Aktivitas antioksidan dalam sistem “aqueous” Pengujian dengan menggunakan radikal DPPH

4.4-4.7 maka penurunan aktivitas antioksidan fraksi-fraksi pada tiap produk berbeda-beda selama 6 hari pengamatan. Pada produk KGP menunjukkan penurunan aktivitas antioksidan lebih tajam dibandingkan fraksi produk yang lain.

b. Aktivitas antioksidan dalam sistem “aqueous” Pengujian dengan menggunakan radikal DPPH

Pada fraksi F1, aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada produk KGP66, pada produk KGM, M dan MP aktivitas antioksidannya tidak berbeda nyata. Pada F2, aktivitas antioksidan pada produk MP 53, KGM 56 dan KGP 43 tidak berbeda nyata. Pada F3, aktivitas antioksidan cukup kuat pada KGM 55, KGP 54 dan M 49 dan di antara ketiganya tidak berbeda nyata. Pada F4, aktivitas antioksidan hanya pada produk KGP 63 paling kuat diantara ke empat produk dan aktivitasnya setara dengan vitamin C 200 ppm, sedangkan pada produk MP dan KGM dengan metode DPPH ini tidak mempunyai aktivitas antioksidan. 47.31 46.9 49.53 66.1 27.1 62.48 33.31 53.11 56.49 43.97 49.27 13.99 55.97 54.1 38.29 -13.11 -23.77 63.7 -40 -20 20 40 60 80 M M P K G M K G P vi t.c 10 0p pm vi t.c 20 0p pm jenis produk a k ti v it a s a n ti k s id a n F1 F2 F3 F4 Keterangan: M: moromi; MP: moromi dipanaskan; KGM: kecap manis dengan gula merah; KGP: kecap manis dengan gula pasir; F1: fraksi dengan berat molekul 100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-100 kDa; F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul 10 kDa Gambar 4.8 Aktivitas antioksidan tiap fraksi produk dengan metode DPPH fg de fg def fg ch c b fgh ghi ghi a i efg ghi ghi d hi Jika diperhatikan aktivitas antioksidan pada tiap produk, pada produk M aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada F3 49.27 dan F1 47.31, pada MP terdapat pada F2 53.11 dan F146.9, pada KGM terdapat pada F2 56.49 dan F3 55.97, pada KGP terdapat pada F1 66.1 dan F4 63.7 aktivitasnya setara dengan vitamin C 200 ppm Gambar 4.8. Jadi dengan metode DPPH produk yang mempunyai aktivitas antioksidan paling kuat adalah KGP, sedangkan fraksinya adalah F1 BM 100 kDa dan F4 BM 10 kDa. Secara keseluruhan dengan metode DPPH ini didapatkan fraksi F1 mempunyai aktivitas antioksidan cukup kuat untuk semua produk lebih dari 46, fraksi F2 hanya pada produk M yang mempunyai aktivitas antioksidan kurang kuat 33 tetapi aktivitasnya masih lebih besar daripada vitamin C 100 ppm, fraksi F3 pada produk MP hanya 18, sedangkan fraksi F4 pada produk MP dan KGM tidak mempunyai aktivitas antioksidan. Jadi Fraksi F1 dan F2 untuk semua produk mempunyai aktivitas menangkap radikal DPPH cukup kuat. Penentuan bilangan TBA thiobarbituric acid Kemampuan aktivitas sebagai antioksidan yang cukup besar pada fraksi F2 dan F1 terdapat pada moromi M, MP dan KGP yang ditunjukkan oleh nilai TBA sebesar 2.16; 1.26; 1.38 dan sebesar 2.32; 2.56 dan 2.68. Pada F3, KGP memberikan aktivitas antioksidan yang terbesar sedangkan pada F4 produk KGP dan M yang memperlihatkan aktivitas antioksidan tertinggi Nilai TBA dari kontrol didapatkan sebesar 11.75 dan untuk antioksidan BHT200 ppm sebesar 7.45 Gambar 4.9. Nilai TBA semua fraksi dari tiap produk lebih kecil dari kontrol, hal ini memperlihatkan fraksi-fraksi pada semua produk mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Demikian juga fraksi-fraksi pada produk M, MP dan KGP mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih besar dari BHT, sedangkan F1 dari produk KGM aktivitas antioksidannya dengan