Sistem Perikanan Tangkap Sumberdaya Lemuru

10 arus permukaan bergerak dari Tenggara selatan selat menuju ke luar selat di bagian utara selat, kecepatan arus pemukaan antara 0,001 mdt - 1,6 mdt, dan adanya upwelling dan downwelling berkisar antara 0,01.10 -4 mdt - 2,4.10 -4

2.3 Sistem Perikanan Tangkap

Sistem perikanan tangkap tersusun oleh tiga komponen utama yaitu subsistem alam biologi dan lingkungan peraiaran, subsistem manusia dan subsistem pengelolaan, diantara ketiga komponen utama tersebut memiliki berbagai bentuk interaksi yang kompleks Carles, 2001. Dinamika sistem perikanan tangkap mencakup aspek sumberdaya ikan, armada perikanan, dan komunitas nelayan. Sumberdaya ikan dikendalikan melalui dinamika populasi di alam berupa proses reproduksi dan kematian. Armada perikanan bervariasi dalam dinamika modal seperti investasi kapal dan alat tangkap baru yang mengalami depresiasi sepanjang waktu. Penangkapan secara langsung akan mengurangi jumlah stok sumberdya ikan, tetapi disisi nelayan hasil tangkapan merupakan keuntungan yang dapat digunakan untuk menambah modal kembali Hermawan, 2006. Interaksi multidimensional antara subsistem perikanan tangkap merupakan hubungan kesatuan sistem perikanan tangkap yang digambarkan oleh Charles 2001, sebagai berikut : mdt Pranowo Realino, 2004. Berdasarkan hasil penelitian dari Tinungki 2005 menyatakan bahwa model CYP adalah model Produksi Surplus terbaik untuk perikanan lemuru di Selat Bali berdasarkan statistik indikator, model pendugaan stok hybrid model surshing antara model Produksi Surplus dan model Cushing dapat diterapkan pada perikanan lemuru, peubah lingkungan dalam hal curah hujan, SOI El-Nino dan La-Nian dapat mempengaruhi sangat nyata dalam memperoleh tampilan statistik, serta effort optimum perikanan lemuru di Selat Bali secara ekonomis adalah 11.384,39 unit penangkapan triptahun, secara sosial adalah 22.768,78 unit penangkapan triptahun, sehingga secara biologis akan berada pada 11.384,39 unit penangkapan triptahun dan 22.768,78 unit penangkapan triptahun. 11 Gambar 3 Hubungan interaksi multidimensional sistem perikanan tangkap yang menunjukkan dinamika sumberdaya ikan, armada modal dan nelayan Charles, 2001

