mil laut. Sehingga tidak pada pengelolaan berkelanjutan, 2) mele-
terjadi konflik antara nelayan kecil dan dan paskan diri dari ketergantungan pendekatan
perusahaan perikanan yang lebih besar. MSY dan beralih kepada pengelolaan berda-
Pemerintah Aceh dapat mempertim- sarkan pendekatan ekosistem, dimana Kawasan
bangkan untuk menerapkan lebijakan Kawasan Perlindungan Laut (KPL) akan memainkan
Perlindungan Laut sebagai kawasan perlin- peran yang cukup penting.
dungan stok terutama untuk spesies ikan yang Meskipun masih terdapat perdebatan
mulai menurun stoknya. Kebijakan ini dapat mengenai kontribusi KPL ini terhadap ke-
dipadukan dengan kebijakan MSY yang kurang untungan nelayan, tetapi ada kesepakatan bah-
stabil, dan mudah terjadi kesalahan estimasi. wa untuk stok yang telah kelebihan eksploitasi, KPL dapat memberikan solusi yang baik. Hal ini dapat dilihat bila dicermati studi yang dilakukan White dan Hart. White,dkk (2008) menyatakan
perikanan tergantung pada keuntungan eko- nomi bukan pada produksi ikan. Laba per- ikanan sering lebih tinggi dengan pengelolaan tidak ada cadangan laut pada pengelolaan konvensional itu sendiri. Biaya penangkapan yang melebihi biasa karena kepadatan populasi yang rendah (low density polulations) dapat mengikis keuntungan. Studinya menunjukkan bahwa cadangan masih dapat memberikan manfaat pada perikanan untuk spesies target yang
mahal untuk
dipanen.
Terhadap
kesimpulan ini, Hart (2009) menyatakan bahwa kesimpulan White,dkk didasarkan pada asumsi yang salah bahwa semua ikan yang didaratkan mempunyai nilai yang sama tanpa memper- timbangkan ukuran, dan asumsi mengenai density-dependence diragukan. Model dengan asumsi yang lebih realistik secara umum belum menunjukkan peningkatan hasil atau laba dari marine reserve kecuali untuk stok yang kelebihan eksploitasi.
6. Kesimpulan dan rekomendasi
Jurnal Tasimak Vol. II, No. 1 April 2011 ISSN 2086 - 8421