metode ini lebih kecil dari BHT. Jika ditinjau berdasarkan produk maka produk M aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada F1 2.33 dan F2 2.16, pada MP terdapat pada F2 1.26 dan F1 2.68, pada KGM terdapat pada F2 5.01 dan F3 5.44, pada KGP terdapat pada F2 1.38 dan F1 2.56. Pada Gambar 4.9 memperlihatkan bahwa produk KGP mempunyai aktivitas antioksidan paling besar dibandingkan produk yang lain, dan rata-rata fraksi F1 dan F2 untuk semua produk memberikan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dari fraksi lainnya. Aktivitas antioksidan yang besar menunjukkan penghambatan pembentukan malonaldehid yang cukup kuat. 2,33 2,68 10,68 2,56 7,54 11,75 2,16 1,26 5,01 1,38 3,84 4,23 5,44 3,15 2,92 5 6,12 3,45 2 4 6 8 10 12 14 M MP KGM KGP BHT kontrol jenis produk N ila i T B A m g m a lo n a ld e h id k g s a m p e l F1 F2 F3 F4 Keterangan: M: moromi; MP: moromi dipanaskan; KGM: kecap manis dengan gula merah; KGP: kecap manis dengan gula pasir; BHT: butylated hidroxy toluene; F1: fraksi dengan berat molekul 100 kDa; F2: fraksi dengan berat molekul 30-100 kDa; F3: fraksi dengan berat molekul 10-30 kDa; F4: fraksi dengan berat molekul 10 kDa Gambar 4.9 Aktivitas antioksidan tiap fraksi pada tiap produk dengan metode penentuan bilangan TBA Secara keseluruhan didapatkan bahwa aktivitas menghambat oksidasi minyak atau lemak tertinggi dan menangkap radikal DPPH untuk produk M dan MP terdapat pada fraksi dengan berat molekul 30 kDa sampai 100 kDa F1dan F2. Pada produk KGM dan KGP aktivitas menghambat oksidasi minyak atau asam lemak paling kuat terdapat pada fraksi dengan berat molekul 10 kDa sampai 30 kDa F3 dan F4, sedangkan aktivitas menangkap radikal DPPH paling kuat terdapat pada fraksi dengan berat molekul 30 kDa sampai 100 kDa F1 dan F2. Pada fraksi-fraksi produk kecap manis dengan gula pasir KGP mempunyai aktivitas antioksidan paling kuat. j i j a h abc abc def cd cd efg fgh fgh gh bcd ab cde cde Hasil analisis antioksidan ke empat metode di atas menunjukkan terdapat perbedaan. Hasil dari metode rancimat mendekati hasil yang didapat pada metode tiosianat. Proses oksidasi pada lemak menghasilkan suatu peroksida dimana pada rancimat akan memberikan nilai konduktivitas yang akan memunculkan kurva oksidasi yang diperoleh dari perubahan waktu induksi, sedangkan dengan metode tiosianat, peroksida yang dihasilkan dari oksidasi asam lemak linoleat akan mengoksidasi Fe 2+ menjadi Fe 3+ . Hasil metode DPPH mendekati hasil dari metode TBA, meskipun tujuan penggunaan metode DPPH berbeda dengan metode TBA. Pengukuran aktivitas antioksidan dengan menggunakan DPPH untuk mengetahui kemampuan suatu komponen senyawa dalam menangkap radikal DPPH sehingga menjadi bentuk yang stabil, sedangkan pengukuran dengan TBA untuk mengetahui kemampuan suatu senyawa dalam menghambat pembentukan malonaldehid sehingga semakin besar nilai TBA menunjukkan kurang kuatnya suatu senyawa sebagai antioksidan. Perbedaan hasil yang didapat diduga kuat disebabkan oleh perbedaan penggunaan suhu pada saat analisis. Pada metode dengan rancimat menggunakan suhu 110 o C dan metode tiosianat 37 o C, sedangkan metode dengan DPPH dan TBA menggunakan suhu kamar. Alaiz et al 1995 mendapatkan hasil analisis aktivitas antioksidan dengan TBARS lebih baik daripada rancimat karena senyawa pirol yang dihasilkan oleh 4,5E-epoxy-2E- heptenal dengan lisin mengalami degradasi dengan rancimat. C. Karakteristik Kimia Fraksi-Fraksi Produk M, MP, KGM dan KGP C.1 Perubahan Kadar Protein