2.4 Sumberdaya Lemuru

Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan UU No. 31 Tahun 2004. Faktor yang mengatur stok sumberdaya ikan adalah recruitment, pertumbuhan, mortalitas alami dan penangkapan oleh usaha perikanan Widodo Suadi, 2006. Sumberdaya ikan adalah salah satu sumberdaya alam yang bersifat renewable resources dan coomon peroperty resources. Pengertian sifat renewable adalah dapat dipulihkan, ini memberikan implikasi bahwa manusia dapat memanfaatkan sumberdaya ikan dengan hati-hati sehingga aliran manfaatnya akan ada sepanjang tahun. Adapun pengertian coomon peroperty adalah hak kepemilikan bersama atas sumberdaya ikan sehingga setiap orang sebagai pemegang hak properti memiliki tanggungjawab dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Dengan kata lain tidak ada kebebasan bagi setiap orang untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut Nikijuluw, 2002. Namun pada umumnya sumberdaya ikan masih dianggap bersifat open access yakni pemanfaatannya secara tebuka oleh siapa saja dan kapan saja, sehingga menimbulkan persaingan antar nelayan, persaingan teknologi dan modal. Proses persaingan tersebut dalam perairan open access akan berlanjut sampai melampaui suatu titik profit total maksimum sehingga terjadi overcapacity Dinamika Populasi Ikan Dinamika Modal Dinamika Tenaga Kerja Ikan Armada Nelayan Panen Pasar Keuntungan Pasca Panen Kondisi Pasar Ekosistem Lingkungan Biofisik Rumah tangga Lingkungan Sosial 12 melampaui kapasitas kemampuan menanggung dan mengakomodasi tekanan eksploitasi dan mengakibatkan penangkapan berlebih overfishing terhadap sumberdaya ikan Widodo Suadi, 2006. Secara sederhana overfishing dapat dideteksi dengan melihat hasil tangkapan per satuan upaya Catch per unit EffortCPUE yang semakin menurun. Adanya penurunan CPUE mencerminkan bahwa kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan semakin tidak efisien dan semakin terbatasnya sumberdaya ikan yang dapat dimanfaatkan nelayan. Indikasi ketidak-efisienan dapat dilihat dari semakin banyaknya energi, dana dan waktu yang dikerahkan untuk memperoleh ikan serta semakin kecilnya individu ikan yang tertangkap dan penurunan total produksi perikanan King, 1995; Gordon, 1954. Gambar 4 Sardinella lemuru Bleeker, 1853, Bali sardinella Kingdom Animalia Phylum Chordata Subphylum Vertebrata Superclass Gnathostomata Class Actinopterygii Subclass Neopterygii Superorder Clupeomorpha Order Clupeiformes Suborder Clupeoidei Family Clupeidae Subfamily Clupeinae Genus Sardinella Species Sardinella albella white sardinella 13 Species Sardinella atricauda Species Bleekers blacktip sardinella Sardinella aurita Species round sardinella Sardinella brachysoma Species deepbody sardinella Sardinella dayi Species Sardinella fijiense Species fiji sardinella Sardinella fimbriata Species fringescale sardine Sardinella gibbosa Species goldstripe sardinella Sardinella hualiensis Species Taiwan sardinella Sardinella janeiro Species Brazilian sardinella Sardinella jonesi Species Sardinella jussieu Species Sardinella lemuru Species Bali sardinella Sardinella longiceps Species Indian oil sardine Sardinella maderensis Species Madeiran sardinella Sardinella marquesensis Species marguesan sardine Sardinella melanura Species blacktip sardinella Sardinella neglecta Species east african sardinella Sardinella richardsoni Species Richardsons sardinella Sardinella rouxi Species yellowtail sardinella Sardinella sindensis Species sind sardinella Sardinella tawilis Species freshwater sardinella Sardinella zunasi Ikan lemuru terdapat di perairan pantai dan pelagis, memakan phytoplanton dan zooplankton. Panjang baku maksimum 23 cm. Di Laut Hindia bagian timur dan Pacifik bagian barat, Sardinella lemuru mudah dibedakan dari semua clupeid lainnya dengan 9 jari-jari sirip perut. Penyebarannya di Laut Hindia bagian timur dan Pasifik bagian barat, Malay Peninsula, Indonesia bagian barat, Australia bagian barat, Philippina, China, Taiwan dan Jepang bagian Selatan Anonim, 2008. Ikan lemuru memiliki karakter diagnostik: badan memanjang, bagian perut sebelum sirip perut membundar, panjang kepala 25-29 daripada panjang baku, tinggi badan 27-31. Jari-jari sirip punggung 14; jari-jari sirip dubur 13-15, jari- jari sirip dada 16, jari-jari sirip perut 9, tulang saring insang bagian bawah 146- 166, ruas tulang belakang 47-48. Striae vertikal sisik tidak bertemu di pusat, pada pinggiran sisik bagian belakang tidak terdapat lubang pori-pori yang halus. Japanese sardinella 14 Warna badan keperakan dengan biru gelap pada bagian belakang, tidak terdapat bercak gelap pada dasar sirip punggung, pinggiran tepi sirip ekor berwarna gelap. Ikan lemuru memiliki umur maksimal mencapai 4 tahun