3 Analisis Nilai Tambah 3.1 Analisis Nilai Tambah Industri Isoeugenol

97 Tabel 26 Kriteria kelayakan industri vanilin berbahan dasar eugenol MDC pada berbagai perubahan harga bahan baku DF 12 No Kriteria Harga bahan bakukg Rp 180.000,- Rp 190.000,- Rp 200.000,- 1 Net Present Value NPV, Rp 779.561.530.094 484.957.611.986 190.353.693.877 2 Internal Rate of Return IRR 47,43 42,25 30.92 3 Net BC ratio 3,91 2,60 1.56 4 Payback Period PBP, tahun 1,25 1,41 1.63 5 Break Even Point BEP, satuan 5.053 4.835 4.634 Dari Tabel 25 dan 26, menunjukkan bahwa perubahan tingkat suku bunga terhadap kenaikan maupun penurunan nilai kriteria kelayakan finansial relative terjadi lebih lambat dari pada perubahan harga bahan baku terhadap kenaikan maupun penurunan nilai kriteria kelayakan finansial. Hal ini berarti bahwa sensitivitas kalayakan industri vanilin yang ditinjau relatif sangat dipengaruhi oleh perubahan harga bahan bakunya, yaitu harga eugenol MDC.

E. 3 Analisis Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan salah satu kriteria dalam perancangan atau pengembangan suatu produk. Menurut Gumbira-Sa’id dan lntan 2000, nilai tambah adalah nilai yang tercipta dari kegiatan mengubah input pertanian menjadi produk pertanian atau yang tercipta dari kegiatan mengolah hasil pertanian menjadi produk akhir. Perhitungan nilai tambah dalam penelitian ini menggunakan metode Hayami dan Kawagoe 1993, karena dengan nilai tambah yang diperoleh lebih mewakili besarnya nilai tambah yang diterima dari kegiatan pengolahan. Pengukuran nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami dan Kawagoe 1993 dilakukan dengan menghitung nilai tambah produk yang diakibatkan oleh pengolahan dan tidak memasukkan penggunaan tenaga kerja dan faktor produksi yang lain. Jika faktor tenaga kerja dimasukkan maka nilai yang didapatkan adalah keuntungan perusahaan dan bukan nilai tambah dari suatu proses.

E. 3.1 Analisis Nilai Tambah Industri Isoeugenol

Analisis nilai tambah industri isoeugenol berbahan dasar eugenol minyak daun cengkeh dilakukan dengan beberapa asumsi berdasarkan pada hasil perhitungan analisis finansial. Beberapa asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut : 98 1. Kebutuhan bahan baku berupa eugenol minyak daun cengkeh sebanyak 1.164.000 kgtahun. 2. Harga bahan baku berkisar antara Rp 180.000,- sampai Rp 200.000,-kg 3. Jumlah produksi isoeugenol sebanyak 1.157.280 kgtahun. 4. Harga produk per kilo botol Rp 328.500,- 5. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 8.400 HOKtahun. 6. Upah rata-rata tenaga kerja adalah Rp 61.929,-HOK. 7. Sumbangan input lain terdiri dari biaya tetap dikurangi dengan tenaga kerja tidak langsung dan biaya tidak tetap dikurangi dengan upah tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku. Perincian nilai sumbangan input lain disajikan pada Lampiran 25. Hasil perhitungan nilai tambah pada industri isoeugenol berbahan dasar eugenol minyak daun cengkeh disajikan pada Tabel 27, sedangkan perincian perhitungan dari ketiga harga bahan baku yang berbeda disajikan pada Lampiran 26. Dari hasil perhitungan nilai tambah dapat diketahui besarnya nilai tambahkg bahan baku, nisbah nilai tambah , imbalan tenaga kerja Rpkg, bagian tenaga kerja , keuntungan Rpkg, tingkat keuntungan , marjin keuntungan Rpkg, pendapatan tenaga kerja , persentase sumbangan input lain dan persentase keuntungan perusahaan. Nilai tambah pada harga bahan baku Rp 180.000,- adalah Rp 145.193,-kg, sedangkan nilai tambah pada harga bahan baku Rp 190.000,- dan Rp 200.000,- berturut-turut adalah Rp 135.193,-kg dan Rp 125.193,-kg bahan baku. Hasil perhitungan nilai tambah ini menunjukkan bahwa industri isoeugenol dengan kenaikan harga bahan baku, masih dapat memberikan nilai tambah yang relatif tinggi, bahkan pada kenaikan harga bahan baku tertinggi Rp 200.000,- masih memberikan nilai tambah sebesar 62,60 atas harga bahan baku yaitu Rp 125.193,-kg. Nisbah nilai tambah yang merupakan perbandingan antara nilai tambah yang diperoleh terhadap nilai output pada industri ini adalah 44.46, 41,39, dan 38,33 berturut-turut untuk harga bahan baku Rp 180.000,-, Rp 190.000,- dan Rp 200.000,-kg. Nisbah nilai tambah tersebut relatif dekat dengan hasil penelitian Kawagoe 1994 terhadap pengolahan hasil pertanian yang rata-rata mencapai 40. 99 Tabel 27 Hasil perhitungan nilai tambah industri isoeugenol pada berbagai tingkat harga bahan baku Variabel Harga bahan baku kg Rp180.000,- Rp190.000,- Rp200.000,- 1. Nilai tambah NiIai tambah Rpkg bahan baku 145.195 135.193 125.193 Nisbah nilai tambah 44,46 41,39 38,33 Imbalan tenaga kerja Rpkg 447,00 447,00 447,00 Bagian tenaga kerja 0,31 0,33 0,36 Keuntungan Rpkg bahan baku 144.746 134.746 124.746 Tingkat keuntungan 44,32 41,26 38,19 2. Balas jasa pemilik faktor produksi Marjin Keuntungan Rp kg 146.604 136.604 126.604 Pendapatan tenaga kerja 0,30 0,33 0,35 Sumbangan input lain 0,96 1,03 1,11 Keuntungan perusahaan 98,73 98,64 98,53 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan harga bahan baku akan berpengaruh terhadap nilai semua variabel, di mana semakin tinggi harga bahan baku maka akan menurunkan nilai tambah, nisbah nilai tambah, keuntungankg bahan, tingkat keuntungan, marjin keuntungan, dan keuntungan perusahaan, sebaliknya peningkatan harga bahan baku tersebut akan meningkatkan bagian tenaga kerja, pendapatan tenaga kerja dan persentase sumbangan input lain. Hasil perhitungan pada Tabel 27, memperlihatkan bahwa balas jasa pemilik faktor produksi antara 0,30 sampai 98,73 pada harga bahan baku Rp 180.000,-kg, 0,33 sampai 98,64 pada harga bahan baku Rp 190.000,-kg dan 0,35 sampai 98,53 pada harga bahan baku Rp 200.000,-kg. Nilai terbesar balas jasa faktor produksi adalah untuk keuntungan perusahaan yaitu adalah 98,73 pada harga bahan baku Rp 180.000,-kg, 98,64 pada harga bahan baku Rp 190.000,-kg dan 98,53 pada harga bahan baku Rp 200.000,-kg. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan terbesar dari pendirian industri isoeugenol berbahan dasar eugenol minyak daun cengkeh diperoleh dari perusahaan, sedangkan sumbangan input lain dan tenaga kerja mendapatkan keuntungan yang jauh lebih rendah.

E. 3.2 Analisis Nilai Tambah Industri Vanilin