UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
uji yang digunakan adalah tikus putih betina dengan berat 150-180 gram. Pada penelitian tersebut dilakukan main test dengan dosis 175, 550 dan 2000 mgkgBB.
Observasi tanda toksisitas dilakukan selama 14 hari meliputi adanya perubahan pada bulu dan kulit, tremor, konvulsi, salivasi, lakrimasi dan adanya kematian pada hewan
uji. Hasil observasi menunjukkan tidak adanya tanda toksisitas yang disebabkan oleh pemberian ekstrak etanol daun Derris Scandens dan Pulicaria Wightiana. Nilai LD
50
dari ekstrak etanol daun Derris Scandens dan Pulicaria Wightiana adalah lebih dari 2000 mgkgBB.
Penelitian uji toksisitas terhadap eksipien yang pernah dilakukan adalah uji toksisitas subkronik gelatin kulit ikan patin siam Pangasius hypophthalmus terhadap
mencit Mus musculus oleh Rachmawati, et al 2011. Pada penelitian tersebut digunakan 72 ekor mencit jantan dengan berat 20-30 g yang terbagi dalam 4 kelompok.
Dosis gelatin kulit ikan yang diberikan adalah 0 kontrol negatif, 12, 24 dan 48 mggBB mencit. Pemberian bahan uji dilakukan setiap hari selama 4 minggu yang
dilanjutkan dengan masa pemulihan recovery selama 2 minggu. Pengamatan toksisitas dilakukan terhadap kondisi serum darah, yaitu Glutamic
Oxaloacetic Transaminase GOT, Glutamic Pyruvic Transaminase GPT, kreatinin, albumin, dan Blood Urea Nitrogen BUN dan tingkat kerusakan organ target hati,
ginjal, dan lambung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian gelatin pada dosis 48 mggBB mencit berpengaruh pada kadar GOT setelah minggu ke-2 perlakuan.
Namun, dosis lainnya tidak menunjukkan perbedaan bermakna kerusakan organ target dari kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif Novalia, et
al., 2011.
2.7 Pengamatan Tanda Toksisitas Tikus
Pengamatan tanda toksisitas pada tikus merupakan pengamatan kualitatif yang dilakukan dengan melihat adanya perbedaan tingkah laku antara tikus uji dan tikus
kontrol. Adapun tanda toksisitas yang diamati meliputi piloereksi, konvulsi kejang, tremor gemetar, nyeri, respon daun telinga, perubahan pada mata, hiperaktivitas,
hipersalivasi, lakrimasi dan mati Sabbani, et al., 2015.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Piloereksi merupakan perubahan pada bulu tikus menjadi tegang dan keras yang dapat menandakan adanya efek toksik. Timbulnya konvulsi kejang dan tremor
bergetar mengindikasikan adanya gangguan pada sistem syaraf pusat tikus uji Hau et al., 2003. Konvulsi biasanya diawali dengan tremor pada bagian kaki, kepala, dahi
dan mulut. Jika kejang terjadi berulang sebanyak 5 kali, maka hewan uji dianjurkan untuk diterminasi. Gejala toksisitas lainnya yang dapat timbul adalah tremor pada kaki
bagian depan tikus atau bagian kepala tikus OECD, 2000. Tanda toksisitas lainnya yang dapat muncul adalah nyeri yang ditandai ketika
tikus menyipitkan bagian orbital, melipat daun telinga ke bagian dalam dan menjauhkan kumisnya dari wajah OECD, 2000. Adanya efek toksik juga dapat
mengganggu respon daun telinga tikus. Pada tikus normal yang disentuh daun telinganya, maka tikus akan mengguncangkan bagian kepalanya.
Pada tikus normal, secara berkala tikus akan mensekresikan cairan kemerahan cairan hardarian di sekitar kelenjar mata yang akan digosokkan oleh tikus ke bagian
tubuhnya untuk menjaga suhu tubuhnya OECD,2000. Akumulasi cairan kemerahan pada daerah sekitar mata mengindikasikan tikus mengalami stress Whishaw, et al.,
1999. Hiperaktivitas atau aktivitas yang berlebihan pada tikus dapat timbul karena
efek toksik dari sampel uji. Tanda toksik lainnya yang dapat diamati adalah terjadinya hipersalivasi pada tikus. Salivasi ditandai dengan produksi air liur berlebihan pada
tikus. Efek toksik yang paling parah adalah kematian. Gejala yang sering timbul sebelum tikus uji mati dapat berupa ketidakmampuan tikus uji untuk mencapai air atau
makanan, kejang dan tremor. Tanda toksisitas diamati secara intensif setelah pemberian sample uji dan
dilanjutkan setiap 30 menit selama 4 jam. Pengamatan tanda toksisitas dilanjutkan pada jam ke-24, 48 hingga hari ke-14 OECD, 2008.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.8 Efek Toksik Terhadap Organ