Dwiponggo,1972 dan Merta, 1992 dan diperkirana berada di Selat Bali diperkirakan sekitar sampai 2,5 - 3 tahun Merta Monintja, 2002. Di Laut Hindia bagian timur dan Pacifik bagian barat, Sardinella lemuru mudah dibedakan dari semua clupeid lainnya dengan 9 jari-jari sirip perut. Ikan lemuru memiliki beberapa nama daerah yang di dasarkan pada ukuran besar badan, diantaranya adalah seperti tabel berikut : Tabel 1 Beberapa nama lokal lemuru Panjang Total Nama Lokal Lokasi 11 SempenitPenpen MuncarKedongan -Bali 11-15 Protolan Muncar dan Bali 15-18 Lemuru Muncar dan Bali 18 Lemuru kucingKucingan MuncarKedongan-Bali Sumber : Martinus et al, 2004 Rata-rata panjang ikan lemuru pertama kali tertangkap adalah 15,9 cm lebih kecil dari ukuran ikan pertama matang gonad adalah 17,5 cm. Hal inil merupakan faktor kritis terhadap kelestarian sumberdaya ikan lemuru. Hubungan upaya penangkapan dengan produksi per upaya berupa linier positif, sehingga pendugaan kondisi berimbang lestari MSY tidak bisa diduga dengan pendekatan Schaefer 1959 dan Fox 1970. Produksi lemuru per unit penangkapan purse seine dalam kurun waktu 10 tahun terakhir 1995 - 2003 semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah upaya penangkapan Martinus et al, 2004. Berdasarkan penelitian akustik yang dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Laut BPPL dengan menggunakan alat fish finder, ikan lemuru di perairan Selat Bali terpusat di paparan Jawa dan Bali pada kedalaman kurang dari 200 meter, di luar paparan ikan lemuru tidak ditemukan. Di siang hari ikan lemuru mempunyai kebiasaan bergerombol scoolling dalam jumlah yang cukup besar dan padat di dasar perairan, sedangkan di malam hari akan naik ke permukaan dan lebih menyebar. Di siang hari gerombolan scoolling ikan padat ditemukan dekat dengan dasar perairan, sedang pada malam mereka bergerak ke lapisan dekat permukaan 15 membentuk gerombolan yang menyebar. Kadang kala gerombolan lemuru ditemukan di permukaan di siang hari ketika cuaca berawan dan gerimis. Juvenile lemuru berada di daerah perairan yang dangkal, ikan ini yang sering menjadi target alat tangkap tradisional liftnet, gillnets, bagan tancap, bagan apung, dan lain lain. Ikan lemuru yang berada di daerah perairana teluk Pangpang, dekat ujung Sembulungan dan semenanjung Senggrong di sisi pulau Jawa dan di teluk Jimbaran Bali, masih relatif kecil ukurannya yaitu kurang dari 11 cm lemuru sempenit. Kebanyakan ada sejak memasuki bulan Mei sampai September dan kadang-kadang meluas sampai ke bulan Desember. Ikan lemuru yang besar ukurannya akan menghuni di perairan yang lebih dalam dan secara umum ukuran ikan semakin bertambah besar bila semakin ke arah selatan. Sebenarnya produksi ikan lemuru mulai meningkat pada bulan Agustus, namun hasil produksi masih lemuru sempenit, pada bulan Desember sampai Maret, ikan sempenit mulai tiada dan digantikan oleh ikan lemuru protolan, dan selanjutnya digantikan oleh peningkatan produksi ikan lemuru kucing. Dengan keaadan seperti tersebut bisa di perkirakan bahwa kegiatan penangkapan ikan lemuru pada bulan April-Juli cukup membahayakan kelestarian sumberdaya ikan lemuru, karena ikan lemuru Sempenit dan Protolan masih berukuran muda dan sebagian besar diduga belum matang gonad reproduksi. Sumberdaya ikan lemuru akan terancam sumberdayanya dan akan sangat sulit untuk dalam melakukan pemulihan recovery secara alami. Sumberdaya perikanan Selat Bali pada musim Timur lebih banyak didominasi oleh ikan lemuru yang mencapai 80 dari hasil tangkapan, potensi lemuru tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh nelayan Bali dan Jawa Timur terutama oleh nelayan Muncar-Banyuwangi Hartoyo et al, 998. Densitas ikan pelagis dibagi menjadi 5 strata yaitu 5-10 meter ditemukan densitas sekitar 9.216 ekor1000 m 3 , 10-25 meter ditemukan densitas sekitar 46.390 ekor1000 m 3 , 25- 50 meter ditemukan densitas sekitar 83.363 ekor1000 m 3 , 50-75 meter ditemukan densitas sekitar 71.533 ekor1000 m 3 , dan 75-125 m ditemukan densitas sekitar 22.528 ekor1000 m 3 Hartoyo et al, 1998. Sudah banyak dilakukan studi pendugaan stock ikan lemuru, pada dasarnya keadaan ikan lemuru di Selat Bali sudah mengalami over-fishing, seperti pada Tabel 2. 16 Tabel 2 Variasi studi stock assessment lemuru di Selat Bali Tahun Model MSY t f opt p.s.unit Tingkat Pemanfaatan 1986 Schaefer 66.306 238 Over-fishing Fox 62.317 242 Over-fishing 1986 Schnute 80.332 207 Over-fishing Gulland’s moving average 60.559 123 Over-fishing Schaefer : q = 0,00108 49.440 260 Over-fishing q = 0,00068 48.835 257 Over-fishing Jacknife : q = 0,00108 49.581 259 Over-fishing q = 0,00068 47.512 320 Over-fishing 1992 Schaefer 40.000 180 Over-fishing Sumber : Merta et al, 2000

2.5 Alat Tangkap